Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, di samping agama dan seni. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia. Dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan kepadanya Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan untuk dapat dicarikan jawabannya secara benar.
Sesuai dengan judul, eksistensi dari Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 ini dititikberatkan penguraian dan pembahasannya kepada landasan ontologinya. Namun demikian penulis juga akan menguraikan dan membahas sedikit dari landasan epistemologi dan landasan aksiologinya. Karena di sini penulis berpendapat bahwa dalam membahas dan melihat suatu Undang-Undang tidak bisa dipisah-pisah, sebab itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan dalam pembahasan nantinya akan dikaitkan juga kaedah modal dalam perspektifnya. Dalam hal ini, dilihat dari pihak pembuat Undang-Undang itu sendiri."
JHYUNAND 4:6 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridhwan Indra
Jakarta: Trisula, 1997
346.043 64 RID m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2002
S23862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zefanius Fransisco
"Salah satu praktek dalam perbankan adalah adanya keberadaan jaminan/agunan di dalam melakukan perjanjian kredit. Dalam perkembangannya dalam melakukan pemberian kredit terdapat masalah saat ternyata agunan yang diberikan dalam proses perkreditan ternyata merupakan hasil dari tindak pidana yang menyebabkan terjadinya penyitaan untuk pengembalian kerugian negara. Penelitian ini mencoba menganalisis mengenai apakah penyitaan tersebut sesungguhnya dapat menghilangkan hak preferent maupun hak parate eksekusi yang dimiliki oleh bank sesaat setelah melakukan peletakan hak tanggungan terhadap asset yang dijadikan jaminan. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan teknik pengumpulan data sekunder atau bahan pustaka. Dari penilitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
konsep hukumnya sendiri hak preferent dan hak parate eksekusi tidak dapat dirampas oleh negara karena adanya asas droit de suite dan droit de preferent, akan tetapi apabila terjadi perampasan yang dilakukan oleh negara maka hilanglah kedua hak tersebut karena walau dapat dimintakan kembali agunan tersebut tapi harus melawati proses yang panjang yang menghilangkan hak parate eksekusi maupun hak preferent. Maka dari itu penulis menyarankan seharusnya undang-undang lebih diperbaharui sehingga dapat lebih menjelaskan lagi mengenai agunan yang terbukti merupakan hasil tindak pidana. Serta penegak hukum yang melakukan penyitaan harusnya melakukan pemeriksaan terhadap benda yang akan disitanya, apakah diatas benda tersebut terdapat hak pihak ketiga yang dilindungi oleh Undang-undang.

In bankin practice making credit agreements there are existence of collateral. In its development in giving credit there was a problem when it turned out that the collateral provided in the credit process turned out to be the result of a criminal act that caused seizure of the object to recover state losses. This study attempts to analyze whether the confiscation can actually eliminate preferential right and parate execution right held by the bank shortly after placing the mortgage right on the assets that are used as collateral. Approach method used in this research is normative juridical with technique of collecting of secondary date or library material, which then analyzed by using qualitative method. From the research conducted, it can be concluded than in the legal concept the preferential right and parate execution right cannot be confiscated by the state beause the legal concept the preferential rights and parate execution rights cannot be confiscated by the state because the principle of droit de suite and droit de preferent, but if there is a seizure carried out by the state it meants then the two rights are lost because even if the bank can collect the collateral again but bank had to go through a long process that eliminated the parate execution and preferential rights. Therefore the authors suggest that the law should be renewed so that it can further explain about collateral which is proven to be the result of a criminal act. As well as law enforcers who carry out seizures should conduct an inspection of the objects before confiscated it, whether there are rights to the third party which are protected by law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadetha Endah P.L.
