Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riky Maulana Ikhwan
"Formaldehida merupakan senyawa berbahaya yang terkandung dalam udara indoor dalam bentuk gas. Efek negatif dari menghirup senyawa formaldehida, bagi manusia, bermacam-macam mulai dari bersin-bersin, sakit tenggorokan, keracunan akut, penyakit kulit, hingga kanker. Pada beberapa penelitian sebelumnya senyawa formaldehida dipisahkan dari udara dengan proses adsorpsi. Untuk mengetahui kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif, dilakukan uji kinerja dengan mengalirkan udara terkontaminasi formaldehida ke dalam kolom berisikan unggun diam karbon aktif.
Dalam penelitian ini, kinerja proses diketahui dengan membuat model matematika guna memperoleh kurva breakthrough dengan bantuan software COMSOL Multiphysics 4.4. pada variasi nilai laju alir umpan (40 ml/min - 85 ml/min), konsentrasi awal formaldehida (50 ppm - 200 ppm), serta tinggi unggun karbon aktif (3 cm - 4.5 cm). Selanjutnya, dilakukan simulasi adsorpsi karbon dioksida dari udara untuk mengetahui pengaruh polutan lain terhadap kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah profil konsentrasi formaldehida luaran akan semakin lambat meningkat ketika laju alir umpan semakin rendah, konsentrasi awal formaldehida semakin rendah, dan tinggi unggun karbon aktif semakin tebal. Didapatkan pula bahwa keberadaan polutan lain (karbon dioksida) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif.

Formaldehyde is a hazardous chemical substance that is contained in indoor air in gaseous phase. Negative effects of inhaling formaldehyde for human may vary from cough, sore throat, poisoned, skin disease, even cancer. In many other researches, formaldehyde is separated from air by adsorption process. In order to find out the performance of the adsroption column, performance tests are done by flowing formaldehyde-contaminated air to column containing fixed activated carbon bed.
In this research, the process performance is studied by developing a mathematical model to produce breakthrough curves of the adsorption process using COMSOL Multiphysics 4.4. at various gas flow rate (40 ml/min - 85 ml/min), initial conentration of formaldehyde (50 ppm - 200 ppm), and activated carbon bed depth (3 cm - 4,5 cm). Then, a simulation of carbon dioxide adsorption is also done to find out how much other pollutant influences the formaldehyde adsorption process.
The result from this research is the concentration of formaldehyde in the outflow needs longer time to increase at lower gas flow rate, lower initial concentration of formaldehyde, and higher activated carbon bed depth. Also, the presence of other pollutant (carbon dioxide) in the air does not have significant effect to formaldehyde adsorption from air using activated carbon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardosi, Natashya Elly Febrina
"Etanol yang disintesis dari bahan baku terbarukan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin. Umumnya, etanol yang dihasilkan dari proses sintesis masih mengandung air sehingga diperlukan adanya proses pemisahan lanjut. Salah satu metode pemisahan campuran etanol-air dengan tingkat penggunaan energi yang paling efisien adalah adsorpsi. Dalam penelitian ini, kinerja proses adsorpsi kontinyu campuran etanol-air fasa cair diinvestigasi melalui pembuatan model matematis representasi dari proses adsorpsi pada unggun tetap karbon aktif menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
Digunakan model Linear Driving Force (LDF) dengan metode perhitungan Finite Difference Method (FDM) dalam melakukan pemodelan. Proses adsorpsi yang dimodelkan berada dalam kondisi isotermal 30°C, 1 atm. Kesetimbangan adsorpsi campuran etanol-air direpresentasikan dengan isoterm adsorpsi Langmuir. Model disimulasikan untuk mengetahui pengaruh variasi laju alir umpan (5, 10, 15, 20 ml/menit), konsentrasi awal umpan (10%, 25%, 50%, 90% v/v), porositas unggun (0,371; 0,394; 0,411; 0,465) serta tinggi unggun (0,4; 0,8; 1; 1,2 m) terhadap profil kurva breakthrough air.
