Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini
"Kenaikan luas permukaan kedap air, seperti bangunan perumahan, jalan raya, dan lahan parkir, mengakibatkan presipitasi dengan jumlah yang lebih besar tidak dapat terinfiltrasi ke dalam tanah, melainkan menjadi limpasan air hujan yang dapat membawa sedimen, padatan tersuspensi (67 s.d. 3.330 ppm) dan terlarut (61,6 s.d. 646,4 ppm), logam (Pb (1 s.d. 144 ppb), Cu (7 s.d. 181 ppb), Zn (59 s.d. 799 ppb), dan Cd (16 s.d. 2.417 ppb)) dan polutan lainnya. Bioretensi adalah salah satu Best Management Practice yang bertujuan untuk mengelola limpasan air hujan perkotaan dengan cara menginfiltrasi dan menyisihkan polutan yang terbawa oleh limpasan air hujan. Pengamatan karakteristik limpasan dan efisiensi bioretensi dalam penelitian ini dilakukan terhadap tiga bioretensi di lahan parkir motor Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan komposisi media pasir yang berbeda (20% s.d. 60%) selama 3 kejadian hujan. Karakteristik limpasan air hujan lahan parkir FTUI memiliki kandungan COD (21,98 s.d. 131,9 ppm), TSS (1 s.d. 19 ppm), dan Zn (10 s.d. 290 ppb) yang berbeda tiap kejadian hujan berdasarkan tinggi curah hujan dan lamanya kejadian hujan. Bioretensi dengan komposisi media pasir terbesar (60%) memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi (60 cm/jam) dan efisiensi penyisihan seng yang tinggi (92,5%). Berdasarkan hasil tersebut, bioretensi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pengelolaan limpasan air hujan yang efektif dan efisien.

Increasing areas of impermeable surface, such as residential buildings, highways, and parking lots, resulting in precipitiation with a larger number can not be infiltrated into the ground, instead becoming stormwater runoff that can carry sediments, suspended (67 to 3.330 ppm) and dissolved solids (61,6 to 646,4 ppm), metals (Pb (1 to 144 ppb), Cu (7 to 181 ppb), Zn (59 to 799 ppb), dan Cd (16 to 2.417 ppb)), and other pollutants to the surface waters. Bioretention is an urban stormwater best management practice to manage stormwater runoff by infiltrating and removing pollutant carried by stormwater runoff. The observation of runoff characteristic and bioretention efficiency in this study was done on three bioretentions in motorcycle parking lot in Faculty of Engineering University of Indonesia with different composition of sand media (20% to 60%) for 3 rain events. FTUI parking lot runoff has different concentration COD (21,98 to 131,9 ppm), TSS (1 to 19 ppm), dan Zn (10 to 290 ppb) in every rain events due to precipitation and duration. Bioretention with the largest sand media composition (60%) had high runoff infiltration capacity (60 cm/h) and high zinc removal efficiency (92,5%). Based on these results, bioretention can be used as an alternative in management of stormwater runoff that is effective and efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Luthfi
"Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah bahwa secara simultan, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan aktivitas manusia telah mendorong terciptanya permintaan terhadap produk lingkungan, yakni adanya udara segar, sejuk, pemandangan yang indah dan alamiah serta jauh dari berbagai problema kehidupan. Dalam hal ini pengembangan pariwisata (taman rekreasi) merupakan suatu alternatif untuk dapat memenuhi permintaan tersebut.
Sumberdaya lingkungan, seperti taman rekreasi memberikan manfaat bagi para pemakainya, tetapi karena tidak ada pungutan atau pungutannya relatif kecil atau nilai kepuasannya yang diperoleh pemakai bersifat abstrak, maka pencerminan akan nilainya tidak terlihat. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya lingkungan tanpa nilai atau hilangnya tak akan merupakan kehilangan bagi masyarakat. Analisis ekonomi merupakan suatu alternatif yang dapat membantu menilai manfaat tersebut.
