Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guspianto
"Implementasi manajemen mutu menjadi sangat penting khususnya bagi organisasi rumah sakit guna meningkatkan proses, memecahkan masalah, mengurangi variasi dan kesalahan dalam pelayanan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model manajemen mutu rumah sakit yang terintegrasi dari TQM dan Six Sigma sebagai ?Model Aliansi Manajemen Mutu (QMA)? meliputi enam konstruk: Praktek Manajemen (MP); Praktek Infrastruktur TQM (IPTQM); Praktek Inti TQM (CPTQM); Praktek Infrastruktur Six Sigma (IPSS); Praktek Inti Six Sigma (CPSS); dan Kinerja Rumah Sakit (KRS).
Desain studi adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 863 responden yaitu karyawan dari delapan rumah sakit di provinsi Jambi yang diambil secara acak proporsional. Pengumpulan data melalui survei menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden dan dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM).
Penelitian ini membuktikan bahwa model QMA layak dan dapat diterapkan untuk mengukur implementasi manajemen mutu rumah sakit di Provinsi Jambi, dengan model pengukuran fit, dan variabel serta indikator yang valid dan reliabel. Hasil analisis model struktural, diperoleh sebelas kerangka hubungan yang signifikan yaitu MP terhadap IPTQM (t=11,17); IPTQM terhadap CPTQM (t=2,10); IPTQM terhadap KRS (t=4,23); CPTQM terhadap KRS (t=3,36); MP terhadap IPSS (t=20,94); IPSS terhadap CPSS (t=11,77); CPSS terhadap KRS (t=7,27); IPTQM terhadap CPSS (t=15,90); IPSS terhadap IPTQM (t=10,03); IPSS terhadap CPTQM (t=2,41); CPSS terhadap CPTQM (t=3,77), sedangkan kerangka hubungan yang tidak signifikan adalah CPSS terhadap KRS (t=0,29).
Studi ini merekomendasikan kepada manajemen rumah sakit untuk dapat menerapkan Model QMA secara optimal guna meningkatkan kinerja, dan memanfaatkannya sebagai instrumen evaluasi (self assessment) pelaksanaan manajemen mutu untuk membangun budaya mutu dan membantu memenuhi standar akreditasi rumah sakit.

Implementation of quality management is particularly important for hospital organizations to improve processes, solve problems, reduce variations and errors in service. This research aims to develop a hospital quality management model is an integrated of TQM and Six Sigma as "Model Alliance Quality Management (QMA)" includes six constructs: Practice Management (MP); Infrastructure Practice TQM (IPTQM); Core Practice TQM (CPTQM); Infrastructure Practice Six Sigma (IPSS); Core Practice Six Sigma (CPSS); Hospital Performance (KRS).
The study design was cross-sectional with a sample of 863 respondents are employees of eight hospitals in Jambi Province are taken random proportionally. Data collection through survey using questionnaires filled out by the respondents and analyzed using Structural Equation Model (SEM).
This study proves that the model QMA feasible and can be applied to measure hospital quality management implementation in Jambi Province with the measurement model fit, and the variables and indicators are valid and reliable. The results of the structural model analysis, found eleven significant relationship framework that MP to IPTQM (t=11.17); IPTQM to CPTQM (t=2.10); IPTQM to KRS (t=4.23); CPTQM to KRS (t=3.36); MP to the IPSS (t=20.94); IPSS to CPSS (t=11.77); CPSS to KRS (t=7.27); IPTQM to CPSS (t=15.90); IPSS to IPTQM (t=10.03); IPSS to CPTQM (t=2.41); CPSS to CPTQM (t=3.77), whereas no significant relationship framework is CPSS to KRS (t=0.29).
