Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116337 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Danu Winata
"Klasifikasi genre musik memiliki peran yang penting di masyarakat. Musik populer diasumsikan sebagai bentuk yang berbeda dari musik serius atau musik seni, hingga pada akhirnya memonopoli perhalian diskusi filosofis mengenai musik, Dalam studi ini kami membandingkan dikotomi populer yang digagas oleh Adorno mengenai perbedaan antara musik populer dan musik serius yang sering diketahui dan dipahami secara superfisial oleh pendengar dan kritikus musik. Kami menilai dari segi aspek pralctis dan filosofis dari musik melayu otentik dan musik melayu modern - dalam studi ini diwakilkan oleh ST 12 - yang berkembang di' Indonesia berdasarkan gagasan Adorno dalam teori estetika. Hasilnya menunjukan meskipun memiliki perbedaan secara konseptual, elemen musik tradisional tetap melekat pada musik populer secara sengaja atau pun tidak sengaja sekalipun esensi musik otentik telah ditiadakan karena permintaan pasar. Selain itu, berdasarkan definisi Adorno mengenai musik populer, keberadaannya akan tetap ada terus bertahan.

Music geflre classification has a great important role in soeiety. Popular music is widely assumed to be dffirent in kind from serious music or art music, until very recently monopolized attention in philosophical discussion af music. In this study we eompare a popular dichotomy addressed by Adorno about tlze dffirence between "popular" and "serious" music which is often superficially aeknowledge by music listeners and critics alike. Ll/'e evaluate practical and philosophical aspects af authentic of malay music and modern malay music * represented by ST 12* that growing in Indonesia based on Adorno's notions on aesthetics theory. Resuhs show that in spite of being conceptually dffirent, traditional musie elements embedded in popular music are in some sense being transmitted intentionally or unintentionally although some authentic essence has not been kept, because of market demand. Besides, it is pretty clear that by Adorno definition of popular, very view modern genres are immune.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hesilia Astri
"Industri musik Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Musisi~musisi dan band-band baru bermuneulan mewamai belantika musik Indonesia. Padahal jika kita mclihat I0 tahun ke belakang, lagu-lagu barat masih menguasai pasar musik Nasional. Namun keadaan sekarang berubah dimana saat ini musik Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Industri musik negeri kita tidak lagi didominasi oleh musisi yang itu-itu saja, saat ini banyak sekali musisi dan band-band baru yang ikut bersaing merebut hati para pendengar dengan menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan keinginan pasar.
Fenomena yang terjadi di industri musik Indonesia ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik dari industri musik sendiri, para musisi, pengamat bahkan para pendengar musik. Perkembangan yang pesat ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Terlebih dengan bermunculannya musisi dan band-band yang membawakan lagu-lagu yang bernuansa pop melayu dan mendayu-dayu clengan Iirik yang sangat lugas dan apa adanya. Puitis sudah tidak diminati Iagi oleh para musisi dan band-band baru ini. Notasi lagu pun sangat ringan dengan penggunaan kunci-kunci yang sederhana. Scbagian orang menganggap bahwa ini adalah kernunduran musik Indonesia, namun sebagian lagi menganggap bahwa ini adalah variasi bermusik, musik bersitat universal sehingga apapun warna musiknya itu sah-sah saja selama ilu diminati.
Namun bagaimanakah proses hingga akhirnya musik pop melayu dan mendayu berhasil mendominasi pasar musik Indonesia saat ini dan berhasil menelurkan banyak musisi dan band-band yang ikut memeriahkan kancah musik Indonesia?, make. penelitian ini mengangkat tentang fenomena dalam Industri musik Indonesia. Bagaimana musik-musik pop melayu, bertema ringan dan mendayu-dayu dapat menjadi raja di hati masyarakat negeri, padahal kontroversi yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Ujung tombak dari keberhasilan musisi dan band-band tentu tidak terlepas dari proses publikasi dan promosi yang diterapkan. Dengan promosi yang gencar maka masyarakat dapat mengetahui lagu-lagu yang saat ini bam dinlis dan dapat dengan cepat akrab di telinga pendengar. Faktor yang paling penting adalah media massa yang menyebarkan lagu-lagu tersebut kepada pemirsa. Dcnganjangkauan yang luas di masyarakat dan frekuensi pemutaran yang berulang-ulang akan mernbangun awareness masyarakat akan lagu-lagu baru yang kemudian mcmbentuk selera masyarakat dan menciptakan trend. Dari sinilah popularitas sang musisi dan band-band terbentuk, basil akhimya adalah peningkatan penjualan terhadap produk musik dan mcmbuka peluang lebih besar dalam dunia entertainment.

