Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masruroh
"[Latar Belakang : Jumlah usia lanjut (Usila) makin meningkat dan tumbuh cepat, yang membawa konsekuensi meningkatnya gangguan terkait usia, termasuk penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian aktivitas berjalan kaki terstruktur, yaitu minimal 6000 langkah/hari, terintegrasi dalam aktivitas sehari-hari dengan kecepatan yang nyaman selama 12 minggu, dalam memelihara fungsi kognitif pada usia lanjut dengan fungsi kognitif normal di komunitas.
Metode : Desain penelitian ini adalah studi ekperimental, berupa uji klinis acak tersamar tunggal. Subyek terdiri dari 20 orang Usila pada kelompok perlakuan yang diberikan aktivitas berjalan kaki terstruktur, dan 19 orang Usila pada kelompok kontrol yang beraktivitas sebagaimana biasanya, selama 12 minggu. Subyek dinilai fungsi kognitifnya menggunakan MoCA Ina pada awal dan akhir perlakuan. Aktivitas berjalan kaki diukur menggunakan pedometer.
Hasil : Aktivitas berjalan kaki terstruktur yang mampu dilakukan oleh kelompok perlakuan adalah 7531 langkah/hari, dan kelompok kontrol adalah 3527 langkah/hari (p=0,000). Pada akhir penelitian, skor total MoCA pada kelompok perlakuan (median=29) adalah lebih tinggi (p=0,022) dibandingkan kelompok kontrol (median=27), dan begitu pula untuk selisih skor MoCA antara awal dan akhir penelitian (rerata selisih pada kelompok perlakuan adalah 3,35; kelompok kontrol adalah 1,47; p=0,003). Efek perlakuan pada domain fungsi kognitif menunjukkan skor Visuospasial/Fungsi Eksekusi secara siknifikan (p=0,08) lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Selisih skor domain MoCA pada awal dan akhir penelitian ditemukan lebih besar pada kelompok perlakuan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.
Kesimpulan : Aktivitas berjalan kaki terstruktur 7500 langkah/hari memiliki efek positif dalam memelihara fungsi kognitif usia lanjut secara umum, dengan domain yang paling dipengaruhi adalah Visuospasial/Fungsi Eksekusi. Aktivitas ini juga memberikan peningkatan yang lebih besar pada fungsi kognitif secara umum dan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.;Background : Fast growing of elderly population increases disorders related to aging, including decreasing of cognitive function. The objective of this study is to evaluate the effect of structured walking activity, that characterized by minimally 6000 steps/day, integrated to daily activities, with comfortable pace, for 12 week, in maintaining cognitive function in elderly with normal cognitive function in community.
Method : This study design was experimental, single-blind randomized controlled trial. The subjects were 39 elderly, consist of 20 subjects in intervention group and 19 subject in control group. Intervention group were given structured walking activity, and control group did their usual activity, for 12 weeks. Cognitive function were assessed using MoCA Ina in the beginning and end of the study. Walking activity was measured using pedometer.
Results : Amount of walking activity that was able to do was 7531 steps/day in intervention group, and 3527 steps/day in control group (p=0,000). In the end of study, total MoCA score in intervention group (median=29) is significantly better (p=0,022) than control group (median=27), and so did the improvement of MoCA score in the end of study (mean of increasing score in intervention group was 3,35, and in control group was 1,47, p=0,003). Effect on domain of cognitive function showed Visuospatial/Executive function score in intervention group was signifantly better than control group. Improvement in Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains‟ score was also found larger in intervention group.
Conclusion : Structured walking activity, about 7500 steps/day had a positive effect in maintaining general cognitive function in elderly, and Visuospatial/Executive function was the most influenced domain. The effect of this activity also showed larger improvements in general cognitive function and Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains., Background : Fast growing of elderly population increases disorders related to aging, including decreasing of cognitive function. The objective of this study is to evaluate the effect of structured walking activity, that characterized by minimally 6000 steps/day, integrated to daily activities, with comfortable pace, for 12 week, in maintaining cognitive function in elderly with normal cognitive function in community.
Method : This study design was experimental, single-blind randomized controlled trial. The subjects were 39 elderly, consist of 20 subjects in intervention group and 19 subject in control group. Intervention group were given structured walking activity, and control group did their usual activity, for 12 weeks. Cognitive function were assessed using MoCA Ina in the beginning and end of the study. Walking activity was measured using pedometer.
Results : Amount of walking activity that was able to do was 7531 steps/day in intervention group, and 3527 steps/day in control group (p=0,000). In the end of study, total MoCA score in intervention group (median=29) is significantly better (p=0,022) than control group (median=27), and so did the improvement of MoCA score in the end of study (mean of increasing score in intervention group was 3,35, and in control group was 1,47, p=0,003). Effect on domain of cognitive function showed Visuospatial/Executive function score in intervention group was signifantly better than control group. Improvement in Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains‟ score was also found larger in intervention group.
Conclusion : Structured walking activity, about 7500 steps/day had a positive effect in maintaining general cognitive function in elderly, and Visuospatial/Executive function was the most influenced domain. The effect of this activity also showed larger improvements in general cognitive function and Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Mubarak
"ABSTRAK
Latar Belakang. Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang dilakukan oleh jemaah haji terdiri dari aktivitas berjalan minimal sejauh 12 kilometer untuk melakukan kegiatan rukun haji dan kegiatan diluar rukun haji. Ibadah haji memerlukan kapasitas fungsional dan keseimbangan yang baik sebagai syarat istitaah kesehatan untuk mencegah terjadinya kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efek latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.

