Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Government Regulation no. 38 year 2007 about the distribution of governmental power between central, provincial and district/town was one reference for government. Despite of decentralization was expected to remain the relevance from the administration. Meanwhile, to view the performance or measures the success of development held by local district, especially in the field of health has issued the Ministerial Regulation RI No. 741/Menkes/Per/VII/2008 0n Minimum Service Standards (SPM) in the Health Sector which is an effort to accelerate the achievement of the MDGs in 2015. Child health problems focused on the decline in morality because even the trend was declining but the achievement is still far from target, particularly the MDGs in 2015, either RPJPM or Minimum Service Standards (SPM). When in handling found of resource limitation, it is necessary to scale the priority to handle with the regional approach or program. The objective of the study is to know distribution areas and offers an alternative method of diagnosing the area of Children under 5 health problems so that is shows children under 5 priority areas. The data for this analysis from a survey called RISKESDAS 2007 with sample unit is children under 5. Variable used are; state of poor and malnutrition, the completed immunization coverage, posyandu utilization, morbidity (diarrhea, pneumonia and TB), clean and healthy lifestyle, lack of clean water, lack of sanitation in the districts of East in Java. This result is several thematic maps when it is overlay; find the two districts in the eastern part is relative problematic area among the districts and other towns in East Java"
BULHSR 14:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahayu Pamungkas
"Pneumonia merupakan penyebab kematian balita setelah diare dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko pneumonia pada balita di 4 (empat) provinsi di wilayah Indonesia timur, yaitu provinsi Papua, Papua Barat, Gorontalo dan NTT dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007. Data diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 8631 balita. Desain penelitian ini adalah cross sectional study.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pneumonia pada balita di 4 provinsi di wilayah Indonesia timur sebesar 5,7%. Analisis multivariate dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita adalah riwayat terkena campak (p=0,000), pekerjaan ibu (p=0,000), pengeluaran per kapita (p=0,018).

Pneumonia is the cause of death of children under five years old after diarrhea and always be on the list of 10 diseases that exist in the largest health care facility. This study aims to determine risk factors of pneumonia for children under five years old in the 4 (four) provinces in eastern Indonesia, namely the province of Papua, West Papua, Gorontalo and NTT by using data Riskesdas 2007. Sample size was 8631 infants were obtain from Indonesia Primary Health Research in 2007. This study design is cross sectional study.
The results showed that the proportion of pneumonia in children under five years old in four provinces in eastern Indonesia at 5.7%. Multivariate analysis with multiple logistic regression showed that variables significantly associated with incidence of pneumonia in children under five years old is a history of measles (p = 0.000), maternal employment (p = 0.000), expenditures per capita (p=0,018).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rusdawati Hasan
"Kejadian ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita di dunia maupun negara berkembang termasuk di ndonesia. Kejadian ISPA banyak ditemukan di pelayanan kesehatan Sulawesi Tengah dan Kabupaten Banggai. Prevalensi ISPA di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur terus mengalami peningkatan 3 tahun terakhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor ibu, faktor keluarga, faktor balita dan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilyah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur, penelitian ini menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi dan balita umur 0-59 bulan, jumlah sampel 166, bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat ASI ekslusif (0,002; 1,49-5,40), pencahayaan (0,019; 1,18-4,31), jenis dinding (0,003; 1,45-5,30), kelembaban (0,001; 1,65-6,15) dan suhu (0,001; 1,65-6,15) dengan kejadian ISPA pada balita. Variabel yang diprediksi paling dominan menyebabkan ISPA adalah kelembaban (0,025; 1,13-6,14).
The incidence of ARI is one of the leading causes of death in children under five years in the world and developing countries including Indonesia. ARI incidence found in care health and Banggai Central Sulawesi. The prevalence of ARI at the coverage of Luwuk East Health increased in past 3 years.
This study aims to determine the relationship maternal factors, family factors, toddlers factors and environmental factors with the incidence of ARI in infants at Coverage Area of Luwuk East Health ,this study used a cross-sectional design, the population were all infants and toddlers 0-59 months, the number of samples is 166 and lived in the Coverage Area of Luwuk East Health.
