Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tidak bisa disangka bahwa peradaban hanya mungkin dibangun di atas fondasi humanisme yang kuat. Humanisme yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi kreativitas manusia untuk menjalankan misi kemanusiaan secara sempurna. Modernitas juga mensyaratkan humanisme sebagai fondasi peradaban. Namun kini, modernitas sedang memperlihatkan kerapuhannya. Banyak kalangan menduga bahwa salah satu penyebab kerapuhan peradaban modern adalah landasan humanismenya, yang juga rapuh. Peradaban modern menghilangkan satu elemen penting sebuah peradaban, yaitu spriritualitas. Kenyataan ini tidak pernah terjadi pada peradaban islam. Dalam kerangka itu, diadakan pengkajian mengenai humanisme islam, khususnya humanisme sufistik dalam pemikiran Syeikh Yusuf al-Makassari.Dengan harapan dapat memberikan sumbangan bagi modernitas yang sedang bangkrut."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tidak mungkin disangkal bahwa peradaban hanya mungkin dibangun diatas fondasi yang kuat. Humanisme yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi kreativitas manusia untuk menjalankan misi kemanusiaan secara sempurna. Modernitas juga mensyaratkan humanisme sebagai fondasi peradaban. Namun kini modernitas memperlihatkan kerapuhannya. Banyak kalangan menduga salah satu penyebab kerapuhan peradaban modern adalah landasan humanismenya yang juga rapuh. Peradaban modern menghilangkan saru elemen penting sebuah peradaban yaitu spiritualitas. Kenyataan ini tidak pernah terjadi pada masa peradaban Islam. Dalam kerangka itu, diadakan pengkajian mengenai humanisme Islam khususnya humanisme dalam pemikiran Syeikh Yusuf al-Makassari."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Hariadi Putra
"Skripsi ini membahas dan meneliti tentang salah satu karya Syekh Yusuf al-Makassari yang berjudul Syurut al-'arif al-Muhaqqiq. Syekh Yusuf al-Makassari adalah salah satu sufi besar yang berpengaruh dalam perkembangan tasawuf di Nusantara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya karya-karya beliau dan juga karangan-karangan sufistik yang ditulisnya. Syurut al-'arif al-Muhaqqiq selanjutnya hanya disebut SAM saja- adalah salah satu karya penting Syekh Yusuf al-Makassari. Teks SAM adalah salah satu dari beberapa bundle kitab tasawuf Syekh Yusuf yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta.Kondisi naskah ini memerlukan pengkajian filologis yang bertujuan untuk meghasilkan edisi teks serta penjelasan kandungan isinya sebagai bagian dari upaya melestarikan peninggalan sejarah nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dengan jelas tentang paham dan ajaran yang ditulis oleh Syekh Yusuf dalam kitab SAM ini. Ajaran-ajaran tersebut seperti, al-Arsy dan al-Qalbu, al-insan al-kamil, al-Ihalah dan al-ma'iyyah, dan Syarat Arif Muhaqqiq. Dalam menjelaskan ajaran-jarannya tersebut, Syekh Yusuf selalu mengutip berbagai pernyataan tokoh-tokoh sufi lain seperti Ibn -Arabi, al-Gazali dan Abd al-Qadir Jaylani. Hal ini menyebabkan keterangan-keterangan dan paham Syekh Yusuf sangat kental dan akrab dengan ajaran"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yogyakarta: Qalam, 2005
231 OTH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Sobary
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995
297.211 MOH k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Hadar, Husein Ja'far
Jakarta: Noura Books, 2022
297.211 ALH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Mizan, 1998
200.7 TIG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naupal
"Konsep mengenai Tuhan bersifat fluksitas atau mengalir. Makna kata "Tuhan" terus menerus mengalami pengayaan semantis dan sosio-pragmatis. Perjalanan konsep Tuhan berkembang sesuai dengan perkembangan alam pikiran manusia Sejarah perkembangan manusia memperlihatkan adanya aliran-aliran dalam konsep ketuhanan, misalnya dikenal konsep teisme, deism; panteisme dan lain sebagainya Aliran-aliran itu muncul sebagai keragaman cara pandang terhadap realitas yang tertinggi dari fenomena di batik dunia yang tampak.
Kekayaan makna konseptual Tuhan menimbulkan pertanyaan yang cukup menggelisahkan penulis. Apa yang menyebabkan keragaman tersebut muncul dan apakah ada suatu landasan dasariah atas keragaman tersebut. Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari realitas empirik yang memperlihatkan bahwa konsep tentang Tuhan sernakin terpragmentasi dan multiperspektif; bahkan dalam satu agama pun orang mungkin memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhannya. Hal ini dapat terjadi karena konsep Tuhan tidak lahir dari ruang hampa budaya, melainkan dari interpretasi dan penalaran manusia yang terbungkus dalam konteks.