The study recommends to the hospital management to implement the model QMA optimally to improve performance, and using it as an instrument of self-assessment for implementation of quality management to build a quality culture and to meet accreditation standard hospital.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D2127
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Jessihana Morgan
"Latar Belakang : Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidanglayanan kesehatan publik makin dituntut untuk memberikan layanan kesehatan yanglebih baik Muchtar, 2011. Pelayanan prima dan berkualitas akan berdampak padakepuasan pasien dan berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan terhadappelayanan yang ditawarkan. Salah satu ukuran pencapaian kualitas dari sebuahpelayanan ialah loyalitas dari konsumen. Di Rumah Sakit Charitas, terjadi penurunanloyalitas pelanggan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 sebesar 80. Hal ini terbuktipula dengan penurunan indikator mutu di Rumah Sakit Charitas yaitu BOR, LOS,TOI, GDR, NDR yang turun tiga tahun terakhir ini Data RS. Charitas, 2016 .Diketahui bahwa manajemen mutu TQM dan Six Sigma masing-masing telah terbuktisecara konsep dan empiris sebagai metode perbaikan mutu berkelanjutan yang dapatmembantu meningkatkan kinerja organisasi termasuk rumah sakit.Bagaimana mutupelayanan di Rumah Sakit Charitas dilihat dari Kriteria Malcolm Baldrige dalambidang pelayanan kesehatan dengan integrasi pendekatan TQM dan Six Sigma?
Metode : Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif,dengan tipe penelitian kombinasi Sequential Explenatory Desain Sugiyono, 2012 ,dimana pengumpulan dan analisis data terdiri dari 2 tahap yaitu: 1. pengumpulan dananalisis data kuantitatif pada tahap pertama Pengumpulan data melalui kuisionerdilakukan untuk mengetahui mutu pelayanan Rumah Sakit RK Charitas, melaluipenggunaan Kriteria Baldrige 2. pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahapke dua melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuhterhadap hasil pengumpulan data melalui kuisioner.
Hasil : Dari hasil penelitan, didapatkan seluruh variabel Kepemimpinan,Perencanaan Strategi, Fokus Pelanggan, Fokus Sumber daya manusia, Fokus Proses,Pengukuran-analisa dan manajemen pengetahuan memiliki hubungan yangsignifikan dalam mempengaruhi kinerja rumah sakit. Didapatkan dari tujuh kriteriaMalcolm Baldridge, terdapat 3 variabel yang memiliki nilai diatas total rerata, dan 4kriteria memiliki nilai dibawah total rerata. Dari hasil penelitian didapatkan variabelkepemimpinan merupakan variabel yang memiliki nilai rata-rata terendahiiidibandingkan variabel lainnya. Pada variabel kepemimpinan, dinilai perankepemimpinan dalam transparasi, supevisi, kaderisasi di masa yang akan datang, sertaproses perencanaan dan pengelolaan perencanaan strategi dinilai kurang optimal.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti, maka dapatdisimpulkan bahwa mutu pelayanan Rumah Sakit Charitas dikaji berdasarkanintegrasi TQM dan Six Sigma melalui pendekatan Malcolm Baldridge, perluditingkatkan. Dimana terdapat 4 empat variabel yang memiliki nilai rata-rata lebihrendah dari total nilai rata-rata 7 tujuh variabel dalam Kriteria Malcolm Baldridge. Empat kriteria tersebut ialah kepemimpinan, perencanaan strategi, manajemensumber daya manusia, serta pengukuran, analisis dan manajemen. Variabel yang perlumendapatkan perhatian besar karena memiliki nilai yang paling rendah ialah variabelkepemimpinan dan perencanaan strategi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara mendalam, peran yang paling besar dalam peningkatan kinerja ialah peran kepemimpinan. Dilihat dari hasil pencapaian indikator kinerja RS. Charitas yang mengalami penurunan tiga tahun terakhir, tidak sejalan dengan hasil kuantitatif yang dicapai pada kriteria variabel kinerja rumah sakit, dimana menghasilkan nilai yang baik. Salah satu penyebabnya ialah ketidakselarasan antara program kerja dan target unit dengan rencana strategi yang telah ditetapkan. Hal ini dipertegas melalui wawancara mendalam, rencana strategi yang telah ditetapkan tidak secara menyeluruh disosialisasikan ke unit-unit. Sehingga tujuan dari program kerja seringkali ditemukan tidak sejalan dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, yang berpengaruh pada perbedaan persepsi pencapaian kinerja unit dengan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Selain itu ditemukan tidak adanya pedoman penilaian kinerja unit. Maka melalui penelitian ini diharapkan penerapan Integrasi TQM dan SixSigma untuk mencapai kinerja rumah sakit melalui: meningkatkan peran kepemimpinan di rumah sakit; mengembangkan dan melaksanakan rencana strategis yang optimal; meningkatkan kemampuan untuk fokus terhadap pasien/pelanggan; memberikan perhatian tinggi terhadap pengelolaan dan pemberdayaan karyawan; mengembangkan; meningkatkan sistem dan proses dalam pelaksanaan pelayanan; serta melaksanakan upaya mutu berkelanjutan dengan menekankan pada pengukuranmelalui indikator-indikator individu, unit maupun rumah sakit serta mengembangkansistem informasi yang akurat.

