Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan percobaan proses elektrokoagulasi menggunakan logam alumunium sebagai sacrificial electrode untuk reduksi kadar kromium dalam limbah cair penyamakan kulit. Limbah yang digunakan memiliki kadar kromium 3560,606 ppm dan mengandung zat padat terlarut sebesar 196 ppm. Percobaan dilakukan dengan sistem batch dengan variasi tegangan 2 Volt sampai 20 Volt, waktu operasi 2; 4; 6; 8 dan 10 menit, variasi pH 3, 4, 5 dan 7 serta variasi jarak elektroda 2; 4; 6 dan 8 cm. Dihasilkan data optimasi pada tegangan 17 Volt, waktu operasi 10 menit, pH 5, dan jarak elektroda 2 cm. Setelah diperoleh kondisi optimum dari sistem batch, dilakukan pengolahan air limbah dengan sistem flow dengan variasi laju alir 100; 6,2 dan 4 ml/menit. Dihasilkan data optimasi laju alir maximum diperoleh pada aliran lambat yang pertama yaitu 4 ml/menit. Analisis hasil pengolahan limbah dengan metode flow yang didasarkan pada data optimasi metode batch melalui pengukuran parameter kadar kromium dengan instrumen AAS, daya hantar listrik menggunakan konduktometer dan total dissolved solid menggunakan TDS-meter. Dari percobaan diperoleh nilai efisiensi elektrokoagulasi kromium sebesar 34,68% (2325,758 ppm), DHL 57,14% (306,25 μS/cm menjadi 131,25 μS/cm) dan TDS 57,14% (84 ppm)."
JSTK 4:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prayitno
"REDUKSI AKTIVITAS URANIUM DALAM LIMBAH RADIOAKTIF CAIR MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI. Limbah yang dihasilkan dari proses pengembangan bahan industri bersifat radioaktif yang mengandung uranium yang dapat menimbulkan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pengolahan limbah radioaktif pada saat ini masih banyak menggunakan bahan-bahan kimia.Penambahanbahan kimiauntuk mereduksi bahan pencemar dinilai kurang efisien karena kurang ramah lingkungan, memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang mahal. Untuk itu akan diterapkan metode proses elektrokoagulasi untuk menurunkan aktivitas uranium dari larutan limbah cair. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penurunan aktivitas uranium dalam limbah radioaktif cair yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi dengan variasi tegangan, waktu tinggal, jarak elektroda dan pH inlet limbah. Limbah simulasi yang digunakan memiliki kadar kontaminan uranium sebesar 500 mg/L. Percobaan ini dilakukan dengan metode batch dengan elektroda aluminium. Hasil penelitian diperoleh parameter optimal pada tegangan 12,50 V, jarak 1 cm, pH 7, dan waktu proses selama 60 menit diperoleh efisiensi penurunan limbah uranium sebesar 97,20 %.
REDUCTION OF URANIUM ACTIVITIES IN LIQUID WASTE RADIOACTIVE BY USING OF ELCTROCOAGULATION PROCESS. Waste generated from the process of the industrial material development one of which waste containing uranium radioactive, can have negative impact on humans and the environment. In the present time, chemicals are still mostly use in radioactive waste treatment. To reduce pollutants with the use of chemicals is less efficient, because less environmentally friendly, take long time and costly. Therefore, a system of electrocoagulation process will be applied to decrease the activity of uranium from waste solution. The purpose of this study is to determine the efficiency of uranium activity decrease in waste water which is produced in the electrolysis process is conducted with voltage variations, the dwelling time, electrode spacing, and the waste inlet pH. The waste that will be treated has uranium contaminant levels of 500 mg/L. The experiment was conducted by a batch system with aluminum electrodes. Parameters affecting electrocoagulation process, such as voltage, time, distance electrode, and the pH have been studied and the best voltage optimization condition has been obtained of 12.50 V, a distance of 1 cm, pH 7, and in the processing time of 60 minutes efficiency of 97.20 % was obtained."
