Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Demi kepantingan manusia tersebut, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universak. Komunal berarti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai parokial seperti ras, ideologi atau agama. Sehingga dalam Islam dilarang keras menyembunyikan ilmu, artinya ilmu itu harus disebarkan untuk bisa dimanfaatkan. Melalui iqra 'bismi Rabbika, digariskan bahwa titik tolak atau motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan akhirnya, haruslah karena Allah. Ilmu harus bernilai Rabbani. Sehingga ilmu yang "bebas nilai", harus disempurnakan dengan nilai Rabbani."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini merupakan sebuah iktiar sederhana untuk mengungkap ilmu pengetahuan yang sejati menurut al-Qur'an terutama melalui kata kunci 'ilm. Dalam konteks 'ilm, al-Qur'an menggunakan konsep in untuk merujuk sesuatu yang signifikan dalam al-Qur'an. Doktrin tentang ilmu tampak dalam baik al-Qur'an dan hadis. Istilah 'ilm, al-Qur'an merujuk kepada dua hal yakni wahyu dan tanda-tanda yang ada di alam semesta. 'Ilm merupakan bagian yangg integral dan sentral dalam ISlam, bahkan 'ilm adalah Islam atau agama itu sendiri. Iman-Ilmu-Amal merupakan segitiga yang menjadi konsep kunci bagi revolusi peradaban yang dibawa Muhammad. 'Ilm yang Qur'aini adalah ilmu yang rasional dan fungsional. 'Ilm yang otentik adalah ilmu yang menggabungkan dimensi spiritual-intelektual-moral sekaligus material. Tuhan mengajarkan konsep-konsep kunci dalam al-Qur'an, termasuk 'ilm, menurut penulis untuk mengajarkannya adalah sebagai bentuk kasih sayangnya, karena hanya melalui penghayatan dan pengamalan konsep-konsep itu manusia bisa mengoptimalkan potensi kemanusiaannya dan memaknai hidupnya, mulai dari level pribadi hingga masyarakat yang lebih besar."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini untuk mengetahui secara tepat kontruksi pemikiran yang dibangun oleh M. Quraish Shihab, khususnya tentang metode interpretasinya, yang diperlukan pelacakan atas biografi, latar sejarah, jejak dan karier intelektualnya. Yang demikian dimaksudkan untuk melihat secara utuh perubahan arah pemikiran dalam fase-fase intelektual sebagai akibat dari persinggungan dengan kehidupan ilmiah dan sosial yang dialami dan dilalui. Dalam mengkaji perjalanan intelektual Quraish Shihab diperlukan sistematika, baik dalam intelektual-akademik maupun itelektual sosial yang dilaluinya. Menuju upaya tersebut, penulis membagi jejak perjalanan intelektualnya ke dalam beberapa tahap atau fase, karena persoalan pembagian fase dan tahap inilah yang selama ini tidak atau kurang mendapat perhatikan dalam banyak tulisan dan artikel lainnya."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kamil Abdushshamad
Jakarta: Media Akbar Sarana, 2003
297.4 MUH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat teori sains modern digunakan sebagai alat penafsiran, maka meskipun sudah diakui kevalidannya secara umum selama bertahun-tahun, akan tetapi di kemudian hari ternyata ada penemuan yang merevisinya, tidak berpengaruh terhadap al-Qur'an. Sementara penafsiran hanyalah upaya manusia untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya yang memungkinkan terjadinya kesalahan maupun kekurangan. Pada prinsipnya penafsiran ilmiah hanyalah cara yang digunakan oleh mussafir untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam al-Qur'an sebagaimana halnya ahli balaghah (sastra) yang dapat mengungkap sisi keindahan bahasa, atau ahli fiqih, juga yang lainnya. Diharapkan umat Islam akan semakin dekat dengan al-Qur'an dan juga semakin meyakini, bahwa al-Qur'an adalah kitab yang haq yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung mukjizat yang tidak terbatas pada masa beliau saja, akan tetapi berlaku sepanjang masa-terlebih lagi-dengan ditemukannya bukti-bukti ilmiah yang isyaratnya telah banyak kita temukan dalam Al-Qur'an."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haeri, Sheikh Fadhlalla
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001
297.122 HAE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Al-Qur'an sebagai kalimat Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Kitab ini tidak hanya mengajarkan tentang kepercayaan, ibadah, hukum dan moralitas, namun juga mendeskripsikan tentang hal-hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Dalam al-Qur'an ada beberapa istilah seperti al nazr, al fikr, al aql dan al qalb yang berkaitan dengan beberapa bentuk metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah yang telah digunakan oleh para ilmuan dan para filosof adalah metode observasi, metode pemikiran rasional dan metode intuitif. Di sisi lain, al-Qur'an menyebutkan bahwa penggunaan metode-metode ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dalam upaya memperkuat iman."
KONSTAIN 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khalafullah, Muhammad A.
