Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Bahasa isyarat merupakan bahasa yang mengutamakan komunikasi visual, pengguna bahasa ini menggunakan orientasi, bentuk, dan gerakan tangan, lengan, tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Para tunawicara menggunakan bahasa isyarat untuk mengatasi keterbatasan mereka dalam berkomunikasi. Namun, berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat seringkali menyulitkan dan membatasi komunikasi dengan orang lain khususnya orang normal yang umumnya tidak memahami bahasa isyarat. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya penerjemahan bahasa isyarat tersebut menjadi bahasa yang umum atau mudah dipahami oleh lawan bicara."
JURTEL 17:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Aprilia
"Anak tunarungu seringkali didapati mengalami keterlambatan fungsi kognitif yang berakibat pada keterlambatan pencapaian akademis, namun keterlambatan tidak terjadi pada visual-spatial working memory, yang biasa digunakan dalam pemecahan soal matematika. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa visual-spatial working memory pada anak tunarungu berbeda akibat metode komunikasi anak tunarungu yang mengandalkan penglihatan. Sedikit penelitian yang memperlihatkan gambaran kapasitas visual-spatial working memory secara utuh pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tersebut yang didapat melalui pengisian kuesioner mengenai penggunaan metode komunikasi dan pengukuran visual-spatial working memory pada 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD. Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua, dan pengukuran visual-spatial working memory dilakukan dengan anak memainkan Lion Game melalui Zoom call.
Hasil penelitian menunjukkan mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu dengan metode komunikasi oral sebesar 0,432 (SD=0,151) dengan level 2,55. Mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi total sebesar 0,453 (SD=0,153) dengan level 2,53. Terakhir, mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi bahasa isyarat sebesar 0,397 (SD=0,128) dengan level 3,25. Dari hasil penelitian ini diketahui kapasitas visual-spatial working memory pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat belum maksimal.

Children with hearing impairment or deaf usually experience cognitive function delays, but not in visual-spatial working memory which commonly used in mathematical problems. Previous studies discovered that the visual or spatial working memory in deaf children is different due to the communication methods that rely on vision. This study describes deaf childrens visual-spatial working memory by measuring the visual-spatial working memory of 30 deaf children in grade 3-6 elementary school and identifying their communication methods through questionnaires. Questionnaires are filled in by the parents of deaf children. The visual-spatial working memory measurement utilizes the Lion Games through Zoom meetings.
This study shows that the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with oral communication is 0.432 (SD=0.151) with average maximum level 2.55. Furthermore, the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with total communication is 0.453 (SD=0.153) with average maximum level 2.53, and the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children in sign language is 0.397 (SD=0.128) with average maximum level 3.25. To conclude the result, it can be argued that deaf children visual-spatial working memory span with oral, total, and sign language communication methods still not reach the maximum point."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dawaman
"ABSTRAK
Kebisingan pada industri harus dapat dikurangi agar para karyawan yang terpapar
tidak mengalami gangguan pendengaran. Agar area kerja dapat diperbaiki dan kebisingan
dapat dikurangi maka diperlukan suatu kegiatan promosi kesehatan dalam mencegah
gangguan pendengaran yaitu Hearing conservation program. Peneliti bertujuan untuk
mengevaluasi implementasi Hearing Conservation Program pada PT XYZ tahun 2013.
Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan checklist evaluasi Hearing conservation
program dari NIOSH (Alih bahasa Departemen Kesehatan). Maka diperoleh hasil
pelaksanaan Hearing conservation program pada PT XYZ yang telah dilaksanakan sebesar
76 % dan 24 % belum terlaksana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan
Hearing Conservation program di PT XYZ masih harus ada perbaikan agar karyawan
tidak terpapar oleh kebisingan dan terhindar dari gangguan pendengaran. Saran pada PT
XYZ sebaiknya menjalankan secara menyeluruh dan sosialisasi terhadap pelaksanaan
Hearing conservation program harus dilaksanakan pada seluruh karyawan.

ABSTRACT
Noise in the industry must be reduced so that the employees are not exposed to
hearing loss. So that the work area can be improved and the noise can be reduced, we need
a health promotion activity in preventing hearing loss is hearing conservation program.
We aimed to evaluate the implementation of the Hearing Conservation Program in PT
XYZ in 2013. The evaluation process is conducted by using a checklist evaluation of the
NIOSH Hearing conservation program (Language Interpreting Department of Health).
Hearing the obtained results of the implementation of conservation programs at XYZ Ltd.
which has been implemented by 76% and 24% have not been implemented. It can be
concluded that the Hearing Conservation program activities in PT XYZ still must be
improved in order employees not exposed to noise and avoid hearing loss. Advice on PT
XYZ should run thoroughly and disseminate the hearing conservation program
implementation should be carried out on all employees."
Universitas Indonesia, 2013
T35077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Maylawati
"Skripsi ini menggambarkan bagaimana konsep layanan perpustakaan ideal untuk siswa tunarungu menurut informan, kegiatan apa saja yang dilakukan dan kendala yang dihadapi di perpustakaan SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, dan observasi. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2015 di SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pihak pengelola dan kepala sekolah di SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur mengerti konsep layanan perpustakaan yang ideal namun belum melaksanakannya secara maksimal. Layanan yang dilakukan adalah layanan sirkulasi dan layanan jam kunjung perpustakaan. Namun, dalam pelaksanannya, perpustakaan di SLB N 02 Lenteng Agung maupun SLB-B Pangudi Luhur memiliki kendala internal maupun eksternal.

