Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155487 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Turut Suprihatin
"Disertasi ini membahas upaya untuk menciptakan kenyamanan, dan mempertahankan wilyah koloni yang dilakukan para perempuan Eropa/Indo. Kenyaman yang diinginkan mengikuti diskursus yang ada di Belanda, yang titunjukakan denga konsep HBB.

The present thesis discusses the efforts of Indo/European women to create comfort and to survive in the colonies. The comfort idealized is bases on the discources of comfort in the Nederlands as recaputulated in the concept of HBB."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1971
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wahyudi
"Pada abad ke-19 telah terbit karya-karya sastra dalam bahasa Melayu di Hindia Belanda dalam bentuk puisi, prosa, dan drama. Populasi semua genre sastra itu sekitar 70 karya yang terbit mulai pertengahan abad ke-19. Sebagian besar karya belum pernah dibahas, baik secara populer maupun ilmiah padahal banyak gambaran sosiologis dan kultural di dalamnya. Berdasar kenyataan ini maka disertasi ini dikerjakan dengan berfokus pada lima antologi puisi karya Bangsjawan (Boek Saier oetawa Terseboet Pantoen, 1857), H.G.L., (Pantoon Melajoe sama Tjerita Aneh-aneh, 1858), Maradjalan (Saër Nasehat Orang Berboeat Djahat dan Saër Negri Batawi, 1866), Pattinama (Sair Kadatangan Sri Maharaja Siam di Betawi, 1871/2000), dan Tan Teng Kie (Sya’ir Jalanan Kreta Api,1890/2000). Karya lima pengarang ini dipilih dari 44 antologi puisi berdasarkan kenyataan bahwa dalam karya mereka telah tergambar adanya modernitas. Mengingat pula bahwa karya-karya ini terbit dalam bahasa Melayu sebagai ekses dari ideologi kolonial yang tidak mengajarkan bahasa Belanda kepada penduduk terjajah, maka konsep ideologi kolonial ini dipakai sebagai pemicu analisis. Untuk memahami makna primer dan makna sekunder dari antologi-antologi puisi ini, dimanfaatkan teori signifikasi Barthes dan pendekatan sosiologi sastra. Melalui analisis kemudian dapat dinyatakan bahwa karya-karya syair mereka menunjukkan adanya modernitas kolonial, jelas sebagai sastra modern, serta bagian integral dari sastra Indonesia modern.

In the 19th century, literary works in Malay in the Dutch East Indies were published in the form of poetry, prose, and drama. The population of all literary genres is about 70 works published in the mid-19th century. Most of the works have never been discussed, either popularly or scientifically, even though there are many sociological and cultural images in them. Based on this fact, this dissertation has been carried out by focusing on five anthologies of poetry by Bangsjawan (Syair boek or called pantun, 1857), HGL, (Malay pantun and strange stories, 1858), Maradjalan (Advice poetry so that people do not do evil and Syair about Batawi, 1866), Pattinama (Syair about arrival of Sri Maharaja Siam in Betawi, 1871/2000), and Tan Teng Kie (Syair about railroad construction, 1890/2000). The works of these five authors were selected from 44 poetry anthologies based on the fact that their works have depicted the existence of modernity. Also considering that these works were published in Malay as an excess of colonial ideology which did not teach Dutch to the colonized people, the concept of colonial ideology was used as a trigger for analysis. To understand the primary and secondary meanings of these anthologies of poetry, Barthes' theory of signification and the sociological approach of literature are used. Through analysis, it can be stated that their poetry shows the existence of colonial modernity, is clearly seen as modern literature, and is an integral part of modern Indonesian literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risqi Gusdita Rahmadi
"ABSTRAK
Revolusi telah berkontribusi dalam pembentukan masyarakat di dunia. Fenomena tersebut mengubah nilai-nilai fundamental dan memberikan suatu pandangan baru di dalam masyarakat. Dengan berubahnya nilai fundamental, masyarakat pun berubah, dan hal hal yang sebelumnya diterima sebelum revolusi, menjadi kurang menarik ataupun tidak lagi diterima di dalam masyarakat. Pandangan baru ini membentuk sebuah selera dan kebutuhan baru, seperti halnya sebuah tren. Hal ini tampak pada perubahan di dalam dunia seni dan arsitektur. Arsitektur dan Revolusi: Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda dan Perubahan dalam Masyarakat Kolonial tidak membahas revolusi kemerdekaan Indonesia, melainkan membahas bagaimana konteks dan isu sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di Hindia Belanda membentuk sebuah revolusi dalam masyarakat kolonial pada periode akhir kolonial Belanda. Dimulai dengan analisis mengenai revolusi yang terjadi di Eropa, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis korelasi antara revolusi tersebut dan perubahan di dalam gaya arsitektur di Eropa dan Rusia setelah revolusi. Akan tetapi, keadaan masyarakat kolonial di Hindia Belanda memiliki konteks yang berbeda dengan masyarakat Eropa. Oleh karena itu, saya menganalisis konteks tersebut dan bagaimana sebuah revolusi terbentuk. Pembahasan kemudian saya akhiri dengan menganalisis perubahan Arsitektur di Hindia Belanda untuk menekankan adanya sebuah upaya dalam merepresentasikan ide baru yang terbentuk pasca revolusi melalui sebuah bentuk yang konkrit, yaitu arsitektur.