Hasil simulasi menunjukan keterjalan kurva breakthrough meningkat seiring peningkatan laju alir umpan dan konsentrasi air pada umpan serta pengurangan tinggi unggun, namun tidak tidak berubah pada variasi porositas unggun. Selain itu diketahui bahwa waktu breakpoint terpanjang dari hasil simulasi masing-masing variabel dicapai pada variasi laju alir umpan 5 ml/min, tinggi unggun 1,2 m serta porositas unggun sebesar 0,465. Berdasarkan perhitungan terhadap luas daerah diatas kurva breakthrough, diketahui kapasitas adsorpsi air meningkat dengan signifikan seiring peningkatan konsentrasi air pada umpan. Hal ini ditunjukan dari kenaikan kapasitas adsorpsi dari 0,228 – 1,706 g/gads pada konsentrasi awal air 10 - 90% (v/v).

Ethanol synthesized from renewable sources is utilized as a substitute for gasoline. Generally, ethanol produced from the synthesis process still contains water, hence, a further separation process is needed. One of the separation methods for the ethanol-water mixture which is considered as most efficient in terms of energy utilization is adsorption. In this study, the performance of the continuous adsorption process of the ethanol-water mixture is investigated by generating a mathematical model that represents the fixed-bed adsorption process of the liquid phase ethanol-water mixture on activated carbon using Microsoft Excel.
The model used in this study is the Linear Driving Force Model (LDF) and it’s solved by the numerical Finite Difference Method (FDM). The adsorption process modeled is under isothermal condition of 30°C, 1 atm. The adsorption equilibrium of the water-ethanol mixture is represented by the Langmuir adsorption isotherm. Model simulations are performed to predict the effect of feed flow rate (5, 10, 5, 20 ml/min), feed concentration (10%, 20%, 50%, 90% v/v), bed porosity (0,371; 0,394; 0,411; 0,465) and bed height (0,4; 0,8; 1; 1,2 m) on water breakthrough curves profile.
Based on the simulation results obtained, the steepness of the breakthrough curve increases with the increase in feed flow rate, water feed concentration, and with the reduction in bed length, however, it doesn’t perform any effect with changes in bed porosity. Besides, it is known that the longest breakpoint time achieved from each variable found at the variation of 5 ml/min feed flow rate; 1,2 m bed height, and bed porosity of 0,465. Based on the calculation of the area above the breakthrough curve, the water adsorption capacity increases significantly with the increase of initial water concentration. This is shown from the increase in adsorption capacity from 0,228 – 1,706 g/gads at the change of initial water concentration from 10 – 90% (v/v).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
"Formaldehida merupakan salah satu polutan gas yang menyebabkan gangguan kesehatan sampai tingkat kanker nasofaring. Sintesis karbon aktif berbentuk serbuk dari bambu Petung dengan aditif nanopartikel perak atau tembaga digunakan sebagai penjerap polutan. Kemampuan adsorpsi formaldehida dalam sistem tumpak dan sistem sinambung digunakan untuk mendapatkan model adsorpsi formaldehida.Hasil analisis menunjukkan bahwa karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mempunyai luas permukaan 683 m2/g, diameter pori rata-rata 2,7 nm (mesopori dan mikropori), ukuran nanopartikel 2-6 nm dan terdapat gugus hidroksil pada permukaan karbon.
Sifat dan kemampuan karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada karbon aktif dengan nanopartikel Tembaga. Kemampuan adsorpsi formaldehida pada karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mencapai 2,7 kali lebih tinggi daripada karbon aktifnya dengan kapasitas maksimal 150 mg/g sesuai dengan model Langmuir. Formaldehida mengalami oksidasi katalitik pada permukaan nanopartikel Perak sesuai dengan Model Langmuir Hinshelwood bimolekuler. Kurva breakthrough adsorpsi dapat dimodelkan secara tepat menggunakan Model Thomas. Hasil adsorpsi formaldehida dalam udara digunakan untuk melakukan simulasi adsorpsi dengan campuran gas lain dan memperkirakan kebutuhan jumlah karbon aktif dalam ruangan.

Formaldehyde is one of gas pollutant that cause health problems such as nasopharyngeal cancer. Synthesis of activated carbon powder from bamboo Petung with silver or copper nanoparticles additive used as pollutant adsorbents. Formaldehyde adsorption capacity in batch and continuous systems were used to obtain formaldehyde adsorption models. The analysis show that the activated carbon modified with silver nanoparticle has a surface area of 683 m2/g, an average pore diameter of 2.7 nm (mesoporous and microporous), the size of the nanoparticles is 2-6 nm and posess hydroxyl groups on its carbon surfaces.
