Ditemukan 158972 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Yusuf Mulyana
"Kenaikan emisi gas rumah kaca akibat dari meningkatnya migrasi penduduk yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta membawa efek domino terhadap pembangunan kota di masa depan. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi sebagai kunci dalam pembangunan kota yang berkelanjutan. Sebagai respon dari fenomena ini, Pemerintah DKI Jakarta telah merancang sebuah dokumen rencana aksi daerah yang berisi strategi-strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah model pembangunan kota yang digunakan untuk mengevaluasi beberapa strategi penurunan emisi gas rumah kaca terhadap sektor transportasi, rumah tangga dan industri sebagai tiga sektor penyumbang emisi terbesar di perkotaan. Sistem dinamis digunakan sebagai basis teori untuk mendapatkan gambaran dampak dari berbagai pilihan strategi penurunan emisi gas rumah kaca. Hasil dari permodelan menunjukkan bahwa dari tiga skenario yang diuji, skenario berpindah ke kendaraan umum memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca.
The increase in greenhouse gas emissions as a result of the increased migration of the population triggered by economic growth in Jakarta brings domino effect against the urban development in the future. For that, it takes a concerted effort to reduce energy consumption and emissions as a key in the sustainable urban development. In response to this phenomenon, the Government of Jakarta has designed regional action plan document which contains strategies for reducing greenhouse gas emissions. This research aims to obtain a model of urban development used to evaluate multiple strategies of greenhouse gas emissions reductions against sectors of transport, households and industries as the three biggest emitters in urban areas. System dynamics theory is used to get an overview of the impact of various policy options in decreasing greenhouse gas emissions. The results of the modelling show that the three scenarios tested, the scenario switches to public transport provide significant impact against a decrease in greenhouse gas emissions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59573
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
050 KAJ 16:2 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ayu Nandini Prameswari
"Pada tahun 2013, pemerintah menerbitkan regulasi mengenai pengembangan kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga terjangkau (KBH2). Regulasi tersebut bertujuan untuk mendorong penggunaan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan dan mendukung konservasi energi dari sektor transportasi. KBH2 disebut kendaraan yang ramah lingkungan karena adanya persyaratan konsumsi minimal bahan bakar yang harus dipenuhi. KBH2 termasuk dalam program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang diimplementasikan untuk mendukung komitmen Indonesia dalam nationally determined contribution (NDC) sebagai akibat ratifikasi Persetujuan Paris. Namun, seringkali penerapan dari suatu regulasi tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, untuk mengetahui, memahami, sekaligus menganalisis penerapan regulasi KBH2 terhadap komitmen Indonesia dalam NDC, dilakukan penelitian secara analisis yuridis mengenai hubungan antara kedua hal tersebut, serta dilakukan wawancara kepada pihak dari Kementerian Perindustrian sebagai pihak yang mengatur mengenai ketentuan pengembangan KBH2. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan regulasi KBH2 belum mendukung komitmen Indonesia dalam NDC dan belum sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Apabila regulasi KBH2 terus diberlakukan, pemerintah harus melakukan beberapa perbaikan yang berkaitan dengan penerapan regulasi tersebut.
In 2013, the government issued a regulation regarding the kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga terjangkau (KBH2). The regulation aims to encourage the use of motorized vehicles that are environmentally friendly and to support energy conservation from the transportation sector. KBH2 is called an environmentally friendly vehicle due to the minimum fuel consumption requirements that must be met. KBH2 is included in the Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) program which is implemented to support Indonesia's commitment in the nationally determined contribution (NDC) as a result of the ratification of the Paris Agreement. However, often the implementation of a regulation does not work in accordance with the objectives that are intended to be achieved. Therefore, to find out, understand, and analyze the implementation of KBH2 regulation to Indonesia's commitments in the NDC, a juridical analysis of the relationship between the two matters was conducted, and an interview was also conducted with a representation from the Ministry of Industry, who regulates the provisions regarding the development of KBH2. The result showed that the implementation of KBH2 regulation has not supported Indonesia's commitment in the NDC. Thus, if the KBH2 regulation will continue to be implemented, the government must make some improvements relating to the implementation of the regulation. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ricki Muliadi
"Peningkatan emisi gas rumah kaca di DKI Jakarta dapat berdampak negatif pada pembangunan kota yang berkelanjutan. Peningkatan emisi gas rumah kaca dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat yang berujung pada perlambatan perekonomian. Pemerintah daerah DKI Jakarta mengeluarkan Rencana Aksi Daerah - Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) untuk mengatasi tingginya emisi gas rumah kaca.