Mengingat bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo tersebut milik Pemerintah, maka lebih bersifat public goods (barang publik) dibandingkan dengan aspek komersialnya (ekonomi). Di lain pihak, taman rekreasi tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi penduduk. Sebagai produk lingkungan, maka keberadaan taman rekreasi tersebut perlu dipertahankan karena mempunyai nilai.
Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan nilai dari manfaat yang diperoleh masyarakat terhadap konsumsi produk lingkungan taman rekreasi, oleh karena itu perlu suatu penilaian untuk menunjukkan berapa besar manfaat dari produk tersebut (Kawasan pantai wisata Watu Ulo). Salah satu cara adalah dengan mengkuantifikasikan manfaat tersebut ke dalam nilai moneter.
Tujuan penelitian adalah : 1) untuk mengukur besarnya manfaat lingkungan yang diperoleh pengunjung; 2) untuk mengukur besarnya elastisitas kunjungan berdasarkan biaya perjalanan total; 3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk lingkungan (taman rekreasi); 4) untuk mengidentifikasi perilaku konsumen dalam pemeliharaan kualitas lingkungan dan persepsi konsumen terhadap kualitas lingkungan di kawasan pantai wisata Watu Ulo.
Jenis data yang diperlukan adalah: data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan teknik nonrandom sampling. Data primer diperoleh pada orang/wisatawan yang dijumpai di lapangan, sehingga teknik pengambilan data ini disebut pula sebagai incidental sampling. Besarnya sampel diperkirakan sebesar 200 responden (pengunjung tempat rekreasi).
Untuk menentukan besarnya biaya perjalanan dan tingkat kunjungan, maka responden dikelompokkan menurut zona (asal). Penentuan zona asal responden penelitian adalah berdasarkan batasan administratif, yakni tingkat Kecamatan untuk Daerah Tingkat II Kabupaten Jember (terdapat 28 kecamatan) dan tingkat Kabupaten untuk daerah di luar Kabupaten Jember (terdapat 4 Kabupaten).
Data jumlah penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal yang ada di lingkungan Kabupaten Jember (tingkat Kecamatan) diambil dari data registrasi penduduk masing-masing Kecamatan pada periode tahun 1993. Data penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal di luar Kabupaten Jember (tingkat Kabupaten) diambil dari penduduk rata-rata, yakni jumlah total penduduk masing-masing Kabupaten dibagi dengan jumlah Kecamatan yang ada.
Dalam pendekatan biaya perjalanan, model dasar yang dipakai adalah menggambarkan kunjungan tiap 1000 penduduk sebagai faktor yang akan dianalisis dalam fungsi permintaan. Fungsi permintaan telah disederhanakan untuk dapat menggambarkan kurva permintaan, di mana faktor-faktor lain selain biaya perjalanan dianggap tetap (citeris paribus), sehingga dapat ditentukan besarnya surplus konsumen sebagai nilai manfaat dari produk lingkungan pantai wisata Watu Ulo. Dari fungsi ini dapat dihitung besarnya elastisitas, koeffisien korelasi dan koeffisien determinasi. Sedangkan untuk mengetahui preferensi, persepsi dan perilaku pengunjung dianalisis dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan persentase.
Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Manfaat ini akan semakin besar jika diikuti oleh menurunnya biaya perjalanan dan meningkatnya kepedulian pengunjung terhadap lingkungan serta cukup tersedianya fasilitas peinbuangan limbah (sampah).
