Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94456 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Mangrove sebagai komunitas tumbuhan terbesar di wilayah pesisir, memiliki potensi mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 di kawasan pesisir timur dan selatan Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kontribusi ekosistem mangrove dalam pengendalian CO2 atmosfer melalui penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk biomassa. Pengambilan data dan sampel penelitian dilakukan pada tiga plot yang memiliki ukuran yang berbeda, yaitu plot 10x10 m² untuk mengetahui stok karbon pohon atas dan bawah permukaan, kayu roboh dan tanah; plot 5x5 m² untuk stok karbon sapling; serta plot 1x1 m² menghitung stok karbon pada semai dan serasah. Hasil penelitian menunjukkan secara umum total stok karbon paling tinggi ditemukan di stasiun Pulau Kelong sebesar 4.020,52 Mg C/ha dan berbeda signifikan dengan stasiun lainnya. Sedangkan stok karbon terendah ditemukan di stasiun Pulau Gin Kecil, yaitu 1.223,98 Mg C/ha. Kondisi hutan mangrove yang cukup terjaga di seluruh lokasi penelitian dengan adanya peraturan daerah dan kesadaran masyarakat lokal yang baik mendukung kualitas tingginya stok karbon di dalam kawasan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan Xylocarpus granatum dan Rhizophora apiculata mempunyai kemampuan paling tinggi dalam menyimpan karbon dan didukung oleh kondisi kelimpahan kedua jenis tersebut yang tinggi dalam kawasan. Oleh karena itu, kedua jenis ini sangat cocok digunakan untuk keperluan rehabilitasi kawasan dalam tujuan menyerap karbon dan dalam kaitan merehabilitasi kawasan yang rusak di pesisir Kabupaten Bintan."
OLDI 40:3 (2014) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiandri
"Tata Kelola Kolaborasi merupakan sebuah proses Kerjasama pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan secara Bersama. Secara umum, Tata Kelola Kolaborasi selalu melibatkan seluruh Pemangku kepentingan mulai dari kondisi awal, proses kolaborasi, desain kelembagaan dan kepemimpinan fasilitatif menjadi dimensi utama dalam menjawab permasalahan. Tujuan untuk menganalisis faktor dan proses yang mempengaruhi Tata Kelola Kolaborasi dalam Ekowisata Pesisir di Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau Penelitian ini mengunakan kualitatif pada Post Positivist dan konstruktivisme dengan teknik analisis data mengunakan teknik triangulasi, dengan instrument NVivo seperti Coding, Kategorisasi serta Linking dalam menganalisasis Proses dan factor yang mempengaruhi Tata Kelola Kolaborasi Ekowisata Pesisir Mangrove di Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau.  Hasil temuan menunjukan factor dan Proses yang mempengaruhi Tata Kelola Kolaborasi pada tingkat formal belum dilaksanakan dengan baik, hal ini dikarenakan strategi kebijakan yang dibuat masih belum maksimal. Ditemukan bahwa aturan dan regulasi belum berjalan dengan baik, ego sektoral pemangku kepentingan, hak dan kewenangan tumpang tindih, serta minim program yang dihasilkan dalam Tata Kelola Kolaborasi itu sendiri. Penyebab utamanya segala fasilitas pendukung dalam Tata Kelola Kolaborasi ekowisata pesisir di Pulau Bintan tidak menjadi prioritas utama. Alternatif dari temuan peneliti mengembangkan Desain Tata Kelola Kolaborasi dengan memperkuat instrument pada dua pendekatan yaitu Pendekatan VUCA serta Pendekatan Penta-Helix dalam Tata Kelola Kolaborasi dalam ekowisata Mangrove pesisir Pulau Bintan. Pengembangan Desain ini berdasarkan, karakteristik, ruang lingkup, situasi dan kondisi atas objek serta lokus yang diteliti dengan menggunakan pendekatan Tata Kelola Kolaborasi yang telah dikonstruksi oleh Ansell & Gash.