Background : Hospital as an organization working in the field of public health services increasingly demanded to provide better health services Muchtar, 2011. Excellent service and quality will have an impact on patient satisfaction and impacton customer loyalty to the improvement of services offered. One measure of the achievement of the quality of a service is the loyalty of consumers. Charitas Hospital,there is a decline in customer loyalty from the year 2013 to 2015 by 80. It was determined by a decrease in the quality indicators that BOR, LOS, TOI, GDR, NDR which dropped on the last three years Data RS Caritas, 2016. It is known that the quality management TQM and Six Sigma have each proven concepts and empirical as continuous quality improvement methods that can help improve the performance of organizations including hospitals. How is the quality of service at the Charitas Hospital observed from the criteria Malcolm Baldrige Criteria with the integration of TQM and Six Sigma approach.
Method: The method used is quantitative and qualitative research methods, combination of the research type Explenatory Sequential Design Sugiyono, 2012, where the data collection and analysis consists of two phases 1. The collection and analysis of quantitative data on the first stage The data was collected through aquestionnaire conducted to determine the quality of RK Charitas Hospital services, through the use of Baldrige Criteria 2. the collection and analysis of qualitative datain the second phase conducting interviews to get a fuller picture of the data collectedthrough questionnaires.
Results: From the research results, obtained all the variables Leadership, Strategic Planning, Customer Focus, Focus Human Resources, Process Focus, Measurement analysis and knowledge management had a significant association in influencing the performance of the hospital. Obtained from seven Malcolm Baldridge criteria, there are three variables that have a total value above the average, and four criterias havea value below the total average. From the results, the leadership variable is avariable that have the lowest average value compared to other variables. In theleadership variable, assessed a leadership role in transparency, supervision, regeneration in the future, as well as the planning and management processes were considered less optimal than strategy planning.
Conclusions: Based on the results of the research, it can be concluded that the quality of service of Charitas Hospital assessed based on the integration of TQM and Six Sigma approach Malcolm Baldridge, needs to be improved. Where there are 4 four variables that have an average value is lower than the total average value of 7 seven variables in the Malcolm Baldridge Criteria. Four of these criteria areleadership, strategic planning, human resources management, as well asmeasurement, analysis and mangement. Variable that needs great attention because it has the lowest value are leadership and strategic planning. In addition, based on the results of in depth interviews, the greatest role in performance enhancement is therole of leadership. Judging from the results of the achievement of performance indicators Charitas Hospital which has decreased for the last three years, is not inline with the quantitative results achieved on hospital performance variable criteria, which produces a good value. One reason is the misalignment between the work program and the target unit with a strategic plan that has been set. This is confirmed through in depth interviews, plan strategies that have been set are not thoroughly socialized into units. So the purpose of this work program are often found to be not inline with the strategic plan that has been set, which affects the perception of differences in the achievement of the unit's performance with the performance of thehospital as a whole. Also found no performance appraisal guidelines unit. So through this research are expected application of TQM and Six Sigma integration to achievevi performance of hospitals through increasing the role of leadership in the hospital developing and implementing a strategic plan that is optimal improving the ability tofocus on patient customer giving high attention to the management and employee empowerment developing, improving the systems and processes in service delivery and implementing continuous quality efforts with emphasis on measuring through indicators of individual, unit or hospital and developing accurate information system.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas secara terus menerus dalam sebuah perusahaan yang memiliki tujuan untuk menghasilkan cacat yang tidak lebih dari 3.4 cacat per sejuta kesempatan (defect per million opportunities). Penerapan Six Sigma dimulai dengan pembentukan tim yakni Green Belts, Black Belts, Master Black Belts dan Champion. Black Belts mengimplementasikan 4 tahapan strategi yakni: Pengukuran (Measure), Anatisa (Analyze), Perbaikan (Improve) dan Pengontrotan (Control). Keuntungan dari penerapan Six Sigma adalah: proses menjadi lebih stabil dan terprediksi, biaya produksi berkurang serta kepuasan konsumen dan pekerja meningkat. Six Sigma merupakan pelengkap TQM karena baik Six Sigma maupun TQM sama-sama bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kepuasan konsumen."
