Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munthe, Berwanman Wendhy Gideon
"ABSTRAK
Peningkatan akses broadband pada suatu negara akan membantu dalam meningkatkan potensi sumber daya manusia dan kekuatan ekonomi negara tersebut. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang membutuhkan akses broadband agar dapat membantu perkembangan ekonomi Indonesia. Kendala dari akses broadband di Indonesia adalah wilayah kepulauan yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga akses broadband menjadi tidak merata. Teknologi satelit menawarkan solusi kepada kendala yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu dengan menggunakan teknologi HTS. Teknologi HTS dapat memberikan akses data dengan kecepatan broadband dan dapat melayani seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Analisis dari peluang bisnis untuk teknologi HTS menjadi penting, untuk memastikan bisnis ini menguntungkan. Analisis dilakukan dengan menggunakan data-data dari profil pengguna internet di Indonesia dan kavnas model bisnis dari Viasat dan Thaicom. Selanjutnya dibangun kanvas model bisnis untuk bisnis teknologi HTS untuk menjelaskan setiap komponen yang terdapat di dalam bisnis teknologi HTS. Evaluasi lalu dilakukan dengan menggunakan metode NPV dan IRR. Kedua metode tersebut digunakan untuk mengukur kelayakan secara ekonomi dari bisnis penyelenggaraan teknologi HTS di Indonesia. Peluang bisnis penyelenggaraan teknologi HTS di Indonesia adalah kemampuan teknologi HTS untuk mengirimkan layanannya ke daerah-daerah yang belum tersentuh infrastruktur jaringan terrestrial. Berdasarkan hasil analisis kelayakan ekonomi, bisnis dengan menggunakan teknologi HTS dianggap menarik dan layak untuk diimplementasikan di Indonesia.

ABSTRACT
Increased broadband access in a country will help in increasing the potential of human resources and economic strength of the country. Indonesia as a developing country is need a broadband access in order to help the economic growth in Indonesia. The obstacle of broadband access in Indonesia is the archipelago area of Indonesia, so that broadband access becomes uneven. Satellite technology offers a solution to that obstacle which is HTS technology. HTS technology can provide data access at broadband speeds and can serve throughout the Indonesian archipelago. Analysis of business opportunities for HTS technology becomes important, to make sure the business is profitable. Analyses were performed using data from the internet user profile in Indonesia and business model canvass of Viasat and Thaicom. The next step is build the businesses model canvass for HTS technology to explain each component contained in HTS technology business. An evaluation was performed using NPV and IRR. Both methods are used to measure the economic feasibility of the business operation of HTS technology in Indonesia. Business opportunities in Indonesia HTS technology implementation is the ability of HTS technology to deliver services to areas that have not been touched terrestrial network infrastructure. Based on the results of the economic feasibility analysis, business using HTS technology is considered attractive and feasible to be implemented in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Noperita
"Saat ini telah berkembang teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (WIMAX) yang merupakan teknologi Broadband Wireless Access (BWA), untuk komunikasi broadband yang memiliki kecepatan akses tinggi dan jangkauan yang luas. WIMAX merupakan standar internasional Broadband Wireless Access (BWA) yang mengacu pada standar IEEE 802.16. Saat ini, Rancangan Peraturan (RPM) Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access), sedang dalam proses penyusunan dan penyempurnaan. Penelitian yang dilakukan terhadap RPM ini meliputi pita frekuensi radio 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 5.8 GHz.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah melalui survey ke operator BWA, wawancara dengan pihak yang terkait BWA, daftar pustaka dan Internet browsing. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan yang membangun dan berdaya guna dalam rangka penyempurnaan Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access).

