Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penyakit filariasis (kaki gajah) adalah penyakit menular bersifat menahun (kronis) yang disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis Filaria golongan nematoda jaringan (cacing gelang) dari jenis keluarga Filariaordea yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang mengandung parasit Filaria (mikrofilaria) dan nyamuk sebagai vektornya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan penyakit Filariasis dan menganalisis hubungan perilaku pencegahan penyakit Filariasis di Desa Bantarkalong, kecamatan Cipatujah, kabupaten Tasikmalaya. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dan pendekatan studi cross-sectional, sampel yang diambil sebanyak 59 ornag dari jumlah pemeriksaan SDJ sebanyak 417 orang. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung. Uji hubungan digunakan Chi-Square dan dilakukan perhitungan Odds ratio. Hasil analisis proporsi kejadian Filariasis lebih tinggi pada responden dengan kategori pengetahuan kurang baik. Disarankan kepada Puskesmas untuk lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan agar masyarakat sadar terhadap pentingnya upaya pencegahan terhadap penyakit Filariasis. "
JUKEKOI 7 : 2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mardesni
"Hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi belum banyak diteliti dan mf ratenya masih diatas 1% sehingga masih mungkin terjadi penularan. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan terhadap kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2006.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode kasus kontrol, menggunakan data primer hasil wawancara dan observasi lingkungan responder_ Responder berjurniah 216 orang yang terdiri dari 72 kasus dan 144 kontrol. Analisis hasil dilakukan dengan uji statistik dari univariat sampai multivariat.
Penelitian menghasilkan faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah konstruksi rumah yang berupa plafon rumah dengan OR=2,8 pads 95% CI 1,43 - 5,47, dinding rumah nilai OR = 2,1 pads 95% CI 1,11-3,92 dan peneahayaan dalam rumah dengan OR = 6,7 pada 95% CI 1,76-25,64. Untuk lingkungan diluar rumah yang berupa rawa-rawa OR = 2,4 pada 95% CI 1,31-4,50 dan tumbuhan air OR = 2,0 pada 95% CI 1,08-3,55, perilaku yang berhubungan dengan kontak dengan nyamuk berupa perilaku memakai alat perlindungan diri OR = 2,5 pada 95% CI 1,42-4,55, perilaku menghindari did dari gigitan nyamuk OR = 2,5 pads CI 1,38-4,41 dan perilaku mencegah berkembangbiaknya nyamuk OR = 2,3 pads 95% CI 1,32-4,19. Pekerjaan didapat nilai OR = 7,4 pada 95%CI 3,29-16,45. Dalam penelitian ini pekerjaan menjadi faktor paling dominan yang berhubungan dengan filariasis karena odds ratio dan proporsi pekerjaan beresiko yang besar diantara faktor-faktor lainnya.
Sedangkan faktor-faktor yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah lingkungan diluar rumah yang meliputi areal persawahan, semak belukar dan binatang resevoar. Untuk perilaku adalah perilaku kesehatan lingkungan dan berpergian.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dalam menetapkan program prioritas pemberantasan penyakit menular, menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan dapat memberi manfaat untuk ilmu pengetahuan.

Relation among house environment, behavior and occupation with filariasis cases in Muaro Jambi Regency are not yet analyzed and mf rate is still above 1% so that infection is still possible. Therefore, research on house environment, behavior and occupation toward filariasis in Muaro Jambi Regency year 2006.
This quantitative research case control method, by primary data that are taken directly by interview and observation to respondent and local environment. The number of respondent are 216 people that consist of 72 cases and 144 controls. Result analysis is done by statistical test from univariate to multivariate step.