Today musics industries in Indonesia are rapidly developed. Newly-formed bands and musicians showed to flourish the world’s of Indonesian musics. Whereas. back to 10 years ago, westem songs were controlled the market of national musics. However, the time has changed where Indonesian music has become the master in its own territory. The industry of our domestic musics are no longer dominated by common musicians, currently there are a vast majority of new bands and musicians that tightly competing for their audiences in producing marketable and reasonable songs.
The current phenomenon in Indonesian music industry has been paid huge attention by music industry itselfi musicians, observers and even music listeners. This highly rapid development is causing pros and cons in the population. Moreover, with emerging of musicians and bands on slow and Pop-Malay musics with simple and to the point lyrics. Poetical is no longer interested by new bands and musicians. Song notation is very light with using simple keys. Partly, people think that this is a setback for Indonesian musics, however, the remaining are thinks that this is a variety of musics, music as a universal language, and it is very acceptable that this kind of music is intriguing.
However, what is the process for slow and Pop-Malay musics can dominating current Indonesian musics and has succeeded to produce many musicians and bands to enliven Indonesian music industry ? So, this study is to review the phenomenon in Indonesian music industry. How can slow, Pop-Malay musics become the king in the heart of Indonesian people, whereas there are so many controversies in this kind of musics.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Bagaskara
"Intrusi corporate sponsorship ke ranah musik independen tidak mempengaruhi otentisitas karya para musisi yang terlibat di dalamnya karena creative autonomy dapat dipertahankan. Komodifikasi kancah musik independen Indonesia oleh perusahaan rokok menjadi suatu hal yang menarik untuk ditelusuri karena bertolak belakang dengan ideologi dari kancah musik tersebut - yang berlandaskan pada sikap Do it Yourself DIY. Alih-alih memandang fenomena tersebut secara pesimis layaknya yang dilakukan oleh mayoritas studi terdahulu, penulis justru menawarkan pandangan yang optimis terkait komodifikasi kancah musik independen Indonesia. Hal ini dilakukan dengan beragumen bahwa walaupun kancah musik independen Indonesia - yang seharusnya secara ideologis bebas dari imperatif pasar - telah menjadi dikomodifikasi - melalui corporate sponsorship - otentisitas karya para musisi independen masih dapat dinegosiasikan. Negosiasi tersebut dijelaskan dengan menggambarkan bagaimana musisi independen mempertahankan creative autonomy di dalam aktivitas produksi text - merefleksikan high culture. Peneliti berargumentasi bahwa relasi kancah-pasar tidak bersifat hitam-putih karena terdapat pertemuan kepentingan yang menegosiasikan sikap pandang kancah terhadap kehadiran pasar.