The activated carbon modified with silver nanoparticle shows better properties and capabilities than the activated carbon modifed with nanoparticles Copper. Formaldehyde adsorption capacity of the activated carbon modified with silver nanoparticle reached 2.7 times as that of the activated carbon without, with a maximum capacity of 150 mg/g estimated from the Langmuir model. Catalytic oxidation of formaldehyde into CO2 occurs on the surface of Ag nanoparticles according to the bimolecular Langmuir Hinshelwood model. The breakthrough adsorption curves have been well represented using Thomas model. The results of formaldehide adsorption can be used to perform an adsorption simulation containing other component gas mixture and used to estimate the activated carbon needed for indoor application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2137
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyan Nizfa Saputra
"Pada penelitian ini dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi gas Formaldehida karbon aktif dari bambu. Dengan melakukan aktivasi secara kimia dengan larutan KOH dengan perbandingan KOH padat dan karbon sebanyak 3:1, serta diaktivasi pada suhu 800oC dapat menambah luas permukaan karbon yang semula hanya 0,1 m2/g menjadi karbon aktif dengan luas permukaan 386,3m2/g. Impregnasi logam Cu sebanyak 4% berat karbon mampu menambah luas permukaan menjadi 471,9m2/g dan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif dari bambu. Pada konsentrasi kesetimbangan gas Formaldehida 14 ppm, karbon aktif dari bambu yang diimpregnasi dengan logam Cu mampu mengadsorpsi gas Formaldehida sebesar 0,00023 g/g karbon aktif. Sementara itu karbon aktif dari bambu tanpa impregnasi hanya mampu mengadsorpsi sebesar 0,00004 g/g karbon aktif dan karbon aktif komersial dari tempurung kelapa bahkan hanya mempunyai kemampuan adsorpsi sebesar 0,00002 g/g karbon aktif. Dari hasil penelitian juga didapat bahwa karbon aktif dari bambu dengan impregnasi logam Cu mampu mengadsorpsi hingga 97% gas Formaldehida yang diinjeksikan ke dalam sampling silinder.

In this research, Formaldehyde gas adsorption capacity of activated carbon from bamboo is evaluated. By doing a chemical activation with KOH solution with solid KOH and carbon ratio about 3:1, and activated at a temperature of 800oC can increase the surface area of ​​the carbon that was originally only 0.1 m2/g to activated carbon with a surface area of ​​386.3 m2/g. Cu metal impregnating as many as 4% by weight of carbon could increase the surface area to be 471.9 m2/g and increased activated carbon from bamboo's adsorption capacity. At Formaldehyde gas's equilibrium concentration 14 ppm, activated carbon from bamboo impregnated with Cu metal can adsorb Formaldehyde gas at 0.00023 g/g activated carbon. Meanwhile activated carbon from bamboo without impregnation only able to adsorb 0.00004 g/g activated carbon and commercial activated carbon from coconut shell even only have adsorption capacity at 0,00002 g/g activated carbon. From the result, also found that the activated carbon from bamboo impegnated Cu metal able to adsorb up to 97% Formaldehyde gas injected to sampling cylinder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Putra Jaya Parwatha
"Gas karbon monoksida (CO) adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna senyawa-senyawa organik dan berbagai bentuk karbon yang paling banyak dihasilkan dibanding komponen lainya dalam asap. Simulasi proses adsorpsi digunakan untuk untuk mengetahui laju adsorpsi yang efektif, kemampuan adsorpsi dari tiap ukuran partikel, dan konsentrasi sisa pada ruang uji. Ruang uji yang digunakan berukuran 0,4 m x 0,4 m x 1,2 m.
Pada penelitian ini digunakan adsorben karbon aktif komesial yang memiliki nilai bilangan Iodin 1000 mg/g, luas permukaan (BET) 1050 m2/g, adsorpsi maksimum gas karbon monoksida (CO) (nmaks) 1,58827 mol/g, dan konstanta adsorpsi Langmuir untuk gas karbon monoksida (b) 0,00305. Massa adsorben yang digunakan adalah 3 gram. Ukuran partikel adsorben yang digunakan adalah 1,59.10-4 m, 7,95.10-5 m, 8.10-7 m, dan 4.10-7 m. Simulasi menggunakan aplikasi Comsol Multiphysics versi 4.3b.
Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh unggun dengan ukuran partikel 8.10-7 m memiliki waktu jenuh yang paling lama dan konsentrasi sisa 35,4 mol. Konsentrasi sisa yang terbentuk setelah proses adsorpsi unggun dengan partikel berukuran 7,95.10-5 m, 8.10-7 m, dan 4.10-7 m nilainya berkisar antara 0,03545 mol - 0,0355 mol.