At this moment, it has been developed World wide Interoperability for Microwave Access (WIMAX) technology which is Broadband Wireless Access (BWA) technology for broadband communication having high access speed and wide scopes. WIMAX is an international standard of Broadband Wireless Access (BWA) having a reference IEEE 802.16 standard. At this moment, Plan of Ministerial Regulation of Communication and Information about Codes of radio frequency bands for Broadband Wireless Access services is formulating and completing. The research done to Plan of Ministerial Regulation covers 2.3 GHZ, 2.5 GHz, 3.3 GHz and 5.8 GHz radio frequency band.
Methodology of research used is through surveys to BWA operators, interviews with parties related to BWA, bibliography and internet browsing. The result of this research is expected to give a developed and useful proposal in the framework of completing for Plan of Ministerial Regulation of Communication and Information about Codes of radio frequency bands for Broadband Wireless Access services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24623
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Wibisono
Bandung: Informatika, 2006
621.384 GUN w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Wibisono
Jakarta: Informatika, 2006
621GUNW001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Wirianto Pradono
"ABSTRACT
Indonesia memiliki aset yang berperan penting bagi pembangunan nasional termasuk sosial dan ekonomi antara lain sumber daya manusia dan industri dalam negeri. TIK khususnya internet pitalebar merupakan salah satu kunci dalam pembangunan sosial ekonomi di suatu negara. Studi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak pemanfaatan internet pitalebar di Indonesia terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat serta mengidentifikasi apakah langkah yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam mendorong pemanfaatan internet pitalebar telah dilakukan secara optimal. Data yang diperoleh melalui penelitian dianalisis menggunakan metode Matthew B Miles dan A Michael Huberman, (2007). Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan internet pitalebar di Indonesia meningkat dengan signifikan dan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Namun demikian pemanfaatan internet pitalebar tersebut belum dilakukan secara optimal terutama untuk tujuan yang bersifat produktif. Pemerintah daerah telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk mendorong pemanfaatan internet pitalebar di Indonesia seperti penggelaran ducting untuk kabel serat optik, pelatihan bidang TIK, penyediaan akses internet WiFi di fasilitas publik. Namun, langkah yang dilakukan pemerintah daerah perlu lebih diintensifkan guna memperluas penetrasi internet pitalebar untuk peningkatan dan pemerataan pertumbuhan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2016
302 BPT 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Salim
"Antena menjadi salah satu komponen penting dalam mendukung penerapan teknologi BWA. Antena mikrostrip yang memiliki karakter yang ringan, ukuran kecil, mudah difabrikasi dan conformal, menjadi pilihan untuk mendukung aplikasi BWA yang dapat beroperasi pada frekuensi yang ditentukan. Salah satu alokasi frekuensi yang dijadikan frekuensi kerja BWA adalah pada 2,3 GHz.
Pada tesis ini dirancang dan difabrikasi sebuah antena linear array 4 elemen yang dapat beroperasi pada frekuensi kerja BWA 2,3 GHz. Antena ini dirancang berbentuk 2 buah segi empat sama sisi (quad), sehingga disebut biquad. Antena dirancang menggunakan teknik pencatuan aperture-coupled untuk mendapatkan bandwidth yang lebar. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa antena ini dapat bekerja pada frekuensi BWA 2,3 GHz. Nilai VSWR < 1,9 diperoleh pada rentang frekuensi 2245 - 2395 MHz (150 MHz). Gain yang diperoleh mencapai 13,683 dBi pada frekuensi 2,33 GHz dan half power beamwidth (HPBW) sebesar 50° diperoleh pada sudut 330° - 20°.

