Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173416 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Ayu Widyastuti
"Kebugaran kardiorespiratori merupakan salah satu komponen untuk menentukan produktivitas kerja sehingga penting untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi pada kebugaran kardiorespiratori. Skripsi ini membahas perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan umur, status gizi (IMT), aktivitas fisik, status merokok, tingkat stres, dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, zat besi, zinc). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 108 prajurit Resimen Kaveleri 2 Marinir Jakarta selama bulan April 2015.
Nilai VO2max digunakan untuk menentukan status kebugaran kardiorespiratori dan diukur dengan Cooper 12-min Running Test. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan uji T-Independent. Dari hasil penelitian ini, terdapat perbedaan status kebugaran kardiorespiratori menurut umur, status gizi, status merokok, tingkat stres, dan asupan vitamin C. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan prajurit marinir dapat meminimalkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan kebugaran kardiorespiratori sehingga berdampak pada peningkatan produktivitas kerja. Selain itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan metode pengukuran yang berbeda untuk meneliti variabel lain yang sebelumnya diduga memiliki hubungan dengan kebugaran kardiorespiratori.

Cardiorespiratory fitness is one of the componens to determine work productivity thus it is important to study which factors contribute to cardiorespiratory fitness. This thesis aims to examine the differences of cardiorespiratory fitness based on age, nutritional status, physical activity, smoking status, level of stress, and dietary intake (energy, carbohydrate, protein, fat, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, iron, zinc). This cross sectional study was comprised in 108 personnel of Resimen Kaveleri 2 Marinir Jakarta between April 2015.
VO2max was used to determine cardiorespiratory fitness using Cooper 12-min Running Test. Chi Square test and T-Independent test were used to statistical analysis. In this research, cardiorespiratori fitness statistically different based on age, nutritional status, smoking status, level of stres, and vitamin C intake. According to these result, it was expected that marine personnel can minimize factors which will reduce cardiorespiratory fitness in order to increase work productivity. Further research with different measurement method was needed to examine other variables which once expected have relation with cardiorespiratory fitness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S59153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Mailani
"Kebugaran kardiorespirasi yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kebugaran kardiorespirasi berdasarkan status gizi (IMT), persentase lemak tubuh, aktivitas fisik, konsumsi sarapan pagi, asupan gizi dan gizi mikro pada siswa SMAN 39 Jakarta sebelum dan sesudah dikontrol berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebanyak 131 responden dari SMAN 39 Jakarta dari kelas 10 dan 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Asupan makanan diukur menggunakan penarikan makanan 1x24 jam, aktivitas fisik menggunakan PAQ-A, status gizi (BMI) diukur menggunakan BIA dan konsumsi sarapan diukur dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,8% siswa tidak layak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara status gizi (BMI), persentase lemak tubuh dan aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada status kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMAN 39 Jakarta. Sementara itu, ada juga perbedaan dalam status kebugaran kardiorespirasi berdasarkan asupan Vitamin B2 pada siswa SMAN 39 Jakarta.

Low cardiorespiratory fitness is associated with an increased risk of cardiovascular disease. This study aims to examine the differences in cardiorespiratory fitness based on nutritional status (BMI), body fat percentage, physical activity, breakfast consumption, nutrient intake and micronutrients in students of SMAN 39 Jakarta before and after being controlled by sex. This study uses a cross sectional design. A total of 131 respondents from SMAN 39 Jakarta from grades 10 and 11 were included in this study. Food intake was measured using 1x24 hour food withdrawal, physical activity using PAQ-A, nutritional status (BMI) was measured using BIA and breakfast consumption was measured by questionnaire. The results showed that 61.8% of students were not eligible. The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences between nutritional status (BMI), body fat percentage and physical activity based on sex in cardiorespiratory fitness status in students of SMAN 39 Jakarta. Meanwhile, there were also differences in cardiorespiratory fitness status based on Vitamin B2 intake in Jakarta 39 High School students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkya Wida Pradini
"Kebugaran kardiorespiratori rendah berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Kebugaran kardiorespiratori pekerja masih rendah. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Persen Lemak Tubuh (PLT), asupan gizi, aktivitas fisik, status merokok, dan kualitas tidur melalui Tes bangku 3 menit YMCA. Penelitian dilakukan pada karyawan PT Pos Indonesia Regional IV Jakarta pada April 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel 124 orang.
Hasil penelitian menunjukkan 44,4% karyawan tergolong tidak bugar. Uji chi square dan uji T-independent digunakan dalam analisis penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa IMT, PLT, asupan gizi energi, karbohidrat, dan zat besi/Fe memiliki perbedaan bermakna dengan kebugaran kardiorespiratori. Berdasarkan hasil tersebut, karyawan disarankan untuk memantau IMT dan PLT secara berkala, meningkatkan aktivitas fisik, dan pola makan gizi seimbang.