The results showed significant association between a history of exclusive breast feeding (0,002; 1,49-5,40), lighting (0,019; 1,18-4,31), the type of wall (0,003; 1,45-5,30), humidity (0,001; 1,65-6,15) and temperature (0,001; 1,65-6,15) with the incidence of respiratory infection in infants. Variables that predicted the most dominant cause of ARI is humidity (0,025; 1,13-6,14).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Diarrhoeal diseases become the second coused of death of the under-fives, the third in infant and the fifth at all people in Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asteria Unik Prawati
"Sejak tahun 1997, Departemen Kesehatan bekerjasama dengan WHO telah mengembangkan suatu pendekatan dalam tatalaksana balita sakit di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang selanjutnya disebut sebagai Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur dengan dana bantuan WHO pada tahun 1997 pula telah mulai menerapkan pendekatan MTBS di 6 puskesmas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tingkat kepatuhan petugas pelaksana MTBS dan kepuasan ibu balita yang mendapat pelayanan dengan menggunakan tatalaksana MTBS di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah sample sebanyak 12 petugas pelaksana MTBS dan 120 ibu balita. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada saat petugas memeriksa balita sakit dengan menggunakan daftar tilik dan wawancara terhadap ibu balita setelah selesai pelayanan dengan menggunakan kuesioner, kemudian dilakukan wawancara mendalam kepada petugas dan diskusi kelompok terarah dengan ibu balita.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada tingkat kepatuhan petugas dengan menggunakan cut off point 90 dalam niiai kisaran kepatuhan tertinggi 100 dan terendah 83,32 maka sebanyak 65,80% petugas patuh dalam melakukan penilaian dan klasifikasi, 9I,70% petugas patuh dalam menentukan tindakan dan 66,70% petugas patuh dalam memberikan konseling. Untuk tingkat kepuasan ibu balita, dengan cut off point 29 dari total score 40, maka secara umum ibu balita menyatakan puas mendapat pelayanan dengan tatalaksana MTBS, tetapi masih ada 8,34% ibu balita yang tidak puas dalam hal keinginannya untuk kembali. Dengan uji statistik, pada p~,43 terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan petugas dalam penilaian dan klasifikasi penyakit dengan kepuasan ibu balita dalam hal keinginannya untuk kembali membawa anaknya berobat ke puskesmas.
Kesimpulan secara umum, tingkat kepatuhan petugas daIam tatalaksana MTBS sudah cukup baik, demikian pula kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan dengan menggunakan tatalaksana sudah cukup tinggi. Maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo untuk tetap mempertahankan kualitas bimbingan dan supervisinya agar kelangsungan pendekatan ini tetap terjaga. Bagi puskesmas perlunya memberikan penghargaan tertentu bagi petugas yang patuh untuk mempertahankan tingkat kepatuhan petugas , dan untuk meningkatkan kepuasan ibu perlu dilakukan sosialisasi tentang MTBS. Bagi Departemen Kesehatan perlu mempertimbangkan cut off point tingkat kepatuhan, disesuaikan dengan telah berapa lama puskesmas menerapkan MTBS.

Relationship on the Compliance Rate of Health Workers and the Satisfaction Rate of Mothers on the Integrated Management of Childhood Illness at Distric Sidoarjo East Java year 2002Since 1997, the Ministry of Health Republic of Indonesia in collaboration with the World Health Organization has developed an approach in managing sick child underfive at the primary health services known as Integrated Management of Childhood Illness (LMCI). District of Sidoarjo, using WHO budget has started socializing the IMCI in 6 health centers on 1997.
The objective of this study is to have a description of health worker's compliance and mother's satisfaction towards IMCI implementation in district Sidoarjo. The study will use cross sectional design with quantitative and qualitative approach with sum of sample to 12 IMCI-implement health workers and 120 mothers. Data collection is conducted by direct observation to health workers during sick child examination using a checklist and exit interviews to mothers using questionnaires then followed by an indepth interview to the health workers and focus group discussion to the mothers.
