Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
" Prevalensi zat anti hemaglutinasi Toxoplasma gondii pada manusia di Indonesia berkisar antara 2% - 51%. Penularan T. gondii pada manusia terjadi karena menelan kista dalam daging kurang matang atau menelan ookista yang berasal dari tinja kucing. Oleh karena kucing dan anjing banyak ditemukan sebagai hewan peliharaan, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi zat anti T. gondii pada kucing dan anjing di Jakarta, dalam rangka penelitian epidemiologi selanjutnya. Serum dari 78 anjing dan 33 kucing diperiksa terhadap zat anti T. gondii dengan menggunakan tes hemaglutinasi indirek.hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi zat anti Toxoplasma gondii adalah 72,7% pada kucing dan 75,6% pada anjing yang diperiksa. "
MPARIN 6 (1-2) 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Survei antibodi T.gondii pada manusia dan hewan yang dilakukan ini, adalah untuk melengkapi data yang dikumpulkan pada tahun 1994-1995 di beberapa propinsi di Indonesia. Dari hasil pemeriksaan terhadap 127 sampel darah pada penduduk kabupaten Deli Serdang, Simalungun, dan Tapanuli Utara di Sumatera utara ternyata delapan kasus di antaranya menunjukkan seropositif antibodi T.gondii (6,3%), di antaranya emapat laki-laki dan empat orang perempuan, berumur antara 10 – 65 tahun. Prevalensi tinggi ditemukan pada sejumlah sapi, kerbau, dan ayam, yaitu untuk masing-masing jenis hewan 36,36% ; 27,27% dan 19,57% di antara 177 hewan yang diperiksa di ketiga kabupaten tersebut di atas. Pada sejumlah itik, babi, kambing, dan anjing ditemukan prevalensi seropositif lebih rendah. Angka prevalensi di antara penduduk ternyata rendah, akan tetapi angka prevalensi di antara sapi, kerbau, dan ayam tinggi. Oleh karena itu transmisi toksoplasmosis dari hewan ke manusia perlu diwaspadai dan dicegah. "
MPARIN 11 (1) 1998
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noenoek Poerwaningsih
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Kambing merupakan salah satu sumber infeksi Toxoplasma gondii pada manusia, yaitu melalui konsumsi daging setengah matang (sate). Risiko ini akan dijumpai pada kambing, terutama yang mempunyai titer antibodi toksoplasmois yang tinggi. Pengaruh ketinggian lokasi terhadap angka infeksi toksoplasmosis pada kambing diteliti dengan mengambil serum kambing dari kecamatan Pasar Minggu, Jakarta (mewakili daerah dataran rendah) dan kecamatan Cibadak, Sukabumi (mewakili daerah dataran tinggi) masing-masing sebanyak 60 sampel. Uji serologis dengan metode hemaglutinasi tak langsung (IHA) menunjukkan angka infeksi oksoplosmosis 63% untuk Pasar Minggu dan 30% untuk Cibadak. Titer serum positif di Pasar Minggu adalah antara 1:256 dan 1:4.096 , sedangkan di Cibadak adalah antara 1:6 dan 1:512. Berdasarkan analisis dengan uji Khi-kuadrat terbukti bahwa baik angka infeksi maupun titer serum positif pada kambing yang berasal dari daerah dataran rendah (Pasar Minggu) lebih tinggi secara nyata daripada yang berasal dari daerah dataran tinggi, Cibadak.
"
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadar Sukri
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Toksoplasmosis adalah suatu penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Parasit ini merupakan parasit intraselular. Pada manusia pertama kali ditemukan oleh Janku (1923). Pada wanita hamil, infeksi akut primer dapat menyebabkan kelainan bawaan, kerusakan jaringan otak janin, kematian fetus dan abortus. Penentuan terjadinya infeksi akut sangat penting karena pengobatan yang dilakukan terutama pada ibu hamil, neonatus dengan toksoplasmosis kongenital dan pasien dengan imunosupresi sangat bermanfaat dan akan mengurangi akibat infeksi. Metoda standar penentuan infeksi akut biasanya dengan pemeriksaan antibodi spesifik IgG dan IgM. IgM merupakan petanda infeksi baru sedangkan IgG petanda infeksi Iampau. Tetapi deteksi ini tidak adekuat pada pasien yang imunosupresi karena respons imun terhambat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metoda diagnosis toksoplasmosis yang lebih sensitif dan dapat menentukan fase akut Deteksi antigen toksoplasma adalah suatu cara yang lebih sensitif dan dapat mendeteksi fase akut. Dua kelompok sampel, kelompok pertama mernpunyai IgM (+), IgG (+) dan kelompok kedua 1gM (-), IgG (+) masing-masing 30 sampel digunakan untuk deteksi antigen beredar, yang dapat digunakan sebagai penentu fase akut infeksi Toxoplasma.