Metode. Sebanyak 38 calon jemaah haji dewasa sehat dilakukan uji jalan 6 menit menggunakan rumus Nury prediksi VO2 maks dan uji timed up and go (TUG). Dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30 menit dengan intensitas sedang sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8 minggu. Kelompok kontrol hanya diminta mencatat jumlah langkah per hari tanpa peresepan latihan. Pada akhir penelitian dilakukan kembali uji jalan 6 menit rumus Nury dan uji TUG, serta dilakukan analisis data.

Hasil. Kedua kelompok mengalami peningkatan prediksi VO2 maks namun tidak mengalami peningkatan nilai TUG pada akhir penelitian. Peningkatan prediksi VO2 maks pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,007).

Kesimpulan. Latihan berjalan dapat meningkatkan kapasitas fungsional pada calon jemaah haji usia dewasa sehat, namun tidak memberikan efek peningkatan fungsi keseimbangan.

Kata kunci. Fungsi keseimbangan, jemaah haji, kapasitas fungsional.


ABSTRACT
Background. Hajj pilgrim is physical worship performed by pilgrims consist of walking at least 12 kilometer to complete the hajj principle and related activity. Hajj pilgrim needs good functional capacity and balance as a prerequisite of health to prevent fatigue. The aim of this study is to evaluate the effectivity of walking exercise on functional capacity and balance function for healthy adult pilgrim candidates.

Method. 6 minutes walk test (6MWT) and Timed Up and Go (TUG) test was done on 38 healthy adult hajj pilgrim candidate. VO2max was predicted using Nury Formula. The candidate was randomized into intervention and control group. Intervention group was given walking exercise, minimum of 6000 steps each day for 30 minutes, moderate intensity, 3-5 times a week for 8 weeks. The control group was not prescribed exercise, only asked to record the amount of steps taken each day. At the end of the study, 6MWT and TUG was reevaluated.  

Results. At the end of the study, both groups show improvement  on predicted VO2max but no improvement  on TUG time. Predicted VO2max improvement are higher on intervention group compared to control (p=0.007).

Conclusion. Walking exercise might increase functional capacity on healthy adult hajj pilgrim candidate, but has no effect on balance.

Keywords. Balance function, functional capacity, hajj pilgrim candidates.

"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zenik Kusrini
"Latar belakang: Peningkatan populasi usia lanjut diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan terkait penurunan kapasitas fungsional. Gangguan kognitif ringan sering dijumpai pada usia lanjut, yang merupakan fase transisi sebelum berkembang menjadi demensia. Aktivitas fisik yang bersifat aerobik terbukti bermanfaat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dan mencegah terjadinya demensia pada populasi ini, namun studi berjalan kaki terukur menggunakan pedometer belum diteliti di Indonesia.
Metode: Studi ini bertujuan menilai efek aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu terhadap fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan. Studi ini adalah studi intervensi mixed method, quantitative and qualitative research, dilakukan pada 12 subjek, berusia 60-74 tahun, di Poliklinik Rumah Sakit Ciptomangukusumo. Penilaian fungsi kognitif menggunakan kuesioner MoCa-Ina berbahasa Indonesia, yang dinilai sebelum dan setelah intervensi.
Hasil: Rerata capaian jumlah langkah harian adalah 5689 ± 505,59 langkah. Terjadi peningkatan rerata nilai MoCa-Ina sebelum dan setelah intervensi (26,0 ± 3,16 dan 27,29 ± 1,49, p=0,175). Pada akhir intervensi, dilakukan wawancara kepada seluruh subjek yang berhasil menyelesaikan program, didapatkan bahwa seluruh subjek merasakan peningkatan kebugaran fisik dan tidak ada efek samping yang terjadi selama intervensi.
Simpulan: Aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu dapat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.