The study showed that means of staff compliance score on IMCI procedures are 92,18; 96,56; 93,06 and 95,45 respectivety for patient assessment & classificatioiu; determine treatment; giving counseling; and average total compliance using cut-off 90, it is showed that compliance on treatment determination is highest with 91,70% respondent midwifes. Followed by giving counseling (66,70%) and assessment & classification (65,50%). Furthermore, this study showed level of satisfaction for IMCI service on high (by using cut-off score of 29 of total score 40), except that there are 8,30% of mothers who expreseed will not return for the IMCI services at the health center. Furthermore, using Chi Square statistic with exact p-value approach, it is showed that there is a significant relationship between compliance in assessment & classification and satisfaction in intention to return for the same services (p~,03).
In conclusion, the compliance rate of health workers towards the IMCI achieve a higher level than Ministry of Health suggestion (80% comply)) similar results are shown for the mother satisfaction in health treatment. This study suggest the District Health Office of Sidoarjo to maintain its quality of IMCI services with adequate supervision and monitoring evaluation. Furthermore, Puskesmas manager should identify staff with excellent compliance and reward them adequately. For other staff, the manager may promote continuously the IMCI services. At last but not least, this study suggest the Ministry of Health recruits level of compliance based local experience on applying IMCI services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Mizan
"Stunting adalah kondisi ketidakmampuan pertumbuhan linier yang terjadi akibat masalah gizi, dan memiliki dampak negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Data SSGI menyebutkan prevalensi stunting pada balita di Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5% (tahun 2021) dan 20,2% (tahun 2022). Masih jauh dari target RPJMN 2020-2024 yaitu 14% dan minimal standar WHO yaitu 20%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan akses pelayanan kesehatan balita dengan kejadian stunting di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dianalisis bersumber dari SSGI (Studi Stasus Gizi Indonesia) tahun 2021 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Populasinya sebanyak 4.530 rumah tangga balita, dan sampel sebanyak 4.526 balita di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia balita, berat badan lahir, panjang badan lahir, keberagaman konsumsi, klasifikasi wilayah, fasilitas kesehatan jauh, pemberian vitamin A, status imunisasi, kepemilikan buku KIA, dan sumber air minum dengan kejadian stunting. Penelitian ini menyarankan perlunya peningkatan koalisi stunting lintas sektor di tiap tingkatan wilayah. Dan menempatkan tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dalam program Integrasi Layanan Primer (ILP) untuk mendampingi perawat dan bidan di setiap desa/kelurahan.

Stunting is a condition of linear growth inability that occurs due to nutritional problems, and has negative impacts in both the short and long term. SSGI data states that the prevalence of stunting among toddlers in West Java Province reached 24.5% (in 2021) and 20.2% (in 2022). It is still far from the 2020-2024 RPJMN target of 14% and the minimum WHO standard of 20%. The aim of this research is to determine the relationship between access to health services for toddlers and the incidence of stunting in West Java Province. This research is quantitative with a cross sectional design. The data analyzed comes from the 2021 SSGI (Indonesian Nutritional Status Study) with univariate, bivariate and multivariate analysis. The population was 4,530 households under five, and the sample was 4,526 toddlers in West Java Province. The results of the research show that there is a relationship between toddler age, birth weight, birth length, diversity of consumption, regional classification, distant health facilities, vitamin A administration, immunization status, ownership of KIA books, and drinking water sources with the incidence of stunting. This research suggests the need to increase cross-sector stunting coalitions at each regional level. And placing Community Health (Kesmas) workers in the Primary Service Integration (ILP) program to accompany nurses and midwives in every village/sub-district."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Developing country malnutrition on its current scale-one thord of all children,causes lost of produvtivity...