Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Yetti
"End of Life merupakan akhir dari suatu hidup. Pasien termasuk lanjut usia yang mengalami penyakit terminal mengalami suatu kondisi yang disebut sebagai akhir hidup. Pada kondisi kesehatan seperti ini, pasien tidak lagi memerlukan intervensi medik seperti resusitasi. Akan tetapi, berdasarkan observasi di sejumlah rumah sakit, pasien-pasien ini tetap memperoleh intervensi medik untuk memperpanjang usianya. Intervensi ini menggambarkan bahwa ada konflik diantara profesi kesehatan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perawat pada pasien yang berpenyakit terminal dan lanjut usia.
Metode: Metode Mengenai Masalah Aktual yang dikembangkan oleh Bakker & Zubair (1990) digunakan pada penelitian ini. Teori Carol Gilligan dipakai untuk menjelaskan konflik yang dialami perawat dalam menolong pasien penyakit terminal dan lanjut usia. Perawat berkewajiban memberikan asuhan keperawatan dengan cara berpindah dari Selfish, ke Good dan ke Truth; jadi, perawat harus menunjukkan kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Ada suatu kebutuhan untuk mengadakan suatu fasilitas layanan untuk merawat pasien pada kondisi ini yang berbeda dari institusi rumah sakit. Institusi ini disebut dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Peduli, dimana pasien dapat memanfaatkan sisa hidupnya.

End of Life is an ending of one’s life. The patients including the old patients suffering with terminal illness are in End of Life or in ceteris paribus conditions. This health conditions do not need the medical interventions such as resuscitation. Unfortunately, based on observations in several health institutions, those patients received medical intervention to prolong their lives. These interventions revealed that there are conflicts among health professions.
Aim: This study was aimed to explore the nursing roles for the terminal illness and aging patients.
Method: Method of the Actual Problem (Metode Mengenai Masalah Aktual) developed by Bakker & Zubair (1990) was applied in this study. The theory of Carol Gilligan was used to explain the conflict of nurses’ role for helping the terminal illness and aging patients. The nurses have an obligation to provide the nursing care for the patients by moving from Selfish, to Good and to Truth; so, the nurses have to express their ability in providing nursing care to the patients. There is a need of a special institution to look after the patients, which is different from hospital institutions. The institutions will be called by Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Peduli, where the patients can spend the rest of their time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1998
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Yetti Malawat
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
P-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Camar Lanang Maulana
"Manusia sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan manusia lain tidak bisa lepas dari tindakan menolong, namun seringkali perbuatan ini merupakan hal yang dianggap remeh, terlalu keseharian dan dianggap bukan hal yang filosofis. Tulisan ini bertujuan untuk meninjau pengaruh dari gagasan etika kepedulian terkait kegiatan menolong. Etika kepedulian menganggap prinsip kepedulian merupakan hal dasar dalam penalaran moral, begitu juga dalam hal menolong. Oleh sebab itu tulisan ini akan berargumen mengenai pentingnya prinsip kepedulian dalam menolong dibanding hanya berfokus pada prinsip keadilan. Untuk sampai pada tujuan tersebut, tulisan ini akan menggunakan metode distingsi konseptual serta analisis kritis. Dalam tulisan ini akan mendeskripsikan teori dasar etika kepedulian terutama menurut Carol Gilligan, kemudian membandingkannya dengan etika keadilan. Setelah itu barulah dilakukan analisis kritis terhadap konteks menolong dan menjawab kritik yang relevan. Hasilnya ditemukan prinsip kepedulian merupakan unsur penting dalam menolong supaya tindakan menolong tidak menjadi kering dan kehilangan arti.

Humans as social beings in interacting with other humans cannot be separated from helping, but often this action is something that is underestimated, are too unpretentious, and is considered not a philosophical thing. This paper aims to examine the influence of ethics of care related to helping activities. Ethics of care considers the principle of caring to be a basic thing in moral reasoning, as well as in terms of helping. This paper will argue about the importance of the principle of caring in helping rather than just focusing on the principle of justice. To achieve this goal, this paper will use conceptual distinction and critical analysis methods. In this paper, we will describe the basic theory of ethics of care, especially according to Carol Gilligan, then compare it with the ethics of justice. After that, a critical analysis is carried out in the context of helping and answers relevant criticism. As a result, it was found that the principle of caring is an important element in helping so that helping actions do not become dry and lose meaning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
"Pada tahun 1979 pernah diterbitkan sebuah buku oleh BKMC/BAKIN (Badan Koordinasi Masalah Cina/Badan Koordinsi Intelijen Negara) yang berjudul RRC. Buku itu membicarakan mengenai politik dalam negeri dan luar negeri RRC, Angkatan Bersenjata RRC, keadaan perekonomian RRC, hubungan RRC dengan. Uni. Sovyet dan,Indocina, doktrin-doktrin politik RRC dan-strategi pemerintah RRC terhadap Cina Perantauan. Semuanya itu dihubungkan dengan strategi dan politik Hankam bangsa Indonesia, khususnya untuk menghadapi ancaman yang datang dari "Utara". Pendapat yang sangat.populer pada waktu itu adalah yang dikenal dengan-nama teori "Domino", yaitu dengan jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara, maka berturut-turut akan berjatuhan pula negara-negara lainnya seperti Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura dan akhimya Indonesia (BKMC, 1979).

