Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maygita Brilian Puspa Wardhani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit tidak menular kronis yang masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia pada penduduk usia tua maupun usia muda. Sementara itu, PJK di Provinsi NTT memiliki prevalensi 3 kali lebih tinggi berdasarkan diagnosis dokter/gejala dibandingkan dengan angka prevalensi nasional yang hanya sebesar 1,5% pada tahun 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko kejadian PJK pada penduduk usia ≥15 tahun di Provinsi NTT tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross sectional. Sampel adalah seluruh penduduk berusia ≥15 tahun di Provinsi NTT yang terpilih dan berhasil diwawancarai, dilakukan penimbangan bb dan tb serta memiliki data yang lengkap.
Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna (nilai p ≤0,05) antara umur, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi makanan berisiko, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan dengan kejadian PJK pada penduduk usia ≥15 tahun. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap faktor risiko PJK serta gaya hidup sehat perlu dilakukan sedini mungkin.

Heart Coronary Disease (CHD) is a chronic non-communicable disease that still remains a major cause of morbidity and mortality globally in both elder and younger population. Meanwhile, in East Nusa Tenggara Province, the prevalence of CHD is three times higher according to doctor?s diagnosis or symptom compared to national prevalence which is only 1.5% in 2013.
This study aims to analyze the risk factors of CHD on population aged ≥15 years old in East Nusa Tenggara Province in the year of 2013. This study uses secondary data from the Riskesdas 2013 with a cross sectional design. The sample is all population aged ≥15 years old in East Nusa Tenggara Province who are selected and successfully interviewed, weighed the body mass, measured the height, and have complete data.
The result of this study is the significant association (p value ≤0,05) between age, hypertension, obesity, diabetes mellitus, smoking habit, physical activity, risky food consumption, level of education, occupation, and marital status with CHD incidents on population aged ≥15 years old. Therefore, prevention and early detection of CHD risk factors, as well as performing healthy lifestyle need to be.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Regine Martauli
"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Salah satu faktor penyakit jantung koroner ini adalah obesitas sentral. Persentase status obesitas sentral ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 45 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner adalah 1,2 dan terdapat hubungan antara status obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner pada usia 45 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah penyakit diabetes, hipertensi, dan perilaku merokok. Selain itu, terdapat interaksi oleh variabel konfounding terhadap obesitas sentral yaitu diabetes dan merokok. Oleh karena itu,diperlukan promosi kesehatan mulai dari promosi kesehatan penyakit jantung koroner baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder.

Coronary heart disease is a degenerative disease that remains a health problem in the world. One of the factors of coronary heart disease are central obesity. The percentage of central obesity status is increased from 2007 to 2013. This study was conducted to examine the relationship of central obesity to coronary heart disease.
The study design used is cross sectional and use data Riskesdas 2013. Samples were all residents aged 45 years and over who meet the inclusion and exclusion criteria.
The results of this study indicate that the prevalence of coronary heart disease was 1.2 and there is corelation between central obesity status of coronary heart disease at the age of 45 years and over in Indonesia in 2013 after being controlled by confounding variables. Confounding factors that are diabetes, hypertension, and smoking behavior. In addition, there is an interaction by confounding variables to central obesity, namely diabetes and smoking. Therefore, required health promotion ranging from coronary heart disease health promotion both primary prevention and secondary prevention."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Nurillah
"Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab dari 35% kematian di Indonesia dan penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab dominan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi PJK yang tinggi. PJK dipengaruhi oleh faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait dengan gaya hidup dan perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan PJK pada penduduk usia ³ 15 tahun di Jawa Barat tahun 2019. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan data Posbindu PTM Jawa Barat 2019. Dari 174302 responden diperoleh prevalensi PJK sebesar 1,5%. Usia (p = 0,000; POR 2,961; 95% CI = 2,696 – 3,253), riwayat PJK pada keluarga (p = 0,000; POR 10,583; 95% CI = 9,697 – 11,550), peningkatan tekanan darah (p = 0,000; POR 1,860; 95% CI: 1,720 – 2,011), peningkatan gula darah (p = 0,000; POR 1,736; 95% CI: 1,539 – 1,959), kurang aktivitas fisik (p = 0,000; POR 1,702; 95% CI: 1,562 – 1,855), kurang konsumsi sayur dan buah (p = 0,000; POR 1,480; 95% CI: 1,363 – 1,606), dan obesitas (p = 0,000; POR 1,225; 95% CI: 1,134 – 1,324) merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan PJK. Faktor risiko yang berhubungan dengan PJK dalam penelitian ini menyimpulkan perlu peningkatan upaya preventif dan promotif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PJK dan juga membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Cardiovascular disease is the cause of 35% of deaths in Indonesia and coronary heart disease (CHD) is one of the dominant causes. West Java is one of the provinces in Indonesia which has a high prevalence of CHD. CHD is influenced by non-modifiable risk factors and modifiable risk factors linked to lifestyle and behavior. This study aims to determine risk factors associated with CHD in population aged ³ 15 years in West Java 2019. This study was a cross sectional study using West Java Posbindu PTM data 2019. From 174302 respondents, the prevalence of CHD was 1,5%. Age (p = 0,000; POR 2,961; 95% CI = 2,696 – 3,253), family history of CHD (p = 0,000; POR 10,583; 95% CI = 9,697 – 11,550), high blood pressure (p = 0,000; POR 1,860; 95% CI: 1,720 – 2,011), high blood sugar (p = 0,000; POR 1,736; 95% CI: 1,539 – 1,959), physical inactivity (p = 0,000; POR 1,702; 95% CI: 1,562 – 1,855), low consumption of vegetable and fruit (p = 0,000; POR 1,480; 95% CI: 1,363 – 1,606), and obesity (p = 0,000; POR 1,225; 95% CI: 1,134 – 1,324) were risk factors associated with CHD. Risk factors associated with CHD in this study infers a need to increase preventive and promotive efforts to reduce morbidity and mortality due to CHD and also requires further studies to find out the causative factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sangat serius akibat setiap tahun terjadi peningkatan dan salah satu
kontributor terhadap angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular
di seluruh dunia. PJK yang didiagnosis adalah 46%. Infark miokard pada wanita
usia 50 tahun. Perubahan pola hidup yang ditandai dengan meningkatnya wanita
lansia khususnya wanita yang memasuki masa menopause yang merupakan salah
satu faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil dari
penelitian-penelitian tersebut mendukung bahwa wanita yang memasuki tahap
menopause berisiko meningkat secara signifikan terserang penyakit jantung
koroner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status
menopause dengan kejadian penyakit jantung koroner di Kelurahan Kebon Kalapa
Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2011. Penelitian ini merupakan analisis data
sekunder studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular Tahun 2011 dengan
desain cross sectional. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis
multivariat menggunakan Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi PJK sebesar 71,3% dan status menopause 55,7%. Berdasarkan
hasil multivariatnya menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menopause
memiliki risiko 1,6975 kali terhadap kejadian penyakit jantung koroner
dibandingkan responden wanita yang tidak mengalami masa menopause dengan
95% CI (1,0662-2,7025 dan p value 0,026 setelah dikontrol variabel stress. Odds
wanita yang mengalami stress 0,5635 kali lebih besar untuk menderita kejadian
penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
stress (faktor protektif) dengan interval kepercayaan 95% sebesar 0,3506 – 0,9058
dan p value 0,018.

Coronary Heart Diseases categorized into serious health problems due to the
increasing oMuch research in this last decade reported the relation between the
status of menopause with of coronary heart disease. Found that menopause
causing a myocardialf its prevalence every year. Its one of the contributors to the
global burden of disease and mortality in the world, where 46% of this disease
was myocard infarct in women whom their ages 50 years. Changing of people
lifestyle was one of the risk factors to the increasing of the disease in community.
