Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Cacing yang ditularkan mellaui tanah sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Ascaris lumbricoides adalah salah satu cacing yang ditularkan melalui tanah. Infeksi cacing ini berhubungan dengan keadaan sanitasi yang buruk di antaranya pencemaran tanah dengan tinja secara terus-menerus sepanjang waktu. Pencemaran memudahkan transmisi telus A.lumbricoides dari tanah ke manusia melalui tangan yang kotor ke mulut bersama makanan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 yang sebagian besar muridnya ada di RW 03 dan RW 04, dan SDN 06 yang meliputi RW 06 dan RW 09 di kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur. Dipilih keempat RW tersebut dalam keadaan yang hampir sama. Pada murid dua sekolah dasar ini dilakukan pemeriksaan tinja dan pengobatan infeksi A.lumbricoides dengan pirantel pamoat 10 mg/Kg berat badan. Sabun untuk mencuci tangan selama satu bulan diberikan hanya pada murid SDN 01 dan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita di tempat kediaman murid tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat akibat penerapan cuci tangan dengan sabun terhadap transmisi A.lumbricoides. Dari penelitian ini terdapat perbedaan angka reinfeksi pada bulan ketiga setelah pengobatan yang mungkin disebabkan oleh adanya penerapan mencuci tangan memakai sabun sebelum makan pada SDN 01. Jadi pengaruh cuci tangan yang benar dapat mengurangi reinfeksi A.lumbricoides.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam pemberantasan cacing yang ditularkan melalui tanah dipakai obat cacing berspektrum luas terutama bila ada infeksi campuran dengan T.trichuria. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi trasmisi A.lumbricoides dan T.trichuria pada murid sekolah dasar. Cara Kato-Katz digunakan dalam pemeriksaan tinja 684 murid SD. Murid yang terinfeksi diobati dengan oksantel pirantel pamoat (OPP) atau mebendazol (MBZ) dosis tunggal. Biakan tinja pada genting steril yang direndam dalam formalin 1,0% dilakukan pada 15 anak kelompok OPP dan 15 anak kelompok MBZ. Angka penyembuhan dan angka penurunan telur pada askariasis sangat baik, sedangkan pada trikuriasis diperoleh angka penyembuhan dan angka penurunan telur yang lebih kecil. Hambatan pertumbuhan telur A.lumbricoides ditemukan 2 hari pasca pengobatan OPP. Pada kelompok MBZ, hambatan pertumbuhan telur ditemukan pada hari ke-5 pasca pengobatan, dan ditemukan telur yang degenerasi pada tinja 2 hari dan 5 hari pasca-pengobatan MBZ. Angka transmisi pada kelompok OPP dan MBZ tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh obat terhadap angka transmisi maupun pertumbuhan telur T.trichuria."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suriptiastuti
"Prevalensi STH pada anak di Jakarta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan dilakukan pengobatan masal dan penyuluhan kesehatan. Beberapa obat telah dicoba untuk pengobatan masal, namun prevalensi STH masih tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar kemungkinan kontribusi anak Sekolah Dasar dalam transmisi A. lumbricoides setelah pemberian antelmintik. Telah diperiksa 861 tinja anak dari 3 SD Kalibaru, Jakarta Utara dengan Cara Kato Katz. Sebanyak 636 anak yang terinfeksi A.lumbricoides dibagi secara acak menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri dari 318 anak, kelompok I diobati albendazol dan kelompok II diobati pirantel pamoat. Tinja anak yang tidak sembuh setelah pengobatan diblak dalam larutan kalium bikromat 2%, untuk melihat pertumbuhan telur menjadi bentuk Infektif. Prevalensi askarlasis ditemukan di Sekolah Dasar ini adalah 66,36%-78,74%, dengan Intensitas Infeksi sangat ringan (RTPG 4495 sampai 5959). Setelah pengobatan prevalensi askariasis pada kelompok I menjadi 3,59% dan pada kelompok II menjadi 6,02%. Terdapat penurunan jumlah telur dibuahi dan tidak dibuahi sesudah pengobatan albendazol maupun pirantel pamoat. Perbandingan jumlah telur dibuahi dan tidak dibuahi sesudah pengobatan dengan albendazol