Low cardiorespiratory fitness is associated with the risk of cardiovascular disease and hypertension. Cardiorespiratory fitness in workers is still low. This research aims to determine the difference in cardiorespiratory fitness status based on the Body Mass Index (BMI), body fat percentage, dietary intake, physical activity, smoking status, and quality of sleep. Cardiorespiratory fitness is measured by YMCA 3 minutes Step Test. The research was conducted on the employees of PT Pos Indonesia Regional IV Jakarta in April 2016. Study design that used in this research is cross sectional in 124 employees.
The results showed 44.4% of employees are classified as unfit. Chi-square and T-independent test are used in analysis. The analysis showed that BMI, body fat percentage, dietary intake of energy, carbohydrates, and iron give significant differences to cardiorespiratory fitness. Based on these results, employees are advised to monitor BMI and body fat regularly, increasing physical activity, and nutrition balanced diet.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlasul Amal
"Tingkat kebugaran kardiorespiratori seseorang berhubungan dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan status gizi (IMT dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan gizi, dan perilaku merokok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juni tahun 2015 di Dinas Kesehatan Kota Depok. Responden dalam penelitian ini adalah 72 orang pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Pengambilan data status kebugaran kardiorespiratori menggunakan 1 mile walk test, status gizi diukur dengan pengukuran antropometri, asupan gizi diperoleh dengan metode food recall 2 x 24 jam, aktivitas fisik diperoleh dengan GPAQ, dan perilaku merokok diperoleh melalui pengisian kuesioner. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square, independent t-test, dan non-parametric test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 62,5% pegawai tidak bugar. Variabel yang memiliki perbedaan bermakna terhadap status kebugaran kardiorespiratori pada penelitian ini adalah IMT dan aktivitas fisik.

Cardiorespiratory fitness level of a person associated with the risk of death from cardiovascular disease. This study aims to determine differences in cardiorespiratory fitness status based on nutritional status (BMI and body fat percentage), physical activity, nutrient intake, and smoking behavior. This study used a cross-sectional study design. The study was conducted in April and June 2015 in Depok City Health Department. Respondents in this study were 72 employees of Depok City Health Department. Cardiorespiratory fitness status data was collected with an 1 mile walk test, nutritional status measured by anthropometric measurements, nutrient intake obtained by the method of food recall 2 x 24 hours, physical activity obtained by GPAQ, and smoking behavior was obtained through questionnaires. Analysis is conducted univariate and bivariate analyzes. Bivariate analysis used was chi-square test, independent t-test, and non-parametric test. The results showed that there were 62.5% of employees do not fit. Variables that have significant differences on the status of cardiorespiratory fitness in this study is BMI and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Handayani
"[ABSTRAK
Kebugaran merupakan prediktor dari penyakit degeneratif seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes mellitus dan lain sebagainya. Hasil tes kebugaran pada
siswa sekolah menengah atas di kota Bogor yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
pada tahun 2014, menyebutkan 91.29% siswa berada pada tingkat kebugaran
kurang dan kurang sekali. Perilaku merokok, jenis kelamin, status gizi, frekuensi
olahraga, serta lingkar pinggang, kadar lipid dan tekanan darah, diperkirakan
menjadi determinan kebugaran, menurut laporan Survei Kepatuhan terhadap KTR
di Kawasan Sekolah tahun 2014, terdapat 15.18% siswa yang merokok. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat apa saja determinan kebugaran kardiorespirasi pada
siswa di 18 sekolah menengah atas di Kota Bogor. Disain penelitian ini crosssectional
menggunakan tiga data sekunder Dinkes Kota Bogor, tes kebugaran
menggunakan metode TKJI untuk usia 16-19 tahun. Sampel penelitian didapatkan
354 responden yang tersebar pada 18 sekolah. Pada analisis regresi logistik
ganda, ditemukan bahwa variabel jenis kelamin, status gizi, perilaku merokok dan
lingkar pinggang merupakan determinan kebugaran kardiorespirasi, dengan
variabel jenis kelamin yang dominan berhubungan dengan kebugaran
kardiorespirasi. Perlu dibuat program gerakan hidup aktif untuk penanganan
masalah gemuk dan obesitas agar adanya peningkatan kebugaran jasmani. Bagi
penelitian selanjutnya, perlu penggunaan metode pengukuran kebugaran TKJI
secara lengkap atau dengan metode pengukuran yang lain seperti single-test, dan
pengukuran aktivitas fisik yang lebih baik lagi.

