Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kolok's people in Bengkala is people with hearing impairment and deafness. The number of those people in Bengkala are 40 or about 2% of total inhabitants. People in Bengkala have created social inclusion culturally for the Koloks. The same opportunity are given to them the same as it is given to "normal" people, the Ingets. By handling social inclusion, auditory health cares in Bengkala can be used as a pilot program so there will be an empowerment in dealing with the disables to be able to live normal life properly."
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
James Danandjaja
"ABSTRAK
Berbeda dengan sangkaan para turis, yang mengunjungi desa Trunyan, penduduk desa tersebut bukan termasuk penduduk "primitif", tetapi termasuk penduduk petani desa yang konservatif.
Di pulau Bali mereka ini terkenal dengan sebutan Bali Aga, atau Bali Mula. Bali Aga berarti orang Bali dari pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti Bali Asli (Crucq, 1928 : 108).
Penduduk Trunyan sendiri tidak suka disebut dengan nama Bali Aga. Mereka lebih senang jika disebut sebagai orang Bali Mula, dan akan berterima kasih jika disebut sebagai orang Bali Turunan. Nama Bali Aga diperolehnya dari penduduk Bali lainnya, yang menyebut diri mereka sebagai orang Bali Hindu, dan mereka ini merupakan penduduk mayoritas di pulau Bali. Nama Bali Aga tidak disenangi oleh penduduk Trunyan karena mempunyai arti tambahan yang merendahkan martabat mereka, yaitu sebagai "orang gunung yang bodoh". Disamping itu juga orang Bali Aga dianggap oleh orang Bali Hindu sebagai penduduk asli Bali yang memang beragama Hindu, tetapi yang tidak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa. Bagi orang Bali Hindu, yang menganggap diri mereka sebagai orang beradab yang mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Majapahit, maka hal-hal yang bukan terpengaruh oleh kebudayaan Jawa Majapahit dianggap kasar dan tidak beradab (Goris, 1960 : 294).
Berdasarkan folk etimologi mereka, penduduk Trunyan lebih senang jika disebut dengan nama Bali Mula, atau lebih balk lagi Bali Turunan, karena nama Mula menunjukkan bahwa mereka adalah penduduk asli pulau Bali, sedangkan orang Bali Hindu bukan. Orang Trunyan sangat suka jika disebat Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka "turun" dari langit ke bumi Trunyan. Jadi nama Bali Turunan berarti orang Bali yang turun langsung dari langit ke Bali. Mereka menganggap diri mereka berbeda dengan orang Bali Hindu, yang mereka panggil dengan sebutan Bali Suku, karena orang Bali Suku bukan penduduk asli pulau Bali, melainkan pendatang dari pulau Jawa yang masuk ke pulau Bali dengan suku(:kaki) atau berjalan kaki.
Untuk membenarkan pendapat di atas, orang Trunyan mempunyai satu mite (dongeng suci) mengenai asal usul penduduk Trunyan, yang menceritakan bahwa leluhur wanita mereka adalah seorang Dewi dari Langit yang diusir dari kahyangan (entah karena dosa apa), untuk turun ke suatu tempat di bumi yang kemudian terkenal dengan nama desa Trunyan. Rahim Dewi ini kemudian dibuahi secara ajaib oleh matahari (Sang Surya) sehingga mengandung, dan setelah tiba waktunya Sang Dewi melahirkan sepasang anak kembar, seorang diantaranya adalah anak banci dan seorang lagi anak perempuan. Setelah kejadian ini Sang Dewi kemudian kembali ke Kahyangan. Putri dewi tersebut kemudian kawin dengan seorang putra Raja Jawa (Dalem Solo), yang datang ke Trunyan karena tertarik oleh bau-bauan harum yang dipancarkan oleh sebatang taru (pohon) menyan yang tumbuh di Trunyan. Dari kedua insan dan dewi ini, kemadian diturunkan penduduk Trunyan yang sekarang ini.
Kejadian mengenai adanya seorang Dewi turun ke bumi ini, yaitu turun hyang, dan adanya pohon taro menyan yang memancarkan bau-bauan wangi sehingga dapat menarik kedatangan putra Dalem Solo, menimbulkan dua macam keterangan mengenai asal usul nama Trunyan. Keterangan yang per-tama mengatakan Trunyan berasal dari kata-kata turun dan hyang yang barasimilasi menjadi sata kata; dan yang kedua mengatakan berasal dari kata-kata taro dan menyan.
Putra Dalem Solo dengan istrinya (putri Dewi) yang merupakan cakal bakal desa Trunyan, kemudian setelah meninggal diangkat menjadi Dewa Tertinggi orang Trunyan dengan gelar Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar."
