Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ziyad Fadlullah
"Latar belakang: Pada penuaan paru, terjadi perubahan fisiologi, parenkim, anatomi serta imun. Perubahan fisiologi dapat dilihat dari perubahan volumevolume paru fisiologis pada pengukuran spirometri. Perubahan anatomi antara lain pada dinding dada, otot respirasi serta perubahan parenkim paru dan saluran napas. Perubahan parenkim paru yang telah diteliti salah satunya adalah penurunan serat elastin sehingga daya elastik rekoil berkurang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan/korelasi antara ruang udara alveolus, terhadap penuaan.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional analytical correlative. Subjek penelitian adalah tikus Sprague-Dawley dengan rentang usia 2 hari, 16 hari, 3 – 4 bulan dan 12 bulan yang ditentukan dengan single blind randomization dengan total 24 ekor. Data yang diambil adalah panjang ruang udara alveolus yang diukur menggunakan perangkat lunak Optilab Image Raster. Data diolah dengan uji korealsi Spearman dengan bantuan software SPSS.
Hasil: Rata- rata ruang udara alveolus berdasarkan usia 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan dan 1 tahun adalah 0.467 + 0.038, 0.410 + 0.052, 0.369 + 0.046 dan 0.378 + 0.028. Uji korelasi antara panjang ruang udara alveouls dengan penuaan menunjukkan adanya korelasi lemah (r = -0.227), yaitu semakin bertambah usia (penuaan), panjang ruang udara alveolus semakin kecil.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ruang udara alveolus penuaan, yakni semakin bertambah usia, terjadi perubahan pada ruang udara alveolus.

Background: Aging is a complex process that occurs in each organ. In lung aging, there are some changes in physiology, parenchyma, anatomy and immune system. Physiological changes can be seen from the changes in physiological lung volumes on spirometry measurements. Anatomical changes occurs in the chest wall, muscles of respiration and changes in the lung parenchyma and airways. One of lung parenchyma changes which were investigated is the reduction of elastin fibers that elastic recoil force is reduced. Focus of this study is the relation / correlation between the alveolar air space, with all the evidence of the changes associated with aging, in aging lung.
Method: This study design were cross sectional analytical correlative. Subjects of this research are Sprague-Dawley rats, aged 2 days, 16 days, 3-4 months and 12 months and determined by single blind randomization with total subject are 24. The data is length of the alveolar air spaces and were measured using the software Raster Image Optilab. The data were processed by Spearman correlation using SPSS.
Result: Alveolar air space average based on age of 2 days, 16 days, 3-4 months and 12 months are 0.467 + 0.038, 0.410 + 0.052, 0.369 + 0.046 dan 0.378 + 0.028. Correlation between the length of the air space alveolus with aging showed a weak correlation (r = -0227), which in increasing age (aging), the length of the alveolar air space become smaller.
Conclusion: Based on results and discussion, it can be concluded that there is correlation between lung aging and alveolar air space, increase in age make some change in alveolar air space. The increasing age, there is change in alveolar air space.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S630092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Primadian Suprapto
"Pada paru yang menua, terjadi perubahan pada komponen penyusun jaringan alveolus dan jaringan interstitial paru. Perubahan morfologi ini berpengaruh terhadap proses pertukaran gas yang terjadi di alveolus serta penurunan fungsi faal paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketebalan septum dan rongga udara alveolus pada paru yang mengalami penuaan dengan menggunakan model hewan coba tikus Sprague-Dawley. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectionalanalitic observational. Pengukuran ketebalan septum dan rongga udara alveolus dilakukan pada jaringan paru tikus Sprague-dawley yang dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: kelompok usia 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan, dan lebih dari 12 bulan. Hasil pengukuran rata-rata ketebalan septum interalveolar sesuai dengan urutan kelompok usia adalah 0,436 ± 0,059 μm , 0,399 ± 0,022 μm, 0,474 ± 0,043 μm, 0,512 ± 0,020 μm. Sedangkan rata-rata diameter rongga udara alveolus secara berurutan adalah 0,467 ± 0,038 μm, 0,410 ± 0,052 μm, 0,370 ± 0,046 μm, 0,378 ± 0,028 μm. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapatkan hasil bahwa ketebalan septum alveolus mempunyai berkorelasi sedang dengan rongga udara alveolus (r = -0,528). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penuaan tikus Sprague-Dawley, ketebalan septum interalveolar akan bertambah dan rongga udara alveolus akan berkurang.

