Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The objectives of this research are: (1) formulating the development strategies of Bima as tourist destination area ; and (2) designing development programs of Bima as tourist destination area. Result of the research indicated that general strategy. The alternative strategies are tourist attraction development strategy, improving security system strategy, tourism supra-structure and infrastructure development strategy, market penetration and promotion strategy, etc. "
JUKIN 5:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Larantuka merupakan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur yang merukan kota dari Kabupaten Flores Timur. Kecamatan Larantuka merupakan Kecamatan yang terdapat di pinggir pantai dengan pemandangan alam yang cukup indah. Di samping alam pantai yang indah Larantuka juga merupakan wilayah yang terdapat di kaki sebuan gunung yang disebut dengan Gunung Ile Mandiri. Lingkungan alam yang terdapat di Kabupaten Flores Timur dengan kotanya Larantuka memiliki daya tarik yang luar biasa, terutama pada saat Perayaan Pekan Suci Samana Santa yang dilaksanakan setiap tahunnya dengan suasana yang sangat ramai dengan kedatangan para peziarah yang datang dari seluruh wilayah yang ada di Indonesiarnaupun dari manca negara. Dengan adanya kegiatan budaya tersebut menyebabkan Larantuka terkenal di
seluruh dunia."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oka A. Yoeti
Jakarta: Pradnya Paramita, 2002
338.479 1 OKA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marektha Erin Widiastuti
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai peran jaringan sosial dalam usaha pengembangan wisata pedesaan. Penelitian terdahulu banyak membahas mengenai hubungan timbal balik antara jaringan sosial sebagai modal sosial dengan kegiatan pariwisata. Namun, studi-studi tersebut belum secara mendalam menjelaskan mengenai pentingnya memperluas jaringan dengan membuat hubungan dengan pihak eksternal. Oleh karena itu peneliti berargumen bahwa jaringan internal yang dimiliki oleh komunitas lokal tidak cukup. Jaringan tersebut perlu dikonversi menjadi sumber daya yang dapat digunakan untuk mendukung keberlanjutan daerah wisata melalui jaringan yang dibentuk komunitas dengan pihak eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus yang dilakukan di Desa Samiran, Selo, Boyolali.

ABSTRACT
This article discusses about the role of social network in developing the rural tourism. Previous studies have dealt with the mutual relationship between social networks as social capital with rural tourism activities. However, those studies have not yet explained the importance of expanding the network by making connections with the external parties. Therefore, this article argues that internal network owned by the local community is not enough. Such networks need to be converted into resources that can be used to accomplish goals by creating networks with external parties. This research is a case study using qualitative approach conducted in Samiran Village, Selo, Boyolali."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Jakarta sebagai Ibu Kota negara dan kola Metropolitan, menjadi salah satu magnit bagi masyarakat Indonesia dan juga Dunia. Masyarakat kota dengan tingkat sosial ekonomi yang heterogen mempunyai aktivitas atau kegiatan yang tinggi dan beragam. Berbagai kegiatan ini membutuhkan ruang, tempat dan waktu. Kegiatan utama manusia adalah kegiatan untuk melangsungkan kehidupannya, untuk berinteraksi sosial dan juga untuk pengembangan diri. Kegiatan manusia di perkotaan juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dari kebutuhan tempat-tempat untuk hidup dan bekerja (to live and to work) menjadi tempat untuk hidup (untuk tinggal, makan), bekerja, berinteraksi, berbelanja dan juga bcrekreasi atau bersantai (to Live, to Work, to Interact, to Shop and to leasure). Pengembangan kota sebagai tujuan wisata. selain melihat potensi tempat yang disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dari berbagai golongan, hendaklah tidak melupakan benang merah pemersatu berbagai golongan dan identitas kota. Wisata kota sebagai suatu "perjalanan" adalah penelusuran seluruh komponen kehidupan manusia kota yang nyata dan berwujud pada kegiatan manusia yang menempati ruang dan waktu. Sejarah perkembangan kehidupan (budaya) dan kegiatan manusia pada suatu kota merupakan modal dasar bagi terwujudnya tempat-tempat wisata yang beridentitas. Berbagai artifak berupa bangunan dan arsitektur pada jamannya, tempat-tempat wisata budaya baik itu berupa permukiman penduduk, kawasan kerja, ruang publik, bangunan publik, pusat-pusat perbelanjaan maupun taman-taman rekreasi, menyatu membentuk fisik dan arsitektur kota. Jakarta memiliki potensi untuk pengembangan ini. Penulisan ini mcmaparkan berbagai potensi, hambatan serta upaya untuk mewujudkan kota Jakarta menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat kota dan dunia. Ketidakseimbangan pcmbangunan sosial maupun fisik kota, ketidakseimbangan pembangunan gedung-gedung dengan ruang terbuka kota (ruang publik kota), menimbulkan berbagai permasalahan sosial psikologis kota. Hambatan berupa pengelolaan kota yang buruk, kemacetan lalu lintas, kurangnya tempat-tempat rekreasi nyaman yang mudah diakses berbagai golongan, pcnyebaran yang tidak merata, masalah keamanan, kenyamanan dan integrasi antara satu tempat wisata dengan lainnya, merupakan beberapa hambatan yang perlu ditangani untuk dapat menciptakan suatu "perjalanan" wisata kota yang menyenangkan."