Big Businesses'intrusion into the Indonesian independent music scene does not harm the authenticity of the works of the independent musicians because creative autonomy is still maintained. The commodification of Indonesian independent music scene by tobacco companies is a one interesting phenomenon because it shows a contrast between the ideology that underlies the independent music scene mdash that is the Do it Yourself DIY ethos mdash and its commodified practice. Instead of being pessimistic, the writer of this study attempts to offer an optimistic view toward the commodification of Indonesian independent music scene. The writer argues that authenticity still can be negotiated under the practice of the independent music scene's commodification. Creative autonomy takes an important part in ensuring the negotiation process mdash texts that reflect high culture are considered authentic. The relation between corporation and the scene is not simply antagonistic, there are mutual interests that negotiate the scene's perception toward the presence of big businesses within its activites.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Emosi memainkan peranan penting dalam banyak hal, termasuk dalam wilayah musik dan politik. Emosi mengomunikasikan harmoni dan dinamika, serta dapat menjadi rumit jika salah dikelola. Sentik adalah istilah yang dilekatkan pada komunikasi emosi. Bentuk dasar sentik terdiri dari cinta-benci, hormat-marah, bahagia, sedih, dan tampilan seksual. Berdasarkan bentuk-bentuk esensial tersebut, baik musik maupun politik berkomunikasi dengan baik. Dengan menerapkan sentik, atau komunikasi emosi, seseorang dapat membentuk dunianya, mewarnai hidupnya, mengubah dirinya, memberi pada yang lain, bahkan mengilhami, memotivasi gagasan, serta menafsirkan bahasa musik dan politik secara proporsional."
300 MIMBAR 27:1(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Ramadhina
"Maraknya pembajakan dan munculnya internet mendukung penurunan penjualan album musik fisik di Indonesia. Produsen musik akhirnya melakukan upaya baru yaitu menjual musik dalam bentuk layanan nada sambung pribadi. Namun dalam rangka memasarkannya, grup musik independen thedyingsirens tidak memiliki cukup modal untuk berkompetisi dengan musisi mayor yang gencar berpromosi melalui media konvensional, padahal kebutuhannya untuk menjadi unik sangatlah penting diantara keserupaan warna musik yang diusung oleh grup musik lain.
Dengan mempertimbangan karakteristik khalayak sasaran, solusinya adalah pemasaran interaktif. Dengan ide berjudul my dying message, yang merupakan sebuah manifestasi dari perkataan yang tidak terucap dan perasaan yang tidak terungkap, program ini akan diimplementasikan dalam social media, surat, acara musik sederhana, serta poster dengan total biaya sekitar 38 juta rupiah.

The rise of piracy and the emergence of the Internet support a decline sales of physical music albums in Indonesia. Music producers finally make a new effort, selling their music in the form of Ring Back Tone. But in order to market their own dial tone, thedyingsirens indie bands do not have enough capital power, to compete with those came from major labels who are aggressively promote their product through conventional media. Moreover, the needs to be unique is very important for there are too much similarities in terms of music and content carried by other bands.
The best solution is using interactive marketing. With the idea titled my dying message, which is a manifestation of unspoken words and unrevealed feelings, this program will be implemented in the medium of online video, blogs, twitter, facebook, letters, simple musical events, as well as posters with a total cost of about 38 million rupiah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Cesira Putri
"Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder dari beberapa website dan studi dokumen yang sudah ada. Data terdiri dari penjelasan singkat terhadap komponen musik festival di Indonesia yang terdiri dari konten, struktur media, non-mainstream dan analisis ekonomi. Data ini dibentuk dengan proses pencarian studi kasus mengenai industrialisasi musik festival yang telah ada. Metodepenelitian yang dipakaiadalahStudi dokumen untuk memperoleh data sekunder dan Forum Group Discussion (FGD) untuk data pendukung. Padaindustrialisasi musik festival di Indonesia penulis menjelaskan bahwa prediksi Theodor Adorno dalam teori Industri Budaya yang diungkapkannya, belum berlaku secara menyeluruh di semua genre musik yang ada. Musik festival non-mainstream menunjukkan adanya hasil karya seni murni yang tidak mengikuti arus industri media genre musik lainnya. Dengan adanya komunitas dan pergelaran musik festival independen, musik non-mainstream semakin memperkuat bahwa tidak semua musik dapat di industrialisasi di Indonesia. Dibuatnya jurnal iniiniadalahuntuk kepentingan memperluas dan memperkaya studi dokumen mengenai Teori Industri Budaya milik Theodor Adorno dan, informasi mengenai industri media khususnya musik, dan proses industrialisasi itu sendiri.