ABSTRACT
Fitness is predictor of degenerative diseases, such as cardiovascular disease,
diabetes etc. Result on fitness test among high school students at Bogor, which
was conducted by the city district health office in 2014, mentioned that 91.29%
students were on poor fitness level. Smoking behavior, sex, nutritional status,
sport frequency, blood lipid, waist circumference and blood pressure were
estimated as determinant to fitness level, according to a report from Survei on
Adherence of Non-Smoking Area on School Area in 2014, there are 15.18% of
students were smoking. This research aims to see which factors are determinant to
student?s cardiorespiratory fitness in 18 high school at Bogor. Design of this
research was cross-sectional using three secondary data from Bogor District
Health Office, fitness test using the TKJI method for the age of 16-19 years.
Sample research obtained 354 respondents were scattered in 18 schools. On
multiple logistic regression analysis, it was found that sex, nutritional status,
smoking behavior and waist circumference are determinant to cardiorepiratory
fitness, with sex were the dominant variable associate with cardiorepiratory
fitness. The program on active lifestyle are needed to managing on overweight
and obesity problem, thus increase level of fitness. For further research, full
method on TKJI or other fitness measurement methods such as single-test are
needed , and measurement of physical activity needs to be better again., Fitness is predictor of degenerative diseases, such as cardiovascular disease,
diabetes etc. Result on fitness test among high school students at Bogor, which
was conducted by the city district health office in 2014, mentioned that 91.29%
students were on poor fitness level. Smoking behavior, sex, nutritional status,
sport frequency, blood lipid, waist circumference and blood pressure were
estimated as determinant to fitness level, according to a report from Survei on
Adherence of Non-Smoking Area on School Area in 2014, there are 15.18% of
students were smoking. This research aims to see which factors are determinant to
student’s cardiorespiratory fitness in 18 high school at Bogor. Design of this
research was cross-sectional using three secondary data from Bogor District
Health Office, fitness test using the TKJI method for the age of 16-19 years.
Sample research obtained 354 respondents were scattered in 18 schools. On
multiple logistic regression analysis, it was found that sex, nutritional status,
smoking behavior and waist circumference are determinant to cardiorepiratory
fitness, with sex were the dominant variable associate with cardiorepiratory
fitness. The program on active lifestyle are needed to managing on overweight
and obesity problem, thus increase level of fitness. For further research, full
method on TKJI or other fitness measurement methods such as single-test are
needed , and measurement of physical activity needs to be better again.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzurrotun Nafisah
"Tingkat kebugaran yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di tingkat dunia maupun Indonesia telah membuktikan rendahnya tingkat kebugaran pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan energi serta zat gizi pada siswa Sekolah Dasar Avicenna Jagakarsa Jakarta Selatan. Desain studi penelitian ini yaitu cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kebugaran, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan zat gizi energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan kalsium . Pengukuran status kebugaran dilakukan dengan metode 20 m shuttle run. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, sedangkan data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 1x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, dan status gizi. Hasil analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kebugaran. Status kebugaran yang baik dapat diperoleh dengan meningkatkan aktivitas fisik, mempertahankan status gizi normal, dan mengkonsumsi zat gizi secara seimbang.

