Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Tuberkulosis (TB) dan diabetes mellitus (DM) merupakan 2 penyakitdengan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Gambaran kadar gula darah puasa (GDP)penderita TB dan hubungannya dengan derajat BTA sputum belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata GDP antar derajat BTA dan melihat hubungan antara kadar GDP dengan derajat BTA sputum pasien TB di Ternate. Dari hasil penelitian, diperoleh rata-rata GDP pasien TB109,34 ± 74,2 mg/dl,tidak terdapat perbedaan reratakadar GDP yang bermakna antara kelompok derajat BTA dan terdapat hubungan antara derajat BTA sputum dengan hasil pemeriksaan GDP pada pasien TB (p = 0,035) dengan proporsi DM pada pasien TB dengan BTA+3 mencapai 40%., Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) are two diseases with high prevalences in Indonesia.Fasting blood glucose (FBG) levels in TB patients and its relationship with the degree of acid fast bacilli (AFB) in sputum smear is still not widely known. This research aimed to get the FBG levels, its mean difference among the degrees of AFB and its relationship with AFB levels in TB patient’s sputum smear in Ternate. The result of FBG level of TB patients was109,34 ± 74,2 mg/dl. There is no significantmean differencesof FBG level among the degrees of AFB but there was aassociation foundedbetween FBG and AFB levels in TB patients (p = 0,035). In addition, the proportion of DM among TB pasient with AFB +3 reached 40%.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattikawa, Geordie Raphael Abraham
"Di Indonesia, tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis hanya mencapai 84% dan kemungkinan terjadinya kekambuhan berada pada 2%. Namun demikian, masih sangat sedikit penelitian yang memelajari hubungan antara ketidak teraturan obat anti tuberkulosis dengan hasil uji sputum BTA pada pasien TB kambuh. Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Persahabatan dengan menggunakan metode cross sectional. Target populasi dari penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis TB kambuh pada tahun 2018.
Dari 40 subjek penelitian, didapati subjek laki-laki berjumlah 19 (47,5%) dan perempuan berjumlah 21 (52,5%). Berdasarkan usia, jumlah kasus kambuh terbanyak dapat ditemui di rentang usia 36-55 dan 46-55 dengan jumlah 10 (25%). Didapati 24 (60%) subjek memiliki riwayat pengobatan yang tidak teratur dan hasil BTA tertinggi adalah negatif dengan jumlah subjek 13 (35%).
Dari hasil analisis chi square, didapatkan p=0,00883 dengan OR 6,43 (IK95% 1,495-27,646) dan dari hasil analisis Mann Whitney, didapatkan p=0,014 dengan rerata peringkat 15,06 dan 24,13 untuk riwayat pengobatan yang teratur dan tidak teratur. Ada hubungan antara riwayat pengobatan tuberkulosis dengan hasil jumlah BTA dengan nilai OR 6,43 dengan IK95% 1,495-27,646, dan tren hasil jumlah BTA yang cenderung naik lebih tinggi pada riwayat pengobatan yang tidak teratur.

In Indonesia, the success rate of tuberculosis treatment is only at 84% while the probability of a relapse case to occur is 2%. However, studies regarding the relation of previous tuberculosis regiments with AFB sputum smear are very limited. Datas are collected from RSUP Persahabatan by using cross-sectional method. Subjects of this experiment are patient that has been diagnosed with relapse tuberculosis in the year 2018. From 40 subjects, the ratio between male and female is 47,5% and 52,5% respectively.
Most subjects are on the age range of 36-45 and 46-55 (10 subjects each). Among those 40 subjects, 24 (60%) has been found to have irregular precious TB regiments while 13 has negative results of AFB sputum smear. Upon bivariate analysis with chi square, it is found that patients with irregular previous TB regiments are 6,43 times more likely (p=0,00883 OR 6,43 CI95% 1,495-27,646) to have a positive AFB sputum smear than those with regular previous TB regiments.
