Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isfhahan Achmad Dzulqarnain
"Berdasarkan hasil data Sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia dihuni oleh 237.641.326 jiwa. Kondisi ini mengindikasikan angka perkembangan penduduk di pedesaan cukup tinggi, hal tersebut menyebabkan kebutuhan akan pemenuhan energi listrik yang semakin meningkat.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut pada kasus ini adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) di Desa Buntu Turunan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Dalam sebuah sistem PLTMH yang memanfaatkan aliran sungai, jenis pembangkit tipe run off river tidak membutuhkan bendungan yang besar melainkan dengan cara mengalirkan aliran sungai dari elevasi tertinggi dari sungai ke satu sisi sungai lainnya yang mempunyai elevasi lebih rendah, dengan memanfaatkan energi karena adanya suatu potensial kemudian energi tersebut dikonversi menjadi energi kinetik untuk menggerakkan sirip dan memutar turbin yang selanjutnya dirubah menjadi energi listrik.
Daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTMH Haspasuk - 1 ini adalah dengan memperhitungkan efisiensi sistem, maka daya yang dapat dihasilkan oleh skema PLTMH adalah sebesar 1308,19 kW, dengan debit andalan 3,103 m3 / detik. Direncanakan diameter pipa pesat sebesar 1,27 meter untuk meredam tekanan water hammer yang ditimbulkan, sehingga dari aspek teknis PLTMH Hapasuk – 1 ini layak untuk direalisasikan.

Based on Census data by the Central Bureau of Statistics in 2010, Indonesia is inhabited by 237,641,326 populations. This condition indicates the rural population growth rate is quite high. It caused the needs for compliance of electrical energy is increased.
One alternative to fulfilled for the demand of electrical energy is by building the Mini Hydro Power Plant in this case in Buntu Turunan Village, Hatonduhan Sub-District, Simalungun District, North Sumatra Province. In the system of Mini Hydro Power Plant, which utilizes river flow, the type of Runoff River plant does not required kind of large dam. It can be utilize the river system from high elevation to another point which has lower elevation. By the utilizing the potential energy which converted into the kinetic energy to move the blades and rotated the turbine then changed into the electrical energy.
The potency which can be generated by the Hapasuk - 1 Mini Hydro Power Plant, is by considering the efficiency of the system. The power generated by Mini Hydro Power Plant scheme is as big as 1308.19 kW, with dependable flow amount to 3.103 m3 / second. The diameter of the penstock is 1.27 meters to restraint water hammer pressure, so that from the technical aspect the Hapasuk – 1 Mini Hydro Power Plant is feasible to be realized.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S58410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weno Mariona
"Berdasarkan informasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rencana Umum Energi Nasional (REUN), Indonesia memiliki tujuan untuk melibatkan EBT dalam bauran energi publik sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Salah satu EBT yang menjanjikan kemungkinan di Indonesia adalah energi air dan minihidro yang merupakan pilihan yang memungkinkan untuk dibuat untuk pembangkit listrik dengan cakupan terbatas dan skala besar. Sesuai Profil Energi Indonesia (2003), potensi pembangkit listrik tenaga mini hidro yang tercatat di seluruh Indonesia mencapai 712 MW dan baru sekitar 28% yang dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas ESDM Sumatera Barat mengatakan bahwa potensi PLTA di Sumatera Barat mencapai 1.100 MW diperoleh dari 4 danau dan 32 sungai besar. Untuk memaksimalkan potensi energi hidro ini, maka adanya pembangunan dan peningkatan PLTM di Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kinerja generator yang optimal dalam menghasilkan energi listrik. Pada analisis efisiensi generator didapatkan efisiensi generator terendah pada beban 2600 kW sebesar 98,68 % sedangkan efisiensi generator tertinggi pada beban 4500 kW sebesar 99,15 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja generator paling optimal ketika generator dibebani 90% sekitar 4500 kW dan efisiensi akan berkurang seiring dengan penurunan beban generator.