Antenna became one of the important components in supporting the application of BWA technology. Microstrip antenna that have small and light weight features, easy to manufacture and conformal, became the choice that supports the BWA application in that it could operate in the determined frequency allocation. One of the allocation of the frequency that works for the BWA is at 2.3 GHz.
This thesis discuss of design a 4 element linear array antenna that operates at 2,3 GHz BWA frequency allocation. It has 2 layers of four-sided (quad) shape, known as biquad. This antenna is designed with aperture-coupled feed to give wideband frequency.The measurement result shows that this antenna operates at BWA frequency allocation of 2,3 GHz. The VSWR < 1,9 was obtained at 2245 ? 2395 MHz (150 MHz). Gain is around 13,683 dBi at 2,33 GHz and half power beamwidth is 50° (from 330° - 20°).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25946
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahimah Rahmadian
"Keadaan geografis Indonesia memberikan kesempatan untuk perusahaan penyedia satelit untuk mengembangkan bisnisnya. Pengembangan tren satelit saat ini mengarah ke High Throughput Satellite (HTS), yang dapat diklasifikasikan sebagai teknologi yang sudah matang, dibuktikan dengan diluncurkannya HTS oleh banyak operator di dunia. PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom), sebagai perusahaan telekomunikasi milik negara, perlu meluncurkan HTS untuk memenuhi ambisinya untuk menjadi tiga besar penyedia layanan satelit di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis studi kelayakan implementasi HTS di PT. Telkom menggunakan analisis tekno ekonomi, yang menghitung aspek teknis dan ekonomi dalam implementasi HTS. Perhitungan link budget menghasilkan adanya link margin dan kondisi bandwidth limited, yang menunjukkan sistem berada dalam performansi yang layak. Desain layout beam berdasarkan potensi user menghasilkan 43 beams dengan 6 gateway. Sedangkan dari aspek ekonomi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Payback Period (PBP) dalam proyek selama 8,46 tahun dengan nilai IRR sebesar 20,61% dan NPV sebesar Rp1.031.349.555,99. Berdasarkan parameter-parameter tersebut dapat dilihat bahwa investasi HTS tergolong layak untuk diimplementasikan di PT. Telkom.

Indonesia’s geographical condition allowed satellite operators to develop their business. Current development of satellite trends leads to High Throughput Satellite (HTS) which could be classified as a mature technology, proven by HTS launched by many operators. PT. Telekomunikasi Indonesia as the biggest state-owned telecommunication companies in Indonesia should launch HTS to fulfil its ambition to be the top 3 full satellite service providers in Asia. This research aims to analyze the feasibility study of HTS implementation in PT. Telkom uses techno-economic analysis, which calculates technical and economic aspects in the implementation of HTS. Link budget calculations provide link margins and bandwidth-limited condition, which shows the system is in decent performance. The beam layout design based on the user's potential produces 43 beams with 6 gateways. From the economic aspect, the results showed that the Payback Period (PBP) duration is 8.46 years with an IRR of 20.61% and an NPV of Rp1,031,349,555.99. Based on these parameters, HTS investment is considered feasible to be implemented in PT. Telkom."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurnia
"PT. Indonesia Comnets Plus sedang mencoba untuk berkecimpung di bisnis retail FTTH. Bisnis yang berjalan saat ini hanya fokus pada penjualan pelanggan segmen korporat. Dengan PT. Indonesia Comnets Plus terjun ke bisnis retail, diyakini dapat menjadi salah satu sumber pendapatan baru. Kabel fiber optik digelar melalui RoW tiang tumpu PLN menggunakan teknologi konvensional, dan banyak digunakan untuk pelanggan korporat. Sebagai alternatif dilakukan uji coba penggunaan teknologi GPON untuk pelanggan retail. Setelah dilakukan simulasi terhadap beberapa skenario model, diperoleh bahwa bisnis retail layak digunakan apabila dilakukan investasi pembangunan POP dan jaringan distribusi hingga tahun ke-4. Margin profit diperoleh pada tahun ke-5, dan NPV positif sebesar Rp 658,289,416,564. Dengan skenario instalasi dan material CPE dilakukan oleh operator lain dan set top box berasal dari subsidi pemerintah.