Research output that factor have significant relation with filariasis cases are house construction in the form of house ceiling is OR = 2,1 in 95% CI 1,11-3,92, plafond is OR = 2,8 in 95% CI 1,43 - 5,47 and inside house lighting is OR = 6,7 in 95% CI 1,76-25,64, outside house environment such as swamp is OR = 2,4 in 95% CI 1,31-4,50 and water plant is OR = 2,0 in 95% CI 1,08-3,55. For behavior that is related with contact with mosquito is using health safety equipment behavior is OR = 2,5 in 95% CI 1,42-4,55, preventive behavior from mosquito bite is OR = 2,5 in CI 1,38-4,4, land mosquito breeding prevention behavior is OR = 2,3 in 95% CI 1,32-4,19 and occupation is OR = 7,4 in 95%CI 3,29-16,45. Occupation has dominant factor of relation with filariasis because of odds ratio and proportion its risk the bigness among other factorses.
While factorses didnot have significant relation among filariasis are outdoors environment which rice field, coppice and animal resevoar. For behaviors are behavior health enviroment and mobility.
This research expected to become input material for Health Agency of Muaro Jambi Regency in decided priority program to control communicable desease, become input material for society to improve public health and give benefit for science.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Dwi Widiastuti
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran upaya keluarga dalam pencegahan penyakit filariasis. Desain penelitian adalah deskriptif, menggunakan sampel keluarga di wilayah Rumpin sebanyak102 responden, dipilih dengan teknik proportionate random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur upaya pencegahan penyakit filariasis pada aspek promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Hasil penelitian univariat didapatkan bahwa upaya pencegahan penyakit filariasis pada aspek promosi kesehatan 54,9% baik dan 45,1% tidak baik. Pada aspek perlindungan khusus 54,9% baik dan 45,1% tidak baik. Hasil penelitian memberikan informasi upaya keluarga dalam pencegahan penyakit filariasis dan diharapkan menjadi data dasar dalam upaya mengembangkan program promosi kesehatan pencegahan penyakit menular.

This study aimed to have description on family effort in filariasis prevention at Rumpin Village. This is a descriptive study which took 102 people as the sample, selected by proportionate random sampling. The data was collected by using questionnaire to measure filariasis disease prevention on health promotion aspects and specific protection. The result of this study was almost half of the respondents (54,9%) did good and 45,1% of respondents are didn’t good in doing health promotion. On specific protection, almost half of the respondents (54,9%) did well and 45,1% of respondents didn’t well in doing on the specific protection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakhrizal
"Filariasis masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena tingginya angka Mikrofilaria Rate (MFR) yaitu 3,1%, sementara WHO menetapkan angka MFR yang dapat memutus mata rantai penularan filariasis adalah <1%. Di Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam angka MFR nya 9,8%. Filariasis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor risiko salah satunya adalah kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari. Oleh karena itu peneliti ingin mencari hubungan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian filariasis.
Desain penelitian adalah kasus kontrol dimana kasus adalah penduduk yang berumur lebih dari 6 tahun yang telah diperiksa darah jarinya dengan hasil mikrofilaria positif dan ditambah dengan penderita filariasis kronis, sedangkan kontrol adalah penduduk yang berumur lebih dari 6 tahun yang telah diperiksa darah jarinya dengan hasil mikrofilaria negatif dan tidak dijumpai gejala klinis filariasis. Kasus berjumlah 33 orang sementara kontrol 111 orang. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi lansung kelapangan.
Hasil akhir penelitian ini mendapatkan model interaksi antara variabel keluar rumah pada malam hari dengan variabel pengetahuan, dimana keluar rumah pada malam hari mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian filariasis. Nilai p = 0,000 dan nilai OR nya 45,50 (95% CI 11,85-174,66) pada responden yang berpengetahuan tinggi dan OR 0,76 (95% CI 0,71-8,12) pada responden yang berpengetahuan rendah serta tidak ditemukan variabel yang merupakan konfonding terhadap variabel utama.
Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara keluar rumah pada malam hari dengan kejadian filariasis dimana responden yang berpengetahuan tinggi mempunyai risiko berada di luar rumah pada malam hari terhadap kejadian filariasis sebesar 45,5 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak keluar rumah malam hari, sementara itu responden yang berpengetahuan rendah berisiko berada diluar rumah pada malam hari terhadap kejadian filariasis hanya sebesar 0,76 kali dibanding orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada Penduduk Nagari Tiku Lima Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara diharapkan untuk dapat mengurangi aktivitas diluar rumah pada malam hari terutama saat larut malam tanpa menggunakan pelindung diri dari gigitan nyamuk, dan kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Agam melaluai Dinas Kesehatan agar melakukan penyuluhan tentang bahaya keluar rumah pada malam hari terhadap kejadian filariasis.

Filariasis is still a health problem in Indonesia, because the rate of Microfilaria Rate (MFR) is high, i.e. 3.1%, while WHO acknowledged that in order to disconnect the filariasis transmission chain, the rate of MFR should lower than 1%. The MFR on Nagari Tiku V Jorong of Tanjung Mutiara sub-district at the district of Again is 9.8%, a very high feature. One of risk factors for the occurrence of filariasis is that the habit of being outside of the house during the night. Therefore, it's important to find out how the correlation between the customs on being outside the house during the night and the occurrence of filariasis.
The design of the study is case-control. The case is people with age more than six years old that have filariasis positive upon her/his blood finger lab examination, and people having chronic filariasis. The control is people with age more than six years that have filariasis negative result on the examination of blood finger and have no clinical symptom on filariasis. The number cases found are 33 people, and controls are 111 people. Data gathered through structured interview and direct observation in the field.
The result of the study is producing an interaction model of the variable on being outside of the house during the night and variable of knowledge, which the first variable mention is being have significant relationship with the occurrence of filariasis. P value at 0.000 and the OR at 45.50 (95% CI 11.85 - 174.66) for respondents with high level of knowledge and the OR at 0.76 (95% CI 0.71 - 8.12) for respondents with low level of knowledge, and there are no variables to be confounding towards main variable.
The conclusion of the study: there is a significant correlation between being outside the house at night and filariasis occurrence. Respondents with high level of knowledge who prefer to be outside of the house at night has a risk 45.5 times more to get filariasis than those who not to be outside of the house at night. While respondents with low level of knowledge who prefer to be outside of the house at night has only risk 0.76 times more to get filariasis than those who not to be outside of the house at night.
Refer to the study results, it is suggested to the community of Nagari Tiku Lima Jorong of Tanjung Mutiara sub-district for reducing the outside of the house activities during the night, particularly without any protection from being bitten by the mosquitoes. To the district authority of Again through its health authority office (Dinkel), it is suggested to carry out mass education (penyuluhan) about the risk of being outside the house in the night towards the occurrence of filariasis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardi
"Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar geiah bening (sistem linafatik) dan dapat menyebabkan gejala klinis dan/atau kronis yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, Dad basil survei darah jari pada tahun 2001 prevalensi (Mf rate) di Sulawesi Tengah 4,1 %. Survei darah jari yang dilakukan di 4 desa yang ada di Kecamatan Ampibabo pada tahun 2005 oleh Dinas Kesehatan Parigi Moutong di dapat Microfilaria rate tertinggi desa Ampibabo yaitu 32,3%, terendah di desa Lemo yaitu 16,3%. Sementara desa Sidole 22 % dan desa Tolole 26 %.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor demografi (umur,jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan), faktor pengetahuan dan perilaku (kebiasaan pemakaian kelambu, kebiasaan bermalam di kebun pada waktu panen, kebiasaan memakai pakaian saat pergi ke kebun, pemakaian obat anti nyamuk dan kebiasaan keluar malam) dan faktor lingkungan (tempat perindukan dan konstruksi dinding rumah) dengan kej adian Filariasis Malayi.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian diambil dari hasil pemeriksaan survei darah jari. Jumlah kasus sebanyak 116 orang dan jumlah kontrol sebanyak 116 orang.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian Filarisis malayi adalah pengetahuan dengan nilai OR 4,8 (95% CI: 1,535 - 15,419), Pemakaian kelambu dengan OR 9,4 (95% CI: 2,969-29,926), kelengkapan pakaian saat pergi kekebun dengan OR 3,3 (95% CI: 1,069-10,343) dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan OR 26,2 (95% CI: 7,247-95,170). Dan faktor risiko yang paling dominan adalah kebiasaan keluar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilaksanakan penyuluhan yang intensif dengan melibatkan semua kelompok potensial yang ada di masyarakat. Masyarakat disarankan berperilaku sehat seperti memakai kelambu pada waktu tidur di malam hari, dan menggunakan pakaian lengan panjang celana panjang pada waktu-ke kebun dan pada waktu keluar rumah dimalam hari. Dan perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah setcmpat dalarn program pemberantasan penyakit Filariasis malayi.

