"Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial dan mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat dan bergaul dengan sesama manusia Oleh karena itu, manusia cenderung hidup dalam kelompok. Dalam dinamika hubungan antar kelompok, penilaian seseorang terhadap sesama anggota kelompoknya (Ingroup Member) dapat berbeda dengan penilaian terhadap anggota atau kelompok lain (Outgorup Member/Outgroup). Sikap yang cenderung memihak ini kemudian akan menutup kesempatan bagi individu untuk melihat masalah yang ia hadapi secara objektif.
Salah satu teori yang mengkaji perilaku antar kelompok adalah teori Social Identity. Teori ini diperkenalkan oleh Henri Tajfel dan John Tumer. Menurut teori Social Identity, pada dasarnya manusia membutuhkan identitas diri yang positif, dan identitas diri ini diperoleh melalui keanggotaan dalam sualu kelompok. Keanggotaan dalam kelompok ini dapat diperoleh dengan mengidentifikasikan diri pada kelompok atau kelompok lain yang memiliki karakteristik, trait, atau aspek positif tertentu, sehingga dengan cara ini individu dapat meningkatkan dan memelihara konsep dirinya Keanggotaan pemberi kritik ternyata merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan reaksi pada anggota kelompok (Ariyanto, A., 2002).
Homsey et al. (2001) dalam penelitiannya mengenai keanggotaan seseorang dalam memberikan komentar negatif menemukan bahwa komentar negatif lebih menimbulkan reaksi negatif apabila dinyatakan oleh outgroup member dibandingkan ingroup member. Komentar negatif dari ingroup cenderung lebih diterima. Fenomena penerimaan komentar negatif dari ingroup dibandingkan dengan outgroup ini disebut intergroup sensitivity effect.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan replikasi dari penelitian yang dilakukan Homsey et al. (2001) dan Ariyanto, A. (2002) dimana kedua penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keanggotaan pemberi komentar dan status komentatoTHengan reaksi kelompok terhadap komentar tersebut. Akan tetapi dalam penelitian ini, ada variabel yang ditambahkan yaitu kredibilitas komentator. Hal ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa kredibilitas merupakan unsur penting dalam menentukan penerimaan informasi.
Metode yang akan dipakai adalah field studies dengan teknik Occidental sampling di mana peneliti mengambil sampel dari sejumlah anggota senat tahun kepungurusan 2004/2005. Metode pengolahan hasil penelitian yang dipakai adalah metode statistik Regresi.
Hasil dari penelitian ini adalah tidak didapatkannya hubungan yang signifikan antara tingkat identifikasi, variasi kredibilitas dan status keanggotaan komentator dengan reaksi kelompok terhadap komentar negatif kecuali pada salah satu dimensi reaksi kelompok yaitu dimensi keinginan untuk berubah yang dipengaruhi oleh tingkat identifikasi yang tinggi, variasi kredibilitas, dan variasi keanggotaan pemberi komentar."