Hasil dan Kesimpulan : Dari 30 sampel yang mengandung IgM (+) dan IgG (+) ada 27 (90%) antigen positif sedangkan pada kelompok IgM (-) IgG (+) diperoleh hasil 28 (93 %) antigen negatif. Dengan Uji Chi square dan koreksi Yates hasil yang antigen positif dan yang antigen negatif berbeda sangat bermakna. (X hitung = 38.4427 X tabel 0.05 = 3.841 0.01 = 6.635) (P < 0.01). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan antigen dapat digunakan sebagai penentu fase infeksi dan dapat dilakukan dengan cepat, sensitif dan dapat menentukan fase akut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nadrianto Suseko
"Parasit oportunistik Toxoplasma gondii telah menjadi perhatian para ilmuwan dewasa ini karena T. gondii menginfeksi hampir sepertiga dari penduduk dunia. Penyakit yang disebabkan oleh dampak klinis toksoplasmosis telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Di negara berkembang seperti Indonesia, diagnosis T. gondii yang relatif mahal menjadi masalah utama pencegahan toksoplasmosis. Subkloning gen T29 T. gondii ke dalam yeast shuttle vector pYES2/CT merupakan penelitian awal yang bertujuan untuk mengembangkan alat diagnostik T. gondii.
Pada penelitian ini gen T29 telah dipindahkan dari plasmid pMAL-p2X melalui restriksi dengan enzim EcoR I dan ligasi ke dalam yeast shuttle vector pYES2/CT linier. Transformasi hasil ligasi ke dalam sel Escherichia coli DH5Į menghasilkan delapan belas koloni yang resisten terhadap ampisilin dan kemungkinan mengandung plasmid rekombinan. Dari verifikasi semua koloni dengan isolasi plasmid dan pemotongan plasmid dengan enzim EcoR I, diduga dua plasmid rekombinan mengandung gen T29."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S32494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St. Wahyuni M.
"Infeksi akut atau reaktifasi infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) berpotensi mengganggu kehamilan dan hasil kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi T. gondii pada wanita hamil dengan gangguan kehamilan di Makassar serta faktor yang mungkin berperan pada kondisi tersebut. Spesimen darah vena dan atau darah plasenta dan atau cairan amnion/ketuban dikumpulkan di RS. Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan jejaringnya. DNA T. gondii pada spesimen diidentifikasi menggunakan Nested-PCR. Informasi mengenai data demografi, status dan kondisi kehamilan dan faktor risiko infeksi dilakukan oleh dua orang peneliti. Sejumlah 55 wanita hamil berpartisipasi pada penelitian ini dan dikelompokkan menjadi kelompok kasus dan kontrol berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ultrasonografi dan kondisi hasil kehamilannya. Proporsi wanita hamil yang terinfeksi T.gondii lebih besar pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol (65.4% vs 34.6%, p<0.001). Proporsi partisipan yang menggunakan air dari perusahaan daerah air minum (PDAM)/ sumur terbuka sebagai sumber air utama dan mengolah daging mentah lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol. Partisipan yang menggunakan air pipa kota / sumur terbuka sebagai sumber air utama keluarga, minum air yang difilter (tidak dimasak), membolehkan kucing liar masuk rumah, kontak dengan tanah, makan sayuran mentah/ tidak dicuci, dan mengolah daging mentah memiliki proporsi yang lebih tinggi pada kelompok yang terinfeksi T.gondii infeksi dibanding yang tidak infeksi. Terdapat hubungan positif antara infeksi T. gondii dengan gangguan kehamilan di Makassar yang perlu dicermati dan mendapatkan tata laksana yang adekuat untuk mencegah terjadinya toksoplasmosis kongenital. Diperlukan suatu regulasi untuk melindungi masyarakat, terutama wanita hamil dari paparan ookista maupun kista jaringan.