"Pada masa sekarang ini, usaha kecil perlu diberi perhatian yang lebih besar mengingat produktivitas yang dihasilkan pada umumnya adalah berupa barang-barang ekspor sehingga dapat menunjang perekonomian Indonesia khususnya penambahan devisa negara. Perhatian utama yang perlu diberikan adalah peningkatan kualitas usaha kecil melalui pemberian kredit dalam rangka penambahan modal kerja. Ini bertujuan agar para pengusaha Kecil mampu mengembangkan usahanya (meningkatkan produktivitas) sehingga meghasilkan pengusaha-pengusaha yang mapan. Kredit tidak terlepas dari adanya jaminan. Oleh karena itu, tanah sebagai jaminan yang tepat dianggap sesuai sebagai jaminan KMK KUK, terlebih lagi sejak berlakunya uu Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 (UUHT) sebagai satu- satunya sarana pengaturan tentang tanah yang tentunya akan mampu menciptakan kepastian hukum lebih besar. Kehadiran UUHT telah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi golongan ekonomi lemah (seperti para pengusaha kecil) untuk menggunakan tanahnya sebagai jaminan kredit karena Hak Pakai atas Tanah Negara (HP-TN) dapat dijadikan obyek Hak Tanggungan. Jelas, bahwa kini para pengusaha kecil yang kebanyakkan mempunyai tanah HP-TN telah mampu menjaminkan tanahnya untuk memperoleh kredit bagi perkembangan usahanya. Dalam skripsi ini akan dibahas pula mengenai penerapan UUHT pada prakteknya, khususnya tinjauan hukum terhadap prosedur pembebanan Hak Tanggungan dan beberapa permasalahan serta penanggulangannya pada Bank BNI."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
S20952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Irma Arifianti
"Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak mensyaratkan adannya jaminan apabila bank telah mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur. Tetapi demi keamanan kreditnya bank selalu meminta jaminan. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dikenal dua bentuk jaminan yaitu jaminan kebendaan dari jaminan perorangan (borgtocht). Jaminan Kebendaan adalah adanya suatu benda tertentu yang dipakai sebagai jaminan. Benda tersebut dapat dibagi dua yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Sedangkan jaminan perorangan adanya pihak ketiga (orang atau badan hukum) yang menjadi penjamin dalam suatu pemberian kredit. Pihak ketiga dalam hal ini adalah perorangan yang disebut jaminan perorangan (personal guarantee) atau badan hukum yang disebut jaminan perusahaan (corporate quarantee). Perusahaan yang dapat menjadi penjamin adalah perusahaan yang mempunyai hubungan usaha, management dengan kreditur atau debitur adalah anak perusahaan penjamin. Untuk saat ini di Indonesia belum ada peraturan perundang-undangan pemberian kredit dengan jaminan perusahaan. dalam prateknya di PT Bank Bali hanya menerima jaminan perusahaan yang penjaminnya adalah perusahaan yang berbentuk PT."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penetapan Bea Masuk terdapat enam metode (pasal 15 UU
No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan), namun tidak jarang
Direktorat Jendral Pajak c.q. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
menetapkan tidak berdasarkan hieraki yang ditetapkan oleh
undang-undang. Kantor Pelayanan dalam menetapkan nilai pabean
selalu menggunakan plafond harga apabila mereka tidak mengerti
terhadap barang yang diimpor. Perlakuan tersebut sangat
merugikan importir karena selalu penetapan KPBC lebih tinggi
daripada nilai yang dilaporkan dalam PIB oleh importir.Sarana
yang digunakan oleh KPBC untuk mengoreksi nilai pabean adalah
Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk (SPKPBM)
atau yang umumnya disebut Nota Pembetulan. Dengan terbitnya
SPKPBM upaya hukum yang ditempuh oleh wajib pajak secara
hierarki adalah upaya keberatan kepada Direktorat Jendral Bea
dan Cukai dan banding Ke Pengadilan Pajak. Pada tahap keberatan
pada umumnya wajib pajak dalam posisi yang lemah, sehingga
upaya banding WP sering tidak diterima kecuali diadakan audit.
Akan tetapi dalam upaya Banding tidak jarang WP yang
dimenangkan. Namun keberhasilan WP di tingkat banding tidak
disertai kemenangan didalam prakteknya. WP dipersulit untuk
mengambil Customs Bond serta restitusi. Fiskus menolak untuk
memberikan imbalan bunga kepada WP. Upaya hukum yang dapat
ditempuh WP adalah gugatan baik lewat Perdata maupun PTUN.
Tindakan fiskus tidak memenuhi kewajiban membayar imbalan bunga
dapat digugat lewat jalur perdata, sedangkan tindakan
mempersulit dapat ditempuh lewat jalur Peradilan TUN. Custom
Bond dalam yang digunakan dalam bidang kepabeanan secara
yuridis menggunakan konstruksi hukum Penanggungan (Borghtoch)
seperti yang diatur dalam pasal 1820 KUH Perdata."
[Universitas Indonesia, ], 2004
S23791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Muljadi
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005
332.7 KAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>