Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam rangka pengembangan teknologi kultur alga perifiton dan usaha peningkatan nilai tambah serta pemanfaaatan sumber daya biota perairan, dilakukan sebuah uji coba kultur perifiton dengan menggunakan substrat artifisial akrilik. Perifiton ditumbuhkan dalam wadah berupa tabung yang disebut sebagai “substrat tubuler”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui performa tumbuh dan kemampuan uptake nutrien oleh alga perifiton yang berdampak terhadap perbaikan kualitas air. Komunitas perifiton mampu tumbuh dengan baik hingga sampling ke-13 atau kultur ke 36 hari dengan berat kering biomassa (DW) mencapai 0,039 gr.dm-². Pengukuran nutrien menunjukkan adanya penurunan konsentrasi mengindikasikan terjadinya perbaikan kualitas air akibat pemanfaaatan oleh komunitas perifiton."
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Nurul Huda
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian lamun dan perifiton di wilayah perairan Teluk Lampung yaitu Hurun, Lahu, dan Ringgung untuk kondisi dan perubahan struktur komunitas padang lamun dan perifiton. Metode yang digunakan adalah transect menggunakan kuadrat berukuran 50x50cm. Data hasil pengamatan dianalisis indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominasi serta keterkaitan antara padang lamun, perifiton dan beberapa parameter lain menggunakan uji Spearman. Ditemukan 4 jenis dari 2 famili yaitu Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halophila minor) dan Famili Potamagetonaceae (Halodule uninervis). Berdasarkan pengamatan ditemukan sebanyak 22 jenis perifiton baik alga epifit maupun meiofauna epifit. Perifiton dibagi dalam 10 kelompok yaitu Diatomae, Dinoflagellata, Copepoda, Medusae, Amphipoda, Isopoda, Cypris, Polychaeta, Bivalvia, dan Gastropoda. Dalam kurun waktu 10 tahun, terjadi penurunan indeks keanekaragaman, baik pada lamun maupun perifiton, yang menunjukkan penurunan stabilitas ekosistem padang lamun. Berdasarkan hasil uji Spearman, diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat kerapatan setiap jenis lamun dengan tingkat kepadatan perifitonnya, kerapatan lamun dengan kandungan organik substrat, serta biomassa di bawah substrat dengan kandungan organik substrat.

ABSTRACT
The research of seagrass and periphyton in Lampung bay territorial has been done in Hurun, Lahu, and Ringgung, to know the conditions and changes of community structure of seagrass beds dan periphyton. Transect method using a square 50x50cm. Data observations were analyzed the diversity, evenness and dominance index. Linkages between seagrass, periphyton and some other parameters analyzed using the Spearman test. There 4 specieces from 2 families of seagrass found in Hurun, Lahu and Ringgung, that are Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides,Halophila minor, and Thalassia hemprichii) and Potamagetonaceae (Halodule uninervis). Based on the observations found 22 species of algae either epiphytic periphyton and epiphytic meiofauna. Periphyton were divided into 10 groups Diatomae, Dinoflagellates, Copepods, Medusae, Amphipods, Isopods, Cypris, Polychaeta, Bivalves, and Gastropods. In the past 10 years, decline on diversity index and dominance index increased, both in seagrass and periphyton, which showed a decrease in the stability of seagrass ecosystems. Based on the Spearman test, there is a positive correlation between the density of periphyton and seagrass (spesific on type), the density of seagrass and substrate organic content, also biomass below substrate and substrate organic content."