Filariasis (Elephantiasis) is chronic contagion which because of worm of filaria, which is life in lymph gland and channel (system of lymphatic) and can cause symptom of clinical and or contagious chronic by various mosquito type. From result of survey finger blood in the year 2001 prevalence (Mf Rate) in Central Sulawesi 4,1%. Blood finger survey in 4 countryside exist in District of Ampibabo in the year 2005 by Public Health Service of Parigi Moutong in earning Mikrofilaria countryside highest rate of Ampibabo that is 32,3%, is lowered in countryside of Lemo that is 16,3%. For a while countryside of Sidole 22 % and countryside of Tolole 26 %.
Target of this research to know demography factor relation (sex, age, work type, education), knowledge factor and behavior factor (habit of usage of mosquito net, habit spend the night in garden when crop, habit wear moment clothes go to garden, usage of drug anti mosquito and habit of night exit and environmental factor (breeding place and house wall construction) with occurence of Filariasis Malayi.
This research use case control study. Research Sample taken away from result of inspection of finger blood survey. Amount of case counted 116 amount and people control counted 116 people.
From result of research of showed that Factor determinant related to occurence of Filarisis malayi is knowledge with value of OR 4,8 (95% CI: 1,535 - 15,419), Usage of mosquito net with OR 9,4 (95% CI: 2,969-29,926), equipment of moment clothes go to garden with OR 3,3 (95% CI: 1,069-10,343) and habit of nocturnal house exit with OR 26,2 (95% CI: 7,247-95,170). And most dominant risk factor is habit of nocturnal house exit.
From result of this research is suggested require to be executed by intensive counseling by entangling all potential group exist in society. Society suggested by behavior of healthy me like wearing mosquito net when sleep between two lights, and use long arm clothes of long pants when to garden and when nighttime house exit. And need the existence of support of Iocal government in program eradication of disease of Filariasis malayi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Taking part in to be KB acceptor among Fertile Couple Age woman in Countryside Jatijaya District of Gunung Tanjung Sub-Province Tasikmalaya in the reality still lower that is equal to 46 (51,1%) because pursuant to result of perception of fileld still many fertile couple Age as direct target of KB program do not protect by contraception drug or appliance. research conducted by at 90 responder that is Fertile Cuople Age woman which spread over region work Countryside Jatijaya District of Gunung Tanjung Sub-Province Tasikmalaya, target of this research that is to knowledge factor, family support, taken part in become KB acceptor (variable tied) in Countryside Jatijaya District of Gunung Tanjung Sub-Province Tasikmalaya Year 2007, used by research type is Explanatory Research and use survey method with approach of Cross sectional. Analysis Data result of research use Rank Spearman test and Chi square test at mistake level 5%. Counted 46 responder or equal to 51,1% taking part in in its KB still less, 26 responder 28,9% what take part in in its KB [is], and only 18 responder which take part in in its KB have goodness, that is equal to 20,0% from amount of entire /all accurate responder or or only some of just small. result of research [of] menunjukan that there is [relation/link] [among/between] knowledge (assess P 0,000), and support family (assess P 0,000),. suggestion in this research [is] so that improved [by] KB participant as one of [the] effort to [be] is secure and prosperous [of] society."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ely Setyawati
"Penyakit Kaki Gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filariasis. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan bersifat menahun (kronis). Dari segi epidemiologi, penyakit ini memerlukan beberapa factor untuk terjadinya penularan, diantaranya adanya manusia sebagai hospes, nyamuk sebagai vector dan lingkungan yang mendukung kehidupan vector. Berdasarkan hasil survai cepat tahun 2000, Jawa barat menempati urutan pertama kasus kronis filariasis yaitu sebanyak I56 kasus dibanding kasus kronis pada Jawa Timur 142 kasus, Jawa Tengah 136 kasus dan DKI Jakarta 12 kasus serta DI Yogyakarta 7 kasus (Rapid Mapping,2000). Penderita kronis di Kabupaten Bekasi sampai dengan tahun 2003 terjadi peningkatan (50 kasus klinis). Mengacu kepada terminology spatial bahwa penyakit tidak mengenal Batas administrasi namun lebih mengenal kepada ekosistem serta mengacu kepada epidemiologi penyakit filariasis maka dilakukan penelitian spatial kejadian penyakit filariasis di Kabupaten Bekasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan identifikasi faktor-faktor geografi (fisik dan iklim) serta demografi terhadap kejadian penyakit filariasis, hal ini guna mendukung program eliminasi penyakit Kaki gajah di Indonesia khususnya di Kabupaten Bekasi.