Collaborative Governance is a collaboration of stakeholders to achieve common goals. In general, Collaborative Governance always involves all Stakeholders starting from the initial conditions, the collaboration process, institutional design and facilitative leadership are the main dimensions in answering problems. The purpose of this research is to analyze the factors and processes that affect Collaborative Governance in Coastal Ecotourism on Bintan Island, Riau Islands Province. This study uses qualitative Post-Positive and constructivism with data analysis techniques using triangulation techniques, with NVivo instruments such as Coding, Categorization and Linking in analyzing the Process and Factors influencing the Collaborative Governance of Mangrove Coastal Ecotourism on Bintan Island, Riau Archipelago Province. The findings show that the factors and processes that affect Collaborative Governance at the formal level have not been implemented properly, this is because the policy strategy made is still not optimal. It was found that the rules and regulations had not been running well, the sectoral egos of stakeholders, overlapping rights and authorities, and the lack of programs produced in Collaborative Governance itself. The main reason is that all supporting facilities in the Collaborative Governance of coastal ecotourism on Bintan Island are not a top priority. The alternative of the research findings is to develop a Collaborative Governance Design by strengthening the instrument in two approaches, namely the VUCA Approach and the Penta-Helix Approach in Collaborative Governance in Bintan Island coastal Mangrove ecotourism. The development of this design is based on the characteristics, scope, situation and condition of the object and locus under study using the Collaborative Governance approach that has been constructed by Ansell & Gash."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Fahroni
"Hutan mangrove merupakan salah satu penyimpan cadangan karbon terbesar. Kabupaten Kebumen memiliki hutan mangrove yang terdistribusi di beberapa wilayahnya namun beberapa masih belum terpetakan dengan baik. Kabupaten Kebumen memiliki hutan mangrove yang memiliki status Kawasan Ekosistem Esensial. Kondisi pemanasan global meningkatkan pentingnya perhitungan karbon untuk mengetahui efektifitas hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran hutan mangrove di Kabupaten Kebumen, menghubungkan estimasi stok karbon pada Kawasan Ekosistem Esensial dan non-Ekosistem Esensial, dan menghubungkan secara asosisatif stok karbon terhadap kondisi wilayah di Kabupaten Kebumen. Identifikasi sebaran mangrove dilakukan menggunakan false color yang diuji akurasi dengan confusion matrix dan koefisien Kappa. Dalam pembuatan model, data dibagi berdasarkan spesies dominan berupa Nypa Fruticans dan Rhizophora Mucronata. Pembuatan model stok karbon didapatkan dari Uji Regresi Eksponensial stok karbon lapangan dengan di nilai EVI yang kemudian diuji RMSE. Estimasi stok karbon pada Kawasan Ekosistem Esensial sebesar 3302760.90 kg, sedangkan pada non-Kawasan Ekosistem Esensial sebesar 3114224.74 kg. Perbedaan status Kawasan Ekosistem Esensial dan non-Ekosistem Esensial tidak memiliki keeratan hubungan, yang dibuktikan dengan Uji Pearson. Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi fisik yang meliputi kerapatan vegetasi, jenis spesies dan luas hutan mangrove memiliki hubungan yang linier terhadap stok karbon yang dihasilkan. Pada kondisi manusia yang terdiri atas pemanfaatan tidak memiliki hubungan terhadap stok karbon, sedangkan pada pengelolaan memiliki hubungan yang linier.

Mangrove forests are one of the largest carbon reserves. Kebumen Regency has mangrove forests distributed in several areas, although some are still poorly mapped. Kebumen's mangrove forests have the status of Essential Ecosystem Areas. The condition of global warming increases the importance of carbon calculation to assess the effectiveness of mangrove forests. This study aims to map the distribution of mangrove forests in Kebumen Regency, link carbon stock estimates in Essential and non-Essential Ecosystem Areas, and associate carbon stocks with regional conditions in Kebumen. Mangrove distribution identification was conducted using false color, tested for accuracy with a confusion matrix and Kappa coefficient. In modeling, data were divided based on dominant species, namely Nypa Fruticans and Rhizophora Mucronata. Carbon stock modeling was obtained from Exponential Regression Test of field carbon stock values with EVI, then tested with RMSE. The estimated carbon stock in Essential Ecosystem Areas is 3,302,760.90 kg, while in non-Essential Ecosystem Areas it is 3,114,224.74 kg. The difference in the status of Essential and non-Essential Ecosystem Areas has no significant correlation, as evidenced by the Pearson Test. This study shows that physical conditions, including vegetation density, species type, and mangrove forest area, have a linear relationship with the generated carbon stock. In contrast, human activities such as utilization do not correlate with carbon stock, whereas management practices do have a linear relationship."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syefiara Hania Yumnaristya
