Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Qisthi
"ABSTRAK
Hingga saat ini kasus pencemaran air limbah tailing akibat pertambangan emas rakyat di Pongkor, Jawa Barat masih termasuk dalam kategori yang cukup memprihatinkan. Tingginya kadar merkuri pada air limbah yang melebihi baku mutu lingkungan, membuat kebutuhan pengolahan air limbah tambang emas rakyat menjadi penting untuk dilaksanakan. Pada penelitian ini, metode constructed wetland dengan menggunakan tanaman Phragmites Australis digunakan untuk mengurangi kadar merkuri pada air limbah tersebut. Air limbah yang digunakan pada penelitian terdiri dari limbah asli tambang emas rakyat Pongkor dengan kadar 27 ppb dan limbah buatan dengan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb. Hasil penelitian menunjukkan tingkat efisiensi penurunan kadar merkuri yang dihasilkan adalah sebesar 99,8% pada air limbah buatan dengan kadar 60 ppb dan 90 ppb, serta sebesar 99,6% pada air limbah asli dan air limbah buatan kadar 30 ppb. Tingkat akumulasi Hg tertinggi ditemukan di bagian akar tanaman dengan konsentrasi merkuri total pada bagian akar, batang dan daun tanaman adalah sebesar 3,502 mg/kg, 5,102 mg/kg dan 12,066 mg/kg pada air limbah buatan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb.

ABSTRACT
Water contamination due to artisanal and small-scale gold mine activity at Pongkor, West Java is still in an alarming condition. The high level of mercury in gold mine tailing wastewater in Pongkor, West Java, has exceeded government regulations on the standard of wastewater quality. This has increased the need for the implementation of wastewater treatment. In this study, a constructed wetland method was applied to reduce the levels of mercury (Hg) in gold mine tailing with Phragmites Australis. Wastewater which was used in this study consisted of original gold mine tailing wastewater that was contaminated by mercury up to 27 ppb and artificial wastewater consisting of various doses of mercury in 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels. The results showed that the efficiency levels of mercury after treatment reached 99.6% in both the original wastewater as well as 30 ppb wastewater of mercury, while the efficiency levels for wastewater of 60 ppb and 90 ppb levels of mercury reached 99.8%. This study also showed that the highest accumulation of mercury was found in the roots, with a total accumulation mercury in Phragmites Australis of 3.502 mg/kg, 5.102 mg/kg and 12.066 mg/kg in artificial wastewater at 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels."
2015
S59521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Madiyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Middleton, Beth
Toronto: John Wiley & Sons, 1999
333.91 MID w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadaa Puspitasari
"Peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti Bekasi berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan jasa, termasuk jasa pencucian pakaian (laundry). Industri laundry, meskipun memberikan kemudahan mampu menghasilkan limbah cair yang yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu solusi pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan efektif adalah penggunaan constructed wetland. Penelitian ini mengevaluasi kinerja constructed wetland dengan menggunakan tanaman Azolla microphylla dalam mengolah air limbah laundry. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengevaluasi karakteristik air limbah laundry yang berasal dari effluent Berkah Laundry pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla) pada biomassa, laju pertumbuhan relatif, dan kerapatan tanaman. (2) Menganalisis efisiensi penyisihan BOD5 dan COD pada free water surface constructed wetland dengan menggunakan tanaman paku air (Azolla microphylla). (3) Mengevaluasi kinetika laju penguraian dengan nilai-nilai konstanta tingkat penyisihan massa (r), tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla). Metode penelitian yang digunakan yaitu uji eksperimental skala pilot. Penelitian ini menggunakan 2 (reaktor) yaitu dengan luas penutup tanaman Azolla microphylla 40% dan luas penutup tanaman Azolla microphylla 60%. Aklimatisasi tanaman dilakukan secara bertahap sampai kondisi tunak (steady state) selama 12 hari. Waktu tinggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 hari. Debit yang digunakan sebesar 45,79 m3 /hari. Karakteristik air limbah yang diolah memiliki konsentrasi BOD55 272,25 mg/L, dan COD 431,62 mg/L. Efisiensi penyisihan BOD55 pada luas penutup 40% sebesar 11,1%-17,0%, COD sebesar 14,5%-39,0% dan luas penutup 60% BOD55 sebesar 18,3%-31,8%, COD sebesar 22,3%-39,8%. Konstanta penyisihan massa (r) BOD5 pada luas penutup 40% dengan rata-rata 5720 gr/m2/hari, luas penutup 60% dengan ratarata 9618 gr/m2/hari, konstanta tingkat penyisihan areal (kA) pada luas penutup 40% sebesar 28,94 m2/hari dan luas penutup 60% sebesar 45,00 m2/hari, konstanta tingkat penyisihan volumetrik (kV) dengan luas penutup 40% sebesar 0,06/hari, dan luas penutup 60% sebesar 0,09/hari.