Upon using Mann Whitney analysis, it is found that average rank of irregular treatment and regular treatment is 24,13 and 15,06 respectively. There is a relation of previous TB regiments with results of AFB sputum smear with OR 6,43 CI95% 1,495-27,646 and a positive trend of AFB sputum smear on patients with irregular previous TB treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrine Permata Leoni
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar gula darah puasa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada Satlantas dan Sumda di Polresta Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 143 responden. Penelitian dilakukan pada April sampai Mei 2012. Data yang dikumpulkan adalah kadar gula darah puasa, pendidikan terakhir, suku, riwayat diabetes melitus, umur, IMT, RLPP, asupan karbohidrat, asupan serat, asupan protein, asupan lemak, pengetahuan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan cara pengukuran kadar gula darah puasa, pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, dan wawancara (food recall).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur, suku, RLPP, dan asupan protein dengan kadar gula darah puasa (nilai p < 0,05). Disarankan untuk melakukan intervensi melalui program pencegahan penyakit degeneratif berupa penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan konsultasi gizi terutama tentang kadar gula darah.

This study aims to know the description of fasting blood glucose levels and the factors that influence in Employees of Satlantas and Sumda Polresta Depok. The design study is a cross sectional study conducted on 143 respondents.The study was conducted from April to May 2012. Data collected were fasting blood glucose levels, the latest education, ethnicity, history of diabetes mellitus, age, BMI, WHR, carbohydrate intake, fiber intake, protein intake, fat intake, knowledge, physical activity, and smoking habits by measuring fasting blood glucose levels, anthropometric measurements, filling questionnaires, and interview (food recall).
The results of this study showed significant correlations between age, ethnicity, WHR, and protein intake with fasting blood glucose levels (p value < 0.05). It is recommended to intervene through programs of prevention of degenerative diseases of education, health, and nutrition consultation, especially on blood glucose levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Robby Gunawan
"ABSTRAK
Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Waist hip ratio (WHR), gambaran gula dan insulin dan skor kualitas hidup merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan. Terapi akupunktur  secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur  merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak  nyeri dan tidak invasif. Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n=19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n=19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi  laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada waist hip ratio (WHR) (p=0,000, CI 95%) dan skor kualitas hidup (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar gula darah puasa  (p=0,000, CI 95%) dan insulin (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi.  Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pada pasien obesitas.
ABSTRAK

ABSTRACT
Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Waist hip ratio (WHR), Glucose and insulin levels, and quality of life score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed. Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid and glucose metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness. This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n=19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n=19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score were assessed before and after the treatment course. The result shows there is a statiscally significant difference on waist hip ratio (p=0,000, CI 95%) and quality of life score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on blood glucose levels (p=0,000, CI 95%) and insulin level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Agung Handriawan
"Latar Belakang: Bekerja di lingkungan offshore berpotensi menimbulkan stres kerja. Menurut penelitian sebelumnya stres kerja dapat meningkatkan kadar glukosa darah, Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa tinggi dan DM dengan stres kerja serta faktor risiko lainnya pada pekerja offshore.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 156 orang responden. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, dislipidemia,tekanan darah, jabatan pekerjaan, masa kerja, dan stres kerja. Data diperoleh dari penilaian tingkat stress melalui Survei Diagnostik stres dan hasil medical check up tahun 2017. Analisis data menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Prevalensi glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus sebesar 12.2 . Berdasarkan uji Fisher terdapat hubungan yang bermakna antara usia, dislipidemia, jabatan pekerjaan dan masa kerja dengan kadar glukosa darah puasa tinggi dan Diabetes Mellitus , namun pada analisis multivariat hanya faktor jabatan pekerjaaan supervisor merupakan yang paling dominan mempengaruhi dgn OR=7,051 95 CI 1,963-25,325. Tidak ditemukan adanya hubungan antara hasil SDS dengan kadar glukosa darah tinggi dan DM.
Kesimpulan dan saran: Faktor risiko paling dominan terhadap glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus adalah faktor jabatan pekerjaan oleh karena itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu skrining hasil MCU untuk pekerja khususnya jabatan supervisor, melakukan pemeriksaan berkala kadar glukosa darah, memperbanyak aktivitas fisik ketika bekerja dilapangan serta program peningkatan kesadaran kesehatan, terutama mengenai pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

Background: Working in offshore environments where workers are placed in remote locations will potentially cause work stress. According to previous researches, work stress can increase blood glucose levels. This study aims to prove Relation of High Fasting Blood Glucose level and DM with Job Stress and Other Risk Factors In Offshore Workers.