Background: The increasing of elderly population followed by increasing health problems due to decreased functional capacity. Mild cognitive impairment commonly found in the elderly, which is a transitional phase before developing into dementia. Aerobic physical activity has been shown to be beneficial in maintaining cognitive function in the elderly and preventing dementia in this population, however, studies of walking-based pedometer have not been studied in Indonesia.
Methods: This study aims to assess the effect of 12 week of 4000-daily steps of the pedometer-home based walking activity on cognitive function in elderly with mild cognitive impairment. This study is a mixed method, quantitative and qualitative research intervention study, conducted on twelve subjects, aged 60-74 years, at the outpatient Ciptomangukusumo Hospital. Evaluation of cognitive function using the MoCa-Ina questionnaire Indonesian version, which was assessed before and after the intervention.
Results: The average number of daily steps count was 5689 ± 505.59 steps. There was an increase in the mean value of MoCa-Ina before and after the intervention (26.0 ± 3.16 and 27.29 ± 1.49, p=0.175). Interviews were conducted with all subjects who successfully completed the program, it was found that all subjects felt an increase in physical fitness and no side effects occurred during the intervention.
Conclusion: Twelve weeks of 4000 daily steps maintain cognitive function in the elderly with mild cognitive impairment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atidira Dwi Hanani
"Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk pencegahan berbagai penyakit. Namun, masih banyak pelajar di Indonesia tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 33,4 remaja usia 15-19 tahun di Jawa Barat kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik, dan Kota Depok merupakan kota dengan proporsi penduduk kurang aktif tertinggi di Provinsi Jawa Barat 40,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan aktivitas fisik pada siswa SMA Negeri di Kota Depok Jawa Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri oleh 358 siswa yang dipilih secara acak dari lima SMA Negeri di Depok, dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan 54,2 siswa aktif dalam aktivitas fisik. Penelitian ini membuktikan pengetahuan p=0,002 OR=2,379, 95 CI 1,383-4,091, sikap p=0,005 OR=1,888, 95 CI 1,209-2,949, dan fasilitas p=0,036 OR=1,673, 95 CI 1,035-2,704 berhubungan dengan aktivitas fisik siswa, sedangkan dukungan keluarga sebagai variabel konfonding. Pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan aktivitas fisik, siswa yang memiliki pengetahuan tinggi berpeluang 2 kali untuk aktif secara fisik dibandingkan dengan siswa yang berpengetahuan rendah setelah dikontrol oleh sikap, fasilitas, dan dukungan keluarga. Untuk itu, penyampaian informasi kesehatan mengenai aktivitas fisik, sosialisasi gerakan masyarakat hidup sehat di masyarakat, dan anjuran untuk beraktivitas fisik di sekolah perlu dilakukan sebagai upaya untuk mendorong siswa menjadi lebih aktif.

