Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam setiap kegiatan militer terutama perang udara, radar berperan penting sebagai mata sekaligus telinga baik dalam sistem pertahanan maupun sistem penyerangan udara. Radar menentukan tempat kedudukan sasaran serta memberi peringatan dini akan adanya sasaran yang membahayakan. Mengingat kegunaan radar dalam kehidupan militer demikian banyak maka dalam kegiatan militer wajib mengetahui sistem radar mulai prinsip kerja hingga hingga perkembangan dan kegunaannya. Perkembangan terbaru dari teknologi radar saat ini adalah dikembangkannya teknologi tandingan dari radar yaitu sistem anti radar yang memungkinkan suatu benda tidak dapat dideteksi radar.
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam ilmu pengetahuan khususnya tentang material anti radar yang dikembangkan oleh berbagai negara maju serta mencapai kemandirian bangsa dalam bidang pertahanan. Sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah penyerapan absorber gelombang radar yang dapat diterapkan pada berbagai perangkat tempur seperti pesawat, Unmanned Aerial Vehicle (UAV), kapal dan peralatan tempur lainnya."
321 LPI 17:33 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adil
"Logam titanium merupakan salah satu biomaterial yang banyak digunakan untuk aplikasi implan. Sayangnya, material ini memiliki kemampuan osseointegrasi yang tidak baik. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pelapisan permukaan Titanium dengan CaCO3 untuk meningkatkan kekasaran permukaan. Pelapisan logam Ti menggunakan Kalsium Asetat Ca(C₂H₃OO)₂ dengan variasi konsentrasi 0,5 M dan 1 M, kemudian dilakukan pembakaran pada suhu 500 oC. Hasil SEM-EDS menunjukkan terbentuk lapisan yang menyerupai jarum pada permukaan Titanium dengan kandungan Ca yang semakin tinggi seiring konsentrasi Ca(C₂H₃OO)₂  yang meningkat. Analisis XRD mengkonfirmasi bahwa lapisan yang terbentuk adalah CaCO3. Pada pelapisan CaCO3 0,5 M pada Titanium kekasaran permukaan Ra 0,48 dan  konsentrasi 1 M memiliki kekerasan permukaan Ra 1,49. Nilai kekerasan setelah pelapisan dengan CaCO3 konsentrasi 0,5 Ma adalah  272,44 dan 1 M memiliki kekerasan 172,67. Uji sudut kontak untuk konsentrasi 0,5 M  memiliki sudut sebesar 34,24o dan untuk konsentrasi 1 M memiliki sudut 0o. Penelitian ini menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan Titanium telah berhasil dilakukan menggunakan metode dekomposisi Ca(C₂H₃OO)₂ menjadi CaCO3. Permukaan implan yang kasar telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sifat osseointegrasi implan dengan jaringan sekitar tulang.

Titanium is one of the most widely used biomaterials for implant applications. Unfortunately, this material has poor osseointegration ability. The purpose of this study was to coat the surface of Titanium with CaCO3 to increase the surface roughness. The coating procedure was done by using Calcium Acetate Ca(C2H3OO2)2 with varying concentrations of 0.5 M and 1 M, then burned at a temperature of 500 oC. The SEM-EDS results showed that a needle-like layer was formed on the surface of Titanium with a higher Ca content as the concentration of Ca(C2H3OO2)2 increased. XRD analysis confirmed that the layer formed was CaCO3. In the CaCO3 coating with a concentration of 0.5 M, Titanium has a surface roughness of Ra 0.48 and a concentration of 1 M has a surface hardness of Ra 1.49. The hardness value after coating with 0.5 Ma concentration of CaCO3 is 272.44 and 1 M has a hardness of 172.67. The contact angle test for a concentration of 0.5 M has an angle of 34.24o and for a concentration of 1 M it has an angle of 0o. This study shows that the increase in surface roughness of Titanium has been successfully carried out using the decomposition method of Ca(C₂H₃OO)₂ to CaCO3. A rough implant surface has been scientifically proven to improve the osseointegration property of the implant with the surrounding bone tissue.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matthew