Acute infection or reactivation of Toxoplasma gondii (T. gondii) infection has a potency to interfere with pregnancy and pregnancy outcomes. The study aimed was to identify T. gondii infection in pregnant women with pregnancy disorders in Makassar. Information regarding demographic data, pregnancy status and condition, and risk factors for infection were carried out by two researchers. The factors that may play a role in these conditions were also investigated. Venous blood and or placental and or amniotic fluid was collected at the teaching hospitals of the Faculty of Medicine, Hasanuddin University. Toxoplasma gondii DNA in the specimen was identified using Nested-PCR. A total of 55 pregnant women participated in this study and were categorized into case and control groups based on the results of history taking, physical examination, abdomen ultrasonography results, and pregnancy outcome. The proportion of pregnant women infected with T. gondii was greater in the case group than the control group (65.4% vs 34.6%, p<0.001). The proportion of participants who use PDAM/open wells as the main source of water for their families and processed raw meat was higher than the control group. Participants who use local water company/open wells as the family's main water source, drink filtered water (non-boiled), allow stray cats into the house, contact with soil, eat raw/unwashed vegetables, and process raw meat have a higher proportion in T. gondii infected- than the non-infected group. There is a positive relationship between T. gondii infection and pregnancy disorders in Makassar which needs to be watched out for and receive adequate treatment to prevent congenital toxoplasmosis. Regulations are needed to protect the public, especially pregnant women, from exposure to oocysts and tissue cysts."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisawati Susanto
"Toxoplasma gondii adalah protozoa intraselular yang dapat menyebabkan toksoplasmosis. Jenis pemeriksaan yang banyak dilakkukan untuk diagnosis toksoplasmosis pada saat ini adalah pemeriksaan serologi (enzyme-linked immunosorbent assay / ELISA) untuk medeteksi anti IgG dan Ig M terhadao T.gondii di dalam di dalam serum, namun pemeriksan serologi ini tidak adekuat. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan laboratorium yang tepat untuk mendiagnosis toksoplamosis akut, dan dalam hal ini PCR merupakan teknik yang terpilih. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrai minimal DNA T. gondii yang masih dapat terdeteksi oleh PCR dengan menggunakan targaet gen B1 dan gen P30 T. gondii. PCR terhdap target gen B1 dilakukan menurut metode Chang & Ho dan gen P30 menurut metode Weiss dkk dan aligo 2:5'TCTTTAAAAGCGTTCGTG GTC3' Primer gen P30 terdiri dari oligo 1 : 5'CACACGGTTGTATGTCGGTTTCGCT3' dan oligo 2 : 5'TCAAGGAGCTCAATG TTACAG CCT3'. Pada penelitian ini PCR dengan target gen P30 yang dilakukan menurut metode Weiss dkk memberikan pita yang spesifik dan tidak spesifik. Pada metode Chang & Ho penggunaan siklus sebanyak 30, 35, 40, 45 siklus tidak memberikan gambaran pita, sedangkan penggunaan 50 siklur baru memberikan hasil pita spesifik T.gondii pada elektroforesis. Dapat disimpulkan bahwa uji yang menggunakan target gen B1 lebih sensitif dibandingkan dengan gen P30.