Desain penelitian merupakan studi ekologi exploratory dengan variabel penelitian adalah geografi (fisik: topografi, pola sµngai dan keberadaan situ, pengunaan lahan dan perubahannya, Iklim yaitu pola curah hujan), demografi (kepadatan dan persebaran penduduk) dengan sumber data agregat yang selanjutnya melalui pendekatan analisis spatial dilakukan overlay terhadap seluruh variabel independent dengan variabel dependent untuk mencari hubungan positif dan penentuan mode akhir prediksi daerah beresiko penyebaran filariasis.
Hasil penelitian menunjukkan sampai dengan tahun 2003 wilayah endemis penyakit filariasis di Kabupaten Bekasi mencakup 13 Kecamatan pada 17 Puskesmas dengan penyebaran di 20 desa dengan 50 kasus dengan Mf rate (+) 155 kasus 1,3%. Penyebaran Mf rate (+) berkisar antara jarak 5-500 meter dari kasus klinis. Pola Spatial Geografi secara fisik dan iklim terhadap penyebaran kasus filariasis adalah: berada pada pola ketinggian kurang dari 25 mdpl, banyak berkumpul pada pola aliran sungai yang rapat dimana geomorfologinya Iebih dikenal dengan pembentukan sungai dewasa dengan kategori kerapatan sungai yang tinggi, dan banyak berada pada wilayah perdesaan dengan pengguriaan lahan basah (pertanian). Pola curah hujan kearah 1501-2000 mmltahun dan kurang dari 1500 mmltahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap tahunnya <100 hari hujan. Pola spatial demografi, penyebaran filariasis lebih banyak pada area penduduk yang jarang dengan kategori 3 -- 33 jiwa/ha. Dengan kerapatan jalan yang rendah. Hasil Overlay keseluruhan variabel menghasilkan daerah beresiko tinggi penyebaran filariasis, Iebih mengarah kearah utara Kabupaten Bekasi.
Adanya kecenderungan terhadap peningkatan kasus filariasis yang ditunjukkan dengan angka Mf rate (+) perlu diwaspadai akan penyebaran kasus selanjutnya. Untuk itu pentingnya sistim kewaspadaan dini terhadap intervensi lingkungan dan dengan kegiatan survailans aktif terhadap penemuan kasus klinis yang lainnya atau dengan teknik sosialisasi serta perlu adanya perhatian khusus terhadap variabel factor lingkungan fisik melalui pengamatan secara langsung atau membangun base line data dasar (GIS) terhadap variabel Geografi secara fisik.