Secara parsial dapat disimpulkan pertama, bahwa manfaat lingkungan taman rekreasi kawasan pantai wisata Watu Ulo sebesar Rp.767.688,38 per seribu penduduk dan Rp.1.637.399.489,82 untuk total penduduk; kedua, pengaruh perubahan variabel babas (biaya perjalanan) terhadap variabel terikat (tingkat kunjungan) bersifat elastis (e=-1,39), apabila terdapat kenaikan biaya perjalanan sebesar 1,00% akan berakibat menurunnya tingkat kunjungan sebesar 1,39%; ketiga, faktor utama yang menentukan preferensi pengunjung terhadap kawasan pantai wisata Watu Ulo adalah faktor pemandangan indah (59,50%), menunjukkan bahwa unsur kualitas lingkungan berperan dalam menarik pengunjung, dan memberikan kepuasan pada pengunjung; keempat, sebagian besar pengunjung menilai bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo cukup bersih, yakni sebesar 44,50%, sedangkan yang berpendapat kotor adalah sebesar 30,00%, sisanya menilai dengan bersih 11,00% dan kurang bersih 12,00%. Sedangkan untuk pemeliharaan fasilitas yang ada, sebagian besar pengunjung menilai cukup bersih, sebesar 43,50%, kurang bersih 21,00%, kotor 21,00% serta bersih senilai 14,50%; dan kelima, sebagian besar perilaku pengunjung pada kawasan wisata tersebut mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang "relatif rendah", hal ini terbukti bahwa terdapat sebanyak 75,50% pengunjung yang membuang sampah di sembarang tempat, hanya terdapat 15,00 % yang membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan, sisanya dengan cara lain.
Saran yang dapat disampaikan, yakni : Mengingat bahwa manfaat yang dinikmati masyarakat (pengunjung) cukup besar, maka seyogyanyalah : 1) Pemerintah sebagai pemilik dan pengelola lebih memberikan perhatian untuk menjaga kualitas lingkungan dan bila perlu meningkatkannya, serta berusaha mengembangkan seoptimal mungkin potensi yang ada, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengunjung, penduduk dan Pemerintah itu sendiri; 2) Pemerintah hendaknya lebih banyak menempatkan tong-tong sampah, dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terpelihara, dengan limbah yang sedikit dan tidak menggangu keindahan pemandangan alam. Perilaku pengunjung yang sebagian besar membuang sampah sembarangan tidak terlepas dari fasilitas pembuangan sampah yang kurang.

The problems which provided the basis for this research is that the growth in population, income and human activities have simultaneously increase the demand towards the environmental product, that is, the existence of fresh, cool air and beautiful natural scenery, which is far away from all kinds of life problems. In this case the developments of tourism (recreation park) becomes an alternative to be able to meet such demand.
Environmental resource such as recreation park gives the benefit to the visitors, but since there is no. fee or the fee is relatively low, or the value of satisfaction which the visitors get is abstract, so they could not see the real value. It doesn't mean that environmental resource has no value or the absence of it means nothing for the society. The economical analysis will be an alternative that could help evaluating the benefit.
Considering that the tourism coast Watu Ulo is the Government's property so it has the quality more indicates as public goods compared with its commercial aspect. On the other hand, the recreation park gives the specific satisfaction for the residents. As a product of the environment, then the existence of recreation park ought to be maintained because of its value.
This analysis caused some problems, mainly concerning the value and benefit obtained by the society towards the consumption of environmental product of the recreation park, therefore it needs evaluation to indicate how many benefit of the product (coastal tourism area Watu Ulo). One of those ways is to quantify the benefit in the monetary value.
The aims of the research are : 1) to measure the size of the environmental benefit is obtained by the visitors; 2) to measure the size of the visit elasticity based on the total traveling cost; 3) to know the factors influenced by the consumer's demand toward the environment product (recreation park); 4) to identify the attitude of the consumers in the care of environmental quality and the consumer's perception toward the quality of environment in the coastal tourism area Watu Ulo.
The data type needed among others are primary and secondary datas. The primary data is obtained through nonrandom sampling technique. The primary data is obtained from the tourists met in the location so that the sampling technique is called the incidental sampling. The number of samples are estimated 200 respondents (the visitors of recreation park).
To determine the amount of traveling cost and visiting degree, the respondents are grouped according to the original zone. The determination of the research .respondent's zone is based on the administrative area, namely : Kecamatan level for the second level region of Jember regency (there are 28 Kecamatan) and regency-level for districts outside Jember regency (there are 4 regencies).
The total population to determine the visiting degree on the original zone in Jember regency (Kecamatan level) is taken from the data of population registration in each kecamatanin the period of 1993. The population's data to determine the visiting degree in the original zone outside Jember regency (regency level) taken from the the population average, is that the total amount of population of each regency divided with the amount of the kecamatan.