Universitas Indonesia, 2012
T33154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Johan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Luthfiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis dan kelimpahan perifiton pada substrat plastik di Situ Agathis dan Situ Mahoni, menganalisis perbandingan kelimpahan perifiton pada substrat plastik di Situ Agathis dan Mahoni, dan menganalisis kualitas perairan melalui keanekaragaman perifiton pada substrat plastik padat di Situ Agathis dan Situ Mahoni. Penelitian ini menggunakan beberapa parameter diantaranya pH, suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen), kekeruhan (turbidity), kecerahan, arus, dan nitrat (NO3-). Penelitian dilakukan pada bulan September 2022 – Maret 2023 pada 3 stasiun pengambilan sampel di Situ Agathis dan Situ Mahoni. Sampel yang diperoleh dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks kemerataan, dan indeks Dominansi Simpson. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika kimia di Situ Agathis dan Situ Mahoni didapatkan kisaran pH, suhu, oksigen terlarut, kekeruhan, kecerahan, arus, nitrat (NO3-) secara berturut-turut yaitu 7,05-7,49; 22,9-30,7 ⁰C; 4,7-10,5 mg/l; 3,06-16,2 NTU; 31,8-44 cm; 0,003-0,015 m/s; 2,3-16,8 mg/l. Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan 11 kelas perifiton di Situ Agathis dan Situ Mahoni yaitu Bacillariophyceae (13 genus), Chlorophyceae (11 genus), Conjugatophyceae (4 genus), Cyanophyceae (6 genus), Euglenophyceae (3 genus), Klebsormidiophyceae (1 genus), Monogononta (1 genus), Oligohymenophorea (1 genus), Trebouxiophyceae (1 genus), Tubulinea (1 genus), dan Xanthophyceae (1 genus) dengan total 44 genus. Situ Agathis memiliki total kelimpahan perifiton yang lebih tinggi dibandingkan Situ Mahoni dengan niilai berturut-turut 6.219,8 sel/cm2 dan 2.025 sel/cm2. Kelas Bacillariophyceae menjadi kelas dengan nilai kelimpahan perifiton tertinggi di kedua situ. Nilai keaneragaman perifiton di kedua situ menunjukkan bahwa kualitas air Situ Agathis dan Mahoni termasuk dalam kualitas air tercemar sedang.

This study aims to examine the types and abundance of periphyton on plastic substrates in Situ Agathis and Situ Mahoni, analyze the comparison of periphyton abundance on plastic substrates in Agathis and Mahoni Situ, and analyze water quality through periphyton diversity on solid plastic substrates in Agathis and Mahoni Situ. This study used several parameters including pH, temperature, dissolved oxygen, turbidity, brightness, current flow, and nitrate (NO3-). The research was conducted in September 2022 – March 2023 at 3 sampling stations in Situ Agathis and Situ Mahoni. The samples obtained were analyzed using the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, and Simpson dominance index. Based on the results of measurements of physico-chemical parameters in the Agathis and Mahoni Situ, the range of pH, temperature, dissolved oxygen, turbidity, brightness, nitrate (NO3-) was obtained, respectively, namely 7.05-7.49; 22.9-30.7 ⁰C; 4.7-10.5 mg/l; 3.06-16.2 NTUs; 31.8-44cm; 0.003-0.015 m/s; 2.3-16.8 mg/l. Based on the identification results, 11 classes of periphyton were found in Situ Agathis and Situ Mahoni, namely Bacillariophyceae (13 genera), Chlorophyceae (11 genera), Conjugatophyceae (4 genera), Cyanophyceae (6 genera), Euglenophyceae (3 genera), Klebsormidiophyceae (1 genus), Monogononta (1 genus), Oligohymenophorea (1 genus), Trebouxiophyceae (1 genus), Tubulinea (1 genus), and Xanthophyceae (1 genus) with a total of 44 genera. Agathis Lake has a higher total periphyton abundance than Mahoni Lake with values of 6,219.8 cells/cm2 and 2,025 cells/cm2, respectively. The Bacillariophyceae class was the class with the highest periphyton abundance in both sites. The value of periphyton diversity in both lakes shows that the water quality of Agathis and Mahoni Lakes is classified as moderately polluted water quality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus4
"Mikrobiota akuatik yang hidup menempel di berbagai substrat dan sangat sensitif terhadap pencemaran yang terjadi di perairan dapat menggambarkan kondisi perairan, yaitu perifiton. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas perifiton dan parameter fisika-kimia air yang memengaruhi komponen perifiton. Penelitian berlokasi di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat yang dilakukan pada bulan Februari—Mei 2023. Parameter fisika-kimia yang diukur terdiri dari suhu, intensitas cahaya, kecerahan, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), nitrat, dan fosfat. Sampel perifiton diambil dengan menyikat cangkang Pomacea canaliculata. Pencacahan perifiton menggunakan Sedgewick Rafter Counting Chamber di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan diidentifikasi sampai tingkat marga. Data perifiton dihitung struktur komunitas dan dianalisis ada atau tidak ada perbedaan indeks keanekaragaman antarstasiun dengan uji T Independen menggunakan Microsoft Excel 365. Hasil penelitian ditemukan 26 marga perifiton dengan kepadatan perifiton tertinggi berasal dari kelas Cyanophyceae sebesar 103.752,5 plankter/cm2 dan terendah dari kelas Monogononta sebesar 32,50 plankter/cm2. Indeks keanekaragaman perifiton tergolong rendah (H’<1) dan menggambarkan kondisi perairan Situ Rawa Besar telah tercemar. Indeks kemerataan dan indeks dominansi perifiton menunjukkan penyebaran individu antar jenis tidak merata dan terdapat sekelompok jenis tertentu yang mendominasi di Situ Rawa Besar. Marga perifiton yang mendominansi Situ Rawa Besar adalah Planktothrix dan Arthrospira. Hasil analisis uji T Independen tidak terdapat perbedaan yang signifikan (thitung < ttabel dan p >0,05) terhadap nilai indeks keanekaragaman perifiton antarstasiun di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat.