Pusat Sains Teknologi Akselerator BATAN, 2016
621 URANIA 22:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Pretty Ariantika Sabidi
"ABSTRAK
Sebagai Air Asam Tambang (AAT) diakui sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius di industri pertambangan. Dampak lingkungan, bagaimanapun, dapat diminimalkan pada tiga tingkatan dasar: melalui pencegahan primer dari proses asam-pembangkit; kontrol sekunder, yang melibatkan penyebaran langkah-langkah pencegahan migrasi drainase asam; dan kontrol tersier, atau pengumpulan dan pengolahan limbah. Di masa kini, pengolahan AAT sering membutuhkan lebih dari satu bahan kimia atau sistem dalam rangka untuk menemukan metode biaya yang paling efektif, dan juga untuk memenuhi batas limbah lebih ketat. Untuk mengatasi itu, elektrokoagulasi (EC) dapat menjadi jawaban potensi masalah lingkungan yang berhubungan dengan AAT.
Skripsi ini meneliti hubungan antara parameter operasi, seperti pH, konsentrasi awal, durasi pengobatan, rapat arus, dan konduktivitas pada drainase tambang asam sintetis dalam proses batch elektrokoagulasi. EC reaktor dioperasikan pada berbagai tegangan (38, 25 dan 15 V) dan 3 mm jarak antar elektrode. Untuk solusi dengan 1000 mg / L sulfat, penghapusan polutan yang tinggi (99,5% selama 30 detik waktu kontak dan 99.8% untuk 60 detik waktu kontak) tercapai. pH awal adalah 2,6 dengan pH akhir 3,6, dan konduktivitas berkisar 928-1174 mikro semen.
Selama proses EC kondisi ini, studi tentang pemisahan logam berat seperti besi (Fe) dan aluminium (Al) dilakukan dengan konsentrasi awal yang berbeda di kisaran 250, 500 dan 1000 mg / L konsentrasi sulfat dan 200 mg / L untuk konsentrasi aluminium. Dari kondisi operasi itu ditemukan bahwa tingkat penghapusan berkisar antara 57% sampai 99%. Itu juga menemukan bahwa pH adalah parameter kunci dalam mekanisme koagulasi dalam elektrokoagulasi.

ABSTRACT
As Acid mine drainage (AMD) is recognised as one of the more serious environmental problems in the mining industry. Its environmental impact, however, can be minimised at three basic levels: through primary prevention of the acid-generating process; secondary control, which involves deployment of acid drainage migration prevention measures; and tertiart control, or the collection and treatment of effluent. Today‟s AMD treatment situations often require more than one chemical or system in order to find the most cost effective method, and also to satisfy more stringent effluent limits. To overcome that, electrocoagulation (EC) may be a potential answer to these environmental problems dealing with AMD.
This thesis investigates the relation of the operating parameters, such as pH, initial concentration, duration of treatment, current density, and conductivity on a synthetic acid mine drainage in the batch electrocoagulation process. The EC reactor was operated at various voltages (38, 25 and 15 V) and 3 mm interelectrode distance. For solutions with 1000 mg/L sulphate, high pollutant removal (99.5% for 30 second contact time and 99.8% for 60 second contact time) were achieved. Initial pH was 2.6 with the final pH of 3.6, and conductivity ranged from 928 to 1174 μS.