Jakarta: Paramadina, 2002
297.122 KHA at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yulianti
"Dalam perspektif sosiolinguistik, sabîl lebih cenderung digunakan untuk mengungkapkan suatu jalan atau cara, yang pada umumnya bermakna jalan maknawi. Sedangkan ṭarīq (‫)طريق‬ bermakna jalan fisik, yaitu jalan yang dapat dilalui menuju suatu destinasi fisik pula. Di dalam al-Qur’an, nomina sabîl (‫)سبيل‬ diulang sebanyak 170 kali, dan ṭarīq (‫)طريق‬ diulang sebanyak 4 kali. Namun, di dalam al-Qur;an, perbedaan ini tidak begitu tampak, khususnya pada QS. Al-Baqarah [2]:108 yang menyebutkan sawa assabîl (‫ل‬ِ ‫ي‬‫ب‬ِ ‫س‬‫ال‬ ‫ء‬َ ‫ا‬‫و‬َ ‫س‬) yang artinya ‘jalan yang lurus’ dan dalam QS.) yang artinya ‘jalan yang Al-ahqaf [46]:30 menyebutkan ṭarīqi mustaqim (‫يم‬ٍ ‫ق‬ِ َ ‫ت‬‫س‬ْ ‫م‬ُ ‫ق‬‫ي‬‫ر‬ِ ‫ط‬ lurus’. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persamaa n danperbedaan nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ dalam al-Qur’an yang diliha t dariperspektif sosiolinguistik. Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yang tergolong pada penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ yang terdapat dalam al-Qur’an dan koran Arab. Data yang diambil dari al-Qur’an mer upakandata yang ingin dikaji persamaan dan perbedaannya, sedangkan data yang diambil dari koran merupakan data perspektif sosiolinguistiknya. Sehingga, pemaknaan nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ dalam al-Qur’an dapat dianalisa melalui penggunaannya dalam koran. Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa persamaan antara nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ berada dalam konteks makna leksikal, yaitu makna fisik sebenarnya yang sudah terverifikasi oleh hasil pengamatan indera manusia. Maka makna leksikal cenderung apa adanya sesuai dengan makna dalam kamus. Kemudian persamaan makna gramatikal, atributif, denotatif, dan konseptual. Sedangkan perbedaannya terletak pada konteks makna kontekstual, yaitu makna sebuah leksem yang berada dalam suatu konteks kalimat. Fungsi nomina sabîl (‫)سبيل‬ selain sebagai jalan maknawi, juga sebagai cara, jalur, alur, jejak, rute, saluran, sarana, medium, dan alat yang tertuju pada posisi yang maknawi pula. Sedangkan fungsi dan posisi nomina ṭarīq (‫)طريق‬ untuk menunjukkan jalan fisik yang dapat terukur ukurannya, baik panjangnya, lebarnya, dan medannya. Setiap ‘jalan’ yang menggunakan terminologi ṭarīq (‫)طريق‬ pasti menunjukkan bahwa jalan yang dimaksud adalah jalan fisik. Di dalam al-Qur’an, jalan menuju surga dan neraka menggunakan terminologi ṭarīq(‫)طريق‬, yang dalam perspektif sosiolinguistik nomina tersebut menunjukkan jalan fisik. Jalan menuju surga terdapat dalam QS. Al-Ahqaf ayat ke 30, sedangkan jalan menuju neraka terdapat dalam QS. An-Nisa ayat ke 169. Hal inilah yang menjadi signifikansi adanya pembedaan kata ‘jalan’ dalam al-Qur’an.

In sociolinguistic’s perspective, sabîl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ occupy different functions and positions. Sabîl (‫)سبيل‬ is more likely to be used to express a way, which generally means a contextual path. While ṭarīq (‫)طريق‬ its use in the physical context, that’s a path that can be passed to a physical destination as well. In the Qur'an, nomina sabıl (‫)سبيل‬ is repeated 170 times, and ṭarīq (‫)طريق‬ is repeated four times. However, in the Qur'an, this distinction is not very visible, especially in the QS. Al-Baqarah [2]: 108 which mentions sawa assabîl (‫السبيل‬ ‫)سواء‬ which means 'straight path' and in QS. Al-ahqaf [46]: 30 mentions ṭarīqi mustaqim (‫مستقيم‬ ‫)طريق‬ which means 'straight path'. Therefore, this study aims to reveal the similarities and differences of nomina sabîl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ in the Qur'an from sociolinguistic perspective. This research includes library research, which belongs to qualitative research in the language paradigm. The data required in this study are nomina sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ which mentioned in the Qur'an and Arab newspapers. The data which is taken from al-Qur'an is the data to be studied equations and differences, while data which is taken from the newspaper is the data for the sociolinguistic perspective. Thus, the meaning of nomina sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ in the Qur'an can be analyzed through its use innewspapers. The result of this thesis research shows that the equation between sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ is in the context of lexical meaning, that is, the actual physical meaning that has been verified by the observation of the human senses. Then the lexical meaning tends to be what it is in accordance with the meaning in the dictionary. Then the meanings of grammatical, attributive, denotative, and conceptual. While the difference lies in the context of contextual meaning, namely the meaning of a lexm that is in a sentence context. The function of nomina sabıl (‫)سبيل‬ other than as a means of contextual, also as a way, path, trace, route, channel, medium, and tools are fixed in a position that contextual too. While the function and position nomina ṭarīq (‫)طريق‬ to show the physical path that can be measured size, both the length, width, and terrain. Any 'path' using the term of ṭarīq (‫)طريق‬ must indicate that the road in question is a physical path. The significance of the distinction of the word 'path' in the Qur'an is a miracle of language that explains the authenticity of the physical path to heaven and hell. In the Qur'an, the road to heaven and hell uses the term of ṭarīq (‫)طريق‬, which in the sociolinguistic perspective, terminology of ṭarīq (‫)طريق‬ shows the physical path to a physical destination as well. The road to heaven is in the QS. Al-Ahqaf verse 30, while the path to hell is contained in the QS. An-Nisa verse 169."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Edisi kali ini masih merupakan lanjutan dari edisi sebelumnya yang menjelaskan bagian dari epistomologi dan ciri-ciri khasnya yaitu epistemologi rasional dan lingkupannya....."
MIILMIA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>