Toxoplasmagondii is an intracellular protozoan which causes toxoplasmosis. A serological test (ELISA) for detecting the presence of IgG and IgM antibodies against T.gondii is usuall performed nowadays, however this serological test is not adequate. Therefore an accurate laboratory test is neede for diagnosing acute toxoplasmosis and in this case the polymerase chain reaction (PCR) is the method of choice. The aim of this study is to assess the minimal concentration of the DNA of T.gondii which still can be detected by the PCR using B1 and P30 gene as targets."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dearikha Karina Mayashinta
"ABSTRAK
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang memiliki persebaran di alam cukup luas dan dapat menginfeksi berbagai jenis unggas dan mamalia. Informasi genetik mengenai tipe T. gondii yang menyebabkan toksoplasmosis pada manusia masih sangat terbatas. Analisis genetik dari lokus SAG2 digunakan untuk menentukan prevalensi ketiga genotip T. gondii tipe I, II, dan III yang terkait dengan infeksi toksoplasmosis serebral dan okular di Indonesia. Penentuan genotip ini dilakukan secara langsung pada sampel klinis, tanpa terlebih dahulu melalui proses isolasi pada mencit atau kultur sel. Sebanyak 28 sampel cairan serebrospinal dan 8 sampel cairan mata yang telah dinyatakan positif terinfeksi T. gondii melalui PCR gen B1 digunakan pada penelitian ini. Metode restriction fragment length polymorphism RFLP digunakan untuk mengelompokkan setiap isolat ke dalam satu dari tiga genotip T. gondii. Tipe I merupakan strain yang paling banyak didapatkan pada sampel cairan serebrospinal dan cairan mata. Data tersebut menunjukkan bahwa toksoplasmosis serebral dan okular yang terjadi di Indonesia di dominasi oleh tipe I yang merupakan jenis tipe yang virulen.Kata Kunci: cairan mata, cairan serebrospinal, genotip, PCR-RFLP, Toxoplasma gondi.

ABSTRACT
Toxoplasma gondii is an obligate intracellular protozoan that has a wide distribution in nature and can infect many kinds of birds and mammals. Genetic information about the type of Toxoplasma gondii that causes toxoplasmosis in humans is still limited. Genetic analysis of the SAG2 locus was performed to determine the prevalence of the three genotypes of T. gondii associated with cerebral and ocular toxoplasmosis infection in Indonesia. This genotyping is performed directly on clinical samples, without passing the isolation process in mice or cell cultures. A total of 28 samples of cerebrospinal fluid and 8 samples of vitreous fluid which had been confirmed positive for T. gondii infection through B1 gene PCR, used in this study. Restriction fragment length polymorphism RFLP was used to determine each isolate into one of the three genotypes of T. gondii. Type I was the predominant strain found in cerebrospinal and ocular fluid. This data showed that cerebral and ocular toxoplasmosis in Indonesia is dominated by a virulant type I strain.Keywords cerebrospinal fluid, genotype, ocular fluid, PCR RFLP, Toxoplasma gondii."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Toxoplasma gondii menyebabkan toksoplasmosis pada manusia. Parasit ini merupakan patogen penting selama masa hamil dan pada periode perinatal [1]. Pada wanita hamil yang mendapat infeksi primer dapat terjadi abortus, kelahiran mati atau bayi dilahirkan dengan toksoplasmosis kongenital, yaitu lahir cacat seperti hidrosefalus, retardasi mental dan motorik, kebutaan serta ketulian. Akhir-akhir ini parasit tersebut ditemukan sebagai salah satu penyebab utama penyakit susunan saraf pusat pada penderita AIDS. Prevalensi zat anti T. gondii di Indonesia berkisar antara 2-63% [3]. Kelainan kongenital karena T. gondii telah dilaporkan sejak tahun 1976 di Indonesia [3,4,5,6,7]. Dan dari 99 bayi dengan kelainan kongenital ternyata 18,2% menderita toksoplasmosis kongenital. Laporan tentang toksoplasmosis kongenital ini menunjukkan pentingnya infeksi ini [8].
Karena toksoplasmosis pads orang dewasa pada umumnya tanpa gejala klinis, sedangkan pada bayi gejala klinisnya beraneka ragam, maka untuk diagnosis toksoplasmosis perlu pemeriksaan laboratorium. Deteksi antibodi secara serologi dapat menentukan adanya infeksi akut atau kronis. Deteksi titer zat anti IgG dan IgM yang positif atau meningkat pada wanita hamil kurang dari 2 bulan menunjukkan adanya infeksi primer dan ada risiko janinnya terinfeksi sehingga pengobatan profilaktis dapat segera dimulai. Bila ditemukan IgM pada neonatus, diagnosis toksoplasmosis kongenital sudah pasti dan pengobatan dapat segera dimulai. Dengan analisis immunoblotting diharapkan suatu tes diagnostik yang lebih spesifik dan akurat.