Penelitian ini membahas analisis penerapan kebijakan RAD-GRK terhadap aspek keberlanjutan DKI Jakarta menggunakan pendekatan sistem dinamis. Model kebijakan RAD-GRK akan diintegrasikan dengan Jakarta Sustainable Urban Model dan kemudian disimulasikan berdasarkan dua skenario yaitu Kewenangan Rendah dan Kewenangan Tinggi. Kebijakan RAD-GRK mampu menurunkan emisi gas rumah kaca di Jakarta namun perlu upaya lebih lanjut oleh pemerintah DKI Jakarta untuk menciptakan pembangunan kota Jakarta yang berkelanjutan.
The increasing of Green House Gases (GHGs) in DKI Jakarta could harm the sustainable urban development. The escalation of GHGs could decrease public health level that lead to economics slow down. Local government of DKI Jakarta releases Regional Action Plan-Green House Gases (RAP-GHGs) to overcome the increasing of GHGs. This research discusses about policy analysis of Regional Action Plan-Green House Gases Emission toward sustainable aspects of DKI Jakarta using system dynamics approach. The policy model of RAP-GHGs would be integrated with Jakarta Sustainable Urban Model and be simulated based on two scenarios which are Low Authority and High Authority. RAP-GHGs policy could reduces GHGs emission in Jakarta but it needs further efforts from DKI Jakarta local government to create sustainable Jakarta development."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35612
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Arriq Daffanadi Putra
"
Pertumbuhan perusahaan penyedia jasa ride-hailing adalah sebuah fenomena yang sudah cukup umum terjadi, khususnya di negara-negara berkembang. Permintaan yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi membuat perusahaan dan layanannya ini disebut sebagai salah satu inovasi yang paling berdampak selama satu dekade terakhir. Selain mampu memfasilitasi kebutuhan mobilisasi dari masyarakat di daerah perkotaan, khususnya Jabodetabek, keberadaan dari perusahaan penyedia layanan ride-hailing juga berhasil mendorong kenaikan yang signifikan pada perekonomian digital Indonesia. Namun, meskipun demikian, permasalahan emisi gas rumah kaca yang timbul dari operasionalnya tidak bisa dihindari seiring dengan pertumbuhan perusahaan tersebut. Melihat potensi pencemaran udara yang akan semakin parah seiring berjalannya waktu, pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk bisa mengatasi hal ini. Kebijakan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan transportasi publik dan menetapkan target penggunaan kendaraan listrik sebagai operasional layanan ride-hailing adalah beberapa hal yang harus pemerintah pertimbangkan dalam mengatasi permasalahan yang akan datang nantinya. Pemodelan kondisi nyata dengan metode sistem dinamis digunakan untuk menguji signifikansi dari faktor-faktor yang akan diajukan sebagai fokus pemerintah dalam membuat kebijakan. Dengan begitu, alternatif yang sudah teruji faktornya bisa dijadikan sebagai rekomendasi untuk membuat kebijakan terkait perusahaan penyedia layanan ride-hailing.