menjadi besar sedangkan dengan pirantel pamoat menjadi kecil. Pada pengamatan biakan telur ternyata pada kelompok yang diobati albendazol belum ditemukan telur yang berubah menjadi bentuk infektif sampai hari ke 26. Sedangkan pada kelompok pirantel pamoat, bentuk infektif telah ditemukan pada hari ke 19 (15,25%). Kesimpulan kontribusi anak yang belum sembuh dengan pirantel pamoat adalah 15,25% dari jumlah telur yang dikeluarkan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cendawan selain digunakan untuk keperluan industri, dapat pula digunakan sebagai alat pengendali parasit. Beberapa jenis kapang tanah dapat diuji potensinya untuk digunakan sebagai agen alternatif biokontrol terhadap cacing nematoda parasit. Penelitian di beberapa negara di kawasan beriklim dingin telah membuktikan beberapa kapang nematofagus potensial, baik yang tumbuhnya cepat maupun lambat, mampu menurunkan populasi parasit. Kapang tersebut bertindak sebagai predator potensial dengan cara membuat perangkap, merusak telur dan berfungsi sebagai endoparasit nematoda."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan pada murid sekolah dasar di Jakarta. Murid yang terinfeksi T.trichuria dibagi menjadi dua kelompok (masing-masing n=15). Kelompok I diobati dengan mebendazol (MBZ), sedangkan kelompok II dengan oksantel-pirantel pamoat (OPP). Tinja pada masing-masing kelompok dibiak dalam bejana Stoll dengan medium larutan formalin 1%, sebelum pengobatan, 2 hari, 5 hari, dan 30 hari setelah pengobatan. Masing-masing biakan diinkubasi selama 4-8 minggu. MBZ dan OPP dapat menghambat perkembangan telur T.trichuria pada 2 dan 5 hari setelah pengobatan. Selain itu, MBZ dan OPP dapat mempengaruhi perubahan bentuk telur T.trichiura. Setelah 30 hari pengobatan tidak ditemukan pengaruh obat terhadap perkembangan telur tersebut."
MPARIN 11 (1) 1998
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit cacing Nematoda saluran pencernaan (NSP) pada ruminansia sangat merugikan peternak kecil. Untuk penanggulangannya dilakukan beberapa cara, yaitu pengobatan dengan antelmintika yang diikuti dengan perbaikan manajemen peternakan dan kontrol biologi (biokontrol) dengan kapang atau kumbang kotoran. Pengobatan dengan antelmintika dilaporkan telah menimbulkan resistensi agen penyakit dan meningkatkan residu bahan kimia pada produk ternak dan lingkungan. Kontrol biologi dengan menggunakan kapang nematofagus, terutama dari genus Arthrobotrys dan Duddingtonia, dapat menurunkan infeksi larva infektif NSP dari golongan Trikhostrongilid pada tinja dan padang penggembalaan. Iklim Indonesia yang tropis basah sangat mendukung pertumbuhan kapang nematofagus, sehingga kontrol biologi terhadap cacing NSP dengan kapang ini mempunyai prospek yang baik di masa mendatang. "
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leonita Ariesti Putri
"Pengetahuan mengenai A. lumbricoides berperan penting dalam menanggulangi askariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan responden mengenai morfologi dan siklus hidupA. lumbricoides. Penelitian dilaksanakan di Jakarta dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Sampel penelitian merupakan Guru SD di Jakarta yang diambil dengan metode total populasi. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides. Jumlah total responden 67 orang dengan responden laki-laki 21 orang (31,3%) dan responden perempuan 46 orang (68,7%). Pada pengambilan data yang diperoleh sebelum penyuluhan, terlihat responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 4 orang (6%), cukup 7 orang (10,4%), dan kurang 56 orang (83,6%). Sesudah penyuluhan diperoleh data responden dengan pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 39 orang (58,2%), cukup 10 orang (14,9%), dan kurang 18 orang (26,9%). Pada uji marginal homogeneity didapatkan nilai p<0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil uji sebelum dan setelah penyuluhan. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam peningkatan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides.