720 JIA 3:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trisasono Jokopityo
"Tesis ini membahas perubahan peran Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) sebagai salah satu lembaga think tank pemerintah sekaligus lembaga pendidikan tingkat nasional yang bertujuan untuk mendidik
calon pemimpin tingkat nasional. Sesuai dengan teori daur hidup organisasi posisi Lemhannas saat ini berada pada posisi puncak yang berfungsi mulai menurun pasca UU ASN yang tidak menjadikan pendidikan Lemhannas sebagai prasayarat
bagi pejabat esselon 1 dan esselon 2 sebagai kenaikan jenjang kepangkatan. Keberadaan Lemhannas RI di usia nya yang sudah lebih dari 50 tahun membuat Lemhannas harus berbenah dini agar tidak terlena dan selalu waspada dengan
perubahan yang sangat cepat dalam mendidik calon-calon pemimpin tingkat nasional. Setidaknya ada tiga perubahan mendasar yang harus dilakukan oleh Lemhannas RI dengan mengadopsi konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni
(1) Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, dan (3) Pengabdian Masyarakat. Pendidikan Tingkat Nasional yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology (SSM). SSM dipilih karena memandang dunia (sosial) sebagai hal yang kompleks, problematik, misterius, dikarakteristikan oleh pertarungan sudut pandang atau clashes of worldview serta bersifat soft ill structured. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lemhannas RI harus melakukan perubahan pada bidang pendidikan, pengkajian,
dan pengabdian masyarakat. Hasil kajian merekomendasikan Lemhannas RI harus melakukan pembenahan terhadap tugas pokok dan fungsi sesuai dengan fungsi Lemhannas diawal pembentukannya sebagai upaya Lemhannas RI menjadi Lembaga Berkelas Dunia.

This thesis discusses the changing role of the National Resilience Institute of the Republic of Indonesia (Indonesian National Resilience Institute) as one of the
government think tank at the same national level educational institutions aimed at educating future leaders of the national level. In accordance with the organizational life cycle theory Lemhannas position is currently at the top of the function began to decline following Law ASN does not make education as a prerequisite for the National Resilience Institute officials echelon echelon 1 and 2 as a rise in the ladder. The existence of National Resilience Institute RI at his age are already more than 50 years makes Lemhannas must clean up early so as not to be complacent and always be alert to the rapid changes in educating future leaders of national level. There are at least three fundamental changes that must be made by the National Resilience Institute of RI by adopting the concept of Three Pillars of Tertiay Education (Tri Dharma Perguruan Tinggi), namely (1) Education and Promotion, (2) Research and Development, and (3) Community Service. The National Education Education and Teaching, Research and Community Service. The study, conducted by researchers using the approach of Soft Systems
Methodology (SSM). SSM selected for viewing the world (social) as complex, problematic, mysterious, characterized by fights or clashes of viewpoints are soft worldview and ill structured. The results showed that the National Resilience Institute of RI must make changes in the field of education, assessment, and community service. The study results recommend the National Resilience Institute of RI must make improvements to the duties and functions in accordance with the National Resilience Institute function at the beginning of its formation as an attempt Lemhannas RI become World Class Organization.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefri
"Belakangan ini di Cilincing banyak muncul kegiatan yang memanfaatkan ruang-ruang kota yang kosong tanpa fungsi dominan pada waktu-waktu tertentu. Mereka melakukan kegiatan yang berbeda dari fungsi lingkungan sekitar, mereka menciptakan ruang heterotopia. Salah satu bentuk heterotopia adalah ruang-ruang yang tercipta akibat adanya kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang termasuk kelompok masyarakat yang dipinggirkan, termasuk yang dipinggirkan dalam memenuhi kebutuhan akan wisata. Saat ruang wisata heterotopia tercipta maka sebuah kebudayaan masyarakat kota yang baru akan tercipta. Kebudayaan ini memiliki potensi menciptakan konflik antara wisatawan jalanan tersebut dengan masyarakat lain yang memiliki kemampuan materi berwisata di ruang wisata-ruang wisata kota saat ini.