Aging process on the lung gives a result in morphological changes of alveolus and its interstitial components. These changes alter the respiratory function of the lung as marked as increasing lung residual volume and decreasing lung vital capacity. The aim of this research is to study the morphological changes of alveolus including septum thickness and alveolar air space changes in aging lung. We used cross sectional-analitic observational study to conduct this research. The microscopic observation has been done on Sprague-Dawley rats’ lung preparation from different age group of rats (2 days, 16 days, 3-4 months, and more than 12 months). The means of interalveolar septum measurement are 0.436 ± 0.059 μm, 0.399 ± 0.022 μm, 0.474 ± 0.043 μm, and 0.512 ± 0.020 μm respectively. The means of alveolar air space measurement are 0.467 ± 0.038 μm, 0.410 ± 0.052 μm, 0.370 ± 0.046 μm, and 0.378 ± 0.028 μm respectively. The Pearson correlation study show that there is a moderate correlation between septum thickness and alveolar air space (r = -0.528). As the age of the rats increased, the alveolar septum thickness increased and alveolar air space reduced.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Aprilia Asthasari
"Alveolus neonatus mengalami perkembangan dalam hal jumlah dan ukuran pada masa pascanatal. Pada perkembangan tersebut, jumlah alveolus bertambah dan dimensi alveolus – dalam hal diameter – meningkat bersama dengan peningkatan volume total paru. Penelitian ini bertujuan mencari korelasi panjang diameter alveolus dengan usia pada perkembangan paru neonatus. Desain penelitian merupakan potong lintang dalam studi analitik observational. Empat kelompok tikus Sprague-Dawley usia 2, 4, 10, dan 16 hari digunakan sebagai model coba. Paru tikus yang telah dijadikan sediaan histologis difoto di bawah mikroskop untuk kemudian diukur dengan program Optilab Image Raster. Panjang diameter alveolus paru tikus Sprague-Dawley diukur pada sepertiga tengah lapang pandang dengan metode proporsi, yaitu membandingkan total panjang diameter alveolus pada satu lapang pandang dengan total panjang lapang pandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata panjang diameter alveolus mengalami penurunan dari 0,466 (SD 0,093) pada usia 4 hari menjadi 0,401 (SD 0,126) pada usia 16 hari. Namun, korelasi usia dan panjang diameter alveolus tidak signifikan dengan kekuatan korelasi lemah (Spearman, p = 0,451 dan r = -0,162). Disimpulkan bahwa panjang diameter alveolus paru tidak berkorelasi dengan usia perkembangan neonatus tikus Sprague-Dawley.

Alveolar changes in amount and size occur in lung morphogenesis during post-natal development. During the development, the amount of alveolar multiplies and the alveolar dimension – measured in diameter – expanses as the total lung volume increases until alveoli reach its mature age. This study aimed to find a correlation between alveolar diameter and age during post-natal development. The research design was cross sectional, an analytic observational study. Four groups of Sprague-Dawley rats, i.e. 2, 4, 10, and 16 days-old were used as model. Rats' lungs that have been processed histologically were captured as photos under light microscope, and were measured using Optilab Image Raster. The alveolar diameter was measured using ratio of the total length of the diameter and total length of horizontal field on one-third middle of the field. Mean length proportion of alveolar diameter were found decreasing from 0,466 (SD 0,093) at age 4 day to 0,401 (SD 0,126) at age 16 day. However, correlation between alveolar diameter sizes in post-natal ages was insignificant with low correlation power (Spearman p = 0,451 and r = -0,162). In conclusion, alveolar diameter has no correlation with age during lung development of Sprague-Dawley rat's neonates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Rania Sutanto
"Latar Belakang: Photoaging dapat mengakibatkan terjadinya penuaan kulit dini, kerutan kasar, hilangnya elastisitas dan kelenturan, tekstur kulit menjadi tidak rata, keratosis, serta perubahan pigmentasi kulit. Individu yang secara geografis tinggal di daerah sering terpajan sinar matahari lebih rentan mengalami photoaging, contohnya di area pesisir. Pengukuran photoaging menggunakan Skala Glogau, sedangkan pengukuran pajanan sinar matahari menggunakan sun index.