The increase in population in big cities like Bekasi is directly proportional to the increase in demand for services, including laundry services. The laundry industry, although providing convenience, can produce liquid waste that can pollute the environment if not managed properly. One environmentally friendly and effective waste treatment solution is the use of constructed wetland. This study evaluates the performance of constructed wetland using Azolla microphylla plants in treating laundry wastewater. The objectives of this study are (1) Evaluate the characteristics of laundry wastewater from Berkah Laundry effluent in free water surface constructed wetland with water fern (Azolla microphylla) on biomass, relative growth rate, and plant density. (2) Analyzing the removal efficiency of BOD5 and COD in free water surface constructed wetland using Azolla microphylla. (3) Evaluate the kinetics of decomposition rate with the values of mass removal rate constant (r), areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in free water surface contructed wetland with Azolla microphylla. The research method used was a pilot scale experimental test. This study used 2 reactors, namely with a cover area of 40% Azolla microphylla plants and a cover area of 40% Azolla microphylla plants. Azolla microphylla plant cover area of 60%. Plant acclimatization was carried out gradually until steady state for 12 days. The residence times used in this study were 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, and 21 days. The discharge used was 45.79 m3/day. The characteristics of the treated wastewater have a concentration of BOD5 272.25 mg/L, and COD 431.62 mg/L. BOD5 removal efficiency at 40% cover area of 11.1%-17.0%, COD of 14.5%-39.0% and 60% cover area BOD55 of 18.3%-31.8%, COD of 22.3% - 39.8%. Mass removal constant (r) BOD5 at 40% cover area with an average of 5720 gr/m2/day, 60% cover area with an average of 9618 gr/m2/day, areal removal rate constant (kA) at 40% cover area of 28.94 m2/day, 40% cover area amounted to 28.94 m2/day and 60% cover area amounted to 45.00 m2/day, constant volumetric removal rate (kV) with 40% cover area of 0.06/day. 40% cover area was 0.06/day, and 60% cover area was 0.09/day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Eventina Christi
"Usaha Laundry di Indonesia memiliki peluang pengembangan ekonomi yang tinggi. Namun, limbah cair laundry di Indonesia belum memiliki peraturan lingkungan yang baik terhadap pengusaha jasa laundry. Constructed wetland dapat digunakan sebagai pengolahan biologis limbah cair yang sustainable, memanfaatkan energi yang rendah, dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi untuk mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kemampuan dan korelasi organic loading rate (OLR) terhadap efisiensi penyisihan serta konstanta tingkat penyisihan (R); tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) dalam laju degradasi chemical oxygen demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD) pada horizontal sub-surface flow constructed wetlands dengan tanaman bambu air (Equisetum hyemale) dalam mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini menggunakan horizontal constructed wetlands dan tipe aliran sub-surface flow (SSF) dengan media tanah, pasir, dan kerikil dimana reaktor 1 menggunakan 120 tanaman dan reaktor 2 menggunakan 200 tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 86,04% dan BOD sebesar 88,10% sedangkan reaktor 2 menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 88,22% dan BOD sebesar 90,30%. Organic loading rate yang diterima oleh reaktor 1 dan reaktor 2 HSSF CWs dengan tanaman E. hyemale tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap efisiensi penyisihan COD dan BOD. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 923,10 gr/ /hari; kA 3,77 m/hari; dan kV 1,00/hari sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 942,97 gr/ /hari; kA 4,20 m/hari; dan kV 1,12/hari dalam laju degradasi COD pada limbah cair laundry. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 247,04 gr/ /hari; kA 4,15 m/hari; dan kV 1,10 kV sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 251,20 gr/ /hari; kA 4,81 m/hari; dan 1,29/hari dalam laju degradasi BOD pada limbah cair laundry.