"Hutan mangrove di wilayah pesisir memiliki peran sebagai penyimpan karbon yang sangat penting untuk menyeimbangkan emisi karbon di atmosfer. Mangrove dapat menyerap karbon per satuan luas empat kali lebih tinggi dibandingkan hutan terestrial di wilayah tropis. Masifnya pembangunan dan alih fungsi lahan di wilayah pesisir Kecamatan Teluknaga mengancam keberadaan ekosistem mangrove. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang mendorong untuk meningkatkan upaya pelestarian kawasan mangrove dimana salah satunya, yaitu dengan melakukan perhitungan estimasi stok karbon. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran spasial biomassa dan stok karbon hutan mangrove di pesisir Kecamatan Teluknaga pada periode 2016 – 2022 dengan menggunakan pendekatan indeks vegetasi terbaik. Penelitian ini menggunakan Sentinel-2 untuk ditransformasikan menjadi indeks vegetasi ARVI, EVI, dan SAVI sebagai pendekatan untuk melakukan pemodelan biomassa. Selain itu, digunakan juga analisis statistik korelasi untuk menentukan indeks vegetasi terbaik yang dapat memodelkan biomassa di pesisir Kecamatan Teluknaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks vegetasi ARVI memiliki korelasi terbaik (R = 0,60) untuk memodelkan biomassa dengan nilai RMSE 36,67 kg/piksel. Diketahui bahwa mayoritas hutan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Teluknaga mengalami peningkatan nilai biomassa dan stok karbon pada periode 2016 – 2022. Adapun peningkatan yang paling signifikan terlihat pada hutan mangrove di Desa Muara dan Desa Lemo. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan luas dan kepadatan hutan mangrove.

Mangrove forests in coastal areas have a role as a carbon store which is very important in balancing carbon emissions in the atmosphere. Mangroves can absorb carbon per unit area four times higher than terrestrial forests in the tropics. The massive development and land use change in the coastal area of Teluknaga District threatens the existence of the mangrove ecosystem. This raise concerns that encourage efforts to increase mangrove conservation, one of which is by calculating carbon stock estimates. Therefore, this study aims to analyze the spatial distribution of biomass and carbon stock of mangrove forests in the coastal district of Teluknaga in 2016 – 2022 using the best vegetation index approach. This study used Sentinel-2 to be transformed into ARVI, EVI, and SAVI vegetation indices to model biomass. In addition, statistical correlation analysis was also used to determine the best vegetation index to model the biomass in the coastal area of Teluknaga District. The results showed that the ARVI vegetation index had the best correlation (R = 0,60) for modeling biomass with an RMSE value of 36,67 kg/pixel. It is known that most mangrove forests in the coastal area of Teluknaga District experienced an increase in the value of their biomass and carbon stock in 2016 – 2022. The significant rise happens in Muara and Lemo villages’s mangrove forest. The increased biomass and carbon stock are in line with the rise in the area and density of mangrove forests."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Via Apriyani
"Penelitian mengenai potensi stok dan serapan karbon ekosistem mangrove di Pulau Tunda telah dilakukan pada bulan April--Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi stok dan serapan karbon ekosistem mangrove, mengetahui spesies mangrove yang memiliki stok dan serapan karbon potensial, dan memperoleh estimasi harga karbon ekosistem mangrove di Pulau Tunda. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada enam stasiun bagian selatan dan timur Pulau Tunda.
Berdasarkan hasil analisis kandungan karbon ekosistem mangrove Pulau Tunda, diperoleh nilai biomassa 196,76 ton/ ha, stok karbon 91,48 ton/ ha, dan serapan karbon 335,06 ton/ ha. Proporsi stok dan serapan karbon terbesar tingkat pohon dan pancang mangrove di Pulau Tunda berasal dari spesies Excoecaria agallocha yaitu 107,47 ton/ ha dan 392,23 ton/ ha. Ekosistem mangrove Pulau Tunda memiliki estimasi harga karbon sebesar Rp 88.690.382--Rp 221.725.955 ton/ ha.

Research on the carbon uptake and stock potency of mangrove ecosystem in Tunda Island was conducted on April--June, 2016. The aim of the study was to analyze the mangrove ecosystem potency of carbon stock and its uptake, to know the mangrove species that has potential carbon stock and its uptake, and to estimate the potency of carbon price mangroveecosystem in Tunda Island. The location of sampling was determined by purposive sampling at six stations of south and east part Tunda Island.