Tujuan: Menganalisis profil photoaging berdasarkan skala Glogau dan korelasinya dengan riwayat pajanan matahari menggunakan sun index pada masyarakat pesisir.
Metode: Merupakan studi deskriptif analitik dengan desain potong-lintang. Populasi target penelitian adalah orang berusia ≥20 tahun dengan kulit tipe Fitzpatrick III, IV, atau V, serta berisiko tinggi photoaging dengan rerata pajanan sinar matahari ≥ 3 jam perhari. Subjek penelitian (SP) diambil dengan metode consecutive sampling berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan. Analisis statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Nilai p<0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Hasil: Diantara 55 SP, 3 orang termasuk dalam Skala Glogau II, 42 orang dalam Skala Glogau III, dan 10 orang dalam Skala Glogau IV. Mayoritas memiliki kerutan yang tetap ada saat wajah tidak bergerak, paling banyak pada regio dahi 74,5%, nasolabial 70,9%, dan sudut mata 69,1%. Perubahan pigmentasi paling dominan ditemukan adaalah diskromnia (65,5%), serta tidak ditemukan keratosis aktinik pada mayoritas SP (98,2%). Diperoleh nilai median sun index sebesar 10,91, dan median BSA yang terpajan matahari sebesar 20,50%. Rerata total durasi pajanan matahari adalah 53,63 jam/minggu. Didapatkan korelasi lemah namun tidak bermakna secara statistik antara sun index dengan keparahan derajat photoaging berdasarkan Skala Glogau (r = 0,205; p = 0,134). Dari data tambahan didapatkan korelasi positif lemah yang bermakna antara lamanya pajanan matahari per minggu dan keparahan derajat photoaging berdasarkan Skala Glogau (r = 0,281; p = 0,038), serta didapatkan korelasi positif sedang yang bermakna antara usia dan derajat keparahan photoaging berdasarkan Skala Glogau (r = 0,631; p < 0,001). Didapatkan keratosis seboroik pada hampir seluruh SP, terutama pada kelompok Glogau tipe III (77,3%). Lebih banyak ditemukan SP yang tidak merokok pada Glogau II (100%) dan III (57,1%), sedangkan Glogau IV lebih banyak pada pasien merokok (80%). Didapatkan pula Glogau II dan III lebih banyak pada perempuan (100% dan 59,5%), sedangkan Glogau IV lebih banyak pada laki-laki (80%).
Kesimpulan: Berdasarkan klasifikasi photoaging menurut Glogau, 3 orang termasuk dalam Skala Glogau II, 42 dalam Skala Glogau III, dan 10 dalam Skala Glogau IV. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara sun index dengan keparahan derajat photoaging berdasarkan Skala Glogau.

Background: Photoaging can cause premature skin aging, coarse wrinkles, loss of elasticity, uneven skin texture, keratosis, and skin pigmentation changes. Individuals who geographically live in areas frequently exposed to sunlight are more susceptible to photoaging, for example in coastal areas. Photoaging was classified using Glogau scale and sun exposure was measured by sun index.
Aim: To analyze the photoaging profile based on Glogau Scale and its correlation with the history of sun exposure using sun index in coastal population.
Method: This is an analytic descriptive study witha cross-sectional design. The target population for this study were people aged ≥20 years with skin types Fitzpatrick III, IV, or V, and at high risk of photoaging with an average sun exposure of ≥ 3 hours per day. The research subjects were taken by consecutive sampling method based on acceptance and rejection criteria. Appropriate statistical analysis was performed to prove the research hypothesis. P value of <0.05 is considered statistically significant.