Aquatic microbiota that live attached to various substrates and are susceptible to pollution in the water can describe the condition of the water, namely periphyton. The study aimed to analyze the structure of the periphyton community and the physico-chemical parameters of water that affect the periphyton component. The research was done in Situ Rawa Besar, Depok, West Java, from February to May 2023. The physico-chemical parameters measured consisted of temperature, light intensity, brightness, acidity (pH), dissolved oxygen (DO), nitrate, and phosphate. Periphyton samples were taken by brushing the shell of Pomacea canaliculata. The counting of periphyton used Sedgewick Rafter Counting Chamber under a microscope with 100x magnification and identified to the genera level. Periphyton data calculated community structure and analyzed whether or not there is a difference in diversity index between stations with Independent T test using Microsoft Excel 365. The results of the study found 26 genera of periphyton with the highest periphyton density coming from the Cyanophyceae class of 103,752.5 plankter/cm2 and the lowest from the Monogononta class of 32.50 plankter/cm2. The periphyton diversity index is low (H'<1) and illustrates that the waters of Situ Rawa Besar were polluted. The evenness index and dominance index of periphyton show that the distribution of individuals between species is uneven and there is a certain group of species that dominate in Situ Rawa Besar. Periphyton genera that dominate Situ Rawa Besar are Planktothrix and Arthospira. The results of the Independent T test analysis showed no significant difference (tcount < ttable and p>0.05) in the value of the periphyton diversity index of inter-station in Situ Rawa Besar, Depok, West Java."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syabita Tofani Haryadi
"Perifiton adalah organisme akuatik yang hidup menempel pada substrat serta sensitif pada perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas perifiton serta parameter fisika-kimia perairan yang memengaruhi komposisi perifiton. Penelitian dilakukan di Situ Pengarengan, Depok, Jawa Barat dan Laboratorium Ekologi FMIPA UI pada bulan Februari–Mei 2024. Parameter fisika-kimia yang diukur terdiri dari kecerahan, suhu, turbiditas, kecepatan arus, oksigen terlarut (DO), nitrat, fosfat, dan derajat keasaman (pH). Sampel perifiton dicuplik dengan menyikat permukaan tangkai eceng gondok Eichhornia crassipes. Hasil penelitian ditemukan 20 marga perifiton dengan kepadatan perifiton tertinggi berasal dari kelas Cyanophyceae sebesar 25729 plankter/ mm2 dan terendah dari kelas Tubulinea sebesar 45 plankter/mm2. Indeks keanekaragaman perifiton tergolong rendah (H’<1). Indeks kemerataan dan indeks dominansi perifiton menunjukkan penyebaran individu antar marga tidak merata dan terdapat sekelompok marga tertentu yang mendominasi di Situ Pengarengan. Marga yang mendominasi adalah Oscillatoria. Hasil Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan parameter oksigen terlarut (DO), kecerahan, kecepatan arus, derajat keasaman (pH) dan suhu memiliki pengaruh yang kuat.

Periphyton are aquatic organisms that live attached to substrates and are sensitive to environmental changes. This research aims to analyze the structure of the periphyton community as well as the physico-chemical parameters of waters that influence periphyton composition. The research was conducted at Situ Pengarengan, Depok, West Java and the FMIPA UI Ecology Laboratory in February–May 2024. The physico-chemical parameters measured consisted of brightness, temperature, turbidity, current velocity, dissolved oxygen (DO), nitrate, phosphate, and degree of acidity (pH). Periphyton samples were sampled by brushing the surface of the water hyacinth stalk Eichhornia crassipes. The results of the research found that 20 periphyton genera with the highest periphyton density came from the Cyanophyceae class of 25729 plankters/mm2 and the lowest from the Tubulinea class at 45 plankters/mm2. The periphyton diversity index is low (H'<1). The evenness index and periphyton dominance index show that the distribution of individuals between clans is uneven and there is a certain group of clans that dominate in Situ Pengarengan. The dominant clan is Oscillatoria. The results of Principal Component Analysis (PCA) show that the parameters of dissolved oxygen (DO), brightness, current velocity, degree of acidity (pH) and temperature have a strong influence."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Retno Adrijantie
"Adanya potensi yang besar yang dihasilkan dari aktititas fotosintesis jenis mikroalga Chlorella sp seperti kandungan gizi yang lengkap dan tinggi, serta komponen kesehatan yang lengkap yang memungkinkan mampu meneegah sakit global seperti stroke, jantung koroner, kencing manis, kanker dan lain-lain, menjadikan penelitian skala laboratorium ini bertujuan mencari Intensitas cahaya yang optimum agar dihasilkan pertumbuhan Chlurella sp yang maksimum.