During the EC process under these conditions, the study of the heavy metal separation such as iron (Fe) and aluminium (Al) were conducted with different initial concentrations in the range of 250, 500 and 1000 mg/L for sulphate concentration and 200 mg/L for aluminium concentration. From these operating conditions it is found that the removal rate ranges from 57% to 99%. It was also found that pH is a key parameter in coagulation mechanism in electrocoagulation."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gelatin sebagai flokulan dalam proses pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan gelatin hasil limbah cair industri penyamakan kulit. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan gelatin hasil hidrolisis trimming kulit pikel domba menggunakan NaOH dan KOH menggunakan dosis berturut-turut: 0,02., 0,04., 0,08., dan 0,1% berat pervolume limbah yang diolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin dapat digunakan sebagai bahan oengolah limbah cair industri penyamakan kulit. Gelatin hasil hidrolisis dengan NaOH dosis aplikasi 0,1% menghasilkan limbah terolah dengan penurunan kekeruhan tertinggi yaitu sebesar 90,49%. Sedangkan gelatin hasil hidrolisis dengan KOH dosis aplikasi 0,06% menghasilkan limbah terolah dengan tingkat penurunan COD dan krom total tertinggi yaitu masing-masing sebesar 67,42% dan 79,26%, serta pada dosis 0,08% juga menghasilkan persentase adsorbsi polutan pada limbah tertinggi, yaitu sebesar 17,99%."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Romanus Anugrah Jalil Budipatmana
"Industri penyamakan kulit ( tannery ) cukup berkembang di Indonesia. Industri ini merupakan penghasil bahan baku bagi industri yang mengolah kulit menjadi bahan jadi seperti: sepatu, koper, tas, jaket, kerajinan tangan dan lain-lain.
Perkembangan industri penyamakan kulit harus diimbangi dengan perkembangan teknologi pengolahan limbah, terutama limbah cairnya. Hal ini disebabkan karena limbah cair yang dihasilkan oleh industri penyamakan kulit mempunyai beban pengolahan yang besar, yaitu: 144,9 kg/ton BOD, 351,9 kg/ton COD, 48,3 kg/ton TSS; 3,45 kg/ton krom total, 3,45 minyak dan 12,42 kg/ton amoniak serta debit limbah cair sebesar 191,3 m / hari.
Berdasarkan data kualitas limbah cair industri penyamakan kulit di atas, maka unit pengolahan limbah cair disarankan agar limbah cair tersebut memenuhi baku mutu yang ditetapkan adalah : pengolahan fisik (oil-catcher, fine-screen, comminutor, bak ekualisasi), pengolahan kimia (presipitasi krom.oksidasi sulfida, netralisasi, koagulasi-flokulasi-sedimentasi) dan pengolahan biologi (activated-sludge).
Dengan menggunakan unit pengolahan tersebut diharapkan kualitas limbah yang keluar dari unit pengolahan ini adalah : BOD = 60 mg/L, COD = 204 mg/L dan TSS = 42 mg/L. Industri PT. Budi Makmur Jayamumi yang dievaluasi pada prinsipnya juga menggunakan unit pengolahan limbah cair seperti di atas. Limbah cair yang dihasilkan instalasi pengolahan limbah cair juga masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan, sehingga instalasi pengolahan limbah cair tersebut layak digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djohan
"Accumulation and toxicity of chromium in leather-tannery effluent on grupies were investigated. An acute (96 hour) static toxicity testing using 5 serial dilution of the effluent was conducted...."
Jakarta: Biota, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kandungan polutan dalam air limbah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan polusi lingkungan. Air limbah dengan
kandungan polutan tinggi harus diturunkan sampai memenuhi ambang batas aman, sehingga tidak merusak lingkungan.