Di Laboratorium Parasitologi diagnosis toksoplasmosis dilakukan dengan mendeteksi IgM dan IgG spesifik dengan teskit ELISA yang diimpor. Karena tingginya harga teskit tersebut dan karena ketergantungan pada pihak luar negeri, maka ingin dilakukan uji ELISA dapat dengan antigen buatan sendiri. Dengan demikian diharapkan biaya uji ELISA dapat lebih murah, sehingga lebih banyak kasus toksoplasmosis kongenital dan kasus wanita hamil yang mungkin terinfeksi dapat dibuat diagnosisnya dan dapat dipertimbangkan pengobatannya.
Walaupun hasil tes diagnostik yang dikembangkan mungkin tidak sama sensitivitasnya dengan teskit buatan luar negeri yang dianggap sebagai standard, namun diharapkan akan diperoleh sensitivitas sekitar 85-90%. Pada tahun pertama dari penelitian selama 3 tahun ini dikembangkan uji ELISA dengan antigen buatan sendiri untuk mendeteksi zat anti IgG. Antigen T. gondii dibuat di Bagian Parasitologi FKUI dengan membiak T. gondii strain RH pada mencit albino, mengumpulkan takizoit T. gondii, memecahkan takizoit T. gondii dengan ultrasonifikasi, memisahkan serpihan sel dengan sentrifuse dan menentukan kadar protein supernatan.
Konsentrasi antigen, serum dan konjugat yang akan dipakai ditentukan dulu dengan "checkerboard titration". Batas OD positif ditentukan dengan memeriksa sejumlah serum dengan titer IgG negatif terhadap Toxoplasma pada uji ELISA Toxonostika, dengan uji ELISA dengan antigen buatan sendiri. DD serum positif untuk serum kontrol ditentukan dengan menggunakan 10 serum dengan titer IgG terhadap Taxoplasma 1:3200 pada uji ELISA Toxonostika. OD masing-masing serum ditentukan dengan uji ELISA lokal dan digunakan untuk koreksi variasi pada setiap pemeriksaan.
Uji ELISA lokal dengan antigen buatan sendiri dilakukan dengan metoda Voller dkk. (9). Uji ELISA Toxonostika dilakukan di Laboratorium Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI. Besar sampel dihitung dengan rumus [1]. 2p x (100-p) x f (-I3 ). Darah vena diambil sebanyak 5 ml dari 363 penderita yang datang ke Laboratorium Makmal untuk pemeriksaan serologi terhadap Toxaplasma.
Hasil titrasi antigen ialah perbandingan OD tertinggi (9,35) antara pool serum positif kuat dan pool serum negatif pads konsentrasi protein antigen 5 ug/ml dan pengenceran serum 1/100. Pada titrasi konjugat didapatkan perbandingan tertinggi OD pool serum positif kuat dan negatif [8,9] pada pengenceran konjugat 1/5000. Batas OD positif uji ELISA lokal adalah 0,115.
Hasil uji statistik dengan cara Mc Nemar pada 363 serum adalah tidak ada perbedaan bermakna antara uji ELISA lokal dan uji ELISA Toxonostika. Sensitivitasnya 91,7%, spesifisitasnya 90,2%. Nilai duga positif 94,1%, nilai duga negatif 86,5%. Uji statistik korelasi dan regresi menunjukkan korelasi antara titer zat anti IgG pada uji ELISA lokal dan uji ELISA Toxonostika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah dikembangkan uji ELISA dengan antigen buatan sendiri untuk deteksi IgG, yang tidak berbeda bermakna dengan teskit dari Organon. Perlu dikembangkan uji ELISA untuk deteksi IgM.