Faktor-faktor yang meinpengaruhi pertumbuhan mikroalgn antara lain cahaya, suhu, nutrisi, dan pH.
Penelitian mengenai produksi biomassa dan dengan jalan fiksasi CO2 dengan memanfaatkan kemampuan fotosintesis mikroalga Chlorella sp (ganggang hijau) dalam reaktor gelembung tunggal ini merupakan salah satu alternative yang diusulkan untuk rnengatasi masalah cumber makan bergizi dan masalah kesehatan.
Proses ini dilakukan dalam kultur Medium Beneck teraerasi dalam sebuah fotobioreaktor. Dengan pencahayaan kontinyu. Proses tersebut berlangsung pada kondisi suhu 29 °C , kecepatan superficial gas sebesar 2,4 m/jam, kandungan CO2 5% dalam aliran udara asupan dan dengan intensitas cahaya yang divariasikan dari 500 lux sampai dengan 10000 lux dan Jumlah set awal yang divariasikan. 500.000 set/ml sampai dengan 8.000.000 sel/ml.
Secara umum hasil yang diperoleh dalarn penelitian ini adalah :
- Mikroalga memerlukan intensitas cahaya sesuai dengan kerapatan selnya agar dapat berkembang secara maksimum, untuk kerapatan set awal sebesar 440.000 sel/ml intensitas cahaya yang dibutuhkan agar laju pertumbuhannya maksimum adalah sebesar 500 lux. Untuk kerapatan sel sebesar ± 990.000 sel/ml laju pertumbuhannya akan mencapai maksimum pada intensitas cahaya sebesar 1000 lux. Untuk kerapatan sel ± 4.590.000 set/ml pada 6000 hix dan kerapatan set ±6.940.000 Sel/ml pada 9000 lux.
- Laju pertumbuhan maksimum terbesar didapat dari kultur dengan pencahayaan alteration, maka dapat disimpulkan sistem pencahayaan alteration merupakan sistem pencahayaan yang terbaik dalam produksi biomassa Chlorella sp.
- Hasil pendekatan secara empiris yang diperoleh dari pertumbuhan Chlorella sp dan fiksasi CO2 dalam skala lab mengikuti persamaan Haldane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Dzaky Amin Amany
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbesar setelah batubara, minyak bumi, dan gas alam. Saat ini biomassa digunakan untuk berbagai pemanfaatan, salah satunya adalah sebagai sumber dari asap cair, atau sering disebut dengan bio-oil. Bio-oil dapat diproduksi dengan berbagai metode. Metode yang cukup sering digunakan adalah pirolisis. Abdullah et al telah melakukan penelitian mengenai pirolisis biomassa menggunakan fixed bed reactor tanpa menggunakan gas penyapu [1]. Penelitian tersebut menyatakan bahwa biomassa berupa kayu kamper dapat memproduksi fraksi produk liquid sebanyak 46%wt, ketika dipirolisis dengan temperatur maksimum 500°C dan dengan pemanasan ulang di bagian zona reaksi hingga 200°C menggunakan heater 1500W. Pirolisis tersebut menggunakan Double Pipe Heat Exchanger sebagai unit Liquid Collection System (LCS). Penelitian ini akan membahas bagaimana karakteristik pengkondensasian uap yang terjadi pada LCS tersebut menggunakan program simulasi COMSOL Multiphysics. Simulasi dalam COMSOL Multiphysics akan menggunakan desain 2D axisymmetric dengan modul simulasi Fluid Flow dan Heat Transfer in Fluid. Uap pirolisis akan dianggap sebagai senyawa tunggal yang merepresentasikan campuran senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalam bio-oil sebagaimana dimodelkan oleh Hallet dan Clark [2]. Hasil dari simulasi ini menunjukkan bahwa kondensasi yang terjadi di dalam LCS yang digunakan oleh Abdullah et al terjadi secara konveksi natural dengan aliran laminar. Selain itu, hasil dari simulasi ini juga menunjukkan bahwa sebanyak ~16.93%wt uap pirolisis yang seharusnya bisa dikondensasi pada akhirnrya tidak dapat dikondensasi di Outlet LCS. Agar uap pirolisis dapat terkondensasi seluruhnya, maka harus dilakukan optimasi dengan cara memanjangkan LCS hingga 1.15 m dan menggunakan air pendingin dengan temperatur 8°C

ABSTRACT