The analysis result of carbon content at Tunda Island mangrove ecosystem showed that, biomass 196.76 ton/ ha, carbon stock 91.48 ton/ ha, and carbon uptake 335.06 ton/ ha. The largest proportion of the stock and carbon uptake at the level of mangrove tree and sapling in Tunda Island derived from Excoecaria agallocha, that is 107.47 ton/ ha and 392.23 ton/ ha. Tunda Island mangrove ecosystem have an estimated total carbon price of Rp 88.690.382--Rp 221.725.955 ton/ ha.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Baihaqi
"Mangrove memiliki peranan penting bagi ekosistem pesisir, salah satunya penyumbang stok karbon (blue carbon). Isu pemanasan global dapat di kurangi dengan fungsi mangrove dalam penyimpanan karbon dan Kota Surabaya memiliki mangrove yang cukup luas di wilayah pesisir nya. Tetapi ancaman degradasi lahan mangrove di Kota Surabaya diakibatkan oleh aktivitas pembangunan, hal tersebut berkaitan dengan penurunan fungsi mangrove sebagai penyimpan karbon. Tujuan penelitian ini untuk memetakan tutupan lahan dan persebaran stok karbon serta perubahannnya pada tahun 2015 – 2022 di Pesisir Timur Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan citra Sentinel 2 tahun 2015 & 2022. Dalam mengestimasi persebaran dan nilai stok karbon mangrove, analisa dilakukan dengan pendekatan indeks vegetasi yang melalui uji statistik untuk mendapatkan model persebaran. Penghitungan biomassa mangrove lapangan dilakukan dengan cara Non-Destruktif dan menggunakan persamaan alometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPVI sebagai indeks vegetasi yang lebih akurat dibanding TVI dan mRE-SR, dengan nilai korelasi R2 = 0,8072 dan nilai stok karbon mangrove rata rata mengalami pertambahan dari tahun 2015 – 2022 sebesar 50 – 100 kg/piksel. Pertambahan nilai stok karbon mangrove cenderung pada wilayah yang berubah tutupan lahan menjadi mangrove dan kerapatan yang semakin tinggi, sedangkan penurunan nilai stok karbon terjadi pada wilayah yang terjadi degradasi lahan mangrove dan terserang hama.

Mangroves have an important role for coastal ecosystems, one of which is a contributor to carbon stocks (blue carbon). The issue of global warming can be reduced by the function of mangroves in carbon storage and the City of Surabaya has quite extensive mangroves in its coastal areas. But the threat of degradation of mangrove land in the city of Surabaya is caused by development activities, this is related to the decline in the function of mangroves as a carbon store. The purpose of this research is to map land cover and the distribution of carbon stocks and their changes in 2015 – 2022 in the East Coast of Surabaya City. This study used Sentinel 2 imagery for 2015 & 2022. In estimating the distribution and value of mangrove carbon stocks, the analysis was carried out using the vegetation index approach through statistical tests to obtain a distribution model. Calculation of field mangrove biomass was carried out in a non-destructive manner and using allometric equations. The results showed that IPVI as a vegetation index is more accurate than TVI and mRE-SR, with a correlation value of R2 = 0.8072 and the average mangrove carbon stock value has increased from 2015 – 2022 by 50 – 100 kg/pixel. The increase in the value of mangrove carbon stocks tends to be in areas where land cover has changed to mangroves and the density is getting higher, while the decrease in the value of carbon stocks occurs in areas where mangrove land degradation has occurred and pest attacks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yushra
"Telah dilakukan penelitia yang bertujuan mengestimasi stok karbon dalam sedimen pada ekosistem padang lamun di kepulauan Spermonde, khususnya di Pulau Bonetambung dan Pulau Lae-Lae, Makassar. Pengambilan sedimen dilakukan pada area padang lamun dengan menggunakan sediment core berdiameter 5 cm dan kedalaman alat sampai 30 cm. Luasan tutupan lamun diperoleh dari analisis citra satelit Landsat-8 dan kondisi lamun yaitu dengan menggunakan petak contoh berukuran 100cm x 100cm. Hasil analisis citra landsat-8 didapatkan luasan tutupan ekosistem padang lamun di Pulau Bonetambung yakni 14.18 ha dimana didapatkan 4 kategori tutupan lamun yaitu sangat padat 0.2 ha , padat 0.7 ha , sedang 6 ha dan jarang 7 ha . Sedangkan pada Pulau Lae-Lae diperoleh luasan ekosistem padang lamun yakni 5,04 ha dan didapatkan 3 kategori tutupan lamun yaitu jarang 0,36 ha , sedang 3,42 ha dan padat 1,23 ha.
