Sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan, transportasi laut memiliki peran yang strategis dalam mendukung pembangunan nasional dengan lebih memperhatikan pengembangan industri maritimnya. Perdagangan global menjadikan sektor pelayaran salah satu yang memiliki peran penting. Meningkatnya kebutuhan akan jasa pelayaran juga akan meningkatkan fenomena pemanasan global, termasuk di Indonesia. Emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor transportasi laut telah menjadi perhatian para pembuat kebijakan transportasi dan perubahan iklim, termasuk emisi CO2 di pelabuhan yang terus meningkat. Namun, studi yang ada berfokus terutama pada emisi CO2 dari pelayaran kapal, dengan sedikit perhatian pada kapal yang berlabuh di pelabuhan dan penanganan kargo di dalam pelabuhan. Studi ini mengambil sektor transportasi laut di Pelabuhan Indonesia dengan menggunakan bagian dari metodologi System Dynamics. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dua kebijakan, yaitu penerapan Onshore Power Supply (OPS) dan pemberlakuan pajak karbon, yang bertujuan mengusulkan strategi mitigasi Emisi CO2 di sektor transportasi laut. Dengan demikian, pemodelan simulasi berdasarkan dinamika sistem telah diusulkan untuk membangun model penilaian dan membuat skenario.
"
Populasi Indonesia terus mengalami peningkatan yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Namun, upaya peningkatan ketersediaan pangan hanya berkonsentrasi pada bagaimana menghasilkan produksi pertanian tanpa diimbangi dengan inisiatif untuk mengurangi food loss and waste (FLW). Selain itu, FLW berdampak terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebagai respon terhadap pentingnya FLW untuk menurunkan kerawanan pangan akibat perubahan iklim, peneliti ingin mengkaji timbulan FLW cabai rawit sebagai komoditas unggulan di sepanjang rantai pasok dan dampaknya terhadap emisi karbon yang dihasilkan dari input produksi maupun penanganan FLW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Dinamis, yang memungkinkan simulasi berbagai strategi untuk menurunkan FLW dengan intervensi sustainable agriculture dan circular economy. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai tahapan rantai pasok cabai rawit, termasuk produksi, distribusi, dan penanganan sampah. Data-data ini kemudian digunakan untuk membangun model Sistem Dinamis yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi FLW dan emisi karbon. Hasil simulasi strategi menunjukkan bahwa penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) sebagai langkah reduce atau preventif menjadi strategi yang paling signifikan. Strategi ini mampu menurunkan FLW dan emisi karbon sebesar 88%. Selain itu, strategi ini juga menghasilkan profit yang lebih besar bagi petani, collector, dan retail dibandingkan dengan alternatif strategi lain yang merupakan langkah reuse dengan menjadikan FLW sebagai byproduct. Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengelolaan FLW cabai rawit, di mana penerapan GAP dan GHP dapat menjadi alternatif strategi yang efektif dalam menurunkan FLW dan emisi karbon sekaligus meningkatkan keuntungan bagi pelaku bisnis dalam rantai pasok. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan adalah melibatkan lebih banyak aktor dalam rantai pasok dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti regulasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi implementasi strategi ini, termasuk adopsi teknologi dan awareness setiap aktor yang terlibat lebih luas terhadap FLW.