The growth of ride-hailing service providers is a fairly common phenomenon, especially in developing countries. Increasing demand in line with population growth has made this company and its services nominated as one of the most impactful innovations of the past decade. Apart from being able to facilitate the mobilization needs of people in urban areas, especially Jabodetabek, the presence of ride-hailing service providers has also succeeded in driving a significant increase in Indonesia's digital economy. However, even so, the problem of greenhouse gas emissions arising from its operations cannot be avoided along with the company's growth. Seeing the potential for air pollution to get worse over time, the government must take firm steps to overcome this. Policies to encourage public awareness in using public transportation and setting targets for the use of electric vehicles as ride-hailing service operations are some of the things the government must consider in overcoming future problems. Real conditions modeling with the system dynamic method is used to test the significance of the factors that will be proposed as the government's focus in making policies. Therefore, alternatives that have been factor-tested can be used as recommendations for making policies regarding ride-hailing service provider companies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Septania Putri Widyawardhani
"Potensi emisi GRK yang dihasilkan dari pengolahan air limbah domestik meliputi gas metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2). Potensi pemanasan global gas CH4 dan N2O bernilai 28 dan 265 kali lebih besar dibandingkan satu ton CO2 dengan waktu tinggal rata-rata 100 tahun. Penelitian ini berfokus pada pengukuran emisi GRK langsung (scope 1) dari unit IPAL X di Jakarta. Pengukuran gas CH4 dan CO2 yang dilakukan melalui metode headspace dan uji gas chromatography thermal conductivity detector (GC-TCD) pada 7 titik, meliputi unit inlet, unit ekualisasi, 4 tangki MBBR, dan unit outlet mendapatkan laju emisi CO2 sebesar 2,1 x 105 TgCO2e/tahun. Namun, penelitian ini tidak mendapatkan gas CH4 yang dihasilkan dari metode headspace dan uji GC-TCD. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya kadar DO pada air limbah yang menghambat pembentukan CH4. Pengukuran emisi N2O yang dilakukan dengan sensor gas Unisense pada tangki MBBR 1 selama 6 hari berturut-turut mendapatkan laju emisi N2O sebesar 4,16 x 102 TgCO2e/tahun. Peningkatan suhu air limbah dari 30,55—30,98°C pada tangki MBBR dapat menurunkan konsentrasi N2O pada rentang 0,076—0,006 mg N2O-N/L. Faktor emisi CO2 dan N2O dari unit pengolahan biologis MBBR sebesar 2,61% ± 1,47 dan 0,04% ± 0,27 (rata-rata ± SD) secara berturut-turut. Unit MBBR tersebut beroperasi dengan kadar sCOD dan TN sebesar ± 152 mg/L dan 145 mg/L. Penurunan kadar DO dan sistem aerasi secara intermittent pada tangki aerasi merupakan aksi mitigasi utama yang potensial untuk diimplementasikan pada IPAL X di Jakarta dalam menurunkan emisi GRK langsung dari IPAL Domestik.
Potential GHG emissions resulting from domestic wastewater treatment include methane gas (CH4), nitrous oxide (N2O), and carbon dioxide (CO2). The global warming potential of CH4 and N2O gases is 28 and 265 times greater than one ton of CO2 with an average residence time of 100 years. This study focuses on measuring direct GHG emissions (scope 1) from WWTP units X in Jakarta. CH4 and CO2 gas measurements were carried out through the headspace method and gas chromatography thermal conductivity detector (GC-TCD) tests at 7 points, including inlet unit, equalization unit, 4 MBBR tanks, and outlet unit obtained a CO2 emission rate of 2,1 x 105 TgCO2e/year. However, this study did not obtain CH4 gas produced from the headspace method and GC-TCD test. This is influenced by the high level of DO in wastewater which inhibits the formation of CH4. N2O emission measurements carried out with