Spatial Analysis of Filariasis Disease Occurrences in Bekasi Regency in the Year of 2003.Elephantiasis (filariasis) is a chronicle contagious disease caused by worm named filariasis. The disease is carried by various type of mosquito and it is a chronic-type disease. From the epidemiological view, there are some factors needed make it spread out, that is the existence of human as a host, mosquito as a carrier or vector, and friendly environment for the vector itself. Refer to research in 2000, West Java took the first place for filariasis cases that is 156 cases while in East Java 142 cases, Central Java 136 cases, DKI Jakarta 12 cases and in Yogyakarta 7 cases (Rapid Mapping, 2000).Until 2003, there is an increase of of filariasis case in Bekasi (50 clinical cases). According to spatial terminology, the disease does not know administration boundary rather than ecosystem. And refer to filariasis epidemiologist consideration, some experts tried to conduct spatial research about filariasis disease occurrences in Bekasi. The target of this research is to define and identify geographical (physical and climate) and demographical factors of filariasis disease, it means to support the elephantiasis elimination program in Indonesia especially in Bekasi.
The design of research represents ecological exploratory study using variables like geography (physical: topography, pattern of river and the existence of Lake, the use of land and it changes, the climate or rainfall pattern), demography (resident density and disseminating) using aggregate data source combined with spatial analysis approach, all independent variables are overlaid to the entire dependent variables to look for positive relationship and determine final mode of prediction about an area with high risk lilariasis spreading
The Result shows that up to year 2003 endemic region of lilariasis in l3ekasi include: 13 Sub-districts on 17 Puskesmas where the spreading is in 20 villages with 50 cases and Mt-rate is (Al 155 cases or 1.3%. Mf rate(A 1 spreading ranging from 5 lo 500 meters from clinical case. Geographical spatial patterns, physically and climate, toward the spreading is: lies between less than 25 mdpl of height. gathers in rapid stream river pattern which close where its geomorphology known as adult river forming with high density river category, which lies a lot in regions having wet farm (agriculture). Rainfall pattern about '501-2000 mmlvear and less than 1500 mm/year with daily rain rate in each year 100 rainy day.
Demographical spatial pattern, lilariasis' spreading is greater in an area that lack of people or 3-33 soul: Ha and low street density. The result of entire overlay of all variables yields a high-risk area of lilariasis spreading, tend to the Northern Bekasi Regency.
A tendency about the increase of lilariasis case showed by Mf rate (--) the next spreading need to concerned. Therefore, we need an awareness system about environmental intervention and an active surveillance activity to recognize other clinical case or by social technique and special attention about physical environmental variable factors through direct observation or base line data base (GIS) toward Geographical variable physically.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi penerima transmigrasi. Transmigrasi ini antara lain berasal dari Pulau Flores yang merupakan daerah endemik filariasis timori. Untuk mengetahui apakah ada dampak transmigrasi terhadap penyebaran penyakit filariasis, telah dilakukan survey di Desa Semanggang, kabupaten Waringin Barat, Kalimantan Tengah pada bulan Agustus 1992. Desa ini merupakan daerah transmigrasi yang penduduknya berasal dari Pulau Flores, Pulau Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan terhadap 558 penduduk dari 2 desa yang didapat secara random sampling. Selain pemerikasaan mikrofilia dalam darah tepi yang diambil pada malam hari, juga dilakukan tes periodisitas dan pengumpulan nyamuk dengan light trap dan landing collection. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania
"Filariais is a tropical disease , which is caused by microfilaria of filarial worm and is spread by mosquitoes bites and shows acute or chronic clinical manifestation. Therefore, this disease becomes one of national priority to eradicate infectious diseaseand listed as medium-term National development plan 2010 --2014. Mass-drug administration (MDA) program for filariasis has been done in Depok since 2008. Yet, there are still gap in realization of mass drug administration for prevent filariasis in Sukmajaya and Tirtajaya and there had never been done any researches about this program before. Now, we're doing a research about relationship between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis.