Laundry businesses in Indonesia have high economic development opportunities. However, laundry effluents in Indonesia do not have good environmental regulations for laundry businesses. A constructed wetland can be used as a sustainable biological treatment of wastewater, utilizes low energy, and does not require high costs to treat laundry liquid waste. This study aims to analyze and evaluate the ability and correlation of organic loading rate (OLR) on the removal efficiency as well as the removal rate constant (R); areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in the degradation rate of chemical oxygen demand (COD) and biochemical oxygen demand (BOD) in horizontal sub-surface flow constructed wetlands with water bamboo plants (Equisetum hyemale) in laundry wastewater treatment. This study used horizontal constructed wetlands and sub-surface flow (SSF) with soil, sand, and gravel as media where reactor 1 used 120 plants and reactor 2 used 200 plants. The results showed that reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average COD removal efficiency of 86,04% and BOD of 88,10%. In comparison, reactor 2 produced an average COD removal efficiency of 88,22% and BOD of 90,30%. The organic loading rate (OLR) received by reactor 1 and reactor 2 HSSF CWs with E. hyemale plants do not significantly correlate with COD and BOD removal efficiency. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 923,10 gr/ /day; kA 3,77 m/day; and kV 1,00/day while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 942,97 gr/ /day; kA 4,20 m/day; and kV 1,12/day in the rate of COD degradation in laundry wastewater. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 247,04 gr/ /day; kA 4,15 m/day; and kV 1,10 kV while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 251,20 gr/day; kA 4,81 m/day; and 1,29/day in the rate of BOD degradation in laundry wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dithamara Badzlin
"ABSTRAK
Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan air limbah dengan kriteria biaya yang ekonomis dan mudah diaplikasikan. Namun, pada sistem lahan basah buatan konvensional, proses degradasi polutan oleh mikroorganisme dari air limbah seringkali terbatas pada ketersediaan oksigen terlarut. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan modifikasi lahan basah buatan melalui sistem aerasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi penyisihan polutan dari air limbah kantin dengan menggunakan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi. Penelitian ini menerapkan lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan secara batch dengan menggunakan tanaman Canna indica dan kombinasi media berupa kerikil dan pasir. Pada lahan basah buatan dengan sistem aerasi, dipasang aerator di bagian inlet dan outlet reaktor yang dioperasikan selama 4 jam/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penyisihan polutan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi masing-masing adalah sebesar 83,02 dan 94,62 untuk COD, 90,10 dan 97,84 untuk TSS, 60,74 dan 84,17 untuk amonia, 32,26 dan 33,06 untuk minyak lemak, serta 89,16 dan 92,24 untuk MBAS. Dari hasil tersebut, maka lahan basah buatan dengan modifikasi berupa sistem aerasi dapat menyisihkan polutan pada air limbah kantin secara lebih optimal jika dibandingkan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi.