Unisense gas sensors in MBBR 1 tanks for 6 consecutive days obtained an N2O emission rate of 4,16 x 102 TgCO2e/year. An increase in wastewater temperature from 30,55—30,98°C in MBBR tanks can reduce N2O concentrations in the range of 0,076—0,006 mg N2O-N/L. CO2 and N2O emission factors from MBBR biological treatment units are 2,61% ± 1,47 and 0,04% ± 0,27 (average ± SD) respectively. The MBBR unit operated with sCOD and TN levels of ± 152 mg/L and 145 mg/L. Reducing DO levels and intermittent aeration systems in aeration tanks is a potential main mitigation action to be implemented at WWTP X in Jakarta in reducing GHG emissions directly from domestic WWTP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fitri Umi Febrianti
"Latar Belakang: Emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan merupakan isu yang perlu diperhatikan karena sistem pangan menyumbang 23−42% emisi yang dihasilkan manusia. Remaja merupakan individu yang mulai memiliki otonomi sendiri terkait pemilihan makanan dan kebiasaan kurang baik−termasuk konsumsi tinggi emisi−perlu diubah sebelum dibawa ke tahap kehidupan selanjutnya. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta Tahun 2025. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan sampel berjumlah 100 orang. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, uang jajan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi, tingkat pemenuhan kebutuhan protein, tingkat pemenuhan kebutuhan lemak, tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat, kelompok pangan: sumber karbohidrat dan lauk hewani dengan emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta tahun 2025. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara IMT/U serta kelompok pangan: buah-buahan, lauk nabati, olahan protein hewani, sayuran, dan kelompok pangan lainnya. Kesimpulan: Jenis kelamin, uang jajan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi makro, serta kelompok pangan sumber karbohidrat dan lauk hewani berhubungan dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta tahun 2025.
Background: Dietary greenhouse gas emission currently is a critical issue because the food system accounting approximately 23−42% of human-generated emissions. Adolescents are individuals who begin to have their own autonomy regarding food choices and their poor eating habits−including high-emission consumption pattern−should be changed before they enter the next stages of life. Objective: To determine factors associated with dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025. Method: This study is quantitative research using a cross-sectional design with 100 samples. Results: There is a significant relationship between sex, pocket money, energy adequacy level, protein adequacy level, fat adequacy level, carbohydrate adequacy level, food groups: carbohydrates and animal protein with dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025. Meanwhile, there is no significant relationship between BMI-for-age and food groups: fruits, plant-based protein, processed animal protein, vegetables, and other food groups. Conclusion: Sex, pocket money, energy and macronutrient adequacy level, and food groups: carbohydrate and animal protein are related to dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wachidyah Anggraini
"Penyebab utama dari perubahan iklim berasal dari emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan UI Depok dari pemakaian listrik. Penelitian ini menggunakan desain studi carbon footprint. Terdapat hubungan antara jumlah mahasiswa, dan suhu dengan jumlah gas rumah kaca.
Hasil dari perhitungan akan di normalisasi dengan variabel jumlah mahasiswa, karyawan, dan luas wilayah. Hasil normalisasi digunakan untuk membandingkan gas rumah kaca yang dihasilkan antar fakultas dan administratif. Hasil normalisasi menunjukan perbedaan variasi gas rumah kaca yang besar antar fakultas yang mempelajari ilmu alam dan ilmu sosial.