"Permintaan terhadap material hidrofobik dan superhidrofobik diprediksi akan meningkat 187.61% pada tahun 2024 dari tahun 2015. Material umum yang dapat digunakan sebagai bahan baku material superhidrofobik adalah carbon nanotubes, graphene, dan silica. Dari ketiga bahan baku tersebut silika merupakan bahan baku yang murah dan mudah didapatkan. Silika didapatkan dengan cara menambang pasir dari pantai atau sungai. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur berdampak besar terhadap permintaan pasir. Penambangan pasir memiliki dampak buruk seperti pendangkalan sungai, abrasi air laut, dan lain-lain. Untuk mengurangi dampak dari pertambangan pasir maka diperlukan pencarian sumber silika dari tempat lain yang lebih ramah lingkungan. Salah satu sumber silika yang melimpah adalah terak feronikel. Terak feronikel adalah residu sisa dari proses ekstraksi nikel. Terak feronikel mengandung 45.7% SiO2. Penelitian ini menjelaskan proses sintesis silika hidrofobik dari terak feronikel untuk diaplikasikan sebagai campuran untuk pelapisan bitumen. Metode yang digunakan adalah fusi alkali, pelindian air, presipitasi silika, pelindian dengan asam stearat dan media etanol, dan pencampuran silika dengan bitumen. Dalam penelitian ini, hasil sintesis partikel silika hidrofobik memiliki sudut kontak air sebesar 107.558º dengan ukuran partikel silika hidrofobik di antara 2.5 – 27.77 µm dan rata-rata ukuran partikel 9.43 µm.

Hydrophobic and Superhydrophobic material demand growth forecasted will increase 187.61% in 2024. Carbon nanotubes, graphene, and silica are the most common raw material for superhydrophobic material use. Silica is the cheapest and easiest to obtain compared to CNT and graphene. Silica were obtained through sand mining from beaches or rivers. Increase growth in infrastructure construction lead to increase in sand mining operation. Sand mining operation caused negative impact to the environment such as river shallowing, sea water abrasion, etc. Therefore, we need to find other sources of silica that does not cause harm to the environment. Ferronickel slag is one of the other sources that contain substantial amount of silica. Ferronickel slag contain 45.7% SiO2. This research will explain synthesis process of hydrophobic silica from ferronickel slag as additive for bitumen coating. This research consist of 5 process, such as alkaline fusion, water leaching, silica precipitation, stearic acid and ethanol leaching, and mixing of hydrophobic silica and bitumen. In this research, hydrophobic silica particle reach 107.558º contact angle with particle diameter range from 2.5 – 27.77 µm and average particle size 9.43 µm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengetahuan tekhnogi coating anti radar merupakan hal yang harus dimiliki oleh komponen pertahanan negara. Hal ini dikarenakan oeleh semakin berkembang pesatnya teknologi radar saat ini, dimana dengan adanya radar maka kedudukan dari alutsista dapat diketahui dari jarak jauh. Oleh karena itu, untuk mendudkung pertahanman negara, terutama misi-misi pengintaian , dibutuhkan suatu usaha untuk dapat menyamarkan alutsista sehingga tidak terdeksi oleh radar musuh. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan Coating Radar Absorhing Material (RAM) pada badan ranpur. Dalam penelyian ini dilakukan rekayasa nanostruktur material ferrite menggunakan paduan fasa ferrite Bafe (MnCo), T1, O19 untuk mereduksi radar. Pengujian material tersebut dilakukan dengan dua metode, yaitu metode material serta refleksitivitas yang dimilikinya"
JIP 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Lestari
"ABSTRAK
Coating Ni-P-nano powder Al2O3 yang dibuat dengan metode electroless kodeposisi memiliki keunggulan yaitu prosesnya tidak membutuhkan elektroda, laju deposisi yang cepat dan memiliki ketahanan korosi dan aus yang baik. Pada penelitian ini, parameter yang divariasi adalah komposisi penambahan nano powder Al2O3 dan temperatur heat treatment setelah proses electroless. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena struktur mikro, fasa dan kristalinitas, komposisi kimia dan distribusi unsur di permukaan coating, dan ketahanan korosi komposit coating Ni-P-nano powder Al2O3. Substrat yang digunakan yaitu Stainlesss Steel 410 di pretreatment untuk mengaktivasi permukaan, kemudian direndam dalam larutan yang terdiri dari nikel sulfat, natrium hypophosphite, ammonium sulfat, sodium asetat, lead asetat dan serbuk nano alumina. Substrat direndam selama 60 menit, dalam suhu proses 90±2°C dengan kecepatan putaran 150 rpm. Setelah proses electroless coating, substrat kemudian di heat treatment pada suhu 300, 400 dan 500°C. Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan alat SEMEDS, XRD, dan CMS. Dari hasil percobaan menunjukkan terdapat perbedaan visual antara substrat logam dasar, substrat setelah proses electroless coating, dan substrat setelah diheat treatment. Berdasarkan variabel percobaan, untuk komposisi nano powder Al2O3 yang optimum adalah 10 gr/l dan temperatur heat treatment 400°C karena memberikan distribusi partikel dan ketahanan korosi yang paling baik.