Results: Among 55 subjects, 3 people are included in the Glogau II cathegory, 42 people in the Glogau III, and 10 people in the Glogau IV. Majority have wrinkles at rest, the most wrinkles were found in forehead region 74.5%, nasolabial 70.9%, and crow’s feet 69.1%. The most dominant pigmentation changes were dyschromia (65.5%), and no actinic keratosis was found in the majority subjects (98.2%). The median sun index value was 10.91, and the BSA median exposed to the sun was 20.50%. The average total duration of sun exposure was 53.63 hours/week. In additional data, there a was weak correlation but not statically significant between sun index and the severity of photoaging based on the Glogau Scale (r = 0.205; p = 0.134). A significant weak correlation was obtained between sun exposure per week and the severity of photoaging based on the Glogau Scale (r = 0.281; p = 0.038), and a significant moderate correlation was obtained between age and the severity of photoaging based on the Glogau Scale (r = 0.631; p < 0.001). Seborrheic keratosis was found in almost all subjects, especially in the Glogau type III group (77.3%). There were more non-smokers in Glogau type II (100%) and III (57,1%), while type IV was more common in smoking patients (80%). It was also found that type II and III Glogau were more common in women (100% and 59,5%), while type IV Glogau were more common in men (80%).
Conclusion: Based on Glogau photoaging scale, 3 people are included in the Glogau II category, 42 people in the Glogau III, and 10 people in the Glogau IV. There was no significant correlation between sun index and the severity of photoaging based on the Glogau Scale.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Ayu Miranthy
"Latar belakang: Celah alveolar dapat menimbulkan masalah estetika dan fungsional yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Terdapat beberapa cara untuk menutup celah alveolar, diantaranya dengan perawatan orthodonti, pemasangan protesa, hingga dilakukannya tandur tulang. Tandur tulang merupakan baku standar untuk dilakukannya prerawatan celah alveolar. Upaya untuk mendapatkan hasil operasi tandur tulang yang optimal perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya waktu operasi, teknik operasi, lebar celah, dan kondisi gigi kaninus. Penilaian terhadap hasil operasi tandur tulang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan operasi dengan cara mengukur sudut gigi kaninus, tinggi vertikal gigi kaninus, dan tinggi tulang alveolar. Tujuan: Untuk mengevaluasi hasil operasi tandur tulang sekunder melalui tinggi tulang alveolar dengan radiograf dan dianalisa dengan Bergland indeks serta perubahan sudut gigi kaninus, tinggi vertikal gigi kaninus. Metode: 5 radiograf OPG dan 12 radiograf oklusal didapatkan dari pasien operasi tandur tulang sekunder dengan cara restrospektif analitik dari poli CLP RSAB Harapan Kita. Hasil: Didapatkan nilai sebesar 91% keberhasilan operasi tandur tulang dinilai dari tinggi tulang alveolar. Adanya perubahan sudut gigi kaninus dan tinggi vertikal gigi kaninus sebelum dan sesudah operasi. Kesimpulan: Keberhasilan operasi tandur tulang yang ditandai dengan terbentuknya bone brigde akibat adanya gaya mekanikal pada celah alveolar setelah operasi tandur tulang yang dapat dinilai dengan adanya perubahan sudut gigi kaninus dan tinggi vertikal gigi kaninus.