Kandungan maksimum logam berat dan parameter lain yang diizinkan dalam air limbah masing-masing adalah: 1,0
mg/L untuk besi (Fe), 0,5 mg/L untuk mangan (Mn), 500 mg/L untuk kesadahan (CaCO3), 0,05 mg/L untuk arsen (As),
200 mg/L untuk natrium (Na), 0,5 mg/L untuk timbal (Pb), kekeruhan 25 NTU, 6,5 -9,0 untuk pH dan 10 mg/L untuk
bahan organik. Jika kandungan logam berat dan kekeruhan melebihi dari ketentuan tersebut, maka air harus diolah
sampai memenuhi syarat. Salah satu proses pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan proses
elektrokagulasi. Penelitian dilakukan dengan mengalirkan campuran air limbah dari industri pembuat komponen
elektronika dan air limbah rumah potong ayam sebanyak 4,5 liter ke dalam bak elektrokoagulasi yang dilengkapi
sumber arus searah. Proses elektrokoagulasi dijalankan menggunakan arus 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 ampere dengan
interval waktu pengamatan 20 menit. Analisis kandungan logam berat dilakukan dengan AAS dan kekeruhan dengan
turbidimetri. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar besi yang memenuhi syarat adalah 0,91 mg/L dan kekeruhan
21,2 nepnelometrik turbidity units (NTU) dengan waktu proses 120 menit pada penggunaan arus 0,4 ampere. "
621 ELIT 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilawati
"ABSTRAK
Pengolahan limbah elektroplating PT. SIM saat ini masih diserahkan ke pengumpul limbah B3 berizin dan limbah overflow elektroplating diolah dengan menggunakan sistem koagulasi flokulasi. Walaupun sistem ini telah memenuhi baku mutu, tetapi proses ini menghasilkan volume limbah B3 yang besar dan tidak ramah lingkungan. Penelitian ini mengusulkan penggabungan limbah elektroplating dan overflow elektroplating dan diolah menggunakan sistem elektrokoagulasi yang pernah digunakan oleh PT. SIM sebelumnya dengan tahapan mengidentifikasi karakteristik limbah, mencari kondisi optimum proses dan mencari konstanta laju reaksi penyisihan nikel dan COD. Limbah PT. SIM memiliki kandungan nikel sebesar 87,555-121,000 ppm, dan COD sebesar 379-568 ppm. Kondisi optimum hasil percobaan desain faktorial dan analisa variabel dengan metode DOE menghasilkan nilai optimum pH sebesar 8,5, waktu kontak 20 menit dan densitas arus sebesar 7,79 mA/cm2. Pada kondisi tersebut diperoleh efisiensi penyisihan nikel sebesar 99,46 % dengan konsentrasi akhir 0,282 ppm (memenuhi baku mutu) dan untuk COD sebesar 43% dengan konsentrasi akhir COD sebesar 288 ppm. Persamaan kinetika reaksi yang diperoleh untuk nikel dan COD adalah orde dua dengan konstanta laju reaksi penyisihan nikel sebesar 0,957 L/mg/menit dan laju kecepatan reaksi penyisihan COD adalah sebesar 4 x 10-5 L/mg/menit.

ABSTRACT
PT. Suzuki Indomobil Motor submit the treatment of electroplating waste to hazardous waste collector and processed overflow elektroplating wastewater with flocculation coagulation system. Although this system has met quality standards, but this process generates large volumes of hazardous waste and environmentally unfriendly. This study proposes merging electroplating and overflow electroplating waste using electrocoagulation system and also looking for the optimum operating conditions to meet the quality standards as well as finding reaction rate constants of nickel and COD removal for design equipment. Electroplating and overflow electropalting waste has a nickel content of 87.555 to 121.000 ppm and 379-568 ppm of COD. Optimum conditions which resulted from factorial design experiment and analysis of variables with DOE method produces the optimum pH value of 8.5, a contact time of 20 minutes and a current density of 7.79 mA/cm2. In these conditions obtained nickel efficiency of 99.46% with a final concentration of 0,282 ppm (meets the standard) and by 43% for COD with COD final concentration of 288 ppm. Reaction kinetics equation obtained for nickel and COD is a second order reaction with the rate of nickel removal rate is 0.957 L/mg/min and the rate of COD removal is 4 x 10-5 L/mg/min."