Low level of fitness is one of the risk factors for cardiovascular disease. Various studies at the world and Indonesia have proven the low level of fitness in children. The primary purpose of this study is to determine the difference fitness level based on physical activity, sex, nutritional status, and intake of energy and nutrients in elementary school students Avicenna Jagakarsa South Jakarta. The design of this study is cross sectional. The dependent variable in this study is fitness status, and the independent variable in this study is physical activity, sex, nutritional status, and nutrient intake energy, carbohydrates, protein, fat, iron, vitamin C, and calcium . Measurement of fitness status was done by 20 m shuttle run test. Nutritional status data obtained by the measurement of height and weight, while nutrient intake obtained by food recall 24 hours. The result of this study showed that there were differences of fitness level based on physical activity, sex, and nutritional status. Multivariate analysis result show that physical activity is dominant factor that affecting fitness. Good fitness status can be gained by increasing physical activity, maintaining normal nutritional status, and consuming nutrients in balanced way."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Devony
"Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Remaja yang sehat dan memiliki daya tahan jantung paru yang baik akan mampu berprestasi dalam pelajaran maupun pekerjaan sehingga produktivitasnya meningkat, sementara dari hasil survei dan penelitian tentang kesegaran jasmani dari tahun 1990 sampai tahun 2000 ditemukan bahwa lebih dari 50% remaja siswa SMA mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran daya tahan jantung paru dan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan daya tahan jantung paru yaitu persentase lemak tubuh, kadar hemoglobin, denyut nadi, kebiasaan merokok, frekuensi olahraga, lama olahraga, jenis olahraga, umur dan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 kota Depok tahun 2004.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan rancangan cross sectional atau potong lintang. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 kota Depok sebanyak 190 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur daya tahan jantung paru, persentase lemak tubuh, kadar hemoglobin, denyut nadi istirahat dan wawancara untuk mengetahui kebiasaan merokok, frekuensi olahraga, lama olahraga, jenis olahraga, umur dan jenis kelamin. Analisis data dilakukan secara univariat (rata-rata dan frekuensi), bivariat (uji korelasi dan Khai kuadrat untuk melihat faktor yang berhubungan dengan daya tahan jantung paru), multivariat (uji regresi logistrk berganda untuk melihat faktor yang paling dominan berhubungan dengan daya tahan jantung paru).
Hasil penelitian menemukan sebagian besar siswa (68,9 %) mempunyai daya tahan jantung paru dengan kategori kurang dam hanya 31,1 % siswa dengan daya tahan jantung paru kategori baik. Analisis bivariat mendapatkan hubungan yang bermakna antara umur (p = 0,047), jenis kelamin (p = 0,019), persentase lemak tubuh (p = 0,013), kadar hemoglobin (p = 0,002), denyut nadi istirahat (p = 0,000), frekuensi olahraga seminggu (p = 0,000) dan lama olahraga seminggu (p = 0,000) dengan daya tahan jantung pare, sedangkan kebiasaan merokok tidak mempunyai hubungan yang bermakna (p = 0,34) dengan daya tahan jantung paru. Analisis multivariat mendapatkan vanabel yang paling dominan berhubungan dengan daya tahan jantung paru adalah frekuensi olahraga dalam seminggu (OR = 5,455).
Pembinaan program olahraga intensif perlu dilakukan di sekolah baik pada saat jam pelajaran olahraga dan kesehatan maupun pembinaan kegiatan ekstrakurikuler maupun di rumah. Untuk menunjang pelaksanaan program ini perlu adanya kerjasama yang baik antara Departemen Pendidikan Nasional dengan Departemen Kesehatan dalam melakukan survei tingkat kesegaran jasmani pada remaja sekolah.

Factors Related To Cardiorespiratory Endurance Of SMA 1 And SMa 3 Depok Students In 2004One primary point of view needed for succeeding all subjects of development and progree in this country is to have a good physical, mental and social health. Adolescent with good cardiorespiratory endurance will be able to reach a positive achievement whether in studying or working, so that their productivity increase. Whereas, other 50 % of SMA students still have a lower cardiorespiratory endurance.
This research is aimed at knowing the perspective of cardiorespiratory endurance and several related factors surch as: body fat percentage, hemoglobin, pulse, smoking habits, duration and frequency of sportsactivity, sort of sports, age and gender of SMA 1 and SMA 3 Depok Students in 2004.
The type of research is quantitative, using sectional cross device or transversal. Research samples are 190 SMA land SMA 3 Depok students. Data is gathered by measuring cardiorespiratory endurance, body fat percentage, hemoglobin level, pulse during resting, and by interviewing them of smoking habits, durations and frequency of sports activity, sort of sport, age and gender. Data analyzing process is applied univariantly (average and frequency), bivariaotly (correlation test and chi quadrat), Multivariant (double logistic regression)
The research finally finds most students (58,9%) have a lower cardiorespiratory endurance while 31,1% have a good one. Bivariant analysis abtains a meaningful relationship between age (p = 0,047), gender (p = 0,019), body fat percentage (p = 0,013), hemoglobin level (p = 0,002), puts during resting (p = 0,000), sports activity frequency per week (p = 0,000), sports activity duration per week (p = 0,000) and cardiorespiratory endurance, whereas smoking habits has no relationship with cardiorespiratory endurance Multivariant analysis obtains most dominant variable connected with cardiorespiratory endurance : sports activity frequency per week (OR = 5,455), hemoglobin level (OR = 4,721), puts during resting (OR= 5,103) and body fat percentage (OR = 2,979).
Establishing an intensive sports program is needed to apply at school whether in sports class/lesson or in extracurricular activities. Application of this program needs good cooperation between national education dept and health dept.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi tersering pada
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Angka kematian akan meningkat tajam
bila pasien PPOK sudah mengalami komplikasi ini. Selama ini pengukuran tekanan
arteri pulmonalis hanya diukur pada saat pasien PPOK eksaserbasi dirawat diruang
intesif dengan cara invasif mengunakan alat Right heart catherization (RHC). Data
kelompok PPOK stabil yang mengalami hipertensi pulmonal yang diukur dengan
cara non invasif masih relatif sedikit yang di publikasi. Saat ini sudah ada
Echocardiography Doppler yang dapat digunakan sebagai pengganti RHC pada
kelompok PPOK stabil.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Penurunan FEV1 %
prediksi dengan Peningkatan Rerata Tekanan Arteri Pulmonalis dan mencari titik
potong terbaik secara klinis antara FEV1 % prediksi dan mPAP
Metode: Studi potong lintang pada lima puluh delapan subjek PPOK stabil yang
dilakukan spirometri dan pengukuran mPAP dengan menggunakan Ekhokardiografi
doppler pada potongan short axis setinggi aorta.
Hasil: Nilai rerata FEV1 % prediksi 26,6 (SB 4,7) dan rerata mPAP 37,61 (18,1-59)
mmHg. 74 % subjek mengalami hipertensi pulmonal, dengan karakteristik 24 %
ringan, 31 % sedang dan 19 % berat. Terdapat korelasi negatif kuat antara
penurunan FEV1 % prediksi dengan peningkatan mPAP. Semakin turun FEV1%
prediksi semakin meningkat mPAP. Nilai titik potong terbaik secara klinis 55,3 %
dengan sensitivitas 93%
Kesimpulan: FEV1 % prediksi berkorelasi negatif yang sangat kuat dengan
tekanan rerata arteri pulmonalis. FEV1 % prediksi 55,3 % memiliki kemampuan
yang cukup baik membedakan PPOK stabil yang sudah mengalami hipertensi
pulmonal