The main cause of climate change from greenhouse gas emissions that produced from human activity. The research aim to find amount greenhouse gases from purchase electricity at UI Depok. The research using carbon footprint methode to calculate the amount of greenhouse gas.The result showed relationship between the number of students, and temperature with amount of greenhouse gas that produced. The results of the calculation will be normalized with the number of students, employees, and the total area. Result show large variations greenhouse gas emissions from faculty that learn natural science and sosial science."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Mahahera Bastinov Putri Almagistra
"Gas alam adalah salah satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari sumur gas yang kemudian diproses dan ditransportasikan, salah satunya lewat pipa transmisi. Dalam transportasinya, gas alam sering terlepas ke atmosfer, baik disengaja dalam proses penurunan tekanan emisi venting atau tidak disengaja emisi fugitive, yang berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan tingkat emisi yang diharapkan dapat menjadi acuan dan rekomendasi strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca GRK. Dalam perhitungan tingkat emisi, dikenal dengan istilah faktor emisi, yaitu nilai faktor pengali untuk menghitung tingkat emisi. Nilai faktor emisi ini dihasilkan oleh agensi lingkungan, diantaranya INGAA dan IPCC. Untuk mengurangi ketidakpastian nilai faktor emisi, IPCC merekomendasikan untuk melakukan simulasi Monte Carlo, yang dilakukan oleh Lechtenbohmer, et al. 2007 di sistem pipa transmisi milik Rusia. Penelitian ini melakukan perhitungan tingkat emisi menggunakan nilai faktor emisi berdasarkan INGAA, IPCC, dan Lechtenbohmer, et al. 2007 , dengan variasi laju alir. Variasi laju alir berpengaruh pada perhitungan dengan INGAA Tier 2 dan 3 serta IPCC. Perhitungan dengan nilai faktor emisi berdasarkan Lechtenbohmer et al. 2007 memiliki nilai emisi yang paling tinggi. Metode terbaik yang dapat diaplikasikan adalah IPCC karena faktor emisi IPCC merupakan fungsi geografis dan teknologi.
Natural gas is one of the fossil fuel which is used in daily basis and can be extracted from gas wells then being produced and transported, one of which is using transmission pipeline. When being transported, natural gas is often emitted to the atmosphere, either for depressurization venting emission or leak through the pipeline fugitive emission . Therefore, emission level estimation must be performed as reference and strategy recommendation to reduce the greenhouse gas GHG emission that would damage the environment. Emission factor is a well known multiplier factor to calculate GHG emission from every emission source. Emission factor value is assessed by environment agency, such as INGAA and IPCC. To reduce the uncertainty of emission factor, IPCC suggests to conduct Monte Carlo simulation that had already been done by Lechtenbohmer, et al. 2007 in Russia rsquo s gas transmission system. This research estimates emission level using emission factor based on INGAA, IPCC, and Lechtenbohmer, et al. 2007 with flowrate variation. This flowrate variation has influence on Tier 2 and 3 INGAA also on IPCC methodologies. Emission factor based on Lechtenbohmer, et al. 2007 estimates the highest emission level. IPCC is the most suitable basis for emission factor because it has already considered geographic and technology of a country."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67058
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
I Gusti Bagus Wijaya Kusuma
"Penggunaan kendaraan bermotor perlu diikuti dengan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, karena gas buang dari hasil proses pembakaran sangat nyata pengaruhnya terhadap pencemaran udara dan lingkungan. Satu metoda untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pencemaran udara telah dilakukan dengan menggunakan suatu alat tambahan, yang dirancang di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana. Berdasarkan pada data pengujian yang telah dilakukan terhadap alat tambahan tersebut, tampak dengan jelas bahwa alat tambahan yang telah dirancang mampu mengurangi emisi gas CO secara signifikan, hingga batas paling minimum, serta secara rata ? rata mampu dikurangi hingga di atas 54 %. Selain mampu mengurangi emisi gas buang CO2 dan HC, juga mampu meningkatkan kandungan O2. Alat tambahan tersebut tidak berpengaruh terhadap unjuk kerja kendaraan saat beroperasi. Satu keuntungan lainnya adalah alat tambahan juga mampu mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh motor.
Emission gas reducer on motor vehicle, automobile, light engine of boat and stationary combustion engine. The use of motor vehicle should be followed by protection against damages on the environment, since the exhaust gas from combustion engine has significantly affect on air and environmental pollution. One method to solve the problems in air pollution has been done by using a re-heater designed in Mechanical Engineering Department, University of Udayana. In accordance to the test on the re-heater, it can be seen very clear that the re-heater has significantly reduce the CO emission of about 54%. It also reduces the CO2 dan HC emission, and in the other side increases the number of O2. The re-heater has no significant effect to engine performance during the operation and also reduces the noise of motor."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library