This thesis describes how ideal concept of library and library services in SLB N 02 Lenteng Agung and SLB-B Pangudi Luhur, this thesis also examines the problems faced in the process. The research applied qualitative approach using case studies method. The sampling techniques used are interview and observation. The research was conducted between September-November 2015 in SLB N 02 Lenteng Agung and SLB-B Pangudi Luhur. The result of this research shows that the librarian and the principal has been understood about ideal concept of library. However, the implementation of service yet maximized. Unfortunately, during the implementation process, this institution has some internal and external problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S65845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Minanda
"Siswa tuli merupakan salah satu masyarakat bahasa yang dapat memproduksi tulisan. Akan tetapi, belum banyak penelitian yang menjelaskan bagaimana kemampuan siswa tuli dalam menulis. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mengangkat rumusan masalah mengenai kemampuan menulis bahasa Indonesia oleh siswa tuli. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menggambarkan kemampuan siswa tuli dalam menulis, penelitian didasarkan pada dua aspek, yaitu kemampuan menulis kata dan kemampuan menulis kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa tuli masih relatif rendah, baik kemampuan menulis kata atau pun menulis kalimat. Kemampuan ini dilihat dari berbagai faktor, di antaranya yaitu penulisan ejaan, kategori kata, struktur kalimat, juga makna.

Deaf students are one of the language communities that can produce writing. However, there are not many studies that explain how deaf students' ability to write. Therefore, this research was conducted by raising the problem formulation regarding the ability to write Indonesian by deaf students. This research uses a qualitative descriptive method. To describe the ability of deaf students in writing, the research is based on two aspects, namely the ability to write words and the ability to write sentences. The results showed that the writing ability of deaf students is still relatively low, both the ability to write words or write sentences. This ability is seen from various factors, including spelling, word categories, sentence structure, and meaning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Frisca Givani
"Latar Belakang : Gangguan pendengaran menempati urutan ketiga jumlah disabilitas terbanyak di dunia. Sebagai konsekuensinya, anak-anak tunarungu mengalami penurunan pemahaman terhadap praktik kebersihan gigi dan mulut yang mengakibatkan masalah kesehatan gigi seperti karies dan gingivitis. Upaya untuk menuju Indonesia Bebas Karies 2030 dapat dimulai dengan edukasi kepada anak. Edukasi dapat diberikan melalui media pembelajaran berupa video menyikat gigi berbahasa isyarat yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tunarungu. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video menyikat gigi berbahasa isyarat di SLB-B Pangudi Luhur. Metode Penelitian: Pengambilan data dilakukan secara luring dengan studi quasi experimental menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan mengenai pengetahuan dan motivasi untuk menyikat gigi pada 63 murid kelas 4-6 SD SLB-B Pangudi Luhur, Jakarta Barat. Analisis data dilakukan dengan uji beda mean non-parametrik wilcoxon menggunakan perangkat lunak statistik. Hasil: Terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan yang meningkat secara signifikan dari 4,22±1,60 menjadi 9,06±1,07 setelah diberikan intervensi(p=0,001). Kemudian, terdapat perbedaan rata-rata tingkat motivasi yang meningkat secara signifikan dari 6,04±1,51 menjadi 9,30±1,58 setelah diberikan intervensi (p=0,001). Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video “Ayo Menyikat Gigi” di SLB-B Pangudi Luhur secara bermakna.