ABSTRACT
Background: Pulmonary hypertension is the most common complication of chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). Mortality rate will increase when COPD
complication with Pulmonary Hypertension. Right Heart Catheterization (RHC) is
the most common tool to measure Mean Pulmonary Arterial Pressure either in COPD
patients with exacerbations treated in intensive care unit. Data of pulmonary
hypertension in stable COPD group is still relatively rare published. Alternatively to
RHC, nowadays echocardiography is used to measure Mean Pulmonary Arterial
Pressure in stable COPD group.
Objective: To determine the correlation between forced expiratory volume in one
second (FEV1 %) prediction and mean pulmonary arterial pressure. To determine the
best clinically cut-off point between FEV1% prediction with mean pulmonary
arterial pressure
Methods: A cross-sectional study was conducted on fifty-eight stable male COPD
patients (mean age : 67,6) under went spirometry. Mean pulmonary arterial pressure
was measured using transthoracic echocardiography at short axis view in aortic level.
Results: Mean value of FEV1% was 26,6 % (SD 4,7) with median value of mean
pulmonary arterial pressure was 37,61 mmHg (range 18,3-59). 74% subjects were
pulmonary hypertension; 24 % mild, 31 % moderate and 19% severe respectively.
The correlation test showed a significant strong-negative correlation
(r = - 0,948, p < 0,001). The best cut-off point of FEV1% prediction, which has a
clinical value correlating to mean pulmonary arterial pressure, was 55,3% with the
sensitivity 93 %.
Conclusions: Forced expiratory volume in one second (FEV1 %) prediction has a
significant correlation with mean pulmonary arterial pressure in stable chronic
obstructive disease patients. The cut-off point FEV1 % prediction was 55,3% has a
good capability to discriminate pulmonary hypertension in stable PPOK patient."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Febrina
"Kebugaran kardiorespiratori yang rendah dapat mempengaruhi terjadinya penurunan performa kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan persen lemak tubuh, aktivitas fisik, status merokok, tingkat stres, asupan zat gizi makro, dan asupan zat gizi mikro pada Pamasis STHM Ditkumad tahun 2017. Desain studi yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross sectional dengan total sampel 70 responden. Nilai VO2max yang menentukan status kebugaran kardiorespiratori diukur dengan two-mile run test. Dengan menggunakan tes tersebut didapatkan sebanyak 60 Pamasis STHM memiliki status tidak bugar. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan adanya perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan persen lemak tubuh p-value < 0,05.

Low cardiorespiratory fitness related to decreased work performance. This study aims to examine the differences of cardiorespiratory fitness based on body fat percentage, physical activity, smoking status, stress level, macronutrients and micronutrients intake among military students of SHTM Ditkumad. This study used cross sectional design and participated in 70 samples. VO2max was used to determine cardiorespiratory fitness using two mile run test. The result of this study shows that 60 military students are unfit. Chi square result is showing that cardiorespiratory fitness statistically different based on body fat percentage p value 0,05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>