Within the travelling cost approach, the basic model which is used describes the visit of every 1000 population as the factor that will be analyzed in the function of demand. This demand's function has been simplified to describe the demand curve where the other factors besides the traveling cost are assumed constantly (citeris paribus), so that we can determine the amount of the consumer's surplus as the value of environmental benefit of the tourism cost Watu Ulo. From this function, elasticity's coefficient , correlation's coefficient and determination's coefficient can be calculated. Where as to know the preferency, the perception and the attitude of the visitors they're analyzed by the descriptive method by means of the percentage approach.
-The general conclusion of this research is that the area of coastal tourism Watu Ulo is potential and valuable environmental resources and gives a great sufficient benefit for the society. This benefit becomes bigger if it will be followed up by the decrease of traveling
cost and the increase of visitor's care toward the environment, and with available sufficient facilities for wasted disposal.
Partially the conclusion are firstly, that the environment benefit of the recreation park of coastal tourism area Watu Ulo is Rp.767.688,38 per 1000 inhabitants and Rp.l.627.399.489,82 for total population; secondly, the effect of change of independent variable (visiting degree) toward's the traveling cost are elastic (e=-1,39) when there is an increase of traveling cost is 1,00%, it will caused a decrease of the visiting degree of 1,39%; third, the main factor that determines the visitor's preference toward the coastal tourism area Watu Ulo is the beautiful scenery (59,50%), this indicates that the factor of environment quality play an important role to attract the visitors and gives satisfaction to the visitors.; fourth, the great part of visitors evaluates that the tourism coastal area Watu Ulo is 'fairly clean, viz around 44,50%, meanwhile those who evaluate it dirty is 30,00% the rest evaluates less clean, and clean 11,00% and less clean 12,00%. While for the care of facilities, most of visitors evaluate clean enough, 43,50%, less clean.21,00%, dirty on is 21,00% and clean 14,50%; and fifth, the most of visitors attitude in tourism area have a relatively low attention in the environment. This proves that there are 75,50% of the visitors who throw the waste in every place, only 15,00% of those who throw the garbage in the prepared places, the rest use an other way.
Recommendation : considering that the benefit of tourism area which is enjoyed by the great part of visitors, it is suggested that : 1) the government as the owner and the manager ought to pay more attention to take care of the environment quality and if necessary to increase the appearance and develop as much as possible the existing potency, in order to give a bigger benefit to the visitors, population and government itself; 2) It"s better if the government places more waste disposals, so that the environment quality could be taken care of and cared from less waste disposal would not polute the beautiful scenery. The attitude of careless visitors is caused of less facility.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widiyono
"Untuk menanggulangi keterbasan air, telah dibangun 334 embung kecil oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dapat menampung air 8.318.152 m, melayani 31.597 keluarga, 105.522 ekor sapid an pertanian 1.319 ha. Daerah Tangkapan Air (DTA) embung menghadapi kendala rendahnya tutupan vegetasi, laju aliran permukaan dan erosi yang tinggi, gangguan ternak serta kegiatan pertanian masyarakat di sekitar. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah prioritas untuk kegiatan aforestasi/reforestasi dalam rangka proyek pembangunan bersih (CDM; Clean Development Mechanism). Mengingat konservasi DTA merupakan tindakan yang mutlak harus dilakukan dalam mempertahankan fungsi eko-hidrologis embung maka kegiatan ini perlu ditingkatkan peranannya sebagai kegiatan aforestasi/reforestasi dalam rangka mekanisme pembangunan bersih. Berdasarkan luas hutan minimal untuk mendapatkan dana kompensasi melalui program CDM,yakni seluas 0,25 ha maka DTA embung dengan luasan bervariasi antara 3,1 43,2 ha; dan sejumlah 334 embung yang tersebar di kabupaten di NTT dengan luas total daerah tangkapan air 3.281 ha sangat berpotensi digunakan sebagai lahan kegiatan aforestasi/reforestasi."
