Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ariningsih Boedhoyo
"Industri penyamakan kulit (tannery) cukup berkembang di Indonesia. Industri ini merupakan penghasil bahan baku bagi industri yang mengolah kulit menjadi barang jadi seperti koper, tas, sepatu, jaket, kerajinan tangan dll. Industri penyamakan kulit dalam prosus produksinya banyak memakai bahan baku air. Karena itu dalam perkembangannya industri ini harus diimbangi dengan perkembangan teknologi pengolahan limbah, terutama limbah cairnya. Industri penyamakan kulit yang ditinjau adalah daerah sentra industri kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat dengan pengambilan sampel dari unit produksi yang paling mewakili, yang menghasilkan limbah cair dengan kadar pencemar diantaranya 1,8 kg/ton BOD, 3,5 kg/ton COD, 0,56 kg/ton TSS, 0,04 kg/ton krom total, dan 0.03 kg/ton amoniak serta debit limbah cair rata-rata sebesar 30 m3/hari.
Unit pengolahan limbah yang ada sekarang secara umum meliputi pengolahan fisik-kimia-biologi dan telah disesuaikan dengan debit yang direncanakan. Sebagai sumber energi untuk menggerakkan pompa-pompa pada instalasi tersebut digunakan genertator dengan kapasitas 16 HP. Unit pengolahan limbah ini tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Beberapa unit produksi hanya melakukan pengendapan awal sebagai proses pengolahannya.
Dari hasil pengamatan selama di lapangan, diketahui bahwa unit pengolahan yang ada saat ini belum memadai. Hal ini karena unit pengolahan awal yang merupakan bak pengendap awal maupun ekualisasi awal belum dimiliki oleh seluruh unit produksi. Dalam sistem pembuangannyapun tidak ada pemisahan saluran untuk limbah yang mengandung Krom dan Sulfida. Selain itu pula tidak terdapat satupun bak presipitasi Krom maupun oksidasi Sulfida pada unit pengolahan yang ada.
Tercemarnya air tanah yang menurut warga sekitar adalah akibat buangan limbah Krom seharusnya memacu keseriusan Pemda setempat akan penanganan masalah ini. Karena itu pada daerah sentra industri tersebut perlu dibangun suatu kesadaran dalam masyarakat akan pentingnya pengolahan limbah cair yang memadai, terutama limbah yang mengandung bahan beracun berbahaya, agar dapat dibuang ke badan air dengan aman dan tidak mencemari lingkungannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Harjanto
"Suhu pengkerutan kulit adalah suhu saat kulit mengkerut maksimum 0,3% dari panjang awal, jika kulit dipanaskan secara perlahan-lahan dalam media pemanas. Alat uji suhu pengkerutan kulit yang menggunakan pembacaan secara visual dengan termometer gelas dan pengamatan pergerakkan jarum mempunyai kelemahan pada akurasi mata penguji. Telah dilakukan Rekayasa Alat Uji Suhu Pengkerutan Kulit Tersamak dengan menggunakan sistem digital.
Bahan yang digunakan terdiri atas rotary encoder sebagai pendeteksi kerutan, sensor suhu RTD sebagai pembaca suhu media pemanas, character LCD 2 baris sebagai penampil, dan modul mikrokontroller berbasis ATMEL328 sebagai pemroses data. Rekayasa telah mengasilkan prototipe alat uji suhu pengkerutan kulit tersaak sistem digital dengan spesifikasi range pengukuraan (0-150)ºC, tingkat ketelitian 0,1ºC, dimensi panjang 30cm, lebar 20cm, dan tinggi 30cm. Alat uji suhu pengkerutan kulit tersamak hasil rekayasa dapat mendeteksi suu pada pengkerutan 0,3% dari panjang semula, suhu, dan pengkerutan kulit ditampilkan secara real time. Alat uji yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI 06-7127-2005 Cara Uji Suhi Pengkerutan Kulit Tersamak."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erwin Nizar
"Kesejagatan ekonomi dunia yang menuntut keunggulan usaha dalam merebut pasar dunia, serta semakin ketatnya persyaratan berkaitan dengan issu lingkungan hidup dan hak-hak azasi manusia menyebabkan banyak faktor harus dipertimbangkan pada setiap produk yang dihasilkan. Sebagaimana diketahui bahwa industri kulit dan produk kulit (KPK) merupakan jenis industri dengan tingkat pencemaran sangat tinggi dan tersebar 70 % di Pulau Jawa menyatu dengan pemukiman penduduk, khususnya yang berskala kecil. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan kawasan industri kulit terpadu untuk menyatukan berbagai industri kulit (hulu-hilir), adalah pemecahan terbaik dari tekanan masyarakat.
Pihak pemrakarsa KIKT-PT.Cahaya Timur Indah menangkap peluang bagi penyatuan unit usaha industri KPK dari hulu - ke hilir, dengan keseimbangan sistem produksi, pemasaran, dan penguasaan jaringan distribusi, serta produk yang memenuhi baku mutu lingkungan yang lestari sebagai syarat memasuki pasar global, yang mampu memenangkan keunggulan berkelanjutan ("Sustainable Competitive Advantage").