Seperti menjawab kebutuhan masyarakat akan tempat wisata, Pemerintah DKI Jakarta sejak 2009 mencanangkan program wisata pesisir. Rumah si Pitung dan Masjid Al Alam yang terletak di Marunda adalah 2 tujuan wisata yang berada di Kecamatan Cilincing. Walaupun telah berjalan hingga 2 tahun namun ruang-ruang heterotopia pada jalan-jalan di sekitar wilayah Cilincing masih tetap muncul, sedangkan kawasan Marunda yang merupakan tujuan wisata hanya ramai dikunjungi wisatawan pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan fakta ini terlihat bahwa Marunda membutuhkan pengembangan yang akan menghidupkan perannya sebagai tujuan wisata bagi warga kota Jakarta, khususnya warga Cilincing yang sebagian berwisata dengan menciptakan ruang heterotopia di jalan-jalan.
Dalam merancang kawasan Marunda ini maka hal pertama yang akan dilakukan adalah mencari satu konsep yang akan mengkaitkan antara ruang heterotopia, masyarakat marginal, Marunda, dan pesisir estuaria. Selanjutnya mencari preseden perancangan yang pernah dilakukan dengan kriteria : pesisir, wisata, dan dapat dikunjungi seluruh lapisan masyarakat, dari analisis preseden akan diketahui masalah-masalah perancangan yang muncul pada kawasan sejenis dan bagaimana solusi perancangan yang dihasilkan. Setelah memperoleh konsep, mengulas preseden selanjutnya adalah analisis kawasan Marunda secara ilmu Perancangan Perkotaan namun tetap mengacu pada hasil dari preseden. Pada bagian terakhir dari dua buku tesis ini akan dihasilkan Panduan Rancang Kota Kawasan Marunda.

Lately in Cilincing many emerging activities that utilize the empty city space which have no dominant function at certain times. They do different activities in that surrounding environment, they create heterotopia space. One form of heterotopia is a space that created as a result of the activities carried out by those belonging to marginalized groups, including those who marginalized in needs for recreation place, a tourism space. When those new tourism space created a new urban cultural also born. This new culture has the potential to create conflicts between tourist street with other people who have the material ability for travel to tourist space city at this time.
Such as answering the needs of the community will be a tourist, The Jakarta administration since 2009 launched a program of coastal tourism. House of Pitung and Masjid Al Alam which located in Marunda are 2 tourist destination in the Cilincing. Although it has roled up to 2 years but the spaces heterotopia in the streets around the area Cilincing persists, while the Marunda area which is the only tourist destination visited by tourists at certain times. Based on this fact shows that Marunda need a development that will revive his role as a tourist destination for city residents, particularly people who partly create space travel with heterotopia in the streets.
In designing this Marunda area so the first thing to do is look for one that will relate the concept of heterotopia space, marginal communities, Marunda, and coastal estuaries. Next look for precedents design ever undertaken by the criteria: the coast, tourism, and can be visited all levels of society, from the analysis of precedent will be known design problems that arise in similar areas and how the resulting design solutions. After getting the concept, further review is the analysis of precedent in science Marunda area of Urban Design and still refers to the outcome of the precedent. In the last part of this two Thesis books will be produced a Marunda Design Guidelines.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Aulia Rasyid
"ABSTRAK
Penyelenggaraan pemerintahan yang otonom, seorang kepala daerah memiliki serangkaian tugas dan wewenang. Otonomi daerah dalam konteks manajemen perubahan ini telah dilakukan dengan sangat baik di beberapa daerah. Beberapa daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah telah berhasil mencuri perhatian sebagian besar masyarakat di Indonesia dan menjadi menarik untuk diamati. Salah satunya Kota Bogor, yang dimpimpin oleh Bima Arya Sugiarto. Kota Bogor yang selama ini dikenal dengan kota sejuta angkot dan kota hujan, kini mengenalkan identitas baru. Kini Kota Bogor dikenal dengan istilah The City Of Runners. Namun keinginan Bima Arya untuk mewujudkan kota Bogor sebagai kota wisata olahraga tidak tercantum secara eksplisit di Visi Misi Kota Bogor dan turunannya. RPJMD sebagai dasar pembangunan Kota Bogor juga tidak menjelaskan konsep tersebut. Meskipun terdapat peluang untuk mewujudkan konsep ini jika dilihat dari tujuan RTRW Kota Bogor. Terdapat kesenjangan antara visi Bima Arya yang dengan peraturan yang ada di Kota Bogor dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Tujuan Wisata Olahraga. Melalui analisis Soft System Method SSM penelitian ini ingin melihat bagaimana gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan, melihat gap visi dan misi serta RPJMD RTRW Kota Bogor dengan kinerja Bima Arya dalam mengelola perubahan menuju kota tujuan wisata olahraga. Selain itu juga untuk memberikan alternative strategi yang akan diambil Bima Arya dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Narasumber pada penelitian ini ialah Bima Arya sebagai kepala daerah klien, anggota legislative Kota Bogor dan komunitas olahraga atau runners sebagai user pada konteks ini. Tergambar Gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan dan 5 rekomendasi alternatif untuk menuju Kota Tujuan Wisata Olahraga

ABSTRACT