Lengkap +
JIUPH 4:8 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Kurnia Adi
"ABSTRAK
Tiga karakteristik penting pada suatu produk agar dapat bertahan dan diterima oleh pelanggan adalah kualitas, fungsionalitas dan biaya, yang disebut Survival Triplet. Pada produk baja, karakteristik fungsionalitas dan kualitas telah ditentukan oleh standar sehingga hanya tersisa karakteristik biaya yang harus diatur sebaik mungkin. Penerapan Lean Six Sigma LSS dan Value Engineering VE memberikan efek penurunan biaya dengan pendekatan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesesuaian respon model integrasi VE-LSS terhadap penerapan Lean, Six Sigma dan VE pada proses steelmaking. Model integrasi antara VE dan LSS dibuat dengan memodifikasi konsep VE Value = Function/Cost . Integrasi LSS kedalam kerangka VE akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang berujung pada biaya Cost yang lebih rendah dengan tetap mempertahankan karakteristik fungsionalitas dan kualitas produk. Hasil analisa menunjukkan penerapan VE-LSS secara bersamaan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya pada proses steelmaking sehingga diperoleh biaya yang lebih rendah. Hasil tersebut sesuai dengan model integrasi VE-LSS yang telah dibuat.

ABSTRACT
There are three main characteristics the product to be survived and accepted by customers which are functionality and quality which is internally associated with cost and externally with price, the cost so called Survival Triplet. In the case of steel products, functionality and quality of product are specified in the product standard. Hence, cost is the only remaining characteristic that should be well managed. The implementation of Lean, Six Sigma LSS and Value Engineering VE by different approaches lead to cost reduction. The objective of the study is to test response suitability of integration model of VE LSS according to implementation of Lean, Six Sigma and VE in the steelmaking process. Integration model between VE and LSS developed by modify original VE concept Value Function Cost . Integration of LSS in the VE framework enhanced resource consumption efficiency that lead to lower Cost while maintaining functionality and quality characteristic of products. The analysis showed the implementation of VE LSS simultaneously increased the efficiency of resource in the steelmaking process that lead to lower cost. These results were in conformity with the constructed integration model of VE LSS."
Lengkap +
2016
T47416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hardiman
"Hasil pengkajian di dua belas Rumah Sakit pada Propinsi Jawa Timur, Bali dan Sumatra Barat menunjukan kondisi tentang kurang baiknya mutu pelayanan Rumah Sakit Pemerintah. Kebijaksanaan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dalam rangka peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit diupayakan melalui peningkatan sumber daya manusia, pelatihan dalam penerapan peningkatan mutu dan pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit.
Telah diupayakan intervensi implementasi Sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di lima Rumah Sakit Swadana, tetapi masih didapat hasil yang belum memuaskan. Status Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang sebagai instansi Pengguna Penerimaan Negara Bukan Pajak yang merupakan transisi kearah unit Swadana membutuhkan model implementasi Sistem Manajemen Mutu Terpadu.
Dilakukan analisis lima konsep Sistem Manajemen Mutu Terpadu sehingga didapatkan suatu konsep model sintesa. Model kemudian diuji dengan melakukan implementasi pada Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang. Kemudian dilakukan analisis dan hasil implementasi di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang tersebut. Dari analisis dihasilkan; pertama Model Implementasi Sistem MMT untuk Rumah Sakit;kedua deskripsi model konseptual implementasi Sistem MMT; ketiga deskripsi model implementasi di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang; keempat model evaluasi implementasi Sistem MMT; kelima masalah potensial dalam implementasi Sistem MMT di Rumah Sakit adalah belum siapnya individu, kelompok dan organisasi menerima perubahan.