Development of a Diagnostik Test for Toxoplasma Gondii with Elisa and ImmunoblottingToxoplasma gondii is the cause of toxoplasmosis in man. This parasite is an important patogen in pregnancy and during the perinatal period [1]. When a pregnant woman acquires T. gondii infection, she may transmit it transpiancentally to her fetus, which may result in abortion, intrauterin fetal death and clinically manifest prenatal toxoplasmosis with hydrocephaly, mental and growth retardation, blindness or deafness. Recently this parasite is found as the primary cause of encephalitis in patients with AIDS. The prevalence of T. gondii antibodies in Indonesia ranges from 2--63% [3]. Congenital anomalies caused by T. gondii have been reported in Indonesia since 1976 [3,4,5,6,7]. And T. gondii is found as the cause of congenital anomalies in 18,2% of 99 babies. These reports indicate the importance of this infection [8].
Since toxoplasmosis in adults are usually asimptomatic, while there is a wide variety of nonspecific clinical manifestations in congenital toxoplasmosis, the diagnosis is made with laboratory test, finding of toxoplasma antibodies can aid diagnosis. Detection of positive or rising titers of IgG and IgM antibodies early in pregnancy indicates infection after the time of conception and the fetus is at high risk, so that the woman should be given prophylactic treatment. Detection of IgM antibodies in a newborn baby is evidence of active infection and treatment should be given immediately.
A more specific and acurate diagnostic test with immunoblotting analysis is desirable. In the Department of Parasitology the diagnosis of toxoplasmosis is done by detection of IgM and IgG antibodies with an imported ELISA testkit. Because these testkits are very expensive and because dependence upon importing, we would like to establish an ELISA test with Toxoplasma antigen prepared in our laboratory. This would likely lower the costprice of the test, so that more cases of congenital toxoplasmosis and pregnant women with primary infection may be diagnosed and treatment may immediately be given.
Although the developed testkit may be not as sensitive as the imported testkit, which is considered as the gold standard, a sensitivity of about 85-90% would be expected. In the first yesr of the 3 years study an ELISA test with prepared Toxoplasma antigen will be established for detection of IgG antibodies. T. gondli antigen is prepared in the Department of Parasitology, Medical Faculty, University of Indonesia, by breeding the RH strain of T. gondii in albino mice, harvesting the T. gondil tachizoites, sonification of the tachizoites, separation of cell debris by centrifugation and estimation of the protein content of the supernatant.
The concentration of antigen, serum and conjugate to be used in the test is determined by the checkerboard titration. The cut off titer is determined by testing a number of sera with negative IgG titer (tested with Toxonostika ELISA testkit) with the ELISA test using the prepared antigen. The number of the negative serum sample is calculated with this formula : Z2 x SD2. The optical density of positive control serum is determined by testing 10 sera with an IgG titer of 1 : 3200 (tested with Toxonostika ELISA testkit) with the ELISA test using the prepared antigen. This OD is used to correct the variation of each test.
The local ELISA test with the prepared antigen is performed according to the method of Voller ea. [9]. The Toxonostika ELISA test is performed in Makmal Terpadu Imunoendokrinologi Laboratory. The sample size is calculated with this formula [10]. 2p x (100-p) x f (0(6) n = Five ml venous blood is taken from 363 patients visiting the Makmal Laboratory for serologic detection of T. gondii antibodies. Antigen titration resulted in the highest OD ratio (9,35) of high positive serum samples to that of negative serum samples, when an antigen protein concentration of 5 ug/ml and a serum dilution of 1/100 is used.
The highest OD ratio (8,9) of high positive serum samples to that of negative serum samples in conjugate titration is obtained when a conjugate dilution of 1/5000 is used. The lowest positive OD for the local ELISA test is 0,115. Statistical evaluation of 363 sera according to Mc Nemar resulted in no significant difference between the local ELISA test and the Toxonostika ELISA teat. The sensitivity is 91,7%. The specificity is 90,2%. The positive predictive value is 94,1% and the negative predictive value is 86,5%. The statistical correlation and regression test indicates a correlation between IgG antibody titers with the local ELISA test and the Toxonostika ELISA test.
It is concluded that an ELISA test is established with prepared antigen to detect IgG antibody, which is not significant different from the ELISA testkit made by ORGANON. It is necessary to develop an ELISA test for detection of IgM antibodies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>