Background: Hearing impairment is the third largest number of people with disabilities in the world. As a consequence, deaf children experience a decreased understanding of dental and oral hygiene practices, which results in dental health problems such as caries and gingivitis. Efforts towards a Caries-Free Indonesia by 2030 can start with education for children. Education can be provided through learning media in the form of sign language toothbrushing videos that are adapted to the needs of deaf children. Research Objective: To determine differences in the level of knowledge and motivation of deaf children after watching a sign language toothbrushing video at SLB-B Pangudi Luhur. Research Method: Data collection was carried out offline using a quasiexperimental study using a questionnaire with 20 questions regarding knowledge and motivation for brushing teeth in 63 students in grades 4-6 at SLB-B Pangudi Luhur Elementary School, West Jakarta. Data analysis was carried out using the non-parametric Wilcoxon mean difference test using statistical software. Results: There was a difference in the average level of knowledge which increased significantly from 4,22 ± 1,60 to 9,06 ± 1,07 after being given the intervention (p =0.001). Then there was a difference in the average level of motivation which increased significantly from 6,04 ± 1,51 to 9,30 ± 1,58 after being given the intervention (p = 0.001). Conclusion: In this study, it was found that there was a significant difference in the increase in knowledge and motivation of deaf children after watching the video "Ayo Menyikat Gigi" at SLBB Pangudi Luhur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayyubie Cantika Yuranda
"Pemahaman bacaan terhadap teks bahasa Indonesia adalah hal yang penting bagi anak Tuli untuk dapat terhubung dengan masyarakat mayoritas. Akan tetapi, tidak banyak penelitian yang membahas tingkat pemahaman siswa Tuli terhadap teks bacaan bahasa Indonesia. Penelitian ini melihat dan mendeskripsikan tingkat pemahaman siswa Tuli terhadap teks bacaan bahasa Indonesia dalam buku teks pelajaran. Penelitian melibatkan 36 partisipan siswa kelas 1—3 SMP dari 3 buah Sekolah Luar Biasa kategori Tuli (SMPLB-B). Partisipan diberikan tes dengan instrumen yang diambil dari buku pelajaran yang dibuat khusus untuk siswa SMPLB-B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa Tuli dalam memahami teks bacaan dalam bahasa Indonesia masih rendah dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa tingkat tinggi dengan siswa tingkat rendah. Beberapa faktor demografi maupun faktor eksternal dicurigai berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa dan untuk mengetahui hal tersebut dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Reading comprehension of Indonesian texts is crucial for Deaf children to connect with the majority society. However, limited research has explored the reading comprehension levels of Deaf students in Indonesian texts. This study examines and describes the reading comprehension levels of Deaf students in Indonesian texts in the school textbooks. The study involved 36 participants, consisting of first- to third-grade junior high school students from three special schools in the Deaf category (SMPLB-B). The participants were given tests using instruments derived from textbooks specifically designed for SMPLB-B students. The findings reveal that Deaf students' ability to comprehend Indonesian texts remains low, with no significant differences between higher-level and lower-level students. Several demographic and external factors are suspected to influence students' comprehension levels, necessitating further research to investigate these factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Wardiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik informan, pendidikan dan usia pasangan informan, faktor individu serta faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku memilih pasangan kolok. Pendekatan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus pada pasangan informan kolok sebagai informan, Kepala Desa, Kepala Adat, Ketua Paguyuban kolok, dan pasangan kolok yang menikah dengan pasangan normal sebagai informan kunci pada penelitian ini. Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam dan dianalisis dengan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan faktor individu yang berpengaruh terhadap perilaku memilih pasangan adalah self efficacy, pengetahuan mengenai kolok, pengetahuan mengenai perkawinan dan sikap terhadap perkawinan tersebut. Sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga dan kebudayaan Bali pada proses perkawinan. Selain itu, rendahnya self efficacy pasangan informan mempengaruhi keputusan pasangan untuk tidak mau menikah dengan orang normal. Penulis menyarankan agar ditingkatkannya pendidikan dan konseling dalam persiapan perkawinan khusus bagi kelompok kolok di Desa Bengkala.

This study is aimed to obtain information about informants’ characteristics, level of education, their partner’s age, both individual and environmental factors which influenced the behaviour on selecting a deaf spouse. A qualitative research approach with a case study design was employed. Four selected deaf couples were selected as informants. The head of village, traditional leader, chairman of deaf associaton, and deaf people who were selected as key informants. Data were collected using an in-depth interview technique and were analyzed by content analysis method.
The result showed that individual factors affects a deaf spouse selection behavior were self efficacy, knowledge concerning kolok, knowledge and attitude toward marriage. Meanwhile, the environmental factors affects the spouse selection were family and Balinese culture relevant to marriage. Furthermore, their low level of self efficacy among the deaf couple influenced their decision in marrying a normal spouse. It is strongly recommended to develop education and councelling regarding marriage and their consequences among the single kolok community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilkish Septiyutheana
"Penelitian ini membahas mengenai aktivitas customer relationships management yang dilakukan oleh SLB/B Pangudi Luhur Jakarta. Sebagai lembaga pendidikan, SLB/B Pangudi Luhur Jakarta menjalankan upaya-upaya untuk membangun hubungan baik dengan orangtua murid, dengan tujuan mendapatkan dukungan yang profitable dari orangtua murid. Upaya-upaya yang dilakukan oleh SLB/B Pangudi Luhur Jakarta melalui sarana komunikasi dan interaksi. Komunikasi dan interaksi yang dilakukan SLB/B Pangudi Luhur Jakarta sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan orangtua murid merupakan bentuk dari fungsi customer relationships management. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana SLB/B Pangudi Luhur Jakarta menjalankan aktivitas customer relationships management dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktivisme. Melalui pendekatan ini, peneliti melihat informasi yang diberikan objek peneliti dianggap sebagai realitas. Hasil dari penelitian ini adalah, SLB/B Pangudi Luhur Jakarta melaksanakan komunikasi dan interaksi dengan orangtua tanpa dilandasi oleh penyusunan dan perencanaan strategi, sehingga dapat dikatakan bahwa SLB/B Pangudi Luhur Jakarta tidak menerapkan customer relationships management. Namun hubungan baik yang tercipta antara SLB/B Pangudi Luhur Jakarta dengan orangtua merupakan bentuk dari fungsi customer relationships management yang berjalan secara natural.