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perihal yang terkait dengan daya tarik pengusaha industri KPK untuk masuk dalam kawasan, kinerja manajemen pemrakarsa, potensi pasar KPK, kebijakan pemerintah dalam investasi, serta strategi SCA yang diterapkan. Penelitian didukung datalinformasi primer dan sekunder, yang diolah secara analitis kualitatif dan kuantitatif, serta deskriptif dengan pendekatan deduktif dan induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; manajemen perusahaan belum mampu menarik minat investor untuk bergabung dalam kawasan ini. Peluang investasi yang perlu direbut adalah pada bidang pengadaan bahan baku, karena 80 % kulit mentah masih harus diimpor. Oleh karena itu pihak pengelola KIKT-PT. Cahaya Timur Indah harus mampu mengurangi kendala pengadaan bahan baku, dengan jalan meningkatkan pasok bahan baku dalam negeri, dan mampu memberi kemudahan bagi impor bahan baku yang belum dapat dilayani dari dalam , sehingga para pengusahalunit industri tertarik masuk ke dalam kawasan ini. Tantangan lain yang perlu diraih berupa kebutuhan KPK dunia terus meningkat (15,20 %/tahun).
Aliansi strategic sebagai pilihan utama dalam penerapan "SCA" bagi KIKT-PT. Cahaya Timur Indah dengan 40 negara mitra dagang yang telah ada. Ketidak sinkronan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam perizinan dan pengadaan lahan perlu penyelesaian secara tuntas.
Berdasarkan kajian rantai nilai dan tinjauan kekuatan dan kelemahan pihak MKT- PT.Cahaya Timur Indah, maka dinilai kinerja pemrakarsa mutlak perlu ditingkatkan menyongsong pencerahan ekonomi Indonesia di suasana reformasi pembangunan ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Amanda Larasati
"Dalam rangka menaikkan daya saing ekspor produk kulit, Pemerintah memberikan kebijakan berupa kemudahan dalam mengimpor bahan baku untuk diproduksi menjadi barang dengan tujuan ekspor, yang disebut Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Kebijakan KITE yang diberikan pada Industri Kulit diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit, yaitu mengenai kontinuitas bahan baku. Atas kemudahan yang diberikan dalam fasilitas ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap harga dari produk kulit yang tujuannya diekspor akan lebih bersaing. Penelitian ini akan membahas implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit serta hambatan yang dihadapi dalam implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan yang dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit belum cukup efektif, karena terdapat hambatan-hambatan yang belum diselesaikan secara optimal. Akibatnya masih banyak perusahaan Industri Kulit yang belum menggunakan fasilitas ini.

In order to increase the competitiveness, the Government provided a policy in the form of easing importing raw materials to be produced into goods for export purposes, which is called “Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)”. The KITE Policy given to the Leather Industry is expected to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which is the continuity of raw materials. The convenience provided by this incentive is expected to be able to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which will also affect the prices of leather products in which its purpose to be exported. This study will discuss the implementation of KITE Policy for the Leather Industry and the obstacles faced in its implementation. This study uses a qualitative approach with descriptive design dan data collection techniques such as library research and field studies which is conducted with interviews. The results show that the implementation of KITE Policy for the Leather Industry have not been really effective, because there are obstacles that have yet to be resolved optimally. As a result, there are still many companies in the Leather Industry that have not use this incentive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Izzatul Muthi`ah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap pemimpin perempuan dan aspirasi maupun persepsi aspirasi kepemimpinan perempuan pada mahasiswa perempuan dan laki-laki di Indonesia. Untuk melihat hubungan tersebut, peneliti menyebarkan kuesioner Gender-Authority Measure (GAM) dan Leadership Aspiration Subscale (LAS) dalam jaringan (online) kepada mahasiswa yang sedang menduduki tahun ketiga perkuliahan di perguruan tinggi di Indonesia. Hasil penelitian yang diikuti oleh 369 partisipan menunjukkan terdapat hubungan positif antara sikap mahasiswa laki-laki terhadap pemimpin perempuan dan persepsi tentang aspirasi kepemimpinan perempuan (r = -.218, n = 369, p < .05). Artinya, laki-laki dengan sikap yang lebih negatif terhadap pemimpin perempuan cenderung mempersepsikan perempuan memiliki aspirasi kepemimpinan yang lebih rendah. Di sisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemimpin perempuan dan aspirasi kepemimpinan pada mahasiswa perempuan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki skor rata-rata GAM lebih tinggi dari median yang berarti terdapat sikap negatif terhadap pemimpin perempuan pada kedua kelompok gender. Kemudian, terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata sikap terhadap pemimpin perempuan pada kedua kelompok gender (t = -3.679, n = 369, p < .05).

This study aimed to examine the relationship between attitude toward female leaders and women?s leadership aspirations and perception of women?s leadership aspiration among female and male college students in Indonesia. To examine the relationship, online questionnaire consists of Gender-Authority Measure (GAM) and Leadership Aspiration Subscale (LAS) was distributed to female and male college students in Indonesia. 369 male and female college students participated in this research. Result showed that there is negative relationship between attitude toward female leader and perception of women?s leadership aspiration on male student (r = -.218, n = 369, p < .05). Men whose GAM score were high tend to perceive that women should have lower leadership aspiration. On the other hand, there was no significant relationship showed on female students. This research also shows that both men and women scored higher than median score of GAM, which means there are negative attitude toward female leaders on both male and female participants. Thus, among female and male participants, difference in the average scores of attitude toward female leaders was found (T = -3.679, n = 369, p < .05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>