Carbon monoxide (CO) is the highest composition in combustion smoke. Carbon monoxide (CO) is produced by incomplete combustion of organic compounds and various forms of carbon. Simulation of adsorption process used to determine the effective adsorption rate, adsorption capacity of each particle size, and the residual concentration in the test chamber. Test chamber size is 0,4 m x 0,4 m x 1,2 m.
In this research, properties of activated carbon which is used for adsorbent 1000 mg/g Iodine number, surface area (BET) 1050 m2/g, maximum adsorption capacity of carbon monoxide (CO) (nmaks) 1.58827 mol/g, and Langmuir adsorption constants for carbon monoxide (b) 0.00305. Mass of activated carbon adsorbent is 3 grams. Variations of particle size used for this research are 1,59.10-4 m, 7,95.10-5 m, 8.10-7 m, and 4.10-7 m. Comsol Multiphysics simulation program version 4.3b used for process simulation.
Based on the simulation results, bed with particle size 8.10-7 m has the longest saturated time and residual gas carbon monoxide (CO) is 35,4 mol. Residue of gas carbon monoxide (CO) composition in the chamber for particle size 7,95.10-5 m, 8.10-7 m, and 4.10-7 m approximately 0,03545 mol - 0,0355 mol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulus Ridho Pangudi
"Adsorpsi menggunakan unggun tetap zeolit dapat menjadi salah satu metode purifikasi bioetanol yang cukup menjanjikan dikarenakan biayanya yang relatif murah dengan efisiensi tinggi. Dalam penelitian ini, operasi adsorpsi etanol-air menggunakan unggun tetap zeolit diinvestigasi dengan membuat model matematika untuk memperoleh kurva terobosan menggunakan metode perhitungan Finite Difference. Model adsorpsi didapatkan dengan menyelesaikan persamaan neraca massa fasa cair, difusi fasa film, difusi intrapartikel menggunakan model Linear Driving Force (LDF), serta kesetimbangan adsorpsi desorpsi yang menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir. Model disimulasikan untuk mengetahui pengaruh variasi parameter proses yaitu variasi nilai laju alir (8, 10, 12 ml/menit), konsentrasi awal larutan etanol-air (10%, 50%,  90% v/vair), porositas unggun (0,56; 0,7), dan tinggi unggun (0,6; 0,8; 1,0 meter). Peningkatan laju alir umpan menyebabkan terjadinya percepatan waktu breakpoint dan peningkatan keterjalan kurva terobosan secara signifikan. Peningkatan konsentrasi air sebagai adsorbat pada umpan menyebabkan terjadinya peningkatan keterjalan kurva terobosan secara signifikan dan percepatan waktu breakpoint meskipun tidak signifikan. Peningkatan porositas unggun menyebabkan terjadinya penundaan waktu breakpoint tanpa adanya perubahan signifikan pada keterjalan kurva terobosan. Peningkatan ketinggian unggun zeolit menyebabkan terjadinya penundaan waktu breakpoint tanpa adanya perubahan signifikan pada keterjalan kurva terobosan.

Utilization of adsorption in a fixed bed column with zeolite as the adsorbent can be a promising solution to purify the ethanol until it reaches the fuel-grade criteria, due to its relatively lower cost and higher efficiency. In this study, ethanol-water adsorption in the zeolite fixed-bed column was investigated by creating a mathematical model to obtain a breakthrough curve using the Finite-Difference calculation method with the aid of computational software (Microsoft ExcelTM add-in), OpenSolverTM. The fixed bed adsorption process is modelled by the liquid phase mass balance equations complemented by an approach to the adsorption and diffusion processes in the adsorbent particles using the Linear Driving Force (LDF) model and Langmuir extended mixture adsorption isotherm equation. The variations of several operation parameters (flow rate, initial concentration of water, porosity, and column length of adsorption) significantly affect the breakthrough curve. Breakthrough points occur faster with a higher flow rate, and higher initial concentration. While the effect of porosity and column length is similar, breakthrough and exhaustion times are slower with increasing porosity and column length."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verrel Alhafizh
"Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak bumi untuk transportasi yang tak diimbangi dengan persediaannya yang semakin menipis, maka diperlukan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil. Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu bioetanol. Etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12 %b/b, dimana rentang konsentrasi ini belum memenuhi fuel grade ethanol dimana kemurnian dari ethanol harus diatas 95 %v/v. Untuk itu, diperlukan proses pemurnian lanjut terhadap etanol. Salah satu proses pemurnian yang ekonomis dan efektif untuk digunakan dalam mengatasi kendala terbentuknya campuran azeotrop antara etanol dan air yaitu proses adsorpsi. Pada penelitian ini, membahas proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinyu unggun tetap dengan dua jenis karbon aktif sebagai adsorben. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini yaitu karbon aktif Calgon dan Karbon aktif Haycarb terhadap etanol dengan kemurnian 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan(20oC dan 1 atm, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinyu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini berupa kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi yang dilakukan, sehingga didapatkan bahwa karbon aktif Calgon dengan luas permukaan yang lebih tinggi merupakan adsorben yang paling baik digunakan dengan hasil kemurnian etanol yang paling tinggi, yaitu sebesar 59,36%v/v untuk konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,46%v/v untuk konsentrasi awal etanol 10%v/v.