Cara pandang manusia tentang Tuhan dalam perjalanan selanjutnya dilandasi oleh dua sumber:
1. Akal budi (rasio), yang menghasilkan argumen filosofis mengenai keberadaan Tuhan
2. Pengungkapan (revelation) yang tertuang dalam teks-teks suci (wahyu) dengan argumen teologisnya.
Kedua sumber itu yang kemudian sering kali menjadi dua kutub yang saling bertubrukan dan bergesekan, yaitu kebenaran wahyu dan kebenaran akal budi. Kedua legitimasi kebenaran tersebut bagaikan pendulum selalu berayun dari satu sisi ekstrim ke sisi ekstrim yang lain sehingga ada kelompok yang menafikan kebenaran akal budi dan hanya mau menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam atau yang terlihat pada masa dark ages sebagian umat Kristiani di Eropa pada abad pertengahan. Sedang sisi ekstrim kebenaran akal terlihat pada para filsuf positivistik yang menafikan segala yang berbau metafesik termasuk Tuhan.
Sikap berlebih-lebihan dari dua kelompok tersebut mendapat perhatian yang cukup mendalam dari para filsuf ketnhanan. Tesis ini akan menunjukkan bagaimana Al-Ghazali dan Thomas Aquinas sebagai tokoh filsuf ketuhanan dalam Islam dan Kristen berusaha mendamaikan kedua paham ekstrim tersebut dengan argumen-argumen yang kokoh. Baik Al Ghazali maupun Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan kedua filsuf tentang kedudukan akal dan wahyu sangat penting untuk dipahami, karena akan mengantarkan kita kepada pemahanan akan pernikiran filsafat ketuhanan mereka, seperti tentang konsep keesaaan, transendensi dan imanensi, nama-nama dan sifat-sifat Tuhan.
Walaupun ada beberapa hal yang berbeda tentang konsep ketuhanan dari kedua tokoh tersebut, karena perbedaan agama, budaya, dan latar belakang kehidupan dan gagasan dasar ide ketuhanan, tapi keduanya telah berusaha memurnikan ajaran agama masing-masing dari segala bidang, baik dari kaum filsuf dan kaum teolog. Keduanya telah menggunakan argumentasi argumentasi rasional dan filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh pertalian yang besar terhadap kebenaraan wahyu sebagai argumen tekstual yang bersifat adi kodrati.
Pemikiran-pemikiran filosofis tentang konsep ketuhanan dari Al-Ghazali dan Thomas Aquinas masih perlu untuk diteliti, bahkan tetap relevan hingga kini, walaupun keduanya hidup pada abad pertengahan, sebab ajaran-ajaran mereka hingga kini masih tetap dilestarikan dan terus dikaji. Di hampir seluruh Pondok Pesantren di Indonesia, karya-karya Al-Ghazali masih menjadi bacaan wajib, demikian juga ajaran Thomas Aquinas masih terus dipelajari, bahkan para mahasiswa di Sekolah Tinggi Driyarkara begitu akrab dengan Thomisme."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Artikel ini membahas kosmologi Islam dalam pandangan Hamzah Fansuri. Secara
umum, Hamzah Fansuri menjadikan doktrin metafisika wujudiyyah dan manifestasi
Ilahi (tajalli) sebagai pondasi untuk menjelaskan hubungan ontologis antara Tuhan
dengan kosmos. Di dalam penelitian ini juga menyertakan pemikiran-pemikirannya
seperti Pengetahuan Tuhan, penolakan doktrin creation ex nihilo, esensi-esensi tetap,
kehendak Ilahi, Hikmah Tuhan, makro dan mikrokosmos. Pada intinya, Hamzah
Fansuri berpendapat bahwa substansi kosmos adalah Nafas Yang Maha Pengasih
(Nafās ar-Rahmān). Penelitian ini sangatlah penting, mengingat Hamzah Fansuri
adalah salah seorang sarjana yang berasal dari Nusantara yang lebih dikenal sebagai
penyair mistik daripada sebagai seorang filsuf yang memiliki sebuah doktrin
kosmologi. Oleh karena itu, kosmologinya sedikit sekali dikaji oleh para sarjana.
Bagaimanapun, ini penting untuk menjawab pertanyaan mengenai realitas segala
sesuatu, suatu pertanyaan yang ditanyakan sepanjang waktu. Penlitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan penulisan analitis deskriptif., This article explores Islamic cosmology of Hamzah Fansuri. Generally, Hamzah
Fansuri made his metaphysical doctrine, wujudiyyah, and the Divine Act of Self-
Revelation (tajallī) as the foundation to explain the ontological relation between God
and the cosmos. This article includes his thoughts such as the Divine Knowledge, the
rejection of creation ex nihilo, the fixed essences, God’s Will, the Effect of God’s
Creative Activity or His Predisposition, the God’s Wisdom, the substance of the
cosmos (macrocosm), and Human Being (microcosm). Essentially, Hamzah Fansuri
argued that the substance of the cosmos is the ‘Breath’ of Most Compassionate (Nafās
ar-Rahmān). This research is really important for Hamzah Fansuri is an original scholar
of Nusantara who is better known as a mystic poet than the philosopher having a
cosmological doctrine. Because of that, his cosmology is less studied by many scholars.
Whereas it is important to answer the question about the reality of everything, the
question which is asked all the time. This research uses qualitative approach with
analytic descriptive method.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>