Background: Alveolar cleft can effect the quality of life the patient due to esthetic and functional problems. There are several techniques to close alveolar cleft such as orthodonti treatment, dental prothesis, and bone grafting. Secondary alveolar bone graft is the gold standar in alveolar cleft treatment. In order to get the optimum result of secondary alveolar bone graft, there are some factors need to be considered timing of operation, operation technique, width of the cleft, and condition of canine teeth. Some parameters were used to evaluate the secondary alveolar bone graft procedure, there are canine angle, vertical height of canine, and alveolar height. Objective: to evaluate secondary alveolar bone graft procedure using alveolar height by Bergland radiographic scale and canine angle and vertical height. Method: 5 OPG and 12 oklusal radiograph were collected from patient alveolar cleft post secondary alveolar bone grat using retrospective analytic sampling from Harapan Kita Hospital. Result: Satisfactory results were obtained in 91% of cases. There are significant changes in canine angle and vertical height post secondary alveolar bone graft procedure. Conclusion:Formation of bone bridge due to mechanical force in alveolar cleft post secondary alveolar bone graft can be identified by the change of canine angle and vertical height."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sirma I Mada
"Perkembangan paru yang terjadi sejak masa embrio hingga pascanatal menentukan efektivitas pertukaran gas, khususnya pada alveolus. Penelitian mengenai struktur ketebalan dinding alveolus paru dan kaitannya dengan diameter alveolus pascanatal belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketebalan dinding alveolus paru dengan panjang diameter alveolus pada perkembangan paru neonatus tikus Sprague-Dawley. Jaringan paru tikus Sprague Dawley usia 2, 4, 10, dan 16 hari yang telah diproses secara histologis dengan pewarnaan Trichrome Masson, diamati dan difoto di bawah mikroskop, kemudian diukur ketebalan dinding dan panjang diameter alveolus-nya dengan Optilab Image Raster. Data disajikan masing-masing dalam bentuk proporsi total ketebalan dinding alveolus atau panjang diameter alveolus terhadap total panjang horizontal garis di sepertiga lapang pandang foto. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan ketebalan dinding alveolus paru dan penurunan panjang diameter alveolus dengan korelasi negatif sedang (uji Pearson; r=-0,523; p=0,009). Disimpulkan bahwa peningkatan ketebalan dinding alveolus berkorelasi dengan penurunan panjang diameter alveolus pada paru neonatus tikus Sprague Dawley.

Lung development, which happens during embryonic period until postnatal, will determine the effectiveness of the gas exchange process. Until recently, study about the thickness of septum interalveolar and the diameter length of alveolus has not been reported yet. This study aimed to know the correlation between the thickness of septum interalveolar and the diameter length of alveolus on postnatal lung development of Sprague Dawley rat. The Sprague Dawley rats aged 2, 4, 10, and 16 days tissues that were processed histologically with Masson’s Trichrome stain were observed and photographed using microscope. Subsequently, the septum interalveolar and diameter were measured by using Optilab Image Raster. The data were presented each in ratio of total alveolar septum or total alveolar diameter to the horizontal length of one-third visual field. Our study showed that there is a significant moderate correlation between the thickness of septum interalveolar and the diameter length of alveolus on Sprague Dawley rat (Pearson’s test; r=-0.523 ; p=0.009). As summary, the septum interalveolar increase while the diameter decrease on lung development of postnatal Sprague Dawley rat.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matheus Nathanael
"Pendahuluan. Proses penuaan merupakan kondisi gangguan fungsi akibat penurunan integritas fisiologis yang dapat menjadi faktor risiko penyakit utama lain. Proses penuaan diakibatkan radikal bebas dan kondisi stres oksidatif sehingga dapat mempercepat proses penuaan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan mediator proinflamasi, penurunan kognisi dan kekuatan otot. Berdasarkan studi, Acalypha indica Linn (AI) menunjukkan efek antioksidan dan antiinflamasi. Ekstrak tanaman herbal AI juga diketahui dapat menekan sitokin proinflamasi, meningkatkan kognisi dan kekuatan otot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh AI dalam proses penuaan melalui perlakuan terhadap tikus Sprague-Dawley (SD) tua.
Metode. Tikus SD terdiri dari Tikus SD tua (n=21) dan Tikus SD muda sebagai pembanding (n=6). Tikus SD tua dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok perlakuan (ekstrak etanol AI 250 mg/kg berat badan), kontrol negatif, dan kontrol positif (vitamin E 6 IU). Kognisi tikus SD diuji menggunakan metode Y-maze sebelum dan selama perlakuan melalui uji setiap minggu. Perlakuan diberikan tikus selama 28 hari. Pada hari ke-29, kekuatan otot tikus dilakukan dengan metode grip test, setelah itu tikus diterminasi dan dilakukan pengukuran kadar interleukin-6 darah menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Hasil. Ditemukan penurunan kadar IL-6 darah (p=0,02) dan peningkatan kekuatan otot (p=0,032) yang signifikan pada kelompok perlakuan (AI) dibandingkan dengan kontrol negatif. Namun, tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada kognisi tikus (p>0,05).