As the increasing the demand of petroleum for transportation that is not balanced with the diminishing supply of petroleum, alternative energy is needed to replace fossil fuels. One alternative fuel that has a potential to be developed is bioethanol. Concentration result from fermentation has a purity of 5-12 %w/w, where this concentration range is not fulfilled the fuel grade ethanol that has ethanol purity above 95%. Therefore, further purification of ethanol is needed. One of the economically and effective purification process to be used in overcoming the formation of azeotropic mixture in ethanol water is adsorption process. In this study, the process of initialbstages purification of ethanol water mixture using a fixed bed continuous adsorption process with two types of activated carbon as an adsorbent is discussed. The adsorbent materials used in this study were Calgon activated carbon and Haycarb activated carbon toward ethanol with a 50%v/v and 10%v/v purity. This research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure (20oC dan 1 atm), and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the activated carbon adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. Therefore, it is indicated that Calgon activated carbon which has a higher surface area is the best adsorbent to be used with the highest ethanol purity yield, which is 59,36%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27,46%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyi Salim
"Pencemaran udara dalam ruang (indoor air polution) dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan utama dalam indoor air polution adalah gas formaldehida. Adsorpsi dengan karbon aktif efektif dapat digunakan untuk mengurangi kadar formaldehida dalam ruangan. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif dengan menggunakan bambu petung Indonesia untuk dikarbonasi dan selanjutnya diaktivasi kimia dengan KOH. Hasil karbon aktif lalu ditempelkan dengan partikel nano Ag.
Dari hasil uji luas permukaan untuk karbon dengan aktivasi fisika (KAF) diperoleh 205 m2/g dan aktivasi kimia sebesar (KAK) 698,8 m2/g. Selanjutnya Penambahan partikel nano Ag pada karbon aktif juga meningkatkan luas permukaan sebesar 12,3% yaitu pada karbon aktif dengan aktivasi kimia yang telah ditambahkan partikel nano Ag (KAK-Ag) menjadi 784,5 m2/g.
Uji adsorpsi menunjukkan bahwa pada konsentrasi kesetimbangan sekitar 20 ppm, karbon aktif dengan aktivasi kimia dan penambahan partikel nano Ag (KAK-Ag) mengadsorpsi sebesar 0,0335 mg/g, karbon aktif dengan aktivasi fisika dan penambahan partikel nano Ag (KAF-Ag) mengadsorpsi sebesar 0,0254 mg/g dan karbon aktif dengan aktivasi fisika (KAF) mengadsorpsi sebesar 0,0181 mg/g sehingga adanya penambahan nano partikel Ag meningkatkan kapasitas adsorpsi sebesar 40%.

Indoor air polution can give harmful effects to human health. The main pollutans in indoor air pollution is formaldehyde gas. Adsorption by activated carbon can be effectively used to reduce indoor formaldehyde levels. In this research, the manufacture of activated carbon using bamboo petung Indonesia to carbonation and then chemically activated with KOH. The results of the activated carbon then added with Ag nano particles.
From the test results the surface area for activated carbon by activation of physics (KAF) obtained 205 m2/g and chemical activation (KAK) of 698,8 m2/g. Further addition of Ag nano particles on activated carbon also increases the surface area 12,3% for activated carbon with chemical activation added Ag nano particles (KAK-Ag) to 784,5 m2/g.