The conduct of an autonomous government, a regional head has a series of duties and powers. Regional autonomy in the context of change management has been done very well in some areas. Several areas led by the Head of Region have managed to steal the attention of most people in Indonesia and become interesting to observe. One of them is Bogor City, led by Bima Arya Sugiarto. Bogor city which is known as the city of a million angkot and the rain city, is now introducing a new identity. Now the city of Bogor known as The City Of Runners. But Bima Arya desire to realize the city of Bogor as a sports tourism city is not listed explicitly in the Vision mission of Bogor City its derivatives. RPJMD as the basis for the development of Bogor City also does not explain the concept. Although there are opportunities to realize this concept when viewed from the purpose of RTRW Bogor City. There is a gap between the vision of Bima Arya with the existing regulations in the city of Bogor in realizing the city of Bogor as the City of Sport Tourism Destination. Through Soft System Method SSM analysis, this research wants to see how the leadership style of Bima Arya in managing change, to see the vision and mission gap and RPJMD RTRW Bogor City with Bima Arya performance in managing the change to sports destination city. In addition, to provide alternative strategies to be taken Bima Arya by using the method of Analytical Hierarchy Process. Resource persons in this study are Bima Arya as the head of the region client, legislative members of Bogor City and sports community or runners as users in this context. Bima Arya's leadership style in managing change and 5 alternative recommendations to get to the Sports Tourism Destination City."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Toman Sony
"ABSTRAK
Kabupaten Tapanuli Utara adalah daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota wisata melalui pemanfaatan berbagai potensi keindahan alam dan kearifan lokal, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan perekonomian masyarakat, menumbuhkan sektor usaha, serta memperkenalkan nilai budaya lokal."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 45 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khoiriyah
"Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pengembangan destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. (2) Menganalisis minat wisatawan muda (generasi millennial) dalam menggunakan media sosial. (3) Menganalisis hubungan antara pengembangan pariwisata dan minta generasi milleniah dalam menggunakan media sosial terhadap minat dan keputusan berkunjung wisatawan. (4) Mengetahui tingkat kepemilikan Media sosial pengelola wisata dan dampaknya terhadap Industri Pariwisata tersebut. Pendekatan penelitian ini menggunakan metode campuran, dua model analisis data yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu deskriptif analisis serta analisis konten dan pendekatan kuantitatif yaitu pemetaan pengembangan pariwisata untuk mengambil informasi langsung pada tahun 2020 di Kabupaten Pesisir Barat. Penyajian data menggunakan analisis kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara wawancara pada akhir tahun 2019 dan data responden menggunakan kuisioner secara daring (online). Metode analisis data menggunakan metode che square dengan perhitungan SPSS 25. Lokasi penelitian di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Jumlah responden sebanyak 200 orang yang dipilih secara purposive sampling dan wawancara dengan sumber dipilih Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pesisir Barat dan Pengelola Destinasi Wisata di Kabupaten Pesisir Barat. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan memiliki keterkaitan antara keputusan berkujung serta ketertarikan berkunjung wisatawan terhadap pengembangan desinasi wisata di Kabupaten Pesisir Barat, memiliki hubungan dengan minat penggunaan media sosial generasi millenial. Serta terdapat keterkaitan dengan adanya dampak terhadap kepemilikan media sosial yang dimiliki pengelola destinasi wisata.


The objectives of this study are (1) to analyze the development of tourism destinations in the Pesisir Barat Regency. (2) Analyzing the interest of young tourists (millennial generation) in using social media. (3) Analyzing the relationship between tourism development and asking the millennial generation to use social media for tourist interest and visiting decisions. (4) Knowing the level of social media ownership of tourism managers and their impact on the tourism industry. This research approach uses mixed methods, two data analysis models that use a qualitative approach, namely descriptive analysis and content analysis and a quantitative approach, namely mapping tourism development to take direct information in 2020 in Pesisir Barat Regency. Presentation of data uses qualitative analysis that produces descriptive data. Data collection in this study used interviews at the end of 2019 and respondent data used online questionnaires. Methods of data analysis using the che square method with the calculation of SPSS 25. The research location is in the Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The number of respondents was 200 people who were selected by purposive sampling and interviews with selected sources of the West Coastal District Tourism and Creative Economy Office, the West Coastal District Communication and Information Office and the West Coastal District Tourism Destination Manager. The test results show that there are significant results that have a relationship between the end decisions and the interest in visiting tourists to the development of tourist destinations in Pesisir Barat Regency, which has a relationship with the interest in using social media for the millennial generation. And there is a relationship with the impact on social media ownership owned by tourist destination managers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Ketahanan Nasional, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>