Biomass is one of the largest energy sources in the world after coal, crude oil, and natural gas. Lately, biomass already used for many purposes, one of which is as a source of liquid smoke, or often called as bio-oil. Bio oil can be produced from various method. One of the most popular method is pyrolysis. Abdullah et al already conducted a research on producing bio-oil from biomass using fixed bed reactor without sweeping gas [1]. The study finds that camphor wood that was used as the feedstock will produce about 46%wt liquid yield during pyrolysis with maximum temperature at 500°C using 1500W heater. In that study, Abdullah et al also reheated the reaction zone until 200°C. The study was using Double Pipe Heat Exchanger as a Liquid Collection System (LCS) unit. This study will focus on the characteristics of condensation phenomenon that happens in that LCS unit using simulation method. This study uses COMSOL Multiphysics as the simulation program. Simulation was conducted using Fluid Flow and Heat Transfer in Fluid Physics. The pyrolysis vapor was considered as a single compound that represents the pyrolysis vapor mixture modeled by Hallet and Clark [2]. The result of this simulation shows that the condensation that occurred inside the LCS that used by Abdullah et al was happened because of natural convection with laminar flow. The result also shows that at the Outlet LCS, ~16.93%wt of the condensable gas was wasted with other Non-Condensable Gases. To achieve fully condensed pyrolysis vapor, the LCS system must be optimized by lengthen the LCS until 1.15 m and using water that have 8°C inlet temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh Siswanto
"Pemanfaatan energi terbarukan sudah sangat mendesak guna mereduksi emisi gas CO2 di atmosfir. Salah satunya adalah pemanfaatan biomassa sebagai energi alterntif pengganti energi fosil. Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi gula nasional memiliki potensi bagase yang melimpah, yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dengan sistem gasifikasi. Saat ini komplek perkantoran Pemda Lampung Tengah masih mengoperasikan PLTD guna memenuhi kebutuhan energinya karena keandalan jaringan grid KLP SSM sangat terbatas. Untuk itu perlu analisa biaya energi yang dikeluarkan bila menerapkan PLT Biomassa sebagai pengganti PLTD. Dalam analisa ini menggunakan bantuan perangkat lunak HOMER versi 2.68 beta yang dapat mengoptimasi sistem pembangkit dari nilai NPC dan COE terendah. Dari analisa hasil simulasi didapat bahwa dengan mennggunakan PLT Biomassa biaya energi akan turun sebesar 23% dari USD$0.187/kWh menjadi USD$0.144/kWh. Terjadi penghematan pemakaian BBM sebesar 111.625 liter/tahun dan menurunkan emisi gas CO2 sebesar 47,5% dari 603.034 kg/tahun menjadi 316.577. Pada harga grid sesuai BBP TR Provinsi Lampung sebesar Rp.860/kWh maka PLT Biomassa akan dapat bersaing bila harga bagase sebesar USD$ 12/ton.

Utilization of renewable energy is very urgent to reduce emissions in the atmosphere. One of the utilization of biomass is as an alternative energy substitute for fossil energy. Central Lampung District as the center of the national sugar production has the potential bagase abundant, which can be utilized as Biomass Power Plant with gasification system. Recently the local government office complex of Central Lampung still operate diesel generator to meet its energy needs because the supply capacity grid network of KLP SSM only 70%. It is necessary to analyze cost of energy incurred when applying Biomass power plant substitute for diesel generator. The analysis using Homer software version 2.68 beta, to optimize the systems of power plant according to the lowest NPC and COE. The result of analysis shows that cost of energy Biomass power plant will drop from USD$ 0.187/kWh to USD$ 0.144/kWh. It will save of fuel consumption 111.625 liters/year and reduce CO2 emissions 286.457 kg/year. For gid energy purchase USD$ 0.086/kWh, Biomass power plant will be competitive if bagasse price of USD $ 12/ton."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27542
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>