The objective of this study was to investigate the association between stage of
menopause wih coronary heart diseases in Kebon Kalapa sub district central
Bogor in 2011. This in a cross sectional study, utilized the data secondary study
cohort of the disease of non communicable diseases. The inclusion criteria was
Kebon Kalapa resident whom their ages less or more than 50 years. The data
analysis was performed with stratification and logistic regression multivariate
analysis. The results of study showed the prevalence of coronary heart diseases
was 71,3% dan state menopause 55,7%. The result of multivariate analysis
showed that the women with menopause had 1,6975 risk to get coronary heart
diseases compared to the women who did not, after controlling for covariate, the
history of coronary heart diseases (PR = 1,6975, 95% CI 1,0662-2,7025 dan p
value 0,026 ) after control for variables the stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulita Rizqi Shafira
"Indonesia mengalami peningkatan beban penyakit tidak menular, salah satunya dari penyakit jantung koroner (PJK). Prevalensi PJK di Provinsi DI Yogyakarta mencapai 2% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Prevalensi penyakit ini terus meningkat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingkat urbanisasi yang tinggi. Tingginya tingkat urbanisasi di DI Yogyakarta menyebabkan pelimpahan aktivitas dan budaya perkotaan ke wilayah sekitarnya, sehingga masyarakat mengembangkan karakteristik seperti populasi perkotaan, tetapi karakteristik wilayahnya masih berupa perdesaan. Wilayah ini disebut sebagai wilayah semi-perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK pada populasi dewasa di wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022 menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penduduk berusia >18 tahun sesuai kriteria inklusi yang diolah menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa usia, hipertensi, diabetes melitus, dan merokok merupakan faktor risiko utama yang memprediksi kejadian PJK pada populasi dewasa wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022. Sementara itu, penelitian ini menemukan faktor risiko riwayat PJK keluarga dan obesitas berhubungan negatif dengan kejadian PJK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan program dan kebijakan kesehatan terkait PJK dan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Indonesia is experiencing an increasing burden of non-communicable diseases, one of which is coronary heart disease (CHD). The prevalence of CHD in DI Yogyakarta Province reaches 2% and is one of the highest in Indonesia. The prevalence of this disease continues to increase in Indonesia, partly due to the high level of urbanization. The high level of urbanization in DI Yogyakarta causes the spillover of urban activities and culture to the surrounding area, so that the community develops characteristics such as urban population, but the characteristics of the area are still rural. These areas are referred to as semi-urban areas. This study aims to identify factors associated with CHD in the adult population in semi-urban areas of DI Yogyakarta Province in 2022 using Non- Communicable Disease Information System data from the Indonesian Ministry of Health. The design of this study was cross-sectional with a sample of residents aged >18 years according to the inclusion criteria processed using univariate, bivariate, and multivariate analysis. This study found that age, hypertension, diabetes mellitus, and smoking are the main risk factors predicting the incidence of CHD in the adult population of semi-urban areas of Yogyakarta Province in 2022. Meanwhile, this study found that the risk factors of family history of CHD and obesity were negatively associated with the incidence of CHD. These results are expected to be considered in the preparation of health programs and policies related to CHD and in their implementation of further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kronis yang menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan di dunia. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia sebesar 1,5.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan prevalensi penyakit jantung koroner menurut provinsi di Indonesia berdasarkan data agregat Riskesdas 2013, yang dikombinasikan dengan data BPS dan Profil Kesehatan Indonesia di tahun yang sama dengan studi korelasi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang berkorelasi dengan prevalensi penyakit jantung koroner antara lain: tingkat pengangguran terbuka, status ekonomi kuintil indeks kepemilikan terbawah, konsumsi makanan berlemak lebih dari 1 kali/hari, proporsi mantan perokok, prevalensi gangguan mental, prevalensi hipertensi, dan prevalensi diabetes melitus.

ABSTRACT
Coronary heart disease is chronic disease as major cause of deaths and morbidities in the world. Prevalence of CHD in Indonesia as doctor diagnose is 0,5. Since, as dctor diagnose and symptom, prevalence of CHD in Indonesia is 1,5.
The purpose of this study is to analyze related risk factors with prevalence of CHD within Indonesia Provinces based aggregate data from Basic Health Research 2013, combine statistic data from BPS and Health Profile of Indonesia at the same year using ecology study.
Result shows that correlated factor of CHD prevalence are: unemployed rate, lowest social economy quintil possessed, fat consumption more than once a day, ex-smoker proportion, prevalence of mental disorder, hypertension prevalence, and diabetes mellitus prevalence."