Physical activity has many health benefits, including the prevention of various diseases. However, many students in Indonesia were not physically active. The result of Basic Health Research 2013 showed that 33.4 of adolescents aged 15 19 years in West Java were not active in physical activity, and Depok was the city with the highest proportion of the least active population in West Java which was 40.5. This study aimed to determine the determinants of physical activity on senior high school students in Depok, West Java 2018. This study used cross sectional design, data was collected using self administered questionnaire on 358 randomly selected students from five senior high schools in Depok, and analyzed using chi square and multiple logistic regression tests. The result showed 54.2 students were sufficiently active. These findings revealed that knowledge p 0,002 OR 2,379, 95 CI 1,383 4,091, attitudes p 0,005 OR 1,888, 95 CI 1,209 2,949, and facilities p 0,036 OR 1,673, 95 CI 1,035 2,704 related to physical activity while family support as confounding. Highly knowledgeable students had two fold chance of being active in physical activity than low knowledge students after being controlled by attitudes, facilities, and family support. Therefore, it is necessary to deliver health information about physical activity, socialization of healthy lifestyle in the community, and the encouragement for physical activity in schools as an effort to encourage students to be more active."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Huwaida
"Aktivitas fisik dapat mencegah berbagai macam penyakit menular dan meningkatkan kesehatan seseorang, baik pada usia muda, maupun tua. Proporsi aktivitas fisik di Kota Depok memasuki peringkat 10 besar dengan aktivits fisik terendah di Jawa Barat, dengan angka 60,55%. Di Universitas Indonesia (UI) sendiri sebagai salah satu universitas di Kota Depok, angka aktivitas fisik pada mahasiswa masih menjadi masalah dilihat dari adanya peningkatan proporsi aktivitas fisik rendah dari tahun 2018 (28,2%) ke tahun 2022 (47,4%) serta masih tingginya angka PTM (obesitas dan hipertensi) pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik pada mahasiswa UI tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring oleh 237 mahasiswa UI. Data dianalisis menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Hasil penelitian menunjukkan 142 mahasiswa (59,9%) aktif secara fisik. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara status tempat tinggal (p=0,028; OR=2,145; 95% CI 1,124 – 4,090), sikap (p=0,042; OR=1,789; 95% CI 1,056 – 3,029), dan dukungan teman (p=0,021; OR=1,923; 95% CI 1,134 – 3,261) dengan perilaku aktivitas fisik mahasiswa. Status tempat tinggal dan dukungan teman merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan aktivitas fisik, mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga inti atau tinggal sendiri serta memiliki dukungan teman yang baik berpeluang 2 kali lebih besar untuk aktif secara fisik. Maka dari itu, peningkatan fasilitas olahraga, pengembangan program intervensi promosi kesehatan terkait aktivitas fisik, dan anjuran untuk beraktivitas fisik perlu dilakukan sebagai upaya mendorong mahasiswa untuk menjadi lebih aktif.

Physical activity can prevent various infectious diseases and improve one's health, both in young and old age. The proportion of physical activity in Depok City ranks among the top 10 with the lowest physical activity rates in West Java, which reach 60.55%. At the University of Indonesia (UI), which is one of the universities in Depok, the level of physical activity among students is still a concern, as evidenced by the increasing proportion of low physical activity from 28.2% in 2018 to 47.4% in 2022, as well as the high prevalence of non-communicable diseases (obesity and hypertension) among students. This research aims to identify the factors associated with physical activity behavior among UI students in 2023. The study adopts a cross-sectional design, which the data were collected through online questionnaires completed by 237 students. The data were analyzed using chi-square test and independent t-test to examine the relationship between independent and dependent variables. The results of the study indicate that 142 students (59.9%) are physically active. The research also shows a significant relationship between residential status (p=0.028; OR=2.145; 95% CI 1.124 – 4.090), attitude (p=0.042; OR=1.789; 95% CI 1.056 – 3.029), and friends’ support (p=0.021; OR=1.923; 95% CI 1.134 – 3.261) with students' physical activity behavior. Residential status and friends’ support are the dominant factors associated with physical activity. Students who do not live with their nuclear family or live alone and have good social support from friends are twice as likely to be physically active. Therefore, improving sports facilities, develop health promotion intervention programs related to physical activity, and encourage students to engage in physical activities should be made as efforts for the students to be more active."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dawima Nuri Afiati Chrismin
"Aktivitas fisik yang tergolong kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa terjadi peningkatan proporsi remaja yang kurang aktif saat pandemi Covid-19. Adapaun faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik remaja yaitu jenis kelamin, efikasi diri, tingkat stres, kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi, recreational screen time, dukungan keluarga, dukungan teman, dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada 200 remaja di Kota Depok berdasarkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2022 hingga Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% remaja di Kota Depok mengalami penurunan aktivitas fisik saat pandemi Covid-19. Berdasarkan analisis uji chi-square, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan jenis kelamin (nilai-p = 0,005; OR = 2,415), efikasi diri (nilai-p < 0,001; OR = 3,598), tingkat stres (nilai-p = 0,035; OR = 5,625), kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi (nilai-p < 0,001; OR = 5,486), dukungan keluarga (nilai-p = 0,022; OR = 2,018), dan dukungan teman (nilai-p < 0,001; OR = 2,995). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan recreational screen time (nilai-p = 1,000) dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah (nilai-p = 0,929).