The acknowledgement of A. lumbricoides plays important role inpreventing ascariasis. The main objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary school teachers’ knowledge in Jakarta about morphology and life cycle of A. lumbricoides. This research was held in Jakarta. The data was collected on October 12th 2011 by handing out questionnaires to the respondents. Total population sampling method was applied to pick out the samples. The questionnaires given consisted of questions about the morphology and life cycle of A. lumbricoides. There are 67 respondents in total with 21 male respondents (31,3%) and 46 female respondents (68,7%). Before the health promotion was given, there were 4 good-knowledge respondents (6%), 7 fair-knowledge respondents (10,4%), and 56 poor-knowledge respondents (83,6%). After the health promotion was given there were 39 good-knowledge respodents (58,2%), 10 fair-knowledge respondents (14,9%), and 18 poor-knowledge respondents (26,9%). By using marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,001) between the elementary school teachers’ knowledge before and after the health promotion was given. In conclusion, the health promotion is effective to improve knowledge about morphology and life cycle of A. Lumbricoides on elementary school teachers in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celestina Apsari H.
"Askariasis memiliki angka prevalensi yang masih tinggi di Indonesia terutama pada anak yang tinggal di daerah padat penghuni. Pengetahuan akan A. lumbricoides merupakan kunci pencegahan askariasis. Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan mengenai A. lumbricoides. Penelitian experimental (pre-post study)dilakukan di panti asuhan X di Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data diambil pada tanggal 10 Juni 2012dengan mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan.Semua anak yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian (total population). Kuesioner berisi pertanyaan tentang siklus hidup A.lumbricoides.Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil penelitian menunjukkan 59 (41.5%) responden adalah laki-laki dan 83 responden (58.5%) perempuan; terdiri dari 78 murid(54.9%) SD, 55 murid (38.7%) SMP, dan 9murid (6.4%) SMA. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan baik, sedang, dan kurang adalah 1 responden (0.7%), 11 responden (7.7%), dan 130 responden (91.6%). Setelah penyuluhan, jumlah responden dengan pengetahuan baik dan sedang meningkat menjadi 8 responden (5.6%) dan 50 responden (35.2%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang menurun menjadi 84 responden (59.2%). Uji marginal homogeneitymemberikan p<0.001, berarti ada perbedaan bermakna dalam hasil sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahun responden mengenai A. lumbricoides.

The prevalence of ascariasis in Indonesia remains high, especially in children who live in crowded area. Knowledge on A. lumbricoides is the key in preventing ascariasis. The purpose of this research is to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge on the life cycle of A. lumbricoides among the orphans. This experimental study (pre-post study) was conducted at orphanage in Lubang Buaya Village, East Jakarta. The data was taken on June, 12th 2012 by handing out questionnaires about the life cycle of A.lumbricoides to the subjects before and after health education. All orphans who gathered were becoming the research subjects. Data was processed using SPSS 11.5 and tested with marginal homogeneity.
The results show the numbers male subjects and female subjects are 59 (41.5%) and 83 (58.5%), 78 primary school (54.9%), 55 junior highschool (38.7%), and 9 senior highschool students(6.4%). Before health education, the numbers of respondents with good, fair, and poor knowledge level of A. lumbricoides were 1 (0.7%), 11 (7.7%), 130 subjects (91.6%). After education, the number of subjects with good and fair knowledge increased to 8 (5.6%) and 50 subjects (35.2%), while poor knowledge decreased to 84 (59.2%). Marginal homogeneity test showed a significant difference (p<0.001) between the orphans? knowledge before and after health education. In conclusion, health education is effective to increase knowledge of A. lumbricoides in orphans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Ratna Palupi
"Prevalensi A.lumbricoides dan T.trichiura tertinggi pada usia sekolah dasar dan menurun pada usia dewasa. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan prevalensi infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura terhadap usia dan jenis kelamin pada anak. Penelitian yang bertempat di SD Kalibaru (Jakarta Utara) dan MI Batu Ampar (Jakarta Timur) ini menggunakan desain cross-sectional berdasarkan data kuisioner dan pemeriksaan sampel tinja.