ABSTRACT
The Ni-P-nano powder Al2O3 composite coating have been prepared by electroless codeposition method. It has advantage that the process does not require an electrode, fast deposition rate, good corrosion and wear resistance. In this study, the parameters are varied is the addition of nano powder Al2O3 composition and heat treatment temperature after electroless process. The aim of this research is to determine microstructure phenomenon, phase and crystalinity, chemical composition and distribution on coating surface, and corrosivity Ni-P-nano powder Al2O3 composite coating. The substrate is used stainless steel 410. Substrates have been pre treated in order to activate the surface. Then, substrate immersed in solution that consisting of nickel sulfate, sodium hypophosphite, ammonium sulfate, sodium acetate, lead acetate dan nano alumina powder. The substrate is immersed about 60 minutes at a 90±2°C temperature with speed of 150 rpm. After electroless coating process, the substrate is heat treated at 300, 400, and 500°C temperatures. Sample characterization has done by SEM-EDS, XRD, and CMS. From the experimental results indicate there is a visual difference between substrate before and after electroless coating, and after heat treatment process. Based on variable experinment, the optimum nanopowder Al2O3 composition is 10 gr/l and a temperature heat treatment of 400°C which have given the best paticle distribution and most excellent corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Stefan
"[ABSTRAK
Saat ini, penggunaan gliserol masih sangat sedikit sekali. Padahal, potensinya besar karena dapat dengan mudah didapatkan sebagai sisa dari pembuatan biodiesel. Salah satu cara untuk memanfaatkan gliserol ini adalah dengan menggunakan gliserol sebagai bahan dasar pembuatan pelapis poliuretan sebagai lapisan anti abrasi pada logam. Poliuretan dikenal sebagai salah satu jenis polimer yang memiliki ketahanan abrasi yang tinggi. Pada penelitian ini, akan dilakukan uji terhadap performa anti abrasi dari pelapis poliuretan dengan bahan baku gliserol, asam lemak dan phthalic anhydride. Asam lemak digunakan dalam penelitian ini adalah asam oleat dam asam stearat. Pelapis poliuretan dilapiskan pada plat alumunium sebagai plat sampel. Uji abrasi dilakukan dengan alat abrasi sederhana dengan menggunakan pasir sebagai media abrasi. Dari penelitian ini, performa ketahanan abrasi dari sampel dilihat dari nilai wear rate (gram/cm2.menit) yang akan merepresentasikan banyaknya sampel atau pelapis yang hilang per satuan luas sampel yang digunakan.