Berdasarkan kesimpulan disarankan kepada Departemen Kesehatan untuk membuat rumusan konsep Model dan Strategi untuk Implementasi Sistem MMT bagi Rumah Sakit Pemerintah; memilih beberapa Rumah Sakit Jiwa Pusat menjadi unit swadana;merumuskan perubahan Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Pusat dan Pelatihan MMT bagi Pimpinan Rumah Sakit Jiwa Pusat. Disarankan pula kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk komit terhadap implementasi Sistem MMT. Kepada PERSI agar melaksanakan pelatihan teknis perumah sakitan dan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam pengawasan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Model Development and Total Quality Management System Implementation Analysis in Hospital, A Case Study in Semarang State Mental Hospital. Survey result 12 Hospital in East Java, Bali and West Sumatra indicate that public hospital quality care were not good. Directorate General Medical Care Policy in Longterm Development Stage 11 due to hospital quality care improvement is effort with human resources empowerment, implementing quality improvement training, and hospital accreditation.
It has been done Total Quality Management System intervention in five Self Financing ("Swadana") a hospital, but the result were not satisfied. Semarang State Mental Hospital status as institution of government revenue non tax ("Instansi Pengguna Penerimaan Bukan Pajak") as transition to self financing unit required Total Quality Management System Model.
There are five Total Quality Management Concept have been analyzed and then Synthesized Model Concept as a result. Synthesized Model has been implemented in Semarang State Mental Hospital and follow by analyze. The result of analyzed are : First, Total Quality Management Implementation System for Hospital ; Second, Total Quality Management Implementation Conceptual Model description ; Third, Implementation Model description in Semarang State Mental Hospital ; Fourth, Evaluation model of Total Quality Management Implementation ; Fifth, Potential problem in Total Quality Management Implementation in Hospital are individual, group and organization nit ready for changes.
As a conclusion is suggested to Ministry of Health for making conceptual Model and Total Quality Management System implementation strategic for public hospital , choosing several state mental hospital become self financing unit, changing state mental hospital organizational structure and training Total Quality Management for State mental hospital's Director. Another suggestion to Hospital Director had commitment for Total Quality Management implementation. To Indonesian Hospital Association doing hospital technical training and to community doing participation and controlling hospital quality care.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonny
"Keberadaan rumah sakit sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan nilai strategis Millenium Development Goals, standar kualitas optimum dan cost effective telah menjadi alasan utama diterapkannya TQM di rumah sakit melalui model generik TQM seperti ISO 9001 dan Joint Commission International (JCI) (Munechika, Sano, Jin & Kajihara, 2014; Milner, 2007). Namun demikian, masih banyak pasien yang mengeluhkan pelayanan yang tidak sesuai Standard Operating Procedure (SOP), sarana dan prasarana yang tidak memadai dan biaya yang tinggi (Guspianto, 2015). Hal ini telah membuktikan bahwa penerapan model generik TQM belum efektif dengan mutu pelayanan rumah sakit pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit swasta (Guspianto, 2015; Arasli & Ahmadeva, 2004). Milakovich, 1991 dalam Milner 2007 menyatakan bahwa akreditasi seperti JCI mewakili model yang tidak efektif dalam meningkatkan mutu lintas rumah sakit dan telah menciptakan resistensi bahkan oposisi dari staf rumah sakit. Untuk itulah, penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan model TQM untuk rumah sakit.
Metode yang digunakan adalah Partial Least Square Structural Equation Modeling terhadap persepsi karyawan dan statistik deskriptif terhadap persepsi pasien dan manajemen. Penelitian ini dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUP Fatmawati di 8 unit pelayanan dengan 16 manajemen, 64 karyawan dan 170 pasien. Hasilnya adalah model TQM untuk rumah sakit yang fit dengan variabel dan indikator yang valid dan reliabel serta Customer Satisfaction dan Result yang baik. Dengan model ini, ditemukan beberapa variabel yang berhubungan (p-value <0.05) dan tidak berhubungan (p-value > 0.05).