Akan tetapi sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua teori dan ramalan yang diuraikan dalam buku tsb. di atas tidak berlaku lagi sekarang. Alih-alih Indonesia jatuh ke tangan komunisme, malahan Indonesia telah berhasil memprakarsai perdamaian di Kamboja. Unit Sovyet, Jerman Timur melebur dengan Jarman Barat, Albania beralih ke pemerintahan non-komunis, perang dingin antar negara-negara adi-kuasa berakhir. Di satu pihak perkembangan politik dunia ini menggembirakan, tetapi di pihak lain juga membingungkan karena berbagai masalah seperti kemiskinan, pelanggaran hak 'asasi manusia, "perang-perang teritorial, dan terorisme masih berlangsung terus sementara kerangka pikir yang selama ini dipakai sebagai acuan sudah tidak berlaku lagi. Akibatnya, seperti yang dikatakan oleh Jendr. TIN (Pum.) Sumitro (1991), era pasta Perang Dingin irti dipandang sebagai masa yang penuh dengan perubahan cepat dan tidak dapat diramalkan.

Pekerjaan ramal-meramal ini terjadi juga dalam bidang perekonomian. Tahun 1970-1980 adalah masa yang penuh optimisme sehubungan dengan "oil boom" yang memberi pengaruh sangat positif terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan optimisme itu masih nampak hingga tahun 1990, seperti yang tercermin dalam ungkapan Dr Dorodjatun Kuntjarajakti dalam salah satu .seminar pada: tahun 1990 tentang perekonomian Indonesia. Dikatakannya bahwa optimisme tentang perekonomian Indonesia tsb adalah karena: lewat berbagai kebijaksanaan ekonomi yang mendasar, ekonomi Indonesia mulai secara tegas melepaskan diri dari ketergantungan kepada sektor migas, mulai beranjak dari sektor pertanian ke industri manufaktur dan berpaling dari pajak yang terkait migas ke pajak langsung dan tak langsung (Kuntjarajakti, 1990: 2).