Lengkap +
1977
D93
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniardi Fadilah
"Bersama dengan corak budaya Bali yang tampil menonjol, novel Sukreni Gadis Bali juga memiliki persoalan trauma yang tertulis di dalam kisah subjek-subjek di dalamnya. Persoalan trauma yang ada dalam novel Sukreni Gadis Bali karya A.A. Panji Tisna yang terbentuk dalam diri subjek terjadi disebabkan interaksi antarsubjek dalam cerita. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menjabarkan isu trauma yang ada dalam diri subjek cerita Sukreni Gadis Bali: muasal penyebab trauma dan representasi trauma dalam tubuh subjek sebagai dampak budaya patriarki. Dengan demikian, analisis penelitian didasarkan pada pandangan trauma Cathy Caruth dan konsep trauma patriarki yang dipaparkan Michelle Justus. Oleh karena itu, penelitian ini berada pada ruang perspektif psikomemori feminisme sastra. Penelitian ini menemukan bahwa trauma yang dialami subjek, Men Negara dan Sukreni, disebabkan oleh kekerasan interpersonal yang dilakukan oleh laki-laki dengan landasan relasi kuasa yang timpang antarsubjek. Kekerasan interpersonal itu berbentuk intimidasi, pemerkosaan, kekerasan fisik, dan peristiwa katastrofe berupa kebakaran. Subjek yang trauma, Men Negara dan Sukreni, menampilkan sindrom pascatrauma setelah mengalami peristiwa traumatis. Sukreni mengalami krisis identitas dan Men Negara memperlihatkan kegilaan. Dua trauma yang dialami oleh Sukreni dan Men Negara merupakan hasil dari dominasi patriarki."
Lengkap +
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ruastiti
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memahami makna Tari Sang Hyang Dedari yang kini sering disajikan dalam konteks pariwisata di Puri Saren Agung Ubud, Bali. Padahal Tari Sang Hyang Dedari merupakan sebuah tari upacara untuk memohon keselamatan bagi masyarakat setempat. Sebagai sebuah tari upacara, Tari Sang Hyang Dedari semestinya hanya disajikan di pura dalam konteks upacara saja. Namun kenyataannya di Puri Saren Agung Ubud berbeda. Untuk itu, penelitian yang berlokasi di Puri Saren Agung Ubud ini akan mengkaji permasalahan tentang: (1) mengapa Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata?; (2) bagaimana mereka menyajikan?; dan (3) bagaimana Puri Saren Agung Ubud memaknai Tari Sang Hyang Dedari tersebut?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam perspektif cultural studies yang dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori estetika postmodern, teori praktik, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata karena dilatari adanya peluang pasar yakni berkembangnya industri pariwisata di Ubud serta adanya potensi kesenian masyarakat yang memadai untuk menampilkan seni pertunjukan pariwisata (2) Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari untuk pariwisata dalam bentuk tari kreasi baru pelegongan yang konsep penciptaannya merupakan pengembangan bentuk estetika pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari untuk upacara; (3) Puri Saren Agung Ubud memaknai pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata terebut sebagai sebuah kreativitas seni, produk pariwisata bernilai ekonomi, sebagai pengikat relasi sosial masyarakat yang berimplikasi pada pelestarian seni pertunjukan tradisional di daerah tersebut pada era global."
Lengkap +
Denpasar: Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Murata, Atsuro
Japan: The Science for General Human Science, 2020
306 MUR g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Lodera
"Upacara Pasupati merupakan sebuah ritual yang tidak saja memiliki dimensi religi yang melandasinya, namun juga memiliki dimensi etis dan estetis. Hal itu terlihat dalam berbagai aktivitas Upacara Pasupati itu sendiri yang menampakkan adanya aktivitas dalam bentuk kerjasama dan partisipasi dalam hubungan ketetanggaan dan dalam berbagai aktivitas lainnya.
Penelitian ini mencoba mengkaji dan menelusuri dimensi-dimensi etis dan estetis pelaksanaan upacara Pasupati terutama yang terkait dengan masalah hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan hidupnya dan manusia dengan Tuhan, yang memang selama ini belum pernah diteliti dalam bentuk karangan ilmiah.
Secara pragmatis penelitian ini bertujuan untuk menelusuri tenomena-fenomena etis dan estetis dalam pelaksanaan upacara pasupati dan konsekuensinya terhadap integrasi masyarakat Bali.
Upaya untuk memperoleh hasil penelitian tersebut dipergunakan beberapa teknik penelitian yakni dengan mengidentifikasi Lokasi Penelitian, mengumpulkan data dengan metode pencatatan dokumen, dan observasi, menganalisa data, mengecek kesahihan data atau kebenaran data yang diperoleh dan menggunakan metode Kritis Refleksif untuk mengolah data yang bersifat empiris.