Adsorption test showed that the equilibrium concentration of about 20 ppm, Activated Carbon with chemical activation and addition of nano Ag particle (KAK-Ag) adsorbs at 0,0335 mg/g, Activated Carbon with physical activation and addition of nano Ag particle (KAF-Ag) adsorbs at 0,0254 mg/g and Activated Carbon with Physical activation (KAF) adsorbs at 0,0181 mg/g, so with addition of nano Ag particle can increases adsorption capacity by 40%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Mayo Leopold
"Saat ini energi dianggap sebagai kebutuhan utama di dunia. Sayangnya, energi dari bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar sehingga meningkatkan efek rumah kaca di dunia ini. Untuk mengatasi masalah ini, banyak negara berkembang telah mengkonversi bahan bakar fosil ke gas alam. Selanjutnya, gas alam masih mengandung zat pengotor, sehingga pemurnian gas alam dari zat pengotor sangat penting.
Penelitian ini akan membangun simulasi pemurnian yang dicapai dengan dua simulasi yang berbeda. Pada simulasi pertama komponen akan terdiri dari metana, nitrogen dan karbon dioksida dengan persentase komposisi 80% metana dan 10% dari karbon dioksida dan nitrogen masing-masing. Simulasi kedua akan terjadi tanpa nitrogen dan dengan persentase 80% metana dan 20% dari karbon dioksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon dioksida dapat terserap awal 50%. Di sisi lain metana tidak dapat dimurnikan dengan baik ketika ada nitrogen ada dalam proses adsorpsi.

Nowadays energy is considered as primary requirement in the world. Unfortunately, the energy from fossil fuel emits large number of carbon dioxide increasing the greenhouse effect in this world. In order to overcome this problem, many develop countries are converting fossil fuel into natural gas. Furthermore, natural gas is still occupied with impurities, therefore purification of Natural gas from impurities are very important.
This study observed the purification simulation process which attained with two different run. The first run components were consists of methane, nitrogen and carbon dioxide with percentage composition 80% of methane and 10% of carbon dioxide and 10 % nitrogen respectively. The second run occurred without nitrogen and with percentage 80% of methane and 20% of carbon dioxide. Result show that carbon dioxide can be adsorbed nearly 50 %. On the other hand methane cannot be well purified when there is nitrogen exist in the adsorption process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mulia
"ABSTRAK
Produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih perlu ditingkatkan kemurniannya sehingga memenuhi standar fuel grade ethanol 95%v/v. Pada prosesnya, etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12%b/b. Salah satu metode pemurnian yang dapat digunakan adalah adsorpsi yang memiliki efisiensi energi baik. Media adsorben akan mengalami kejenuhan dalam waktu tertentu, sehingga perlu dilakukan regenerasi adsorben. Penelitian ini membahas pengaruh regenerasi adsorben terhadap proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinu pada unggun tetap. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini adalah karbon aktif Calgon bekas yang telah diregenerasi dengan metode pemanasan oven drying dengan temperatur 115°C. Digunakan campuran etanol-air dengan kemurnian etanol 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi. Hasil kemurnian etanol tertinggi sebesar 59,04%v/v pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,12%v/v pada konsentrasi awal etanol 10%v/v. Kinerja adsorben teregenerasi mengalami penurunan sekitar 10% setelah dilakukan regenerasi, dengan kapasitas adsorpsi 0,156 pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 0,225 pada konsentrasi awal etanol 10%v/v.

ABSTRACT
Bioethanol product as an alternative fuel needs enhancement of purity to meet the standard of 95%v/v. In the process, the ethanol produced from fermentation has purity of 5-12%w/w. One of the purification methods that can be used is adsorption that has good energy efficiency. However, regeneration on spent adsorbents is needed in consideration of economic aspects. This study discusses the effects of regenerated adsorbents in the initial-stages purification process of ethanol-water mixture in fixed-bed continuous adsorption. Spent Calgon activated carbon is regenerated using oven drying method with the temperature of 115°C. This study is using ethanol purity of 10%v/v and 50%v/v. The research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure, and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. The highest ethanol purity yield of 59.04%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27.12%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v. The adsorption performance is decreased about 10% after the regenerated adsorbents is in use with adsorption capacity of 0.156 for ethanol initial concentration 50%v/v and 0.225 for ethanol initial concentration 10%v/v.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>