Akan tetapi hanya lebih dari setahun sesudah itu, pandangan para pakar tentang perekonomian Indonesia berubah 180 derajat. Perang Teluk dan resesi dunia jelas bukannya tidak berpengaruh pada perekonomian Indonesia. sehingga Drs. Kwik Kian Gie, Drs Frans Seda dan Dr Marie Pangestu, dalam scbuah seminar tentang Prospek Perekonomian Indonesia 1992/1993, sama-sama menyatakan keprihatinan mereka tentang masa depan perekonomian Indonesia. Mereka mengamati berbagai gejala yang terjadi di tahun 1991 seperti Tight Money Policy, tingginya suku bunga, dll."
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0507
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin ibn Ali al-Ma`bari al-Malibiri
Tangerang: Lautan Cahaya, 2012
297.5 ZAI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses identifikasi masalah lingkungan hidup yang dapat dilakukan mahasiswa pada matakuliah Ekologi Manusia, mengembangkan prosedur model pembelajaran STS pada matakuliah Ekologi Manusia, dan membandingkan tingkat efektivitas model pembelajaran STS dengan model konvensional yang selama ini dilakukan pada perkuliahan Ekologi Manusia. Disain Eksperimen yang akan digunakan adalah Pretest-postest, Non-Equivalent Control Group Design. Dengan design ini, subjek penelitian ditest sebelum mendapat perlakuan (pretest). Pretest dalam desain penelitian ini digunakan untuk pengontrolan secara statistic (statistical control) dan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil test awal (pretest) nilai rata-rata yang diperoleh oleh responden hanya 17,0 dari 40 soal yang diajukan artinya jauh di bawah rata-rata. Standar deviasi dari rangkaian skor nilai adalah sekitar 4,8. Selanjutnya dari data hasil posttest ada kenaikan rata 22,7 yang menjawab dengan benar dari 40 soal. Dengan demikian, sudah dapat disimpulkan bahwa metode STS dapat meningkatkan prestasi mahasiswa."
JURPEND 15:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggono Wisnudjati
"Permasalahan tentang siapakah aku yang sebenarnya merupakan permasalahan pokok di dalam filsafat manusia. Permasalahan ini belum memiliki jawaban yang tuntas dan menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh karena manusia dapat dilihat dari berbagai macam segi _ Salah satunya adalah dari segi jiwa dan tubuhnya. Plato merupakan salah satu filsuf yang berefleksi tentang manusia dari segi jiwa dan tubuhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Budi Hartono
"Pidana penjara seumur hidup akan selalu dihadapkan dengan suatu persoalan pergulatan tentang kemanusiaan. Disatu sisi pidana penjara seumur hidup digunakan sebagai sarana represif untuk melindungi masyarakat dari perbuatan dan pelaku kejahatan yang dipandang sangat membahayakan. Namun di sisi lain pidana penjara seumur hidup meniadakan hak narapidana mengakhiri masa menjalankan pidana. Garis kebijakan tujuan pelaksanaan pidana di Indonesia adalah pemasyarakan sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Meskipun pidana penjara seumur hidup dalam kenyataannya masih digunakan, namun dalam praktik pelaksanaannya cenderung berusaha untuk menyesuaikan dengan sistem pemasyarakatan yang berorientasi pembinaan. Hal demikian ditempuh untuk mengatasi benturan kepentingan dalam konsep pemasyarakatan yang berorientasi kepada rehabilitasi dan resosialisasi narapidana untuk kembali ke masyarakat dan kepentingan untuk memisahkan narapidana dengan masyarakat dalam jangka waktu lama. Perlu kearifan dalam memandang tujuan pemidanaan yang tidak bermaksud semata memisahkan pelaku kejahatan dari masyarakat dalam jangka waktu lama demi alasan suatu pelanggaran hukum. Meskipun pemidanaan disahkan sebagai konsekuensi atas suatu perbuatan yang melanggar hukum, namun secara substansial dan pelaksanaanya hendaknya menghormati narapidana sebagai manusia yang dijadikan obyek pemidanaan. Bagaimanapun tidak ada perbuatan yang secara absolut terus menerus membahayakan masyarakat dan tidak ada pelaku kejahatan yang memiliki kesalahan absolut atau sama sekali tidak dapat diperbaiki. Jika demikian faktanya bukankah suatu hal yang berlebihan apabila pidana penjara diterapkan hanya semata-mata difokuskan kepada perampasan kebebasan seseorang selama hidup tanpa memberi kesempatan untuk kembali kepada masyarakat ?. Bukankah hal demikian merupakan pemidanaan yang cenderung melanggar HAM seseorang, yakni hak kebebasan yang menurut hukum dilindungi keberadaannya"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Kristi Poerwandari
"The concern grows not only from clinical practices, when the researcher has to psychologically empower survivors of sexual violence or violence in personal settings, but also from observing mass violence happened all over Indonesia during the last five years. Being fully aware of the complexity of the phenomena, the research focuses on the philosophy of humankind: on human consciousness and existence. The research questions can be densed and simplified in two: (1) Why does violence persist to happen? In another word, how does the subject make sense of his/her existence and the existence of others, how does the subject make sense of violence, whether as agent, victim, as well as direct/indirect observer? And (2) how to promote ideas to eliminate, or at least, to prevent violence from becoming banal? The research integrates three conceptions as framework, namely Bakker's conception of 'human being as the centre of the universe', the strategy of living proposed by Van Peursen, and Ricouer 's phenomenology of will. The research also uses the works of many, from Lorenz, Midgley, Fromm, Girard, Sartre, Circus, de Beauvoir, Millett, Kappeler, Levinas, Spaemann, Irigaray, to Arendt, to grasp different understandings which will be then integrated into the total notion of human being.
From biological perspective to social learning, from analysis. on the strategy of living whether it is dominated by mythical way of thinking or by ontological demarcation, it is realized that violence is almost inseparable from our lives. Subject-object dualism and hierarchical opposition are the way by which people live, causing the subject to objectify and negate The Other. This in turn leads all parties to he suspicious in order to maintain, or reverse the hierarchy. Gender-based violence alone stemmed from positioning women as The Absolute Other without reciprocity, that make women, always having emotional relations with men, face difficulty to define themselves as the Subject. From Arendt we learn that once an action is taken, it can be rolling and multiplying to different directions uncontrollable. Realizing the banality of violence, them, above all, it can be stated that violence is about the will, about human responsibility. How to eliminate violence? There is no unwavering answer. Genuine respect to the dignity of human being and to the plurality of consciousness, openness, care and the attitude of 'careful thinking', as well as the courage to stand against the stream, at the least, may prevent violence from becoming banal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D524
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zara Ambadar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>