PT. Indonesia Comnets Plus is trying to engage in retail business FTTH. Businesses that run this time are only focus on selling at corporate customer segmen. With PT. Indonesia Comnets Plus plunge into the retail business, it is believed that it will be another source of new revenue. Fiber optic cable deployed through electrical pole Row PLN using conventional technology, and is widely used for corporate customers. GPON will be tested as an alternative technology and used for retail customers. After the simulation of several model scenarios, the result for the retail business fit for use if it worth for POP construction and distribution networks investment until the 4th year. Profit margin obtained in the 5th year and positive NPV amount Rp 658,289,416,564. With the installation scenarios and CPE material carried by other operators and set top box comes from government subsidies"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurnia
"PT. Indonesia Comnets Plus sedang mencoba untuk berkecimpung di bisnis retail FTTH. Bisnis yang berjalan saat ini hanya fokus pada penjualan pelanggan segmen korporat. Dengan PT. Indonesia Comnets Plus terjun ke bisnis retail, diyakini dapat menjadi salah satu sumber pendapatan baru. Kabel fiber optik digelar melalui RoW tiang tumpu PLN menggunakan teknologi konvensional, dan banyak digunakan untuk pelanggan korporat. Sebagai alternatif dilakukan uji coba penggunaan teknologi GPON untuk pelanggan retail. Setelah dilakukan simulasi terhadap beberapa skenario model, diperoleh bahwa bisnis retail layak digunakan apabila dilakukan investasi pembangunan POP dan jaringan distribusi hingga tahun ke-4. Margin profit diperoleh pada tahun ke-5, dan NPV positif sebesar Rp 658,289,416,564. Dengan skenario instalasi dan material CPE dilakukan oleh operator lain dan set top box berasal dari subsidi pemerintah.

PT. Indonesia Comnets Plus is trying to engage in retail business FTTH. Businesses that run this time are only focus on selling at corporate customer segmen. With PT. Indonesia Comnets Plus plunge into the retail business, it is believed that it will be another source of new revenue. Fiber optic cable deployed through electrical pole Row PLN using conventional technology, and is widely used for corporate customers. GPON will be tested as an alternative technology and used for retail customers. After the simulation of several model scenarios, the result for the retail business fit for use if it worth for POP construction and distribution networks investment until the 4th year. Profit margin obtained in the 5th year and positive NPV amount Rp 658,289,416,564. With the installation scenarios and CPE material carried by other operators and set top box comes from government subsidies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Feriandi Mirza
"Dalam mengalokasikan spektrum frekuensi radio untuk kebutuhan layanan siaran TV digital dan aplikasi terestrial lainnya dalam hal ini adalah layanan mobile broadband ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yang secara umum dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor atau variabel yang berupa aspek teknis dan aspek non-teknis, dalam hal ini adalah aspek potensi bisnis dari kedua layanan tersebut.
Dalam tesis ini akan untuk menentukan alokasi spektrum frekuensi radio pada pita Ultra High Frequency (UHF) untuk kebutuhan siaran TV digital terrestrial dengan metode optimasi dengan program linier yang bertujuan untuk menentukan nilai optimum dari potensi pendapatan di industri layanan siaran TV digital terestrial dan mobile broadband. Hasil dari optimasi tersebut mengalokasikan spektrum frekuensi sebesar 192 Mhz untuk kebutuhan layanan siaran TV digital terestrial dan 112 Mhz untuk kebutuhan layanan mobile broadband.

In allocating the radio frequency spectrum for digital TV terrestrial broadcasting service needs and other terrestrial applications in this regard is the mobile broadband services there are several factors to consider are generally divided into 2 (two), the technical non-technical aspects, in this case is the aspect of the business potential of these services. This thesis will determine the allocation of radio frequency spectrum in the Ultra High Frequency (UHF) band for digital terrestrial TV broadcasting by the optimization method with a linear program that aims to determine the optimum value of potential revenues in the industry of digital terrestrial TV broadcasting and mobile broadband services.
Results of the optimization is the allocation of the frequency spectrum at 192 MHz for digital TV terrestrial broadcasting services and 112 MHz for mobile broadband service needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27857
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>