Based on information from the Ministry of Energy and Mineral Resources, National Energy General Plan (REUN), Indonesia has a goal to involve EBT in the public energy mix by 23% by 2025 and 31% by 2050. One of the promising EBT possibilities in Indonesia is hydro and mini-hydro energy which are possible options to be made for power generation with limited coverage and on a large scale. According to the Indonesian Energy Profile (2003), the potential for mini-hydro power plants recorded throughout Indonesia reaches 712 MW and only about 28% is used for electricity generation. To achieve this goal, the ESDM Office of West Sumatra said that the potential for hydropower in West Sumatra reached 1,100 MW obtained from 4 lakes and 32 large rivers. To maximize the potential of this hydro energy, there is the development and improvement of PLTM in South Solok Regency. This research was conducted to obtain optimal generator performance in generating electrical energy. In the analysis of generator efficiency, the lowest generator efficiency at a load of 2600 kW is 98.68% while the highest generator efficiency at a load of 4500 kW is 99.15%. From the data analysis, it can be concluded that the generator performance is most optimal when the generator is loaded with 90% around 4500 kW and the efficiency will decrease as the generator load decreases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Makden
"Sampai saat ini transfer energi paling ekonomis adalah dalam bentuk energi listrik yang dihasilkan alternator di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik. Alternator-alternator--mempunyai tegangan keluaran maksimum 30 kV, yang kemudian dinaikkan dengan transfomator daya sampai 150 kV atau lebih. Energi listrik yang dihasilkan dikirim ke pusat-pusat beban melalui saluran transmisi tegangan tinggi, Cara pembangkitan tenaga listrik yang baru adalah dengan menggunakan penverformer yang dapat membangkitkan energi listrik dengan tegangan keluaran lebih tinggi sampai 400 kV, karena lilitan kumparan statornya berisolasi XLPE (Cross Linked Poly Ethylene) yang merupakan modifikasi dari kabel daya tegangan tinggi XLPE yang sudah dipakai sekrang ini. Tesis ini membahas desain suatu powerformer hidro 150 kV, 40 AIVA dan kemungkinan penerapannya di PLTA Jatiluhur.

Until recent the most economical energy transfer is in the form of electrical energy being produced by alternators in power plants. Alternators have maximum output voltages of 30 kV. which are increased by power transformers to 150 kV or more, Electrical energy produced is sent to load centre through high voltage transmission lines. A new way of electrical energy generation is by using Powerformer, able to generate electrical energy with voltage up to 400 kV due to XLPE isolated stator windings modified from XLPE high voltage power cables already in use, This thesis is dealing with the design of a 150 kV, 40 A1VA powerformer hydro power and the possibility of its application at Jatiluhur hydro power plant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhambri
"ABSTRAK
Saat ini kebutuhan akan tenaga listrik terus meningkat, dimasa mendatang
untuk mengantisipasi kemungkinan kelangkaan akan energi membuat orang
berpikir untuk mencari energi alternatif, selain minyak bumi, gas alam, dan
batubara yang pada suatu saat akan habis. Energi alternatif tersebut adalah
enargi yang dapat terbarukan (renewable energy), salah satunya adalah
energl blomasa.
Tulisan ini akan menjelaskan pemanfaatan energl blomasa di kawasan hutan
kota Universitas Indonesia, yang diperkirakan cocok untuk dibangun suatu
PLTU, karena mempunyai areal hutan yang cukup Iuas untuk ditanami kayu,
tersedia air dalam jumlah besar, dan lahan untuk pendirian PLTU. Untuk Itu
akan dijelaskan barapa besar cadangan kayu yang ada saat ini, janis kayu
yang dipilih, dan usaha apa yang dilakukan untuk mengoptimalkannya.