Hasil penelitian ini menyarankan bahwa variabel yang berhubungan adalah Continuous Improvement terhadap Process Management (r=0.394, p-value=0.000), Organization Behavior and Culture terhadap Process Management (r=0.392, p-value=0.014), Top Management Commitment terhadap Process Management (r=0.303, p-value=0.005), Training and Education terhadapContinuous Improvement (r=0.372, p-value=0.017), Teamwork and Participation terhadap Continuous Improvement (r=0.353, p-value=0.002). Sementara itu, untuk variabel yang tidak berhubungan adalah Information Managementterhadap Continuous Improvement (p-value= 0.076), Customer Focus and Satisfaction terhadap Process Management (p-value= 0.684), Supplier Management terhadap Process Management (p-value=0.287), dan Resource Managementterhadap Process Management (p-value=0.869). Dalam penelitian ini, manajemen rumah sakit direkomendasikan agar menggunakan model TQM untuk Rumah Sakit dalam rangka mendapatkan manfaat berupa kinerja rumah sakit dan kepuasan pasien yang meningkat.

The existence of hospitals as part of health service system with Strategic Millenium Development Goals (MDGs), optimal quality standards and cost effectiveness has been the major rationalization of TQM implementation in hospitals by adopting generic TQM model such as ISO 9001 dan Joint Commission International (JCI) (Munechika, Sano, Jin & Kajihara et. al., 2014; Milner, 2007). However, there are still many complaints from patient`s side regarding hospital`s service that is not comply with standard operating procedure (SOP), inadequacy of hospital`s facility and high cost (Guspianto, 2015). These evidences have proven that the implementation of generic TQM model is ineffective with condition that the quality of service from public hospitals are lower than private hospitals (Guspianto, 2015; Arasli & Ahmadeva, 2004). Milakovich, 1991 in Milner 2007 has revealed that hospital accreditation such as JCI has represented ineffective model in increasing hospital-wide service quality and created resistance among hospital`s personnels. Therefore, this research is intended to develop TQM model for hospital.
The research methods that has been deployed are quantitative research using Partial Least Square Structural Equation Modeling for analyzing insights from employee perspective and descriptive statistics for generating insights from both management and patient perspectives. This research has been taken place at Gatot Soebroto Army Central Hospital and Fatmawati General Central Hospital in 8 working units with 16 management team members, 64 personnels, and 170 patients.
The result has revealed that the TQM model for hospital is fit with valid and reliable variables and indicators with good Customer Satisfaction and Result. Furthermore, this model finds that several constructs are related and some are not related. Those related are Continuous Improvement with Process Management (r=0.394, p-value=0.000), Organization Behavior and Culture with Process Management (r=0.392, p-value=0.014), Top Management Commitment with Process Management (r=0.303, p-value=0.005), Training and Education with Continuous Improvement (r=0.372, p-value=0.017), Teamwork and Participation with Continuous Improvement (r=0.353, p-value=0.002). Those not related are Information Management with Continuous Improvement (p-value= 0.076), Customer Focus and Satisfaction with Process Management (p-value= 0.684), Supplier Management with Process Management (p-value=0.287), and Resource Management with Process Management (p-value=0.869). In this research, hospital management has been suggested to implement this TQM model for hospital in order to increase both hospital performance and customer satisfaction.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva
"Pengelolaan logistik salah satu aspek kritis dalam penyediaan layanan kesehatan dan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas perawatan, kepuasan pasien dan kepuasan perawat. Perbaikan suatu proses kegiatan sangat dibutuhkan untuk optimalisasi pengelolaan logistik keperawatan. Lean six sigma merupakan metodologi perbaikan yang dirancang untuk mengurangi variasi dalam suatu proses dan meningkatkan kemampuan proses dalam perbaikan. Tujuan : untuk mengidentifikasi pengaruh improvement pengelolaan logsitik dengan studi lean six sigma terhadap kepuasan perawat. Metode : Pre-experimental designs: One-group pretest-posttest design yaitu hanya menggunakan satu kelompok eksperimen, tanpa adanya kelompok kontrol. Variabel dependen diukur sebelum diberikan perlakuan dan kemudian diukur kembali setelah diberi perlakuaan. Tehnik sampling dengan nonpropability sampling khususnya purposive sampling, terdiri dari 1I6 responden, yang dibagi menjadi 10 sampel intervensi dan 106 responden yang diukur tingkat kepuasannya dengan kriteria inklusi kepala ruang, ketua tim, perawat pelaksana yang berdinas di ruang rawat inap dan rawat jalan. Hasil : Rata-rata kepuasan perawat dalam pengelolan logistik sebelum improvement dengan studi lean six sigma adalah 57.75% dan setelah improvement dengan studi lean six sigma adalah 80.51%. Hasil penelitian didapatkan nilai 0.001, sehingga dapat disampaikan ada perbedaan yang signifikan pada kepuasan perawat dalam pengelolaan logistik antara sebelum dan setelah improvement dengan studi lean six sigma. Kesimpulan : Improvement pengelolaan logistik dengan studi lean six sigma memberikan pengaruh terhadap kepuasan perawat dan bermanfaat dalam optimalisasi pengelolaan logistik keperawatan.