Method: This study used cross sectional design with total 156 respondents. The studied variables were age, body mass index, abdominal circumference, dyslipidemia, and blood pressure as well as job risk, job position, working period, and work stress. The tools used to evaluate the stress level were Stress Diagnostic Survey and results of periodic Medical Check up in 2017. The analysis of research data used univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
Study Results: The prevalence of high fasting blood glucose anad Diabetes Meliitus is 12,2 . Using Fisher statistic test, an association was found between age, dyslipidemia, job position,woking period and high fasting blood glucose or diabetes mellitus. But multivariate analyses showed that only job title supervisor is the most dominant influential factor Oradj 7,051 95 CI 1,963 25,325. There was no correlation between SDS results with high fasting blood glucose level and DM.
Conclusion and Suggestion: The employee's job function is the most dominant factor in high fasting blood glucose Diabetes Mellitus, therefore it is important to conduct several activities such as screening on MCU record, particularly on Supervisors conducting routing blood glucose check increasing physical activities at work and carrying out the health awareness program, especially awareness on DM prevention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Afaratu
"Latar belakang. Pada tahun 2015, prevalensi perokok di indonesia mencapai 76% pada populasi laki-laki dan 3,6% pada populasi perempuan. Prevalensi merokok yang tinggi dapat berdampak pada penyebaran infeksi.
Metode Penelitian. Pengambilan data dilakukan di RSUP Persahabatan menggunakan metode potong-lintang pada populasi pasien TB paru dan memiliki hasil uji BTA positif, yang datang ke poli pada bulan Oktober-November 2018.
Hasil. Sebanyak 129 subjek merupakan TB paru dengan hasil BTA positif. Diantaranya, 70 (54,4%) subjek bukan perokok, 29 (22,5%) perokok ringan, 20 (15,5%) perokok sedang, dan 10 (7,8%) perokok berat. Dari 129 subjek, 25 (19,4%) subjek berada pada kategori hasil BTA scanty, 45(34,9%) pada kategori 1+, 28 (21,7%) subjek pada kategori 2+, dan 31 (24,0%) pada kategori 3+. Hasil analisis menunjukan bahwa kebiasan merokok berkorelasi positif lemah (d = 0,214, p = 0,010), berdasarkan jumlah konsumsi rokok per hari dan lama tahun merokok, dengan tingginya hasil uji BTA (jumlah kandungan bakteri tahan asam pada sputum).
Kesimpulan. Riwayat kebiasan merokok (jumlah konsumsi rokok per hari x lama merokok dalam tahun) berkorelasi lemah dengan hasil uji BTA sebelum pengobatan.

Objectives. In the year 2015, a high number of smoking prevelance in Indonesia reached 76% among men above 15 years old and 3,6% among women above 3,6%. This high number of prevalence could be a high risk to infection of tuberculosis.
Methods. Data collection was conducted at RSUP Persahabatan by cross-sectional method. Subjects are lung TB patients who has positive acid-fast bacilli (AFB) smear result and came to the hospital on October-November 2018.
Result. A total of 129 lung TB subjects had a positive AFB smear. Among those, 70 (54,4%) subjects are not a smokers, 29 (22,5%) are mild smokers, 20 (15,5%) are moderate smokers, and 10 (7,8%) are heavy smokers. From 129 subject, 25 (19,4%) subjects are found to be in the AFB criteria of scanty, 45(34,9%) subjects have 1+ result, 28 (21,7%) subjects have 2+ result, dan 31 (24,0%) subjects have 3+ result. A bivariate analysis was then condected and shows that there is a weak positive correlation (d = 0,214, p = 0,010) between smoking and high result of AFB smear.
Conclusion: Smoking (calculated by number of ciggarete smoked everyday x period of time consumed (years)) has a weak positive correlation with the result of acid-fast bacilli smear pre-treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firohmatin
"ABSTRAK
Remaja obesitas cenderung memiliki aktivitas fisik rendah sehingga lebih beresiko mengalami penyakit degeneratif, salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pada remaja obesitas di Depok tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, sampelnya adalah remaja yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 56 responden, dengan consecutive sampling, menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Penelitian ini menunjukan remaja obesitas yang memiliki aktivitas fisik rendah memiliki kadar gula darah tinggi (17,2%) dengan hasil (p=0,04; α= 0,05) artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk melakukan kegiatan promotif dan preventif untuk pencegahan peningkatan kadar gula darah pada remaja dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur.

