Ditemukan 128404 dokumen yang sesuai dengan query
"Penelitian penanggulangan penyakit malaria dengan peran serta masyarakat melalui kemoprofilaksis mingguan selama 2 tahun di R K 1 desa Berakit dapat menurunkan angka parasit dari 24.55 menjadi 6.9%. Angka limpa pun menurun dari 69.2% menjadi 45.9%. Lima setengah tahun setelah berakhirnya penelitian tersebut, dilakukan evaluasi apakah morbiditasnya tetap rendah setelah dilakukan penyuluhan penyakit malaria dengan menggunakan Buku Panduan malaria yang dibagi-bagikan kepada kepala keluarga oleh 10 pelopor (cadres) di desa tersebut. Untuk perbandingan dilakukan juga pemeriksaan malariometrik di RK II Desa Berakit yang tidak pernah dilakukan penanggulangan atau intervensi malaria sebelumnya (sebagai kontrol). Hasilnya menunjukkan bahwa angka parasit di RK I meningkat sebesar 38.8%. Peningkatan angka parasit mungkin disebabkan oleh antara lain: akhir-akhir ini persediaan obta malaria (klorokuin) mengurang, dan bila ada, harganya lebih mahal sehingga penduduk yang kurang mampu tidak dapat membeli obat, walaupun mereka mengetahui bahwa mereka mungkin menderita penyakit malaria. Sebaliknya di RK II yang merupakan kelompok kelola (kontrol), angka parasitnya adalah 32.4%, kurang lebih sama dengan angka parasit di RK I. Angka parasit ini menurun bila dibandingkan dengan angka parasit pada tahun 1982, sebesar 54,3%, walaupun tidak pernah dilakukan intervensi. Hal ini mungkin disebabkan adanya perubahan lingkungan di daerah RK II, a.l pembukaan dan pelebaran jalan serta pemukiman baru.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penelitian perilaku Anopheles sundaicus sebagai vektor malaria telah dilakukan pada bulan Juni – Agustus 1990 di Tarahan Lampung Selatan, suatu desa yang endemis malaris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat hinggap di dalam rumah yang disenangi An.sundaicus betina adalah di kelambu dan pakaian yang bergelantungan, sedangkan di luar rumah (alam) lebih suka di semak-semak. Pengetahuan mengenai tempat hinggap An.sundaicus betina menunjang program pengendalian nyamuk dewasa. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu yang dicelup dengan insektisida sebagai suatu cara dalam penanggulangan vektor malaria. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kelambu yang dicelup permetrin dan lamda siholotrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya denagn menggunakan gubuk percobaan. Parameter yang dievaluasi adalah efek bunuh, efek iritan, dan efek halau kelambu celup permetrin dan lamba sihalotrin. Dosis permetrin yang digunakan adalah 500 mg/m2 dan lamda sihalotrin 25 mg/m2. Pengamatan dilakukan sebanyak 53 kali selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan kelambu celup lamda sihalotrin 25mg/m2 mempunyai efek deterent yang lebih besar dibanding kelambu celup permetrin tetapi efek bunuhnya lebih kecil dibanding kelambu celup permetrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya. Efek excito-reppelent tidak berbeda antara kelambu celup permetrin dan lamda sihalotrin."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Kasus penularan dirofilariasis pada anjing sering terjadi di berbagai tempat di Indonesia tetapi informasi tentang vektor nyamuk lokal sebagai penularnya masih minim sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai vektor alamiah dari segi pengamatan sistematik di lapangan, khususnya di daerah Bogor yang bersifat endemik dirofilariasis. Dalam penelitian ini tiga lokasi dipilih, yaitu sekitar kandang anjing di daerah lingkungan perkotaan (urban), pinggiran kota (semi-rural), dan daerah yang kondisi alamnya masih belum banyak berubah (natural bush-land condition). Penangkapan nyamuk dilakukan dengan perangkap cahaya, dua kali sebulan selama tujuh bulan. Nyamuk yang tertangkap dibedah dan diperiksa terhadap paritas dan infeksi larva Dirofilaria immitis. Dari 9 jenis nyamuk yang tertangkap di Taman Kencana, 4 jenis di antaranya terinfeksi oleh larva D.immitis, dan 1 jenis bersifat infektif karena mengandung larva stadium III. Di lokasi pinggiran kota (Mega Mendung) dan lokasi yang masih terawat kondisi alamnya (Gunung Putri) tidak ditemukan nyamuk yang terinfeksi. Berdasarkan indeks vektor potensial diduga bahwa Culex quinquefasciatus adalah vektor utama, Culex tritaeniorhynchus vektor sekunder, dan Armigeres subalbatus serta Culex fuscocephalus adalah vektor-vektor yang bersifat minor. "