2015
S58818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Agus Budhiadnya
"Penyakit jantung koroner telah lama dikenal sebagai pembunuh utama di dunia. Penelitian menunjukkan sekitar 80 persen dari semua PJK dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi, bersama dengan mengadopsi perilaku gaya hidup sehat. Di PT X, PJK masih merupakan penyebab utama kematian pekerja, data 7 tahun terakhir ada 95 kasus jantung dan 10 kematian akibat PJK. Karena itu, penting untuk melihat bagaimana pengaruh karakteristik dan perilaku terhadap PJK. Desain penelitian kuantitatif ini adalah cross sectional dengan 250 responden sampel yang dipilih secara acak, menggunakan data medis perusahaan PT X di Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan wawancara pada sampel responden yang dipilih secara acak. Hasil telitian mendapatkan faktor risiko dominan yang bisa dimodifikasi yaitu kebiasaan merokok, perokok lebih berisiko hampir 8 kali dibandingkan bukan perokok (OR 7,939; 4,130 – 15,250). Faktor risiko dominan yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, mereka yang berusia di atas atau lebih dari 40 tahun 6 kali lebih berisiko dibandingkan dengan pekerja di bawah 40 tahun (OR 6,126; 3,352 – 11,195). Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan manajemen program kesehatan kerja khususnya program berhenti merokok, penegasan area kerja dilarang merokok, dan promosi kesehatan bahaya rokok di PT X.

Coronary heart disease has long been recognized as the world's leading killer. Research shows about 80 percent of all coronary heart disease can be prevented by controlling high blood pressure, diabetes and high cholesterol, along with adopting healthy lifestyle. In PT X, CHD is still the main cause of worker death, the data from the last 7 years has 95 heart cases and 10 deaths cause by CHD. Therefore, it is important to see how characteristics and behavior influence CHD. Design of this research is a quantitative cross-sectional study with 250 samples taken randomly, uses medical data on PT X in East Kalimantan. This study uses interview collect randomly. The research results show that the dominant risk factor that can be modified is the smoking habit, smoker has 8 times more at risk than nonsmoker (OR 7.939; 4.130 – 15.250). The dominant risk factor that cannot be modified is the age, those who are 40 years old or more workers more than 40 years age hasare 6 times more at risk than workers under 40 years old age (OR 6.126; 3.352 – 11,195). The company should improve the management of occupational health program specially smoking cessation program, affirmation of prohibited smoking areas, and health promotion of the dangers of smoking at PT X"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwo Setiyo Nugroho
"ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat munculnya penyakit lainnya. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit terbesar pada penderita diabetes mellitus. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler terbanyak dibandingkan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan penyakit jantung koroner pada studi data Baseline Kohor PTM Kementrian Kesehatan. Analisis yang digunakan adalah Cox Regression yang mengestimasi nilai Prevalens Ratio. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis cox regression mengungkapkan bahwa orang yang menderita diabetes melitus memiliki prevalens rasio sebesar 1,094 kali p value 0,929 CI 95 0,149 ndash; 8,026 dibanding responden yang tidak menderita diabetes melitus. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan diabetes melitus terhadap penyakit jantung koroner tidak signifikan dengan mempertimbangkan nilai p value > 0,05 dan 95 Confidence Interval yang rentangnya melewati angka 1. Dalam peneltian ini minim terjadinya bias seleksi karena tidak missing data pada sampel eligible sebanyak 1937 responden. Begitu pula minim terjadinya bias informasi karena pengukuran variabel penelitian menggunakan alat ukur yang baku. Namun penelitian ini memiliki kelemahan dalam temporality sehingga hasil penelitian tidak dapat di justifikasi bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab penyakit jantung koroner. Serta nilai asosiasi prevalence ratio bukan merupakan nilai risiko yang sebenarnya.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disease that can cause complications that lead to the emergence of other diseases. Cardiovascular disease is the biggest disease in patients with diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of diabetes mellitus and coronary heart disease in the Baseline Data Non Communicable Disease Cohort Study. The analysis is the Cox Regression estimate the Prevalence Ratio. Multivariate analysis using Cox regression analysis revealed that people suffering from diabetes mellitus have a prevalence ratio of 1.094 times p value 0.929 95 CI 0.149 to 8.026 than respondents who do not have diabetes mellitus. However, the results of this analysis showed that the association of diabetes mellitus against coronary heart disease is not significant considering p value "
2017
T48901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>