ABSTRACT
Nowadays, glycerol usage is still low. However, glycerol potential is big and also easy to get as the byproduct of biodiesel production process. In order to increase the usage of glycerol, glycerol can be used as material to make polyurethane coating as metal anti abrasion coating. Polyurethane is well known as one of polymer which has great abrasion resistance. In this research, there will be a test to determine abrasion resistant of polyurethane coating made by glycerol, fatty acid and phthalic anhydride. Oleic acid and stearic acid are fatty acid that will be used in this research. The polyurethane coating will be coated in alumunium plate as sample plate. Abrasion test will be conducted using abrasion device which use sand as abrasive material. From this research, the anti abrasion performance of polyurethane coating will be measured by calculating wear rate (gram/cm2.minute) that will represent amount of sample or coating mass loss per area of used surface sample., Nowadays, glycerol usage is still low. However, glycerol potential is big and also easy to get as the byproduct of biodiesel production process. In order to increase the usage of glycerol, glycerol can be used as material to make polyurethane coating as metal anti abrasion coating. Polyurethane is well known as one of polymer which has great abrasion resistance. In this research, there will be a test to determine abrasion resistant of polyurethane coating made by glycerol, fatty acid and phthalic anhydride. Oleic acid and stearic acid are fatty acid that will be used in this research. The polyurethane coating will be coated in alumunium plate as sample plate. Abrasion test will be conducted using abrasion device which use sand as abrasive material. From this research, the anti abrasion performance of polyurethane coating will be measured by calculating wear rate (gram/cm2.minute) that will represent amount of sample or coating mass loss per area of used surface sample.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinush Fedrikdo Paltgor
"Pelapisan berbasis epoksi seperti Fusion Bonded Epoxy (FBE) banyak digunakan untuk pipa gas/minyak karena menunjukkan ketahanan kimia yang tinggi, permeabilitas yang sangat rendah terhadap ion klorida, fleksibilitas mekanik yang baik, daya rekat yang kuat pada baja. Pada pipa pancang (diameter>40 inci), sangat sulit dilakukan aplikasi pelapisan di PT X karena kemampuan mesin induksi untuk memanaskan pipa dengan temperatur aplikasi yang direkomendasikan oleh manufaktur cat. Penambahan 1, 2, 3 % wt 2-methylimidazole (2MI) dilakukan ke dalam campuran basis epoxy phenol-formaldehyde, glycidyl ether polimer untuk mempercepat proses pengeringan dan menurunkan temperatur aplikasi. Analisa termal dilakukan dengan Differential Scanning Electron (DSC) dimana penambahan 3%wt 2MI didapatkan penurunan maksimum sebesar 134,76oC karena pengurangan energi aktivasi. Penambahan 2MI bersifat sebagai katalis dalam reaksi pengeringan yang ditunjukan pada hasil uji Fourier Transform Infrared (FTIR), dimana 2MI dapat membuka ring epoksi untuk mempercepat proses pengeringan. Analisa karakterisasi elektrokimia dengan menggunakan polarisasi potensiodinamik dimana laju korosi paling baik yaitu 0,00991 mm/tahun dan rapat arus sebesar 0,847µA/cm2, pada penambahan 1%wt 2MI. Hasil pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) untuk mengetahui tahanan transfer muatan dan kapasitansi kapasitor pelapisan maksimal pada penambahan 1%wt 2MI sebesar 9,9 k? dan 8,45 x 10-5 F. Cathodic Disbondment Test (CD-Tes) dilakukan untuk mengetahui radius pelepasan pelapisan dibawah pengaruh arus proteksi katodik yaitu 4.32mm. Karena penambahan lebih akan mengurangi densitas cross-linking karena adanya adduct epoksi-imidazol. Analisa mekanikal dengan pengujian tarik adhesi pelapisan (cat), penambahan 2MI 2%wt sebesar 7,28 Mpa dan mengalami penurunan setelah diberikan penambahan 3%wt 2MI menjadi 6,63 Mpa . Fleksibilitas juga dilakukan pada derajat defleksi 3o mengalami kerusakan karena penambahan 2MI akan meningkatkan nilai kekakuan pelapisan. Penambahan 2MI tidak berpengaruh besar pada tingkat porositas dari pelapisan dengan aplikasi temperatur rendah 170-175oC dimana seluruh sampel mencapai skala 1 secara penampang bujur dan interfasa antara pelapisan dan permukaan pipa baja. Sehingga penambahan 1%wt 2MI sangat baik untuk aplikasi temperatur rendah 170-175oC pada pipa pancang dengan performa pelapisan yang sangat baik.