ABSTRACT
Revolution changes the fundamental values in the society. As the fundamental values change, the society also changes, and things that were used to be agreeable before the revolution may become less appealing, or no longer accepted. This new value formed a new taste and necessity in the society. As a result, the process of designing will be influenced by this newfound value. This writing does not discuss the revolution of Indonesian Independence. It discusses how the social, economy and political context and issues in the Dutch East Indies formed a revolution within the colonial society during the late colonial era. It starts with the analysis of revolutions throughout Europe & Russia, then continues to analyze changes in the Architectural Styles in Europe after the revolutions. However, the European and Russian society were essentially different than the Dutch East Indies society, which was, a colonial society. Therefore, I analyze the context of the Dutch East Indies society and how the revolution was formed. The discussion subsequently analyzes the changes in the Indies Architecture to further emphasize an effort to represent the new ideas that formed after the revolution into a concrete form, which is architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Fajar Surya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas upaya pemerintah kolonial terhadap pelestarian lingkungan di Hindia Belanda. Perusakan hutan dan perburuan hewan liar, merupakan masalah krusial yang mengancam kelestarian lingkungan hidup pada awal abad di Hindia Belanda. Hal tersebut dibuktikan dari musim pancaroba dan hujan yang tidak turun pada musim basah. Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Hindia Belanda membuat beberapa landasan kebijakan untuk membatasi kerusakan dan melestarikan alam. Landasan kebijakan tersebut merupakan hasil dari masukan dan aksi sekelompok ilmuwan yang peduli terhadap lingkungan. Ide pemikiran Ilmuwan di Hindia Belanda tidak terlepas dari upaya pelestarian alam yang ada di Belanda. Sebagai negara induk, Belanda mempunyai peran penting sebagai pemicu dari beridirinya gerakan pelestarian alam di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah, yaitu: melalui tahap heuristik, dengan menelusuri Staatsblad lembaran negara , dan statuten yang melalui tahapan kritik. Sehingga dapat di interpretasi dan menghasilkan penulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah kolonial Hindia Belanda telah membangun landasan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan yang konstruktif dengan membangun cagar alam dan suaka margasatwa.

ABSTRACT
This thesis discusses the efforts of the colonial government towards environmental conservation in the Dutch East Indies. The destruction of forests and the hunting of wild animals, was a crucial issue that threatened the preservation of the environment at the beginning of the century in the Dutch East Indies. This is evident during the transition season when the rain did not fall in the wet season. At the beginning of the 20th century, the Dutch East Indies colonial government made several policy platforms to limit environmental damage and preserve nature. The foundation of the policy is the result of input and action of a group of scientists who care about the environment. The ideas and thoughts of the scientists in the Dutch East Indies cannot be separated from the efforts of nature conservation in the Netherlands. As a mother country, the Netherlands had an important role as a trigger of the establishment of nature conservation movement in the Dutch East Indies. The method used in this research is the historical method, namely through the heuristic stage, by tracing the Staatsblad, and statuten through criticism stage. So that, can be interpreted and be writed as history. The results of this study indicate that the Dutch East Indies colonial government has built a constructive policy regarding environmental management by establishing nature reserves and wildlife sanctuaries.