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Kabupaten Manggarai Barat periode Januari sampai dengan Juli 2012 jumlah kematian bayi 34 kasus, Bayi lahir mati 33 kasus Kebij dan kematian ibu 9 kasus. Tujuan tulisan ini yaitu Akse Kunju penyebab kematian ibu, bayi, di Pus ingin menggambarkan balita dan gizi buruk. Metode: Penelitian merupakan studi kualitatif di kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2012. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas dan Labuan Bajo. Pengumpulan data secara Focus Group Discussion dengan Kepala Puskesmas, bidan desa, pengelola program gizi dan seksi KIA pada dinas kesehatan. Hasil: Penyebab kematian ibu dan bayi di wilayah kerja Puskesmas Labuan Bajo disebabkan oleh karena ibu mengalami lok kekurangan gizi, penyakit infeksi seperti malaria dan tipus. Perhatian ibu terhadap bayi kurang ter unt kesehatan sulit dan akses terhadap pelayanan dal Permasalahan tersebut harus diatasi dengan cara kel kesehatan secara rutin, ibu hamil memeriksakan pemakaian kelambu, perlu penyediaan perahu motor Cro dengan operasional lebih murah. Penyebab gizi buruk dan gizi kurang adalah pengetahuan, pola asuh dan kemiskinan serta penyakit infeksi seperti ins diare dan malaria, diatasi oleh bidan dengan cara konseling kepada keluarga ter proaktif memberikan yang mempunyai balita gizi buruk."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan: Program kesehatan lingkungan (kesling) merupakan upaya preventif untuk meningkatkan kualitas
kesehatan lingkungan, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan manusia dan sesuai Kepmenkes RI No. 1428/2006, yaitu kesling wajib di laksanakan puskesmas. Tujuan: adalah mengkaji perbedaan pelaksanaan program pelayanan kesehatan lingkungan antar puskesmas perkotaan dengan perdesaan, perbedaan output kinerja program kesling berdasarkan ketersediaan tenaga sanitarian/kesling dan pemberian feed back kinerja antar puskesmas. Metode: Analisis perbedaan melalui metode diskriptif berupa tabel dan grafik dari data sekunder Rifaskes 2011. Populasi adalah puskesmas di Kabupaten Tuban sekaligus sebagai total sampel dan puskesmas sebagai unit analisis. Hasil: Puskesmas di Kabupaten Tuban belum optimal melaksanakan seluruh program kesehatan lingkungan.
Beda pukesmas perkotaan dan perdesaan adalah puskesmas perkotaan tidak semua program kesling dilaksanakan,
sedangkan perdesaan melaksanakan semua program pelaksanaan kesling, tetapi hasilnya belum maksimal. Ada perbedaan ketersediaan tenaga sanitarian antar puskesmas termasuk dalam mencapai output dan ada perbedaan antar puskesmas yang melaksanakan penilaian kinerja dengan memperoleh feed back hanya 9 (27%) puskesmas saja, dan manfaat feed back belum berpengaruh pada perbaikan kinerja program kesling. Kurang 50% puskesmas memperoleh kinerja dengan kategori ”baik” pada penilaian TTU dan program kesling yang lain masih termasuk kinerja ”kurang baik”. Kesimpulan: Secara diskriptif ada perbedaan pelaksanaan program kesling antara puskesmas, ketersediaan tenaga sanitarian masih
kurang dan manfaat feed back belum berpengaruh untuk perbaikan kinerja program kesehatan lingkungan."
613 BULHSR 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Zahraini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi balita 12-59 bulan. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data Riskesdas 2007 untuk wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar (60,9%) keluarga balita di DI Yogyakarta sudah KADARZI, sedangkan di NTT baru 12,2% keluarga balita yang termasuk KADARZI. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan yang bermakna antara status KADARZI, keteraturan menimbang, makan beraneka ragam, penggunaan garam beryodium, dan kejadian diare dengan status gizi balita (p<0,05). Akhirnya disarankan bahwa masih perlu dilakukan sosialisasi secara merata tentang KADARZI serta indikator perilakunya kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi terjadinya masalah kurang gizi pada balita khususnya di provinsi NTT.

The reseach is aimed to know the relationship between nutritional family awareness and nutritional status of child 12-59 month. The data was used from Riskesdas 2007 for DI Yogyakarta and NTT. The result of this research show that 60,9% family who has child 12-59 month in DI Yogyakarta has nutritional awareness status, but in NTT there was only 12,2%. The result of statistical test shows that the family nutritional awareness, continiously child weighing, consumption of combine food, used of iodine salt, and diarrhoea were associated with nutritional status of child 12-59 month.(p<0,05). This finding may be used to inform future intervention aimed at increasing nutritional family awareness status specially in NTT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S5749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>