This study discusses the activities of customer relationships management conducted by SLB B Pangudi Luhur Jakarta. As an educational institution, SLB B Pangudi Luhur Jakarta carries out efforts to build good relationships with parents, with the aim of obtaining a profitable support from parents. Efforts made by SLB B Pangudi Luhur Jakarta through communication and interaction with parents. Communication and interaction conducted by SLB B Pangudi Luhur Jakarta as an effort to establish good relationship with parents is a form of customer relationships management function. This study aims to find out how SLB B Pangudi Luhur Jakarta implement customer relationship management activities using a descriptive qualitative approach with constructivism paradigm. Through this approach, researchers see the information given the object of the researcher regarded as reality. The result of this research is SLB B Pangudi Luhur Jakarta implement communication and interaction with parents without based on the preparation and planning strategy, so it can be said that SLB B Pangudi Luhur Jakarta do not apply customer relationships management. But the good relationship created between SLB B Pangudi Luhur Jakarta with parents is a form of customer relationships management function that runs naturally. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novietri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas alat-alat kohesi yang digunakan anak tuli dan anak dengar. Penelitian ini menggunakan teori kohesi Halliday dan Hasan 1976 dan Renkema 2004 . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah tulisan 10 anak tuli dan 10 anak dengar yang bercerita berdasarkan instrumen yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tuli dan anak dengar memiliki kecenderungan yang sama dalam menggunakan elipsis, hiponimi, meronimi, dan kolokasi. Kecenderungan yang sama juga muncul dalam penggunaan konjungsi, kecuali konjungsi hubungan waktu yang cenderung digunakan oleh anak dengar. Penggunaan konjungsi di dalam tulisan ada yang sesuai dan tidak sesuai. Repetisi dan antonimi cenderung digunakan oleh anak tuli. Referensi dan sinonimi cenderung digunakan oleh anak dengar. Referensi persona dan demonstratif ada yang digunakan sesuai, tidak sesuai, dan acuan yang tidak jelas. Dalam menggunakan referensi persona pertama, anak tuli cenderung menggunakan referensi persona saya, sedangkan anak dengar cenderung menggunakan referensi persona aku. Selain itu, semua anak dengar menggunakan persona ketiga ia, -nya, dan mereka. Anak tuli tidak semuanya menggunakan persona ketiga. Referensi demonstratif juga banyak digunakan oleh anak dengar daripada anak tuli. Referensi demonstratif yang banyak ditemukan adalah itu dan tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi kemunculan persamaan dan perbedaan penggunaan kohesi ini adalah metode pengajaran, kemampuan anak, keluarga, dan lingkungan anak, serta bahasa isyarat yang digunakan oleh anak tuli.

ABSTRACT
This thesis investigates the cohesion devices used by deaf and hearing children. This qualitative research employs Halliday and Hasan 1976 and Renkema 2004 cohesion theory. The source of data in this research is the writings from 10 deaf and 10 hearing children telling a story about the given instrument. The output of this study indicates that the deaf and hearing children have the equal tendency in using ellipsis, hyponymy, meronymy, and collocation. The same tendency also emerges in the use of conjunctions, except time relation conjunctions, which tend to be used more by the hearing group. The use of conjunctions in the writing are not fully correct. Repetition and antonymy are used more by the deaf. Reference and synonymy tends to be used by the hearing, although some personal and demonstrative references are not correctly used and the references are sometimes not clear. In using the first person reference, the deaf children tend to use personal reference saya, while the hearing ones tend to use aku. In addition, all hearing children use the third person references ia, nya, and mereka, while not all the deaf use these third person references. Demonstrative references are also more frequently used by the hearing group instead of the deaf. The most frequently used demonstrative references are itu and tersebut. These similarities and differences in using cohesion devices are influenced by several factors, amongst which are teaching method, children rsquo s ability, family and children rsquo s environment, and sign language used by the deaf."
2016
T47028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>