ABSTRACT
Adolescents are obese tend to have low levels of physical activity which risk of degenerative diseases, one of which Diabetes Mellitus. The aim of this study was investigate the relationship between physical activity with fasting blood sugar levels in obese adolescents in Depok 2016. This study used a cross-sectional design, the sample are teenagers who have the nutritional status of obesity with 56 respondents, by consecutive sampling, using statistical tests Kolmogorov- Smirnov. This study shown that obese adolescents with low levels of physical activity have high blood sugar levels (17.2%) with the result (p= 0.04; α= 0.05) means that there was a relationship between physical activity with fasting blood sugar levels. This study is expected to be the basis for promotion and preventive activities to prevent an increase in blood sugar levels in adolescents by conducting regular physical activity."
2016
S63997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Jachtaniaedwina
"Latar Belakang: Peningkatan prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan obesitas sentral di Indonesia merupakan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat, terutama bagi wanita. Lingkar pinggang dan glukosa darah puasa adalah indikator kunci kesehatan metabolik. Studi ini memeriksa hubungan antara Planetary Health Diet Index (PHDI) dan indikator-indikator tersebut di antara wanita Minang dan Sunda di Indonesia.
Metode: Data dari studi cross-sectional "Diets, Metabolic Profiles, and Gut Microbiota Among Indonesian Women in Minang and Sundanese-ethnic Communities" digunakan. Asupan makanan dinilai menggunakan kuesioner frekuensi makanan semi-kuantitatif (FFQ), dan PHDI dihitung serta divalidasi. Pengukuran antropometrik termasuk BMI, lingkar pinggang, dan kadar glukosa darah puasa dicatat, dengan kadar glukosa diukur menggunakan metode kolorimetri glukosa oksidase. Usia, aktivitas fisik, etnis, dan area tempat tinggal dievaluasi melalui kuesioner. Analisis regresi linier disesuaikan dengan faktor pengganggu: usia, BMI, etnis, dan area tempat tinggal untuk lingkar pinggang; dan usia, BMI, serta lingkar pinggang untuk glukosa darah puasa.
Hasil: Tidak ada hubungan signifikan antara PHDI dengan lingkar pinggang maupun kadar glukosa darah puasa. Setelah disesuaikan dengan faktor pengganggu, umbi-umbian dan kentang (β adjusted = 0,288, p = 0,014) serta produk susu (β adjusted = 0,755, p = 0,022) secara signifikan berkorelasi positif dengan lingkar pinggang. Asupan buah secara signifikan berkorelasi positif dengan kadar glukosa darah puasa (β adjusted = 0,973, p = 0,046).
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa meskipun PHDI secara keseluruhan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan lingkar pinggang atau kadar glukosa darah puasa, komponen diet spesifik seperti umbi-umbian dan kentang, serta produk susu berhubungan dengan lingkar pinggang yang lebih besar. Selain itu, asupan buah yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa. Temuan ini menekankan perlunya intervensi diet pada komponen makanan spesifik dalam PHDI untuk meningkatkan kesehatan metabolik yang lebih baik pada wanita Indonesia.

Background: The rising prevalence of type 2 diabetes mellitus and central obesity in Indonesia presents major public health challenges, especially for women. Waist circumference and fasting blood glucose are key indicators of metabolic health. This study examines the link between the Planetary Health Diet Index (PHDI) and these indicators among Minang and Sundanese women in Indonesia.
Methods: Data from the cross-sectional study "Diets, Metabolic Profiles, and Gut Microbiota Among Indonesian Women in Minang and Sundanese-ethnic Communities" were used. Dietary intake was assessed using a semi-quantitative food frequency questionnaire (FFQ), and the PHDI was calculated and validated. BMI, waist circumference, and fasting blood glucose levels were recorded, with glucose levels measured using a glucose oxidase colorimetric method. Age, physical activity, ethnicity, and living area were evaluated through questionnaires. Linear regression analysis was adjusted for confounders: age, BMI, ethnicity, and living area for waist circumference, and age, BMI, and waist circumference for fasting blood glucose.