ABSTRACT
Constructed wetlands is a simple and cost effective technology alternative for wastewater treatment. However, oxygen supply in conventional constructed wetlands cannot fully meet the requirement for the process of wastewater pollutants degradation by microorganisms. Artificial aeration system is proposed as a solution to enhance the oxygen availability in constructed wetland beds. The aim of this study is to analyze and compare removal rate of pollutant in canteen wastewater by conventional constructed wetland and modified constructed wetland with artificial aeration. This study applied horizontal subsurface flow constructed wetlands with batch system planted with Canna indica and the types media used are gravel and sand. In modified constructed wetland, aerators located in the bed inlet and outlet which are operated for 4 hours day. The results shows that the average removal rate with conventional and modified constructed wetland are respectively 83,02 and 94,62 for COD, 90,10 and 97,84 for TSS, 60,74 and 84,17 for ammonia, 32,26 and 33,06 for grease, also 89,16 and 92,24 for MBAS. According to the results, modified constructed wetland with artificial aeration is more efficient to remove pollutants in canteen wastewater than conventional constructed wetland without artificial aeration. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"ABSTRAK
Anaerobic digestion AD yang mengolah limbah makanan merupakan metode waste-to-energy yang menghasilkan efluen cair. By-product tersebut dikenal sebagai digestat mengandung nutrien yang tinggi yang dapat didayagunakan oleh makrofit akuatik hias dalam system lahan basah buatan. Penelitian yang dilakukan mengevaluasi kapasitas pendayagunaan nutrien dari Canna indica, Iris pseudacorus, dan Typha latifolia dari digestat cair, sekaligus memperbaiki kualitas dari efluen cair AD. Lahan basah buatan yang ditanami T. latifolia mampu menyisihkan TSS dan COD secara efektif. C. indica menyisihkan N hingga 72 N sebagai penyisih N paling efisien, dan pendayaguna N terbesar. I. pseudacorus menyisihkan P hingga 98 dan memiliki kandungan TP dalam tanaman yang lebih tinggi dari T. latifolia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan nutrient menggunakan system lahan basah buatan mampu memperbaiki kualitas efluen dalam waktu yang singkat, sekaligus menambah nilai estetika terhadap lingkungan.

ABSTRACT
Anaerobic digestion AD which treats food waste is a waste to energy method that produces liquid effluent. This by product, known as digestate, contains high nutrients that could be recovered using ornamental aquatic macrophytes in a constructed wetland system. This study investigates the capacity of nutrient recovery of Canna indica, Iris pseudacorus, and Typha latifolia from liquid digestate, together with improving the quality of AD effluent. Constructed wetland with T. latifolia effectively removed TSS and COD. C. indica removed up to 72 N as the highest N removal efficiency, and recovered most of N, even though it still needs longer detention time to meet the standard. I. pseudacorus removed up to 98 P yet the average TP level in the plant was only slightly above T. latifolia. The result shows that nutrient recovery using constructed wetland improves the effluent quality within short operation period, meanwhile, C. indica and I. pseudacorus as ornamental aquatic macrophytes also added the aesthetic value to the environment."
2017
T49010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Dzakiyah Amany
"Peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, di Indonesia greywater hanya akan dibuang menuju drainase. Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi konvensional yang dapat mengolah greywater. Pengolahan dengan sistem lahan basah buatan dapat menjadi alternatif untuk mengolah greywater menjadi air baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan serta pengaruh organic loading rate terhadap efektivitas lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka dalam mendegradasi TSS, BOD5, COD, NH4-N, dan Fecal coliform dalam greywater. Penelitian ini menggunakan jenis lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan dengan sistem batch dengan kombinasi media kerikil, pasir silika, arang, dan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan kombinasi tanaman Canna indica dan Phragmites karka mampu mencapai efisiensi penyisihan polutan sebesar 88% untuk BOD, 71% untuk COD, 86% untuk TSS, 95% untuk amonia, dan 96% untuk Fecal coliform. Organic loading rate yang diterima oleh lahan basah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lahan basah. Berdasarkan hasil tersebut, lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka memiliki kinerja yang efektif dalam menurunkan polutan TSS, BOD5, COD, amonia, dan Fecal coliform.