Physical inactivity can increase the risk of non-communicable diseases. Existing research shows that there is an increase in the proportion of adolescents who are less active during the Covid-19 pandemic. The factors that can relate to physical activity behavior in adolescents consist of gender, self-efficacy, stress levels, physical activity habits before the pandemic, recreational screen time, family support, friend support, and the availability of sports facilities at home. The purpose of this study is to determine the difference in physical activity during the Covid-19 pandemic in 200 adolescents in Depok City based on these factors using a cross-sectional study design. The study was conducted from March 2022 to May 2022. The results showed that 65% of adolescents in Depok City experienced a decrease in physical activity during the Covid-19 pandemic. Based on the chi-square test, the analysis showed a significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic in adolescents in Depok City based on gender (p-value = 0,005; OR = 2,415), self-efficacy (p-value < 0,001; OR = 3,598), stress level (p-value = 0,035; OR = 5,625), physical activity habits before the pandemic (p-value < 0,001; OR = 5,486), family support (p-value = 0,022; OR = 2,018), and peer support (p-value < 0,001; OR = 2,995). There was no significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic among adolescents in Depok City based on recreational screen time (p-value = 1,000) and the availability of sports facilities at home (p-value = 0,929)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianna Wati
"Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI angkatan 2011 dalam mencari hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitasi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitas PNS di Kepolisian Resor Kota Besar Bandung tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang digunakan dan memenuhi kriteria yaitu sebanyak 84 responden. Data penelitian yang didapatkan dengan cara pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan, kuesioner untuk aktivitas fisik, dan wawancara untuk asupan zat gizi makro dan asupan serat.
Hasil penelitian ini yaitu sebanyak 14,3% responden mengalami obesitas; dan hasil bivariat menujukan hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas.
Saran yang diberikan adalah memberi informasi kepada PNS tentang kebutuhan energi sesuai AKG (± 2500 kkal) agar mereka mengetahui berapa asupan karbohidrat (40% asupan total) yang diperlukan dalam 1 hari (± 250 gr karbohidrat). Hal ini setara dengan kebutuhan dari karbohidrat kompleks yaitu antara 2 ? 3 piring nasi dan asupan gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi total sekitar 2 sendok makan setiap hari. Responden dapat mengubah asupan karbohidrat ke dalam URT (Ukuran Rumah Tangga) dan memodifikasi bahan makanan dengan membagi leaflet tentang Daftar Bahan Makanan Penukar. Dalam penelitian yang selanjutnya diharapkan pengunaan responden yang memiliki kegiatan pekerjaan di dalam kantor. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar dalam penelitian yang selanjutnya.

The focus of this study is the freshman student of Faculty of Public Health at University of Indonesia experience of acquiring the relantship of physical activity, macronutrient intake, fiber intake with obesity.
The general objective of this research is to know the descripstion of obesity and its relationship with physical activity, macronutrient intake and fiber intake PNS in Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. This research is quantitative with cross sectional study and consisted of 84 eligible subjects. The data were collected by anthropometric assessment of Body Mass Index, questionnaire of physical activity, and interview of macronutrient intake and fiber intake.
The result are 14,3% of the subject were considered obesity; and bivariate analysis on carbohydrate intake showed signiciant relationship with obesity.
Suggestions are given to inform PNS about the energy needs according to AKG to let them know how much carbohydrate intake (40% of total intake) is needed in one day (± 250 gr carbohydrate). This is equivalent to that obtained from the intake of complex carbohydrates or equivalent with 2-3 dishes of rice and sugar intake should be limited to 5% of the total amount of energy adequacy about 2 tablespoons per day. Respondents can change the intake of carbohydrates into the URT (The Household Size) and modified food by dividing the leaflets about The List of Food Ingredients Exchangers. In a subsequent study the use of respondents who expected to have activity in the office work. It is also expected to use a larger sample in future research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farah Tresnaherdiarti
"Latar Belakang: Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia. Aktivitas fisik merupakan gerakan pada tubuh manusia yang melibatkan kerja rangka dan otot sehingga terjadi pengeluaran energi. Aktivitas fisik dikatakan memiliki efek dalam penurunan stress yang sering terjadi pada mahasiswa kedokteran sehingga aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Aktivitas fisik dikatakan juga mempengaruhi performa akademis seseorang karena dapat meningkatkan faktor neurotropik pada otak, meningkatkan aliran darah kortikal otak, serta meningkatkan pertumbuhan saraf pada hippocampus yang berhubungan dengan memori dan pembelajaran.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dengan Quality of Life dan performa akademis Mahasiswa Kedokteran Tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan pendekatan total sampling dari mahasiswa kedokteran tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020. Responden mengisi kuesioner GPAQ dan WHOQOL-BREF secara sukarela.
Hasil: Jumlah responden yang mengisi kuesioner 126 responden (response rate= 98%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan quality of life (P>0,05). Untuk aktivitas fisik dengan performa akademis tidak ditemukan juga hubungan yang bermakna (P=0,688).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan quality of life dan performa akademis.