[Place of publication not identified]: Limnotek, 2010
551 LIMNO 17:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berkeley: University of California Press , 1959
301.36 WOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bunyamin Ramto
Jakarta: Taskap, 1981
330.9 BUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meinar Dewi Pujansari
"Pembahasan mengenai perkembangan wilayah urban pada tahun 1970 dan 1995 di
Kotamadya Semarang yang memiliki keunikan dibandingkan dengan kota-kota lain
di Indonesia, yaitu Semarang memiliki pantai, daratan, dan perbukitan sekaligus.
Keadaan mi akan menarik dalam mengkaji pola dan arah perkembangan wilayah
urban yang terdapat di kotamadya Semarang. Materi yang dibahas dalam penelitian
mi meliputi penggunaan tanah, kepadatan dan mata pencaharian penduduk,
kepadatan bangunan, jaringan jalan dan bentuk medan; kemudian dianalisa dengan
menggunakan metode analisa deskriptifkuantitatmf
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pola dan arah perkembangan wilayah
urban, serta rnengetahui pengaruh bentuk medan terhadap perkembangan wilayah
urban dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang. Adapun
permasalahannya adalah:
1. Bagaimana pola dan arah perkembangan wilayah urban di Kotamadya
Semarang?
2. Bagaimana pola perkembangan wilayah urban tersebut dikaitkan dengan bentuk
medan dan kerapatan jaringan jalan?
Hasil yang diperoleh adalah wilayah urban pada tahun 1970 mempunyai bentuk pola
lonjong memanjang dari utara ke selatan, s&dangkan pada tahun 1995 akibat
perkembangannya membentuk pola setengah lingkaran yang cenderung mengarah ke
tenggara. Wilayah urban yang ada pada tahun 1995 merupakan perluasan dan
wilayah urban pada tahun 1970. Perluasan wilayah tersebut diikuti pula dengan
berubahnya bentuk pola wilayah urbannya. Bentuk pola perkembangan mi
menyesuaikan diri dengan bentuk medan dan tingkat kerapatan jaringan jalan yang
ada di wilayah kotamadya Semarang. Hal mi dapat lihat bahwa wilayah urban
terdapat pada wilayah yang datar di bagian utara dengan tingkat kerapatan jariñgan
jalan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat kerapatan jaringan jalan yang lebih
rendah di wilayah perbukitan pada bagian selatan. Kesimpulannya bentuk medan
dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang mempengaruhi
perkembangan wilayah urbannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasdo Yessa
"Transportasi merupakan suatu alat pendukung aktivitas manusia untuk melaksanakan kegiatan rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. Sebagai prasarana pendukung, transportasi harus mendapatkan pelayanan yang baik sehingga diperoleh sistem pergerakan yang efektif dan efisien bagi pengguna transportasi. Peningkatan sistem transportasi memerlukan penanganan yang menyeluruh, mengingat bahwa transportasi timbul karena adanya perpindahan manusia dan barang. Meningkatnya perpindahan tersebut dituntut penyediaan fasilitas penunjang laju perpindahan manusia dan barang yang memenuhi ketentuan keselamatan bagi pejalan kaki dimana pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan Jalan Margonda Raya merupakan kawasan Central Business Distric, menyediakan cukup banyak fasilitas untuk pejalan kaki dikarenakan banyak masyarakat yang melakukan aktifitas-aktifitas kesehariannya di area tersebut seperti pekerja, mahasiswa, pelajar, pedagang dan lain sebagainya, karena pada kawasan ini merupakan akses dari pusat perbelanjaan, sekolah, bank, perkantoran dan kampus-kampus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan volume kendaraan dan volume penyeberang dalam penentuan fasilitas penyeberangan kasus di jalan Margonda Penelitian ini dilakukan untuk memberikan masukan mengenai fasilitas penyeberangan yang tersedia bagi pemerintah daerah Kota Depok untuk memperhatikan ketersediaan dari fasilitas pejalan kaki yang ada pada kawasan bisnis, yaitu jalan Margonda.