This research is used consecutive sampling cross sectional methode with questionnaire in target population with CI 95%. In the results we know the p value is more than 0,05 in both village. So there are no relation between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis. Implementation of mass-drug administration distribution to prevent filariasis using standard operational number at Tirtajaya is 5.7% and Sukmajaya 7%. So that, drug coverage number is also low. Thus, in the next research it is suggested to distributing mass drug administration to prevent filariasis based on standard operational then the similar research done later. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyono
"ABSTRAK
Filariasis atau kaki gajah ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Penularan filariasis terjadi bila terdapat sumber penular yaitu manusia dan hewan hospes, parasit cacing filaria, vektor yaitu nyamuk yang infektif, manusia yang rentan, serta kondisi lingkungan yang sangat potensial untuk perkembang-biakan vektor, perilaku masyarakat yang berisiko lebih sering kontak dengan nyamuk. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian filariasis. Metode penelitian ini adalah penelitian Analitik observasional dengan desain case-control menggunakan pendekatan study retrospektif yaitu untuk menganalisis efek penyakit atau status kesehatan pada saat ini dan mengukur besar faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian filariasis pada masa yang lalu. Jumlah sampel sebanyak 126 responden, dengan perbandingan kasus : kontrol 1:2, dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan Keberadaan rawa P:0,000;OR:5,200, Keberadaan sawah P:0,041;OR:8,200, Keberadaan hutan semak P:0,001;OR:6,460, Jenis Pekerjaan P:0,000;OR:9,500, Tingkat Pengetahuan P:0,000; OR:5,399, Kebiasaan keluar rumah malam hari P:0,000;OR:7,300, Kebiasaan memakai obat anti nyamuk P:0,004;OR:3,300, Kebiasaan menggunakan kelambu P:0,000;OR:7,045, Keberadaan vektor P:0,000;OR:7,263, dengan kejadian Filariasis, dan pada uji regresi logistic menunjukan faktor risiko paling signifikan Keberadaan hutan semak P:0,002;OR:48,700, Jenis Pekerjaan P:0,004;OR:39,919, Tingkat Pengetahuan P:0,013;OR:11,206, Kebiasaan Keluar rumah malam hari P:0,040;OR: 5,833, Kebiasaan memakai obat anti nyamuk P:0,005;OR:10,680, dan Keberadaan vektor P:0,005;OR:12,036 dengan kejadian Filariasis. Kesimpulan ada hubungan faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian Filariasis, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan mengurangi faktor risiko dan edukasi kepada masyarakat tentang upaya promosi dan pencegahan penularan filariasis.

ABSTRACT
Filariasis or elephantiasis is a chronic infectious disease caused by filarial worm infection and is transmitted through the bite of various types of mosquitoes. Transmission of filariasis occurs when there is a transmitting source of humans and animals the host, parasites filari worms, vectors of infective mosquitoes, vulnerable humans, and potential environmental conditions for vector breeding, risky behavior of peoples more frequent contacts With mosquitoes. The purpose of the study was to analyze the environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis incidence. This research method is observational analytic research with case control design using retrospective study approach that is to analyze the effect of disease or health status at this time and measure big risk factor which have influence to filariasis incident in the past. The sample counted 126 respondents, with case comparison control 1:2, conducted by interview and observation. Chi square test P 0,041, OR 5,200, Presence of paddy field P 0,041, OR 8,200, Presence of paddy field P 0,001, OR 6,460, Type of Work P 0.000 OR 9,500, Knowledge Level P 0,000 OR 5,399, Nighttime out habits P 0,000 OR 7,300, Habits of using anti mosquito P 0,004 OR 3,300, Habit P 0,000 OR 7,045, presence of vector P 0,000 OR 7,263, with occurrence of filariasis, and on logistic regression test showed the most significant risk factor Presence of bush forest P 0,002 OR 48,700 P 0,004 OR 39,919, Knowledge Level P 0,013 OR 11,206, Night Out Habits P 0,040 OR 5,833, Habits of using mosquito repellent P 0,005 OR 10,680, and the presence of a vector P 0.005 OR 12,036 with filariasis occurrence. Conclusion there is a relationship of environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis occurrence, so it is necessary to do prevention efforts by reducing risk factors and education to the public about the promotion and prevention of filariasis transmission."
2017
T48823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>