Peralatan yang diperlukan dalam proses parslapan bahan bakamya,
teknologl dan peralatan pembakaran bahan bakar kayu, dimana terjadi
proses-proses pembakaran sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Berapa besar anergi Iistrik yang dibangldtkan dangan memanfaatkan lahan
yang ada. Dan terakhir harga per kWh yang harus dibayarkan untuk
membangkitkan energi listrik dari pemanfaatan kayu sebagal pembangkit
listrik enargi uap di kawasan hutan kota Universitas Indonesia.

"
1996
S38785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Ratnawandari
"Peningkatan kebutuhan masyarakat akan daya listrik perlu diikuti dengan pengembangan sistem tenaga listrik antara lain berupa penambahan pembangkit listrik baru. Jenis energi primer atau bahan bakar pembangkit listrik merupakan salah satu hal penting yang akan mempengaruhi biaya produksi pembangkit, dimana biaya bahan bakar merupakan bagian terbesar dari biaya produksi pembangkit. Sistem tenaga listrik Jawa Bali (STLJB) di tahun 2007 - 2011 akan melakukan penambahan pembangkit-pembangkit listrik non BBM, antara lain PLTU batubara dan PLTP, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daya listrik dan mengurangi ketergantungan pada BBM yang harganya cenderung naik. Tesis ini akan mengkaji mengenai pengaruh penambahan pembangkit listrik STLJB di tahun 2007 - 2011 terhadap biaya produksi pembangkit, dengan bantuan perangkat lunak simulasi produksi.

To fulfill the increasingly society need on electric power, electric power system development in the form of additional power plants is required. The influence of power plants addition on electric generation cost is in connection to the kind of power plants, where its fuel cost takes the biggest part in electric generation cost. The Java Bali power system being the biggest interconnected power system in Indonesia have many oil fired power plants, while oil prices tend to increase. To reduce the electric generation cost and to fulfill the societies need on electric power, in the year 2007 - 2011 the Java Bali power system add new non oil fired power plants such as coal power plants and geothermal plants. This thesis will overview the development of Java Bali power system in the year 2007 - 2011 and its influence on the electric generation cost, with production simulation software as an aid tool."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Utama
"Kegiatan industri yang semakin meningkat tentunya menyebabkan pemakaian pembangkit listrik berbahan bakar fosil meningkat dan pada gilirannya pemakaian bahan bakar fosil meningkat pula. Selain dari itu pembangkit ini mempunyai permasalahan pertama efisiensinya rendah. Efisiensi ini dapat terlihat dalam karakteristik masukan/keluaran suatu pembangkit. Peran kerja dari suatu pembangkit dapat dimaksimalkan dengan terlebih dahulu mengetahui karakteristik dari pembangkit tersebut. Dengan memaksimalkan kapasitas pembangkit tentu saja dapat meminimalkan biaya operasional pembangkit yang berujung pada efisiensi pembiayaan. Pada skripsi ini akan diteliti tentang karakteristik pembangkit dalam hal ini karakteristik masukan/keluaran pembangkit tenaga gas. Sebagai studi kasus penelitian ini adalah karakteristik masukan/keluaran PLTG Muara Karang pada periode penelitian Januari 2006."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agarwala, S.K.
New Delhi: S. Chand, 1982
621.31 AGA f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Missrani Bangun
"ABSTRAK
Kebutuhan listrik saat ini semakin meningkat, namun produksi batubara sebagai pembangkit konvensional semakin menipis. Jadi pemerintah sedang menggalakkan penggunaan energi baru dan terbarukan. Sebagai contoh adalah PLTS. Pada penelitian ini akan mengembangkan penelitian sebelumnya dengan fokus pada studi hubung singkat pada sistem tenaga listrik Lombok khususnya pada 3 titik yang berbeda yaitu GI 150 kV Kuta, GI 150 kV Paokmotong, dan 150 kV GI Sengkol. Dimana akan dibandingkan antara tanpa PLTS dan menggunakan PLTS. Beberapa skenario dilakukan dengan memvariasikan kapasitas PV, yaitu 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp, dan 20 MWp. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dengan bantuan ETAP 12.6.0. Hasil studi yang diperoleh untuk analisis hubung singkat tanpa PLTS adalah 2.546 pada 150 kV GI Kuta; 3.021 di GI Paokmotong; dan 2.861 pada 150 kV GI Sengkol. Pada analisis gangguan hubung singkat menggunakan PLTS didapatkan hasil maksimal sebesar 2.599 pada 150 kV GI Kuta; 3.027 pada 150 kV GI Paokmotong; dan 2.873 pada 150 kV GI Sengkol. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada gangguan hubung singkat.