Transportation is a mean of supporting human activities to carry out routine activities, business, educational, social and others. As a supporting infrastructure, transportation should get good service so an effective and efficient system of movement for users of transport would be obtained Transportation systems improvement require a comprehensive measures considering that transport occurs due to the movement of people and goods. The increasing movement is in the need of provision of supporting facilities for the movement of people and goods that meet the requirements of safety for pedestrians, where the pedestrian is one of the very crucial traffic component especially in urban areas Jalan Margonda Raya is a Central Business district, provides ample facilities for pedestrians because many people do their daily activities in this area such as workers, students, merchants and others, because this area is main access to the shopping centers, schools, banks, offices and campuses.
The purpose of this study was to determine the relationship between the vehicles and pedestrians volume in the determination of the road crossing facilities, case study Jalan Margonda This study was conducted to provide input on the pedestrian facilities available to local governments to pay attention about the availability of pedestrian facilities in Kota Depok that exist in the business district, Jalan Margonda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1508
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Eka Perwira Putra
"Lingkungan sekolah mempunyai potensi terjadi kecelakaan karena jika pejalan kaki penyeberang berperilaku tidak memenuhi standar baku dalam menyeberang atau bersikap tidak mematuhi aturan Para pejalan kaki dan penyeberang harus memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kendaraan bermotor Oleh karena itu penyediaan fasilitas penyeberangan menjadi tuntutan keamanan dan keselamatan para pejalan kaki Penelitian ini dilakukan dijalan raya Bogor dimana lokasi tersebut volume kendaraannya sangat padat tepatnya di km 31 31 5 terdapat sekolah Permata Bunda SDN 1 Cisalak SDN 3 Cisalak pasar Cisalak Cimanggis kota Depok Hasil study diperoleh rancangan Zona Selamat Sekolah dengan ZoSS untuk dua sekolah yang berdekatan dan bersebelahan Disain ini diharapkan dapat mengurangi potensi kecelakaan pengguna jalan menjadi lebih tertib khususnya anak sekolah dengan kendaraan bermotor dilingkungan sekolah sekolah tersebut.

The school environment has the potential of an accident because if the pedestrian behavior does not meet the standard in cross or be not obey the rules Pedestrians should have the same rights and obligations with motor vehicles Therefore the provision of pedestrian facilities into the demands of the security and safety of pedestrians The research was carried out on the highway Bogor where the location is very heavy vehicle volume precisely at 31 to 31 5 km there are the Permata Bunda School Public Elementary School 1 Cisalak Public Elementary School 3 Cisalak Cimanggis Cisalak market town of Depok Draft study results obtained Zone Of Safety School to two schools adjacent and contiguous This design is expected to reduce the potential for pedestrian accidents especially school children with motor vehicles to be more disciplined at environment of the schools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoppy R.
"Menghadapi pertumbuhan motorisasi yang berkembang cepat dan kebutuhan dalam pengakomodasian kemacetan, kota-kota pada negara berkembang akan cenderung mengembangkan sisi kendaraannya saja dan mengenyampingkan pejalan kaki. Pada perkembangan transportasi perkotaan yang semakin berkembang dikenal suatu ukuran walkabilitas suatu kawasan yang biasa disebut walkability index atau walkability score yang mencerminkan kualitatif suatu kawasan tentang kenyamanan transportasi dengan berjalan kaki dengan skala penilaian 0-100.
Pada zona pendidikan di Jalan Margonda, yaitu dari lokasi Bundaran UI sampai dengan pertigaan Jalan Karet, dapat diketahui para pejalan kaki memiliki volume yang cukup tinggi. Selain itu jalan Margonda dipenuhi dengan bangunan-bangunan lainnya seperti pertokoan, bengkel, showroom, tempat sekolah dan tempat niaga lainnya. Kemudian jalan Margonda diketahui memiliki jalur yang padat dengan kendaraan yang melintas sepanjang jalan. Permasalahan arus kendaraan selalu menjadi sorotan untuk selalu dilakukan perubahan, tetapi kondisi fasilitas bagi pejalan kaki tidak mendapat perhatian yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis Walkability Index pedestrian yang difokuskan di kawasan pendidikan di Jalan Margonda. Kemudian ditinjau pula tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian pada kawasan tersebut.