Metode Kato-Katz digunakan untuk memeriksa sampel tinja. Dari 182 responden, didapatkan prevalensi infeksi A.lumbricoides di Kalibaru dan Batu Ampar adalah 34,8% dan 6,8%. Lokasi Kalibaru merupakan faktor risiko infeksi A.lumbricoides {OR 7,289 (95% CI 2,144-24,775)}. Prevalensi infeksi T.trichiura di Kalibaru adalah 34,1%.
Secara statistik terdapat hubungan bermakna (p=0,000) antara infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura dengan lokasi penelitian. Di Kalibaru, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,656) dan T.trichiura (p=0,885) di Kalibaru. Secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,987) dan T.trichiura (p=0,523) di Kalibaru. Di Batu Ampar, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,57).
Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,544) di Batu Ampar. Anak di Batu Ampar tidak mengalami infeksi T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura.

The highest prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection are at the age of Elementary School and will decrease at the age of adult. The aim of this research is to find out the correlation of the prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection toward the age and the gender of Children. This research carried out at SD Kalibaru (North Jakarta) and MI Batu Ampar (East Jakarta). This research used cross sectional design based on the questionnaires data analyzing and fecal sample examining.
Kato-Katz method is used to examined the fecal sample. From 182 respondents, it was found that prevalence of A.lumbricoides infection in Kalibaru and Batu Ampar were 34.8% and 6.8%. The location of Kalibaru constitutes as risk factor of A.lumbricoides infection {OR 7.289 (95% CI 2.144-24.775)}. The prevalence of T.trichiura infection in Kalibaru were 34.1%.
Statistically, there was a significant correlation (p=0.000) between the A.lumbricoides and T.trichiura infection with the research location. In Kalibaru there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.656) and T.trichiura infection (p=0.885).
Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides (p=0.987) and T.trichiura infection (p=0.523). In Batu Ampar, statistically, there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.57) infection. Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides infection (p=0.544). Children in Batu Ampar were not infected by T. Trichiuria. There was no significant correlation between the age of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection. There was no significant correlation between the gender of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biji dan getah pepaya terhadap cacing Haemonchus contortus secara in vitro. Biji dan getah diambil dari bauh pepaya, sedangkan cacing H.contortus dikumpulkan dari abdomasum domba. Untuk pelarut biji dan getah pepaya digunakan cairan abomasum domba dengan 3 konsentrasi larutan dan 3 ulangan dalam cawan petri yang masing-masing berisi 10 ekor cacing. Untuk biji pepaya dibuat 0,0% ; 0,5% ; 1,0% dan 1,5% sedangkan getah pepaya dibuat 0,0% ; 0,25% ; 0,5% ; 1,0%. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas cacing yang dilihat dalam selang waktu tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi maka jumlah cacing yang mati makin bertambah. Konsentrasi yang dapat membunuh 100% cacing untuk biji pepaya adalah 1,5% dalam waktu 2 jam, sedangkan untuk getah pepaya adalah konsentrasi 1,0% dalam waktu 4 jam 30 menit. Pada akhir percobaan semua konsentrasi biji pepaya menyebabkan kematian cacing sebesar 100%, sedangkam konsentrasi 0,25% ; 0,5% ; dan 1,0% getah pepaya masing-masing menyebabkan kematian cacing sebesar 70% ; 93% ; dan 100%. Hasil ini menunjukkan bahwa kemungkinan biji dan getah pepaya dapat digunakan sebagai antelmintik. "
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>