Berdasarkan atas temuan dan analisis data penelitian, maka dapat dikemukakan hasil penelitian sebagai berikut:
Makna etis dari sebuah Upacara Pasupati, mengandung berbagai jenis pendidikan terutama dalam pendidikan moral dan karakter umat Hindu, serta mengandung unsur imperatif bagi umatnya untuk selalu melaksanakan sradha bhakti secara rutin, dalam waktu-waktu tertentu dan dalam perspektif, pelaksanaan sebuah Upacara Pasupati dapat menuntun umat Hindu untuk berprilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, sehingga menumbuhkan rasa percaya pada Tuhan, dapat senantiasa berkomunikasi dengan Tuhannya dan dapat mengetahui kebenaran baru tentang yang religius.
Dengan percaya kepada Tuhan justru menjadikan seseorang lebih kuat menghadapi berbagai persoalan hidup dan memiliki integrasi individual (tidak lemah, dan mudah putus asa), serta memiliki integrasi sosial (harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama). untuk memperkuat perasaan dan ide-ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan rnasyarakat, guna dapat dipeliharanya rasa persatuan dan rasa kebersamaan
Makna estetis dari pelaksanaan upacara Pasupati adalah keindahan yang dihayati oleh masyrakat Bali bukan semata-mata untuk dinikmati oleh indra manusia melainkan rasa seni mampu berkiprah dalam menghubungkan manusia dengan Tuhannya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T4091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Padmarani Novianty
"Novel Andrew and Joey, A Tale of Bali dan The Java Man keduanya merupakan karya Jamie James, seorang penulis berkebangsaan Amerika. Masing-masing novel menampilkan representasi tentang Bali serta representasi tentang Jawa yang sarat dengan muatan politis Amerika, yang menaklukan, menjinakkan atau mengecilkan Timur.
Melalui analisis yang mempergunakan pendekatan pascakolonial Edward Said, diperlihatkan bagaimana ideologi orientalisme pengarang bekerja melalui pemilihan tokoh-tokoh yang menjadi vokalisasi novel serta bagaimana tokoh-tokoh tersebut ditampilkan. Tokoh-tokoh ini kemudian menjadi suara bagi Timur dalam novel Andrew and Joey, A Tale of Bali, karena dalam novel ini tokoh dari Bali sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bersuara.
Meski novelnya yang kedua, The Java Man menampilkan suara dari Timur, namun suara yang keluar adalah pengukuhan dari oposisi biner antara Timur dan Barat, dengan posisi yang dominan dipegang oleh Barat.

Andrew and Joey, A Tale of Bali and The Java Man, both are the works of an American writer, Jamie James. Each novel produces the representations of Bali and Java, loaded with American politics, which conquers, demeans or belittles fast.
By applying Edward Said's postcolonial approach, it is shown how the writer's orientalism works. By creating and selecting the characters which in turn becoming the.el's vocalization, the representation of Bali in Andrew and Joey, a Tale of Bali, is produced. This is then becomes the only voice of Bali since the Balinese in this novel comes to the reader only through the American's point of view.
In the second novel, the Javanese is given the chance to speak But the voice which comes out then became the validation of the binary opposition between the East and the West, in which the West holds the dominant position.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Dwi Putra
"Kursi roda pintar merupakan sebuah kursi roda yang menggunakan berbagai teknologi seperti komputer, sensor, dan teknologi bantuan lainnya yang diimplementasikan pada kursi roda tersebut. Seiring perkembangan teknologi, berbagai sensor bantuan diimplementasikan pada alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah sensor fisiologi seperti sensor detak jantung dan suhu. Sensor ini sudah banyak diterapkan pada jam tangan digital, sehingga pengguna dapat memeriksa detak jantung per menit secara real-time. Dengan melihat kedua pandangan diatas, penelitian ini difokuskan untuk membuat penerapan sensor detak jantung MAX30102 dan sensor suhu MLX90614 pada kursi roda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor detak jantung MAX30102 dapat diterapkan dengan persentase error sebesar 2,69%, serta sensor suhu MLX90614 dengan persentase error sebesar 1,41%.

A smart wheelchair is a wheelchair that uses various technologies such as computers, sensors, and other assistive technologies that are implemented in the wheelchair. Along with the development of technology, various assistive sensors are implemented in tools used in daily life, one of which is physiological sensors such as heart rate and temperature sensors. This sensor has been widely applied to digital watches, so users can check the heart rate per minute in real-time. By looking at the two views above, this research is focused on making the application of the MAX30102 heart rate sensor and MLX90614 temperature sensor in wheelchairs. The results showed that the MAX30102 heart rate sensor can be applied with an error percentage of 2.69% and the MLX90614 temperature sensor with an error percentage of 1.41%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
Jakarta: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional , 2007
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
091.598 5 BAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>