Epoxy based coatings such as Fusion Bonded Epoxy (FBE) are widely used for gas/oil pipelines because they exhibit high chemical resistance, very low permeability to chloride ions, good mechanical flexibility, strong adhesion to steel. On the pile pipe (>40 inches in diameter), it is very difficult to apply the coating at PT X because of the ability induction machine to heat the pipe according to the application temperature recommended by the paint manufacturer. The addition of 1, 2, 3 % wt 2-methylimidazole (2MI) was carried out into the epoxy phenol-formaldehyde base mixture, glycidyl ether polymer to accelerate curing process and lowering the application temperature. Thermal analysis conducted using Differential Scanning Electron (DSC) where the addition of 3% wt 2MI resulted in a maximum decrease to 134.76oC due to reduced activation energy. The addition of 2MI acts as a catalyst in the curing reaction as shown in the results of the Fourier Transform Infrared (FTIR) test, where 2MI can open the epoxy ring to increase curing process. Electrochemical characterization analysis using potentiodynamic polarization show the best corrosion rate is 0.00991 mm/year and current density is 0.847µA/cm2, at the addition of 1% wt 2MI. Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) conducted to determine the charge transfer resistance and maximum coating capacitor capacitance at the addition of 1%wt 2MI of 9.9 k? and 8.45 x 10-5 F. Cathodic Disbondment Test (CD-Test) was conducted to determine disbondment radius of the coating under the influence of the cathodic protection current is 4.32mm. Because the addition of more 2MI will reduce the cross-linking density due to the presence of epoxy-imidazole adducts. Mechanical analysis by pull off adhesion test, the addition of 2MI 2%wt was 7.28 MPa and decreased after being given the addition of 3%wt 2MI to 6.63 MPa. Flexibility test show at a degree of deflection of 3o damaged because the addition of 2MI will increase the coating stiffness. The addition of 2MI did not have a major effect on the porosity of the coating with low temperature applications of 170-175oC where all samples reached rate 1 in longitudinal cross-section and the interface between the coating and the steel pipe surface. So the addition of 1% wt 2MI is very good for low temperature applications of 170-175oC in piles with very good coating performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Naufal Aulia
"ABSTRAK
Kondisi operasi yang agresif dalam berbagai bidang industri yang mengharuskan komponen-komponen didalamnya seperti pipa dan tube bekerja secara terus menerus dan sering kali menuntun kepada kegagalan. Kegagalan suatu komponen dalam suatu industri tentunya dapat membuat proses produksi terhenti untuk sementara waktu dan tentunya menimbulkan kerugian. Untuk dapat memperpanjang umur pakai komponen, high velocity oxygen fuel (HVOF) dianggap sebagai metode pelapisan yang sesuai. Sebelum melakukan pelapisan maka diperlukan proses persiapan permukaan terlebih dahulu, metode yang dipilih adalah grit blasting. Variasi yang dilakukan pada saat proses grit blasting berlangsung dapat menghasilkan kekasaran permukaan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kekasaran permukaan substrat terhadap sifat mekanik lapisan paduan berbasis kobalt (cobalt base alloy) dengan metode HVOF. Kekasaran permukaan berbeda pada dua substrat berbeda yaitu ASTM SA213 T91 dan JIS G 3132 SPHT-2 diperoleh dengan memvariasikan tekanan (2, 3, 4, dan 5 bar) saat proses grit blasting berlangsung. Karakterisasi pada lapisan paduan berbasis kobalt difokuskan kepada struktur mikro, keausan lapisan, distribusi kekerasan mikro Vickers, dan tingkat porositas. Hasil ditemukan bahwa dengan meningkatkan tekanan grit blasting akan meningkatkan kekasaran permukaan tersebut dan meningkatkan penguncian mekanis antara lapisan dan subsratnya. Struktur mikro yang terbentuk merupakan tumpukan lamel dengan adanya porositas yang terjebak diantaranya. Pelapisan paduan berbasis kobalt dengan metode HVOF dapat meningkatkan kekerasan hingga dari 130-230 HV0,3 hingga 700-800 HV0,3. Perhitungan persen volume yang terbentuk menunjukan hasil dibawah 2%.