The increase in the need for clean water is followed by an increase in the amount of wastewater produced. Generally, in Indonesia, greywater will only be discharged into drainage. Constructed wetland is one of the conventional technologies that can treat greywater. Treatment with an constructed wetland system can be an alternative to processing greywater into raw water. The purpose of this study was to analyze the ability and effect of organic loading rate on the effectiveness of constructed wetlands with a combination of Canna indica and Phragmites karka in degrading TSS, BOD5, COD, NH4-N, and Fecal coliform in greywater. This study uses horizontal subsurface flow constructed wetland with a batch system with a combination of gravel, silica sand, charcoal, and soil media. The results of this study indicate that the constructed wetlands with the combination of Canna indica and Phragmites karka were able to achieve pollutant removal efficiency of 88% for BOD, 71% for COD, 86% for TSS, 95% for ammonia, and 96% for Fecal coliform. The organic loading rate received by the wetland does not have a significant effect on the performance of the wetland. Based on these results, an constructed wetland with a combination of Canna indica and Phragmites karka has an effective performance in reducing TSS, BOD5, COD, ammonia, and Fecal coliform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Evasari
"ABSTRAK
Di Indonesia, pencemaran oleh air limbah domestik merupakan jumlah
pencemar terbesar (85%) yang masuk ke badan air. Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia semakin mengalami penurunan, terutama setelah
melewati daerah pemukiman, industri, dan pertanian. Untuk mengantisipasi
potensi dampak tersebut, maka perlu upaya pengolahan limbah melalui berbagai
alternatif teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien, salah satu
alternatifnya adalah menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed
Wetlands). Berdasarkan morfologi dari tanaman Typha latifolia sangat cocok
untuk pengolahan dengan sistem Constructed Wetlands. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas dan kecepatan Typha latifolia dalam menyerap
polutan yang terdapat dalam limbah cair domestik dengan Sistem Lahan Basah
Buatan Tipe Aliran Bawah Permukaan. Penelitian dilaksanakan dengan pola
aliran menerus, dengan melakukan pengumpulan data sebanyak 19 kali dalam
kurun waktu 2 bulan untuk parameter BOD, COD, TSS, MBAS. Diukur pula pH,
DO, dan temperatur pada inlet dan outlet. Analisis data menggunakan analisis
regresi dengan software Microsoft Excel dan rumus persentase reduksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha latifolia memiliki kinerja yang
cukup baik dalam mereduksi konsentrasi BOD, COD, TSS, dan MBAS dengan
sistem pengolahan tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh efektivitas tanaman
Typha latifolia dalam mereduksi BOD mencapai 96,2% dengan persamaan
reduksi y = -0,052 x2 + 4,677 x ? 14,16; COD mencapai 94% dengan persamaan
reduksi y = -0,037 x2 + 3,442 x + 10,91; TSS mencapai 91,5% dengan persamaan
reduksi y = -0,022 x2 + 2,193 x + 31,83; dan MBAS mencapai 70,6% dengan
persamaan reduksi y = -0,024 x2 ? 1,134 x + 38,73."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Trisanti
"Pendayagunaan nutrien tinggi pada digestat AD dapat dilakukan dengan lahan basah buatan (CW), khususnya tipe aliran horizontal bawah permukaan (HSSF) dan tipe terapung (FCW). Penelitian ini akan membandingkan antara kemampuan kedua tipe tersebut terhadap nilai penyisihan yang dihasilkannya serta konsentrasi nutrien berupa TN dan TP pada tiap jenis makrofit yang ditanam pada bed tersebut yaitu Thypa latifolia, Canna indica, dan Iris pseodacorus. Pemberian influen berupa digestat menghasilkan pertumbuhan yang baik secara visual terhadap ketiga makrofit yang digunakan, hasil ini sejalan dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa mekanisme yang paling berpengaruh dalam penyisihan dan pendayagunaan nutrien pada HSSF dan FCW adalah plant uptake dan nitrifikasi. Selain itu, efluen yang dihasilkan juga menunjukkan nilai yang sesuai dengan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan dan dapat digunakan kembali untuk perairan irigasi. Tipe CW dengan makrofit yang berbeda menunjukkan nilai penyisihan dan pendayagunaan yang berbeda pula, hal ini dikarenakan bentuk akar, batang, dan daun sangat berpengaruh pada mekanisme plant uptake yang terjadi pada kedua sistem. Diantara kombinasi tipe CW dan makrofit yang digunakan, tipe HSSF dengan makrofit CI adalah yang paling unggul dalam mendayagunakan dan penyisihan nutrien serta parameter kualitas air lainnya yaitu dengan pertumbuhan tinggi mencapai 42% pada waktu kurang lebih 2 bulan, penyisihan BOD sebesar 90%, penyisihan COD sebesar 99%, penyisihan TSS sebesar 98%, penyisihan TN sebesar 66%, penyisihan TP sebesar 82%, dengan akumulasi kenaikan konsentrasi TN dan TP pada makrofit secara berturut-turut adalah 349% dan 400%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>