ABSTRACT
The demand for electricity is currently increasing, but coal production as a conventional generator is running low. So the government is promoting the use of new and renewable energy. An example is PLTS. This study will develop previous research with a focus on short circuit studies on the Lombok electric power system, especially at 3 different points, namely GI 150 kV Kuta, GI 150 kV Paokmotong, and GI Sengkol 150 kV. Where will be compared between without PLTS and using PLTS. Several scenarios are carried out by varying the PV capacity, namely 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp, and 20 MWp. In this study, a simulation was carried out with the help of ETAP 12.6.0. The study results obtained for short circuit analysis without PLTS are 2,546 at 150 kV GI Kuta; 3,021 at GI Paokmotong; and 2,861 at 150 kV GI Sengkol. In the short circuit analysis using PLTS, the maximum result is 2,599 at 150 kV GI Kuta; 3,027 at 150 kV GI Paokmotong; and 2,873 at 150 kV GI Sengkol. From the results obtained, it can be seen that there is no significant change in the short circuit fault."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Julian
"Daerah X merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan rasio elektrifikasi yang belum mencapai 100 (seratus) persen. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan produk domestik bruto pada daerah X juga akan memacu pertumbuhan beban. Penyambungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memberikan suplai tenaga listrik tambahan guna meningkatkan performa pelayanan sistem tenaga listrik daerah X. Pada penelitian ini sistem tenaga listrik daerah X dievaluasi perbandingan arus hubung singkatnya, serta tegangan dan pembebanan pada bus dengan analisis loadflow sebelum dan sesudah penyambungan PLTS dengan melakukan simulasi aliran beban dan hubung singkat. Dari hasil simulasi ditemukan bahwa penyambungan PLTS pada sistem tenaga listrik daerah X menghasilkan peningkatan nilai tegangan pada setiap bus dalam rentang yang masih sesuai dengan standard SPLN 1:1978 yaitu lebih dari 90% dan dibawah 105% nilai tegangan nominal bus, di mana nilai tegangan tertinggi terdapat pada bus 2 sebesar 67,759 kV (96,8% tegangan nominal bus) sementara nilai tegangan terendah terdapat pada bus 3 sebesar 18,253 kV (91,27% tegangan nominal bus) serta meningkatkan arus hubung singkat pada 7, 9, dan 29 dengan peningkatan tertinggi terdapat pada bus 9 sebesar 1,85% dan peningkatan terendah pada bus 29 sebesar 0,48%

Area X is one of many in Indonesia that has not yet reached 100 (a hundred) percent electrification ratio. Increment in population and gross domestic product of area X will also spur load growth rate. Connecting Solar Power Plant (PLTS in Indonesian) can help solve those setbacks by providing additional electrical power supply to enhance the performance of service in area X power system. In this study, area X power system will be evaluated in the difference it experiences before and after PLTS connection in terms of short circuit and bus voltage level as well as loading percentage using loadflow simulation. It is found from the simulation that a connection of PLTS to Area X power system causes an increase in voltage on every bus within range of tolerance of SPLN 1:1978 which is more than 90% and less than 105% of bus nominal voltage, where the highest bu voltage is on bus 2 with 67,759 kV (96,8% of bus nominal voltage) while the lowest bus voltage is on bus 3 with 18,263 kV (91,27% of bus nominal voltage), as well as increases the short circuit current on bus 7,9 dan 29 with the highest increase on bus 9 by 1,85% and the lowest increase on bus 29 by 0,48%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>