Background: Physical activity has many benefits for human body. Physical activity is any bodily movement produced by skeletal muscles resulted in energy expenditure. Physical activity known to play role in reducing stress levels that are generally developed among medical students which could affect their quality of life. In addition to that, it is also known to affect their academic performance due to the increase of neurotrophic factors in the brain, cerebral cortical blood flow, nerve growth in the hippocampus which is associated with memory and learning.
Aims: To identify the relationship between physical activity with quality of life and academic performance among the 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020.
Methods: Cross-sectional study was conducted with a total sample taken from 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020. GPAQ and WHOQOL-BREF questionnaire was filled voluntarily.
Results: Total of 126 respondents has filled out the questionnaire (response rate = 98%). Statistical analysis shows that there is no significant relationship between physical activity with quality of life (P>0,05) as well as academic performance (P=0,688).
Conclusions: This study shows that physical activity has no significant relationship with quality of life and academic performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ari Setyaningrum
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan program pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular yang makin meningkat. Program ini dilakukan dengan upaya peningkatan perilaku hidup sehat, diantaranya peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik diharapkan dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan diharapkan dapat mengurangi faktor risiko kardiometabolik. Aktivitas fisik yang dilakukan sesuai kaidah kesehatan akan memberikan adaptasi metabolik, neuromuskuler dan kardiorespirasi yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang baik merupakan faktor protektif terhadap risiko kardiometabolik dan penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran aktivitas fisik, kebugaran, dan faktor risiko kardiometabolik dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani dan faktor risiko kardiometabolik di instansi pemerintah pada era GERMAS.
Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Aktivitas fisik dinilai dengan PAL Physical Activity Level, waktu sedentary. Penilaian kebugaran jasmani meliputi komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru. Faktor risiko kardiometabolik meliputi: tekanan darah, kadar kolesterol total, kadar gula darah sewaktu, dan HbA1C. Subjek penelitian adalah ASN di instansi X sebanyak 89 orang.
Hasil: Diperoleh data 23,6% subjek dengan tingkat aktivitas fisik ringan, rerata waktu sedentary 10,5 jam dan 95,5% subjek memiliki waktu sedentary ≥ 7 jam. 56,2% subjek obesitas, 87,6% fleksibilitas baik, 58,2% kekuatan otot kurang, serta 68,5% subjek memiliki daya tahan jantung paru kategori baik dan cukup. Prevalensi hipertensi 20,2%, hiperkolesterolemia 37,1%, pre diabetes 6,7% dan diabetes mellitus 1,1%. Didapati hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT dan faktor risiko kardiometabolik.
Kesimpulan Terdapat kecenderungan subjek dengan faktor risiko kardiometabolik, berat badan berlebih dan obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik.

Community Healthy Life Movemement or Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) is a government program to reduce risk factors of non-communicable diseases. This program is purposed to improve healthy living behaviors, including increased physical activity. The increasing of physical activity is expected to affect balance energy and to reduce cardiometabolic risk factors. Physical activity according to health principles will enhance metabolic, neuromuscular and cardiorespiratory adaptations that can improve physical fitness. Good level of fitness is a protective factor against cardiometabolic risk and non-communicable diseases. The purpose of this study is the description of physical activity, physical fitness, cardiometabolic risk factors and the relationship between physical activity and physical fitness and cardiometabolic risk factors in one of a Ministry in the GERMAS era.
Method: Cross-sectional study using primary data. Physical activity was assessed by the PAL Physical Activity Level, sedentary time. The assessment of physical fitness includes body composition, flexibility, muscle strength and cardiorespiratory fitness. Cardiometabolic risk factors include: blood pressure, total cholesterol levels, blood sugar levels, and HbA1C. The subjects of this research were worker in Ministry X approximately 89 people.
Results: 23.6% of subjects with mild physical activity, the mean sedentary time about 10.5 hours and 95.5% of subjects had a sedentary time of jam 7 hours. 56.2% of subjects were obese, 87.6% had good flexibility, 58.2% lacked muscle strength, and 68.5% of subjects had good and sufficient pulmonary heart endurance. The prevalence of hypertension is 20.2%, hypercholesterolemia 37.1%, pre-diabetes 6.7% and diabetes mellitus 1.1%. There was an association between physical activity and BMI and cardiometabolic risk factors.
Conclusion There is a tendency for subjects with cardiometabolic risk factors, overweight and obesity to have a better level of physical activity"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>