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penelitian vektor malaria telah dilakukan pada tahun 1995 di tiga desa yaitu Hilinifaoso, Lagundri, dan Hilisimaetano, kecamatan Teluk Dalam, pulau Nias. Penelitian dilakukan dengan penangkapan nyamuk sepanjang malam, dua minggu satu kali, untuk menentukan kepadatan spesies di setiap lokasi penelitian. Pemeriksaan sporozoit dilakukan terhadap nyamuk Anopheles parous, menggunakan tiga metode yaitu pembedahan kelenjar ludah, sediaan toraks, dan uji ELISA. Hasil penangkapan nyamuk menunjukkan bahwa tersangka vektor di tiga daerah penelitian adalah An.nigerrimus, An.sundaicus, An.kochi, An.barbirostris, An.sinensis, An.tessellatus. An.sinensis ditemukan dominan di antara nyamuk Anopheles penggigit manusia."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Kemoprofilaksis masal telah dilakukan selama 2 tahun berturut-turut (1985-1986) di desa Berakit, Riau Kepulauan. Lima tahun kemudian dilakukan pemeriksaan malariometri dan zat anti skizon-merozoit P.falciparum dengan ELISA pada penduduk desa tersebut dibandingkan dengan penduduk di sekitarnya yang tidak diberi kemoprofilaksis. Hasil pemeriksaan serologi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada angka seropositif penduduk yang diberi kemoprofilaksis dibandingkan dengan penduduk tidak diberi kemoprofilaksis. "
MPARIN 7 (1-2) 1999
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Hingga saat ini Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan penanggulangan vektor. Penggunaan kelambu sebagai alat proteksi terhadap gigitan naymuk telah lama dilakukan oleh masyarakat, karena kelambu dapat berperan sebagai sawar antara nyamuk dan manusia. Dalam perkembangan selanjutnya kelambu tersbut dikombinasikan dengan insektisida yaitu dengan mencelup kelambu dengan insektisida. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai aspek-aspek teknik, entomologi, epideomiologi dan sosio-ekonomi sehubungan dengan penggunaan kelambu celup insektisida dalam penanggulangan penyakit malaria."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penelitian mengenai pemakaian pembalut (band) yang mengandung insektisida (DEET) pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan kepala untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk Anopheles maculatus sebagai vektor malaria, telah dilakukan di daerah Kuang, Selangor, Malaysia, pada bulan Mei sampai Juni 1998. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa konsentrasi insektisida (DEET) pada pembalut yang efektif dan efisien untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk An.maculatus. Cara yang digunakan untuk penangkapan nyamuk di alam terbuka dengan umpan manusia yang memakai pembalut yang mengandung DEET dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, dan 30% sedangkan kontrol 0% dengan memakai pembalut yang mengandung alkohol absolut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 kali percobaan diperoleh 85 ekor nyamuk (36 ekor An.maculatus dan 49 ekor nyamuk yang lain) dari pemakai pembalut nyamuk yang 0%, 22 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 5%, 10 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 10%, dan dari DEET 30% diperoleh 3 nyamuk. Dengan memakai pembalut yang mengandung DEET 30% dapat mengurangi gigitan nyamuk An.maculatus sebesar 95,77%."
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Jasad hayati Mesocycops sp dipelihara dan dikembangkan di Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga agar dapat digunakan untuk menunjang penelitian-penelitian pengendalian vektor baik di laboratorium maupun di lapangan. Untuk mengetahui efisiensi predasi Mesocyclops sp, telah diuji kemampuan makannya terhadap jentik nyamuk An.acoinitus, Cx.quinquefasciatus dan Ae.aegypti instar I masing-masing dengan ukuran panjang berturut-turut 1,25 mm ; 1,75 mm ; 2,30 mm. Hasil pengujian selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam terlihat bahwa jentik nyamuk Ae.aegypti menunjukkan persentase kematian paling tinggi. Efisiensi predasi Mesocyclops sp (betina dan jantan) tidak dipengaruhi oleh panjangnya jentik nyamuk. Tidak ditemukan korelasi antara panjang jentik nyamuk (mm) dan persentase kematian jentik nyamuk.
"
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penentuan hubungan kekerabatan spesies nyamuk yang ada di Yogyakarta telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif secara numeris. Pada penelitian ini didapatkan 11 spesies Anopheles yaitu 1 spesies dari subgenus Anopheles dan 10 termasuk subgenus Celia. Pengamatan sifat morfologi yang dipakai dari 11 spesies Anopheles menunjukkan bahwa antara AN.subpictus dan An.indefinititus mempunyai hubungan kekerabatan fenetis yang paling dekat dengan koefisisen korelasi 0,989 dan jarak taksonomi 2. Dalam pengelompokan didapatkan 2 gambar fenogram yang tidak sama dari perhitungan di atas. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library