"
2017
S68382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Laksmi Larasati
"Penelitian ini adalah penelitian arsitektur dengan pendekatan sejarah terhadap Rumah Mayor Cina Muntok. Rumah ini menghadirkan perpaduan arsitektur kolonial Indische Empire dan tradisional Cina, siheyuan; yang masing-masing memiliki dasar pemikiran berbeda terkait kebudayaan yang dimiliki. Penelitian ini mendokumentasikan arsitektur dan ornamen rumah, kemudian menganalisisnya dengan bantuan literatur dan teori terkait. Penelitian terhadap Tjoeng A Tiam yang diatribusikan sebagai pendiri dilakukan atas dasar karya seni dan ornamen yang terpajang dalam dekorasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa aspek dalam arsitektur dapat menampilkan bagaimana kedua kebudayaan tersebut bersanding sekaligus menyesuaikan dengan kondisi alam setempat. Pengetahuan yang tergali dari objek diharapkan dapat turut membantu sebagai referensi dalam proses pelestarian objek di masa depan

This is an architectural research with historical approach on the Chinese Mayor Mansion in Muntok. The mansion's architecture is a combination of Colonial Indische Empire, and Chinese traditional siheyuan each with their own background culture. This research documented the mansion's architecture and decorations, which are then analysed using architectural and cultural literatures. Research on Tjoeng A Tiam, the name attributed as owner, is done through arts and ornaments available in the mansion. The result is the identification of the object's architecture that portrays the combination of both architecture style as well as their adjustments to the local environment. The information is expected to be used as reference for future conservation project of this object."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Fadhilah
"Jurnal ini membahas gambaran kehidupan orang Belanda di Hindia-Belanda pada masa penjajahan Belanda dan kekuasaan Jepang hingga masa kemerdekaan RI dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch East Indies (2011) yang ditulis oleh Ralph Ockerse dan Evelijn Blaney. Buku ini berkisah tentang dinamika kehidupan Ockerse dan keluarganya di Hindia Belanda pada tahun 1935 sampai dengan tahun 1946. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, tahun 1940 sampai 1946 adalah masa di mana transisi otoritas di Hindia-Belanda, mulai dari kekuasaan Belanda, kependudukan Jepang pada tahun 1942, hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Transisi otoritas tersebut berdampak langsung kepada orang Belanda di Hindia Belanda. Kondisi masyarakat yang berubah-ubah secara signifikan pada masa itu dapat tercermin pada kehidupan orang Belanda, salah satunya kepada kehidupan Ralph Ockerse tokoh utama dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies. Dinamika kehidupan orang Belanda ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana gambaran kehidupan orang Belanda di Hindia-Belanda dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies? Bagaimana orang Ockerse sebagai representasi orang Belanda dalam buku ini melihat kehidupannya sendiri di Hindia-Belanda?

This paper will dicuss the description of the Dutchs life in Dutch East Indies during Dutch colonial era and Japans authority up until Indonesias independence in Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies (2011) written by Ralph Ockerse and Evelijn Blaney. This book tells about the dynamics of Ockerses and his familys life in Dutch East Indies from 1935 until 1946. According to the historical data, the most intense authorities transition in Dutch East Indies happened from 1940 untul 1946, began with Dutchs authority, Japans authority in 1942, until Indonesias independence in 1945. These authorities transitions affected the Dutch citizen in Dutch East Indies directly, in this case was Ralph Ockerse as the main character of the book. This dynamics triggering several question: Hows the life of the Dutch in Dutch East Indies described in Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies? How Ockerse, as the representation of the Dutch in this book sees his own life in Dutch East Indies?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Kartika Rustiraning
"Penulis perempuan memiliki ruang terbatas dalam publikasi karya tulis di penerbitan arus utama untuk mengekspresikan seksualitas. Kehadiran media alternatif berbasis internet seperti Wattpad memberi kesempatan bagi penulis perempuan untuk mempublikasikan novel roman dewasa dengan muatan seksual secara bebas. Mengacu pada asumsi teoretis ideologi media (Gershon, 2010), peneliti meyakini bahwa penulis perempuan memilih dan memanfaatkan media publikasi alternatif sesuai keyakinan mereka tentang struktur dan kegunaan media tersebut, sekaligus persepsi mereka terkait seksualitas dan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode studi naratif untuk merinci pengalaman dan persepsi penulis perempuan dalam perjalanan publikasi mereka. Penelitian ini mengungkap bahwa keterbatasan ruang mendorong penulis perempuan mencoba media alternatif demi mempublikasikan karya berperspektif perempuan (Cixous, 1976). Remediasi atau perbandingan cara pandang tentang berbagai media menjadi dasar penulis perempuan memetakan jenis-jenis media publikasi yang tersedia. Berdasarkan pemetaan tersebut, penulis perempuan berpindah media (media switching) secara fleksibel sesuai pertimbangan mereka tentang kendali atas isi tulisan, waktu publikasi, hingga perolehan finansial dari penjualan novel. Artinya, ideologi media menjadi bekal menyusun taktik untuk meraih kedaulatan dalam melakukan praktik publikasi. Upaya meraih kedaulatan tersebut diperoleh melalui making do (De Certeau, 1984), yaitu menjadi pengguna media aktif yang bisa memilih dan menciptakan peluang secara cerdik dengan menumpang pada sumber daya yang tersedia.