ABSTRACT
Aggressive operating condition in various industrial fields which forcgin components within such as pipe and tube works continuously often lead to material failure. The failure of components in and industry would be able to make the production process stop and of course result in losses. To be able to extend the lifespan of components high velocity oxygen fuel (HVOF) is regarded as a suitable method. Before performing coating the surface preparation process is needed first, the chosen method is grit blasting. Variations were performed at the grit blasting takes place can produce different surface roughness. This study aims to determine the offect of surface rougness of the substrate to the mechanical properties of cobalt base alloy, with HVOF method. Different surface roughness at two different substrate namely ASTM SA213 T91 and JIS g 3132 SPHT-2 was obtained by varying the pressure (2, 3, 4, and 5, bars) when grit blasting take places. Characterization of the cobalt base alloy coating focused on the microstructure, specific wear rate, hardness distribution, and porosity. The result found that increasing the pressure at grit blasting process will increase the surface roughness and improve the mechanical interlocking between coating and substrate. Microstructure formed lamellar pile with trapped porosity between them. Cobalt base alloy coating with HVOF method enhance surface hardness from 130-230 HV0,3 to 700-800 HV0,3. All porosity measurement showed result below 2%."
2016
S62969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Muharam
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2006
T39833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallen Damayanti
"Blok hidroksiapatit yang dibuat melalui metode sintering sulit teresorpsi di dalam tubuh karena memiliki kristalinitas yang tinggi. Blok hidroksiapatit dengan kristalinitas rendah dapat dibuat melalui reaksi disolusi presipitasi. Kalsium sulfat dihidrat memenuhi persyaratan sebagai prekursor reaksi disolusi presipitasi, yaitu biokompatibel dan secara termodinamik lebih stabil dibandingkan dengan hidroksiapatit. Penelitian ini bertujuan menghasilkan blok hidroksiapatit menggunakan prekursor blok CaSO4.2H2O dengan metode disolusi presipitasi. Spesimen dibuat dengan mencampurkan bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio akuades banding bubuk 0,5. Blok CaSO4.2H2O direndam di dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L dan dipanaskan pada suhu 80˚C selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Karakterisasi blok hidroksiapatit dilakukan dengan uji X-ray Diffraction (XRD), kemudian data yang didapatkan dianalisis menggunakan Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Uji kekuatan tarik diametral (DTS) dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanik spesimen. Tidak terdapat fasa hidroksiapatit yang teridentifikasi pada seluruh kelompok spesimen. Fasa yang teridentifikasi pada kelompok yang direndam selama 24 jam adalah CaSO4.2H2O, CaSO4, dan Ca(OH)2. Sedangkan pada kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam, fasa yang teridentifikasi adalah CaSO4 dan Ca(OH)2. Berdasarkan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane (IBM SPSS 2.0), terdapat penurunan nilai DTS yang signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah perendaman selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Penurunan nilai DTS juga signifikan antara kelompok yang direndam selama 24 jam dengan kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai DTS kelompok 48 jam dan 72 jam. Disimpulkan bahwa hidroksiapatit tidak terdeteksi pada kelompok spesimen CaSO4.2H2O yang direndam dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

Sintered hydroxyapatite cannot be resorbed in the body due to its high crystallinity. Low crystalline hydroxyapatite can be fabricated through dissolution-precipitation reaction. Calcium sulfate dihydrate meets the requirements to be used as a precursor for dissolution-precipitation reaction, that is biocompatible and thermodynamically more stable than hydroxyapatite. The aim of this study was to produce hydroxyapatite block using CaSO4.2H2O based on dissolution precipitation method. Specimens were made from CaSO4.1/2H2O powder mixed with distilled water at a water-to-powder ratio of 0,5. The CaSO4.2H2O blocks were immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours each. For characterization of the specimens, X-ray Diffraction (XRD) analysis was used and data obtained from the test was analyzed with Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Diametral tensile strength (DTS) was used for mechanical strength evaluation. There was no hydroxyapatite phase identified in all groups of specimens. The phases identified in group with 24 hours immersion time were CaSO4.2H2O, CaSO4, and Ca(OH)2. Whereas in group with 48 and 72 hours immersion time, the phases identified were CaSO4, and Ca(OH)2. Based on statistical analysis using One Way Anova and Post-Hoc Tamhane tests (IBM SPSS 2.0), there was a significant decrease in DTS value between group of specimens before and after immersion for 24, 48, and 72 hours. The decrease in DTS value was also significant between group of specimens with 24 hours immersion time and groups of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time. But, the difference between group of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time was not significant. It was concluded that there was no hydroxyapatite phase identified in groups of specimens immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>