Hasil analisis contoh sedimen didapatkan pada Pulau Bonetambung dan Pulau Lae-Lae didominasi oleh tipe sedimen pasir kasar. Didapatkan nilai rerata kandungan karbon sedimen pada ekosistem padang lamun yaitu di Pulau Bonetambung 9,6 MgCha-1 pada kedalaman 0-30 cm sedangkan di Pulau Lae-Lae diperoleh 8,98 MgCha-1. Total Stok karbon sedimen pada area padang lamun Pulau Bonetambung yaitu 136,08 MgC atau setara dengan 503,5 MgCO2 e sedangkan di Pulau Lae-Lae didaptkan 44,86 MgC atau setara dengan 165,9 MgCO2 e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem lamun berperan sangat penting dalam menjaga stok karbon di laut sehingga perlu mendapat perhatian untuk konservasinya.

Research has been conducted to estimate carbon stocks of sediments in the seagrass ecosystems of the Spermonde islands, particularly on the Bonetambung Island and Lae Lae Island, Makassar City. Sediment collection was carried out on the seagrass beds area using 5 cm diameter core sediment and the depth up to 30 cm. The seagrass cover area was obtained from Landsat 8 satellite imagery analysis and seagrass condition was measured by using sample plots 100cm x 100cm . The result of landsat 8 image analysis was found that the extent of seagrass ecosystem cover on Bonetambung Island was 14.18 ha, which found 4 categories of seagrass cover that is very solid 0.2 ha , solid 0.7 ha, medium 6 ha and rare 7 ha . While on Lae Lae Island, the seagrass ecosystem area is 5,04 ha and 3 rams cover category is rarely 0,36 ha, medium 3,42 ha and solid 1,23 ha.
The result of sediment sampling was obtained on Bonetambung Island and Lae Lae Island was dominated by rough sand sediment type. The average value of sediment carbon content in the seagrass seagrass ecosystem is found in Bonetambung Island 9.6 MgCha 1 at a depth of 0 30 cm while on Lae Lae Island is 8.98 MgCha 1. Total Stock of sediment carbon in the seagrass area of Bonetambung Island was 136.08 MgC or equivalent to 503.5 MgCO2 e while on Lae Lae Island was obtained 44.86 MgC or equal to 165.9 MgCO2 e. The results show that the seagrass ecosystem plays a very important role in maintaining carbon stocks in the sea so it needs to get attention for its conservation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2017
T49317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003
577.7 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Danang Anggoro
Bogor: Bakorsurtanal, 2009
333.3.917 ANG e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aliyah
"Mangrove merupakan tanaman yang memiliki banyak fungsi penting, diantaranya fungsi perlindungan dari ancaman perubahan iklim dan penyerap karbon di atmosfer. Mangrove memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap faktor abiotic disekitar, namun kemampuan adaptasi setiap mangrove berbeda, sehingga faktor abiotik bisa menjadi ancaman bagi keberadaan mangrove. Kebutuhan lahan yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk juga menjadi tantangan dan ancaman kepada keberadaan mangrove di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan area mangrove dan faktor fisik yang menjadi ancaman terhadap mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif keruangan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh. Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan area mangrove terjadi di keempat zonasi penelitian dimana terjadi penurunan luasan dari tahun 2017 hingga tahun 2020 sebanyak 1.030,40 Ha dan peningkatan di tahun 2021 sebanyak 199,53 Ha. Penurunan luasan mangrove memiliki temporal yang berbeda di setiap zona. Sedangkan peningkatan luasan terjadi di seluruh zona pada tahun 2021. Faktor yang menjadi ancaman bagi ekosistem mangrove adalah penurunan curah hujan lebih dari 500mm per tahun.

Mangroves are plants that have many important functions, including the function of protecting from the threat of climate change and absorbing carbon in the atmosphere. Mangroves have a high degree of adaptation to the surrounding abiotic factors, but the adaptability of each mangrove is different, so that abiotic factors can be a threat to the existence of mangroves. The need for land that continues to increase along with population growth is also a challenge and threat to the existence of mangroves in coastal areas. This study aims to determine changes in mangrove areas and physical factors that pose a threat to mangroves. The method used in this research is descriptive spatial analysis by utilizing remote sensing data. The results showed that changes in mangrove areas occurred in the four research zones where there was a decrease in area from 2017 to 2020 by 1.030,40 Ha and an increase in 2021 by 199,53 Ha. The decrease in mangrove area has a different temporal in each zone. Meanwhile, an increase in area will occur in all zones in 2021. Physical environmental factors that pose a threat to the mangrove ecosystem are a decrease in rainfall of more than 500 mm per year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>