Female novelists have limited space to express sexuality in mainstream publication. Internet-based alternative media like Wattpad provides them with opportunities to freely publish adult romance novels that contains sexual materials. Based on the theoretical assumptions of media ideologies (Gershon, 2010), this research believes that female novelists choose and use alternative publication platforms according to their beliefs about the structure and function of the media, as well as their perceptions of sexuality and women. This research uses the narrative study to detail the experiences and perceptions of female novelists in the course of their publication. This study reveals that the limited space encourages female novelist to try various alternative media in order to publish their female-oriented works (Cixous, 1976). Remediation, or comparison of perspectives on various media, has become their point of departure to map the forms of available publication platforms. Based on that, female novelists perform media switching flexibly based on their considerations on agency over the content of the writing, the time of publication, and the financial gain from selling their novels. This means that their media ideologies encourage them to develop tactics to claim sovereignty in their practice of publication. Their effort to empowerment is obtained through “making do” (De Certeau, 1984), by being an active media user who can choose and create opportunities surreptitiously by relying on available resources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Ari Wijaya
"Jurnal ini membahas lukisan Isaac lazarus Israëls, pelukis Belanda di tahun 1880-an. Di Belanda ia mendapat nama sebagai pelukis impresionistik. Ia pernah datang ke Hindia-Belanda pada tahun 1920-an dan melukis mengenai Hindia-Belanda. Penulis ingin melihat bagaimana kacamata Belanda melihat Hindia-Belanda yang dipresentasikan melalui karyanya. Beberapa karya dianalisis melalui unsur-unsur pembangun lukisan. Dari analisis tenyata pandangan Isaac Israëls berbeda ketika ia melihat Belanda dan Hindia-Belanda. Hal itu terjadi karena kedekatan emosional Isaac Israëls terhadap subjek yang dilukisnya. Meskipun dalam melukis keduanya, ia tetap setia pada aliran impresionisme.
This journal discusses about paintings made by Isaac Lazarus Israëls, an impressionistic painter from the Netherlands in the 1880s. He came to the Netherlands East Indies in the 1920s and made some paintings there. The author aim is to look how people of the Netherlands see the Netherlands East Indies which reflected from his paintings. Some of his works will be analyzed through the painting elements. The result shows that there are some differences on how he see the Netherlands and the Netherlands East Indies. This is happening because of Isaac?s closeness toward the subject that he painted. However, the impressionism style still visible in both of his paintings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Fadhilah
"Artikel ini membahas peran domestik perempuan Belanda di Hindia Belanda dalam majalah De Huisvrouw in Indië 1934. Majalah De Huisvrouw in Indië dikhususkan untuk pembaca di kalangan ibu rumah tangga dan diterbitkan oleh Nederlandse Vereniging van Huisvrouwen in Indië (Organisasi Ibu Rumah Tangga Hindia Belanda), bersamaan dengan naiknya jumlah perempuan Belanda yang datang ke Hindia Belanda pada abad ke-20. Penelitian dilakukan terhadap enam edisi majalah De Huisvrouw in Indië tahun 1934 dengan metode sejarah Kuntowijoyo (2013) dan mengacu pada konsep “The Happy Housewife” dari Friedan (1963) tentang representasi perempuan dalam majalah perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa majalah De Huisvrouw in Indië hadir menjadi penunjang untuk perempuan Belanda dalam menjalankan peran domestiknya di Hindia Belanda dan peran domestik ini memiliki signifikansi tersendiri, terutama untuk mempertahankan supremasi kulit putih di daerah koloni. Perempuan Belanda di Hindia Belanda menjalankan peran domestik untuk mempertahankan rust en orde (ketenangan dan ketertiban) sehingga tidak terjadi pencampuran antara orang-orang kulit putih dengan masyarakat pribumi dengan membentuk ruang domestik yang sesuai dengan Hollandse gezellig (kenyamanan Belanda) melalui kehadiran Huisje, Boompje, Beestje (rumah, taman, dan hewan peliharaan), sebagaimana tercermin dalam konten-konten di majalah De Huisvrouw in Indië.