Logistics management is one of the critical aspects in the provision of health services and has a vital role in improving the quality of care, patient satisfaction and nurse satisfaction. Repair a process of activity is needed to optimize the management of nursing logistics. Lean six sigma is an improvement methodology designed to reduce variation in a process and improve process capability for improvement. Purpose: To identify the effect of logistics management improvement with a lean six sigma study on nurse satisfaction. Method: Pre-experimental designs: One-group pretest-posttest design, that is, using only one experimental group, without a control group. The dependent variable was measured before being given treatment and then measured again after being given treatment. Sampling technique with non-probability sampling, especially purposive sampling, consisting of 1I6 respondents divided into ten intervention samples and 106 respondents whose satisfaction level was measured with the inclusion criteria of the head of the room, team leader, implementing nurse who served in inpatient and outpatient rooms. Results: The average satisfaction rate of nurses in logistics management before improvement with the lean six sigma study is 57.75% and after improvement with the lean six sigma study is 80.51%. The study's results obtained a value of 0.001, so it can be conveyed that there is a significant difference in nurse satisfaction in logistics management between before and after improvement with a lean six sigma study. Conclusion: Improvement logistics management with study lean six sigma affects nurse satisfaction and helps optimize nursing logistics management.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Fitriana Anggraeni
"Penelitian dilakukan di Rumah Sakit XYZ yang mencapai indikator mutu dibawah target dalam proses pengadaan dan penerimaan obat dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Lingkup proses yang diteliti dalam penelitian ini mencakup proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat dengan menggunakan pendekatan lean six sigma untuk mengidentifikasi waste di dalam proses serta proses dengan tingkat kecacatan tertinggi. Hasil studi mendapatkan bahwa permasalahan utama dalam proses supply chain obat di RS XYZ adalah stok obat kosong. Beberapa faktor yang menyebabkan kosongnya stok obat di RS XYZ antara lain, penyelesaian dokumen purchase order dan kedatangan obat tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan, lock oleh vendor, kekosongan obat di principal, revisi purchase order dan faktur, serta variasi waktu approval purchase request. Bottleneck yang ditemukan dan menjadi salah satu penyebab stok obat kosong adalah proses penyelesaian dokumen purchase order yang merupakan proses dengan waktu terlama serta merupakan proses dengan nilai sigma paling rendah, yakni berada di rentang 1.2 hingga 1.8 di bulan Maret–Mei dan nilai defects per million yang cukup tinggi, yakni 365.714–580.000 di bulan Maret–Mei yang menunjukkan tingginya kecacatan berupa keterlambatan dalam proses penyelesaian dokumen purchase order. Tingginya variasi penyelesaian dokumen purchase order berdampak pada perencanaan penghitungan kebutuhan obat yang didasari pada penghitungan lead time.