In this study, the authors used secondary data from multiple websites and study of existing documents. The data consist of a brief description of the components of the music festival in Indonesia, which consists of content, media structure, non ? mainstream, and economic analysis. These data formed the search process case studies on industrialization music festival that has been there.The research method used is the study of documents to obtain secondary data and Focus Group Discussion ( FGD ) for supporting data. At the music festival in Indonesia industrialization author explains that the predictions of Theodor Adorno Culture Industry in theory it expresses, not apply fully in all genres of music available. Non - mainstream music festival showed works of fine art that does not follow the flow of other musical genres of the media industry. With the community festivals and musical performances of independent, non-mainstream music reinforces that not all music can be in industrialization in Indonesia. This journal is made for the benefit of expanding and enriching the study of documents belonging to the Cultural Industry Theory made by Theodor Adorno and, information about the media industry, especially music, and the process of industrialization itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giantra Rizky Barata
"Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memunculkan media internet yang mengubah dunia. Media digital ini telah mengubah sebagian besar sistem dalam perindustrian, termasuk industri musik. Fitur dan teknologi yang dimiliki media baru ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, tetapi juga menjadi ancaman bagi industri beserta pelaku di dalamnya. Tidak hanya di negara-negara asing, kemudahan yang didapatkan oleh masyarakat juga membuat pengunduhan ilegal menjadi fenomena yang marak di Indonesia. Namun saat ini perkembangan teknologi sekali lagi telah menciptakan sebuah sistem baru untuk masyarakat dapat menikmati produk musik secara legal dalam bentuk layanan streaming musik berlangganan. Walaupun sebagian masyarakat menganggap sistem yang masih baru ini masih memiliki banyak kekurangan, legalitas dan keefisienan biaya menjadi aspek-aspek penting yang membuat layanan ini dianggap dapat menjadi solusi bagi pembajakan musik digital.

The advancement of Information and Communication Technology (ICT) has emerged the internet media which changed the world. This digital media has changed most of the industrial system, including the music industry. The features and technology owned by this new media provides convenience for the community, but also doubles as a threat for the industry as well as actors inside. Not only in countries abroad, the convenience available for the people leads to illegal downloading has become a massive phenomenon in Indonesia. But once again the technological advancement now has created a new system for the people, to be able to enjoy music legally in the form of subscription-based music streaming service. Although some people think this new system still has its inadequacy, legality and cost efficiency has become important aspects which makes the service considered to be the solution for digital music piracy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ezra Mandira Sugandi
"Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah mendorong perubahan strategi dan model bisnis di industri musik Indonesia. Internet of Things mengubah industri secara lebih dinamis dengan munculnya perkembangan teknologi dalam produksi, distribusi, dan konsumsi produk musik. Layanan streaming digital dan jejaring media sosial sangat memengaruhi semua aspek dalam bisnis. Meskipun penjualan produk musik fisik telah jatuh dan label rekaman sedang berjuang mengadaptasi bisnis mereka dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak peluang terbuka bagi artis independen untuk tumbuh dengan perubahan teknologi. Artis independen sekarang direkomendasikan untuk mendiversifikasi kegiatan bisnis secara independen dari fokus utama tradisional mereka pada kreativitas dan komposisi musik. Tantangan ini perlu dipahami secara integral, sehingga diperlukan pengembangan model konseptual untuk menjelaskan tantangan tersebut akibat model bisnis musik artis independen di industri musik Indonesia. Pendekatan sistem dinamis dilakukan untuk menentukan kompleksitas sistem dalam model. Kerangka model konseptual dibuat dalam bentuk diagram lingkaran kausal, untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dalam menemukan titik ungkit bagi pelaku industri untuk beradaptasi.

Rapid development of information technology has driven changes in strategy and business model in Indonesian music industry. The Internet of Things transformed the industry more dynamically by the emergence of technological development in production, distribution and consumption of music products. Digital streaming services and social media networking are heavily affecting all of the aspects in the business. Although physical music product sales have been falling and record labels are struggling adapting their business in recent years, more opportunities are opened for independent artists to grow with the technological changes. Independent artists are now enabled and recommended to diversify business activities independently from their traditional main focus on creativity and music composition. This challenge needs to be understood integrally, so the development of a conceptual model is needed to explain the challenge due to the music business model of independent artist in Indonesian music industry. System dynamics approach is conducted to specify the complexity of the system in the model. The framework of the conceptual model is created in the form of a causal loop diagram, in order to give better understanding in finding the leverage point for the industry actors to adapt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>