Kesimpulan. Ekstrak etanol AI dapat menurunkan kadar IL-6 darah dan meningkatkan kekuatan otot tikus SD tua, tetapi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kognisi tikus SD tua. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat lebih jauh dan mendalam mengenai potensi AI sebagai agen antipenuaan.

Objectives. Aging is a condition of impaired function due to the decrease of physiological" "integrity that can be a risk factor for another disease. Aging process is caused by free radicals and oxidative stress that can increase proinflammatory mediators, such as interleukin-6. Acalypha indica Linn (AI), is widely used as a herbal medicine. Studies have shown that AI have antioxidant and antiinflammatory effects and known to suppress proinflammatory cytokines, improve cognition and muscle strength. We aimed to study the effects of AI in the aging process through treatment on aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Methods. Old (n=21) and young SD rats as a comparison group (n=6). Aged rats were divided into treatment group (AI ethanolic extract 250mg/kg bodyweight), negative control, and positive control (6IU vitamin E). SD rats cognition was tested (Y-maze method) before and during treatment every week. Treatment was given for 28 days. On the 29th day, muscle strength was tested (grip test). SD rats were terminated and measured for its blood interleukin-6 levels using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Results. Decrease in blood IL-6 levels (p=0.02) and an increase in muscle strength (p=0.032) significantly was found in the treatment group (AI) compared to negative control. Statistics did not show significant differences in rats cognition (p>0.05).
Conclusions. AI ethanolic extracts can reduce blood IL-6 levels and increase muscle strength on aged SD rats, but did not have a significant effect on its cognition. More research is needed to look further about the potential of AI as an antiaging agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Handbook of the Psychology of Aging has become the definitive reference source for information on the psychology of adult development and aging. It provides comprehensive reviews of research on biological and social influences on behavior and age-related changes in psychological function. The seventh edition of the Handbook will contain all new material and include an entirely new section devoted to what neuroscience has discovered on cognitive aging. Contains all the main areas of psychological gerontological research in one volume Entire section on neuroscience and aging Begins with a section on theory and methods Edited by one of the father of gerontology (Schaie) and contributors represent top scholars in gerontology"
Amsterdam: Elsevier, 2011
155.67 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yulpida Rizki
"Depresi merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia. Tingginya tingkat depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup. Spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar lansia yang dapat digunakan sebagai strategi koping dalam menghadapi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesehatan spiritual dan depresi pada lansia di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 37 lansia yang dipilih melalui total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesehatan spiritual dan depresi dengan p value 0,340 (p > 0,05), akan tetapi lansia dengan kesehatan spiritual tinggi lebih berisiko rendah untuk mengalami depresi. Pemberi pelayanan di Sasana Tresna Werdha perlu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan spiritual sebagai salah satu upaya untuk mengurangi gejala depresi pada lansia.

Depression is a common problem which can occur in older adult. High level of depression can affect quality of life. Spiritual is one of basic needs that can be used as coping strategy to solve depression.This study aimed to determine the relationship between spiritual health and depression in older adult in Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur East Jakarta. The study design was cross sectional, involved 37 older adult who were selected through the total sampling.
The result of this study indicated that there was no significant relationship between spiritual health and depression with p value 0,340 (p >0,05), therefore older adult with high spiritual have low risk of suffer depression. Health providers in Sasana Tresna Werdha need to maintain and improve spiritual services in order to reduce the symptoms of depression in older adult.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Hertanto
"Angka kejadian fraktur yang masih cukup tinggi, diikuti komplikasi berupa nonunion akan menimbulkan berbagai masalah selama proses penyembuhan yang berujung pada tingginya biaya kesehatan. Berbagai tindakan pencegahan perlu diberikan berdasarkan faktor-faktro yang dapat mempengaruhi penyembuhan tulang. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan pemberian soybean pada tikus sparaque dawley dengan patah tulang femur yang terbagi atas kelompok A/kontrol, kelompok B/25 mg, dan kelompok C/50 mg. Evaluasi dilakukan dengan radiologi dan histopatologi. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi radiologi pada ketiga kelompok. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi histopatologi pada kelompok C dibandingkan kelompok lainnya"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013;
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>