This research used qualitative and quantitative analysis conducted at XYZ Hospital, which achieved quality indicators below the target in the supply chain process, specifically in the procurement and receiving of drugs. The scope of the processes examined in this study includes the planning, procurement, receiving, storage, and distribution of drugs using the Lean Six Sigma approach to identify waste within the processes and those with the highest defect rates. The study found that the main issue in the drug supply chain process at XYZ Hospital is drug stockouts. Several factors causing drug stockouts at XYZ Hospital include the completion of purchase order documents and drug arrivals not meeting the established time standards, vendor lock, drug shortages at the principal, purchase order and invoice revisions, and variations in the approval time for purchase requests. A bottleneck identified as one of the causes of drug stockouts is the process of completing purchase order documents, which is the longest process and has the lowest sigma value, ranging from 1.2 to 1.8 in March–May, with a high defects per million value of 365,714-580,000 in March–May, indicating a high defect rate in the form of delays in the purchase order document completion process. The high variation in the completion of purchase order documents impacts the planning of drug requirements calculation, which is based on lead time calculations.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Aidah
"Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi alur proses pelayanan dengan menggunakan pendekatan lean six sigma dan memberikan usulan perbaikan di Instalasi Radiologi RS Hermina Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian operasional (operational research) dengan desain penelitian kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Sasaran penelitian adalah pemeriksaan radiologi konvensional sebanyak 31 sampel. Hasil yang didapatkan dari pengukuran value stream mapping (VSM) adalah rata-rata lead time per pasien 2 jam 26 menit 42 detik pada shift pagi siang dan 12 jam 34 menit 53 detik pada shift malam. Bottleneck terletak pada siklus pengolahan ekspertise dikontribusi oleh sebagian besar waste of waiting, yaitu menunggu foto dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Akar penyebab masalah adalah tidak ada jam praktek dokter spesialis radiologi pada shift malam hari serta belum diterapkan standarisasi waktu tunggu pelayanan radiologi untuk semua jenis pasien. Usulan perbaikan yang diberikan adalah dilakukannya standardized work, visual management, dan just in time sehingga diestimasikan lead time dapat dikurangi sebesar 26,47% (1 jam 47 menit 52 detik) pada shift pagi dan siang, serta shift malam 49,35% (6 jam 22 menit 28 detik).

The purpose of this study is to identify the service process flow using lean six sigma approach and giving improvement suggestions in radiology instalation at Hermina Tangerang Hospital. This is a quantitative and qualitaive operational research which the data was collected from observation result, in-depth interview, and document review. Target research of the study was the coventional radiology examinations with 31 samples. The result based on value stream mapping (VSM) measurement showed the average lead time per patient is 2 hours 26 minutes 42 seconds in the day shift and 12 hours 34 minutes 53 seconds in the night shift. The bottleneck is located in the expertise processing cyle which dominantly contributed by waste of waiting by waiting the image to be interpreted by the radiology specialist doctor. The root cause of the problem was the unavailability of the radiology specialist doctor in the night shift and there is no standardization of patients waiting time in the radiology services.  The improvement suggestions are the radiology department needs to apply a standardized work, visual management, and just in time, so that it is estimated that the lead time can be reduced 26,47% (1 hour 47 minutes 52 seconds) in the day shift and 49,35% in the night shift (6 hours 22 minutes 28 seconds)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Feriadi
"Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi dari proses dan alat dari proyek perbaikan mutu. Menyediakan fase-fase beserta kegiatannya untuk menjalankan sebuah proyek perbaikan mutu. Studi ini juga menyajikan jenis-jenisalat dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam setiap tahapan proyek.
Studi ini mencatat bahwa berbagai jenis pendekatan manajemen mutu memiliki kesamaan dalam langkah proses dan alat yang digunakan dalam setiap proses. Terdapat empat langkah umum dalam sebuah proyek perbaikan, yaitu: 1. Identifikasi dan penetapan sebuah proyek perbaikan, 2. Mendiagnosa penyebab masalah, 3. Menghilangkan penyebab masalah, 4. Mempertahankan pencapaian dari hasil perbaikan. Disamping itu didapatkan juga bahwa sebuah alat sangat mungkin untuk dipakai di dalam lebih dari satu tahap atau proses.

This paper attempts to identify the implementation of process steps and tools in a quality improvement project. It provides phases and its activities to perform a project of quality improvement process. It also present kinds of tools and techniques are used to achieved goals in every steps of project.
This study note that various quality management approaches has a similarity in process steps and tools. There are four general steps in an improvement project. Those are identify and establish an improvement project; diagnose the cause of problems; remedy the cause of problem; and Hold the gains. It also provides most commonly tools applied in quality and a process improvement project.The application of a tool in more than one phase into a project is very possible.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>