This article discusses the depiction of the domestic role of Dutch women in the Dutch East Indies in De Huisvrouw in Indië. De Huisvrouw in Indië is a magazine tailored for housewives and published by Nederlandse Vereniging van Huisvrouwen in Indië (Association of Housewives in the Netherlands Indies) alongside the rise of Dutch woman arriving in Dutch East Indies during the 20th century. The study analyzes six editions of De Huisvrouw in Indië published in 1934 using historical methods introduced by Kuntowijoyo (2013) and refers to the concept of "The Happy Housewife" introduced by Friedan (1963) regarding the representation of women in women's magazines. The results of this research show that De Huisvrouw in Indië magazine serves to support Dutch women in the Dutch East Indies in carrying out their domestic roles. The study also found that the domestic role of Dutch women in Dutch East Indies has its own significance, especially to maintain white supremacy in the colonies. Dutch women in Dutch East Indies carries their domestic role to maintain rust en orde (tranquility and order) to avoid white people blending with natives by creating domestic space that fits the Hollandse gezellig (the Netherland comfort) through the presence of Huisje, Boompje, Beestje (house, garden, and pet), as reflected in the contents provided by De Huisvrouw in Indië.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muharam E
"Pemerintah Hindia-Belanda pada masa kolonial, tahun 1900-1942, atas tuntutan para tokoh perempuan pribumi (Raden Ajeng Kartini dan Raden Dewi Sartika), dalam usaha mengangkat derajat dan harkat kaum perempuan serta melepaskan dari ikatan adat dan kebiasaan yang merugikan, diminta agar membuka sekolah khusus bagi kaum perempuan. J.H. Abendanon dengan alasan lain, seperti kecilnya jumlah anak perempuan pribumi yang bersekolah, dan hambatan adat yang melarang anak perempuan bersekolah bersama (ko-edukasi) dengan anak laki-laki pada usia dewasa, meminta agar pemerintah membuka sekolah khusus bagi kaum perempuan pribumi, agar mereka tidak "terbelakang". Tetapi pemerintah belum dapat mengabulkan tuntutan dan permintaan tersebut karena waktunya belum tepat. Dewi Sartika atas prakarsa dan swadaya, pada tahun 1904 mendirikan "sekolah isteri" sekolah pertama untuk kaum perempuan pribumi. Usaha ini diikuti oleh masyarakat lainnya sehingga penyelenggaraan sekolah perempuan meningkat jumlahnya. Tetapi walaupun telah ada usaha masyarakat tersebut, masalah keterbelakangan dan kemiskinan kaum perempuan pribumi belum teratasi. Masyarakat mengharapkan Pemerintah mengulurkan tangan melalui pendidikan, memberi bekal pada kaum perempuan untuk bisa mandiri. Langkah pertama yang dilakukan Pemerintah adalah memberikan subsidi pada sekolah-sekolah perempuan yang ada, kemudian menata program pada sekolah dasar umum, selanjutnya membuka kesempatan bagi kaum perempuan untuk menjadi guru, dengan membuka sekolah guru perempuan, dan akhirnya membuka sekolah dasar khusus bagi perempuan pribumi yang sekaligus digunakan untuk latihan oleh murid sekolah guru. Hasil kebijaksanaan tersebut, cukup memuaskan, karena selain meningkatnya jumlah murid perempuan pada sekolah umum, juga jumlah sekolah perempuan meningkat lagi. Dari segi prestasi siswa perempuan yang lulus dari sekolah tidak mengecewakan sehingga diterima di masyarakat untuk menduduki jabatan tertentu, seperti guru, perawat, pemegang buku dan lainnya, sehingga kebijaksanaan tersebut juga mengakibatkan mobilitas dan perubahan sosial, ekonomi serta kebudayaan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>