2016
T46659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rico Kurniawan
"[ABSTRAK
Pendahuluan: Pekerja penyamakan kulit berpotensi terpajan oleh berbagai polutan pencemar udara, salah satunya kromium. Terhirupnya polutan kromium dapat mempengaruhi kesehatan seperti sesak nafas, batuk, penurunan fungsi paru, hingga kanker paru. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pajaran konsentrasi kromium di tempat kerja dengan gangguan fungsi paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional terhadap 61 orang pekerja penyamakan kulit di Sukaregang Kabupaten Garut. Kapasitas vital paksa (FVC) dan volume ekpirasi paksa satu detik (FEV1) diukur menggunakan spirometri Datospris mod 120 Sibelmed. Kromium total di tempat kerja diukur menggunakan low volume sampler dan dianalisis menggunakan atomic absorbtion spectrofotometry (AAS). Hasil: konsentrasi kromium total di tempat kerja berkisar antara 3.94-11.79 μg/m3. Kondisi fungsi paru pekera penyamakan kulit sebagaian besar masih besar masih dalam keadaan normal (FEV1/FVC>75%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa masa kerja dan pajanan debu kromium meningkatkan risiko tejadinya fungsi paru pada pekerja, (p 0.024) dengan 95% CI (0.086-0.830). Kesimpulan: setelah dikontrol dengan masa kerja, pekerja yang terpajan kromium lebih besar, berisiko terkena gangguan fungsi paru.

ABSTRACT
Background: tannery workers have been potentially exposed to various air pollutants, such as chromium. Exposed by chromium can affect health status, such as shortness of breath, cough, decreased lung function, and lung cancer. Objective: to determine the relationship of chromium exposure in the workplace and worker?s pulmonary dysfunction. Method: this study used a cross-sectional design on 61 people working at tanneries in Sukaregang, Garut district. Lung function was measured by spirometry. Low volume of sample was used to measure the chromium in the air and analyzed using atomic absorbtion spectrofotometry (AAS). Result: the concentration of total chromium in the workplace ranged from 3.94-11.79 μg/m3, while most of worker?s pulmonary function still in normal condition. Multivariate analysis showed that length of exposure and chromium concentration increases the risk of pulmonary dysfunction in tannery workers, (p 0.024 95% CI 0.068-0.830). Conclusion: control by lenght of exposure showed tannery worker who expose to higher concentration of chromium, have more risk to get pulmonary dysfunction.;Background: tannery workers have been potentially exposed to various air pollutants, such as chromium. Exposed by chromium can affect health status, such as shortness of breath, cough, decreased lung function, and lung cancer. Objective: to determine the relationship of chromium exposure in the workplace and worker?s pulmonary dysfunction. Method: this study used a cross-sectional design on 61 people working at tanneries in Sukaregang, Garut district. Lung function was measured by spirometry. Low volume of sample was used to measure the chromium in the air and analyzed using atomic absorbtion spectrofotometry (AAS). Result: the concentration of total chromium in the workplace ranged from 3.94-11.79 μg/m3, while most of worker?s pulmonary function still in normal condition. Multivariate analysis showed that length of exposure and chromium concentration increases the risk of pulmonary dysfunction in tannery workers, (p 0.024 95% CI 0.068-0.830). Conclusion: control by lenght of exposure showed tannery worker who expose to higher concentration of chromium, have more risk to get pulmonary dysfunction., Background: tannery workers have been potentially exposed to various air pollutants, such as chromium. Exposed by chromium can affect health status, such as shortness of breath, cough, decreased lung function, and lung cancer. Objective: to determine the relationship of chromium exposure in the workplace and worker’s pulmonary dysfunction. Method: this study used a cross-sectional design on 61 people working at tanneries in Sukaregang, Garut district. Lung function was measured by spirometry. Low volume of sample was used to measure the chromium in the air and analyzed using atomic absorbtion spectrofotometry (AAS). Result: the concentration of total chromium in the workplace ranged from 3.94-11.79 μg/m3, while most of worker’s pulmonary function still in normal condition. Multivariate analysis showed that length of exposure and chromium concentration increases the risk of pulmonary dysfunction in tannery workers, (p 0.024 95% CI 0.068-0.830). Conclusion: control by lenght of exposure showed tannery worker who expose to higher concentration of chromium, have more risk to get pulmonary dysfunction.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>