Results: There is no significant association between PHDI with either waist circumference and fasting blood glucose levels. After adjusting for confounders, tubers and potatoes (adjusted β = 0.288, p = 0.014) and dairy (adjusted β = 0.755, p = 0.022) were significantly positively correlated with waist circumference. Fruit intake was significantly positively correlated with fasting blood glucose levels (adjusted β = 0.973, p = 0.046).
Conclusions: The study highlights that while the overall PHDI did not show a significant association with waist circumference or fasting blood glucose levels, specific dietary components such as tubers and potatoes, and dairy were linked to larger waist circumference. Additionally, higher fruit intake was associated with increased fasting blood glucose levels. These findings emphasize the need for targeted dietary interventions focusing on specific food components within the PHDI to improve metabolic health outcomes among Indonesian women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Austin W.
"ABSTRACT
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang diderita oleh banyak orang di dunia termasuk Indonesia. Konversi sputum adalah salah satu cara untuk mengevaluasi respon pasien tuberkulosis, namun konversi sputum dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah grading sputum yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan penelitian mengenai keberhasilan konversi sputum dihubungkan dengan sputum smear grading. Studi ini dilakukan di tiga puskesmas di Depok dan menggunakan 293 formulir TB.01. Terdapat 25 kejadian gagal konversi dimana 16 dari kejadian itu didapatkan pada kelompok dengan sputum smear grading yang tinggi. Analisis statistik dari data yang didapat menunjukkan bahwa ada hubungan antara sputum smear grading yang tinggi dengan kegagalan konversi dengan RR 3.380 yang memiliki indeks kepercayaan 95 1.549 hingga 7.375. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sputum smear grading merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan konversi pada pasien TB.

ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease suffered by many people in the world including Indonesia. Sputum conversion is an indicator to evaluate patient rsquo s response against Tuberculosis drug, but sputum conversion is influenced by many factors and high sputum grading is one of them. In this research, we seek the relation between sputum smear grading and the success of sputum conversion. This study is done in three public health center in Depok and using 293 TB.01 formulir. There are 25 incidence of failure in sputum conversion and 16 of it is from the group whose sputum smear grading is high. Statistical analysis from the data showed that there is a relation between high sputum smear grading and sputum conversion. The RR is 3.380 with 95 confidence interval 1.549 to 7.375. The conclusion from this study is that sputum smear grading is an important factor that influence success rate of conversion of sputum in tuberculosis patient."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Khomeini Takdir
"ABSTRAK
Pendahuluan:
Interferon gamma (IFN-γ) merupakan sitokin penting dalam upaya mengeliminasi M. tuberculosis. Kadar IFN-γ pada pasien tuberkulosis (TB) ditemukan meningkat dan akan mengalami penurunan setelah menjalani terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar IFN-γ serum dan derajat kepositifan sputum basil tahan asam (BTA).
Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode rancangan potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan di RS. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Labuang Baji Makassar mulai Juni 2013 sampai Maret 2014. Sampel dipilih dengan metode convenience accidental sampling. Sampel yang dianalisis berupa plasma penderita TB paru dan orang sehat di masyarakat yang diukur dengan teknik analisis Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis menggunakan SPSS for windows versi 17.0.
Hasil:
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 88 subjek dengan 50 subjek TB paru dan 38 subjek kontrol. Berdasarkan pemeriksaan sputum BTA, ditemukan 4 (8%) subjek dengan BTA negatif, 7 (14%) subjek dengan 1 sampel BTA positif, 17 (34%) subjek dengan 2 sampel BTA positif, dan 22 (44%) subjek dengan 3 sampel BTA positif. Didapatkan kecenderungan peningkatan kadar IFN-γ seiring meningkatnya derajat kepositifan sputum BTA. Terdapat perbedaan bermakna kadar serum IFN-γ dengan derajat kepositifan sputum BTA pada pasien TB paru kasus baru.
Simpulan:
Kadar IFN-γ serum cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya derajat kepositifan sputum BTA."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>