Pada penelitian ini, untuk menganalisis walkability index menggunakan analisis observasi lapangan dengan merujuk pada literatur terkait, sedangkan tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian ditinjau berdasarkan panduan High Capacity Manual (HCM).
Hasil analisis mengenai walkability, didapatkan Walkability Score rata–rata sebesar 32.5, sehingga zona pendidikan memiliki kriteria sedikit fasilitas yang dapat terjangkau dengan berjalan kaki. Sedangkan hasil analisis mengenai tingkat pelayanan pejalan kaki secara keseluruhan, baik analisis terhadap arus, kecepatan maupun ruang memiliki LOS (tingkat pelayanan) A. Serta hasil analisis mengenai fasilitas diketahui pada zona pendidikan masih terdapat kekurangan fasilitas bagi pejalan kaki.

Facing motorization growth and needs, in developing countries tend to develop the vehicle facility and waive pedestrians. In the development of urban transportation's, walkability known as measure of an area commonly referred to walkability index, a qualitative score that reflection an area about the convenience of transportation by foot with rating scale of 0-100.
In the Educational zone at Margonda Road, whereas the location from University of Indonesia roundabout to Karet Road, have high volume of pedestrian. In addition, Margonda Road is filled with other buildings such as shops, garages, showrooms, schools and other commercial places. Furthermore the Margonda Road known to have a high volume passing vehicles along the road. The problem of the traffic is always to be changing, but the condition of pedestrian facilities do not get optimal attention.
The purpose of this study was to identify and analyze Pedestrian Walkability Index, focused on educational zone of Margonda Road. Then reviewed the level of service (LOS) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities in the area.
In this study, to analyze the walkability index using analysis of field observations with reference to relevant literature, while the level of service (Level Of Service) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities are reviewed based on the guidelines High Capacity Manual (HCM).
The Results of analysis that Walkability Score obtained an average of 32.5, so that the educational zone has few facilities criteria that can be reached on foot. While the results of an analysis of pedestrian level of service, analysis of current, speed or space has an A level of service. And the results of facilities analysis in the Educational zone, there is still a lack of facilities for pedestrians.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Ilmia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang komprehensif tentang permasalahan di Jalan Margonda Kota Depok ditinjau dari konsep walkability. Sebagai kota pelapis kedua (secondary city) bagi Ibu Kota Jakarta, Kota Depok perlu memiliki selasar kota yang menunjang aktifitas warganya khusunya pejalan kaki. Hasil kajian ini diharapkan menjadi dasar dalam desain yang walkable yang ideal pada Jalan Margonda Raya sebagai selasar Kota Depok. Metoda perancangan dipilih untuk menghasilkan desain walkable yang komprehensif dan dapat menjadi alternatif untuk memecahkan permasalahan terkait walkable di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukannya desain yang walkable dalam bentuk selasar kota. Selasar kota yang dirancang telah mendukung konsep walkability yang memiliki fungsi sebagai pelindung pejalan kaki dari cuaca, titik sentral interaksi sosial, pusat perekonomian, serta menjadi ikon dari kota. Desain selasar Kota Depok yang ditawarkan terintegrasi dalam konteks Sustainability, Harmoni dan Inklusif.

The purpose of this research is to obtain comprehensive information about issues on Margonda Street in Depok City, examined through the concept of walkability. As a secondary city to Jakarta, Depok needs urban arcades that support the activities of its residents, especially pedestrians. The study aims to serve as a foundation for an ideal walkable design on Margonda Raya Street as Depok's urban arcade. The design method was chosen to produce a comprehensive walkable design and provide alternatives to address walkability issues in Depok. The research findings indicate the necessity of a walkable design in the form of urban arcades. These arcades are designed to support walkability by providing shelter from weather, serving as central points for social interaction, contributing to the local economy, and becoming icons of the city. The proposed urban arcade design for Depok integrates principles of Sustainability, Harmony, and Inclusivity within its context."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>