Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Hasanah
"[Gaya hidup sehat dan bugar merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Saat ini terdapat banyak Pusat Kebugaran yang berkembang di sekitar kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kehadiran ruang Pusat Kebugaran secara visual menjadi semakin terasa melalui elemen-elemen yang membentuk ruang interior. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi visual dapat berpengaruh terhadap kenyamanan bergerak pada aktivitas manusia, khususnya aktivitas berolahraga pada Pusat Kebugaran, elemen seperti apa yang dihadirkan pada sebuah ruang secara visual, juga bagaimana dimensi dan tata letak memberikan kenyamanan untuk bergerak sehingga dapat mengoptimalkan aktivitas berolahraga. Skripsi ini membahas sebuah Pusat Kebugaran yang memiliki fasilitas all-in di dalamnya. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa elemen pembentuk ruang seperti pencahayaan, warna dan material serta dimensi dan tata letak memberikan pengaruh terhadap kenyamanan bergerak pada aktivitas berolahraga di Pusat Kebugaran.
, Healthy and fit lifestyle is a part of human needs. Currently there are a lot of Fitness
Centers evolving to meet those needs. The presence of Fitness Center felt increasing
visually through the elements that create interior space. The discussion is made to
discover how visual perception can affect the comfort in human’s activities, especially
in Fitness Center, which kind of elements that are presented in a space visually, as well
as how dimensions and layouts can provide comfort to move and also to optimize the
exercising activities. This thesis discusses a Fitness Center which has all-in facility.
The analysis showed that space forming elements such as lighting, color, material,
dimensions and layout can affect the body movement comfort during exercise activities
in Fitness Center.]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnheim, Rudolf
Berkeley: University of California Press, 1957
R 701.15 ARN a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Putri Muliana
"Ruang Merchandising Display pada Beauty Retail seringkali menciptakan atmosfer ruang yang dapat membuat pengunjung merasa terlihat cantik. Melalui literatur diketahui bahwa, ilusi visual pada ruang merchandising dapat diciptakan dengan mengkonfigurasikan elemen arsitektural dengan memaksimalkan potensi layering dari pengalaman. Penulisan ini dibuat dengan tujuan mengetahui bagaimana elemen arsitektural dari beauty retail berpotensi menciptakan layering ilusi visual hingga memberikan efek cantik pada diri pengunjung. Hasil studi kasus menunjukan bahwa beauty retail memiliki strategi dalam menciptakan alur pengunjung untuk membentuk siklus layer eksternal-internal dari elemen ruang merchandising agar menghasilkan kualitas ilusi visual cantik yang terus meningkat dari antar spotnya. Strategi tersebut dibuat berdasarkan tahapan kegiatannya mulai dari masuk toko, area tengah display, dan strategi akhir pada area makeup testing. Strategi awal lebih ditujukan dalam kemudahan pencarian dan klasifikasi produk dengan pengaruh jarak dan kontras warna. Strategi tengah mulai memainkan fokus pengunjung terhadap dirinya melalui elemen cermin dan permainan warna latar. Sedangkan strategi akhir menjadi area dengan fokus utama meberikan ilusi cantik melalui permainan tekstur, cahaya, dan warna dari elemen ceiling dan latar toko yang berdampak pada kecerahan dan kehalusan wajah pengunjung. Dari temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kesalahan persepsi visual, strategi utama yang digunakan yaitu berupa pengkomposisian elemen warna dan cahaya.

Merchandising Display space at Beauty Retail often creates a space atmosphere that can make visitors feel beautiful. Through the literature it is known that, visual illusions in merchandising spaces can be created by configuring architectural elements by maximizing the layering potential of the experience. This thesis was made with the aim of knowing how architectural elements from beauty retail have the potential to create layering visual illusions to give a beautiful effect on visitors. The results of the case study show that beauty retail has a strategy in creating a visitor flow to form a cycle of external-internal layers of merchandising space elements in order to produce a beautiful visual illusion quality that continues to increase from between spots. The strategy is made based on the stages of its activities starting from entering the store, the middle area of ​​the display, and the final strategy in the makeup testing area. The initial strategy is more aimed at ease of search and product classification with the influence of distance and color contrast. The strategy is starting to play the visitor's focus on himself through mirror elements and background color games. While the final strategy is the area with the main focus on giving a beautiful illusion through the play of texture, light, and color from the ceiling and background elements of the store which have an impact on the brightness and smoothness of the visitor's face. From these findings, it can be concluded that to create visual perception errors, the main strategy used is in the form of composing the elements of color and light."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Phaidon
"ABSTRAK
Industri wellness pada saat ini masih berupa tren yang bekerja menghadapai salah satu isu terbesar dalam kehidupan, mencoba memecahkan masalah yang masih menyisakan misteri dari eksistensi manusia, usia dan vitalitas Salah satu bagian dari industri wellness adalah industri klub kebugaran. Klub merupakan salah satu fasilitas untuk menerapkan gaya hidup sehat agar orang dapat menikmati hidup yang lebih berkualitas, sesuai dengan tren industri wellness.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui target pasar pengunjung klub kebugaran dalam industri kebugaran, mengetahui tingkat kepentingan lokasi dan critical time trade area untuk menentukan isochrone area klub kebugaran, mengetahui tingkat kepentingan fasilitas dan sarana dalam klub kebugaran dan mengetahui segmentasi klub kebugaran.
Metodologi Penelitian yang digunakan adalah exploratory research dan descriptive research. Exploratory research bertujuan untuk memberi gagasan, wawasan dan pemahaman atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti. Descriptive research yaitu riset konklusif yang ber tujuan utama mencari informasi data berupa data kuantitatif Metode analisis data yang digunakan dalam descriptive research adalah descriptive analysis dan cluster analysis.
Sebagian besar pengunjung berusia 21-30 tahun dengan total 50%, latar belakang pendidikan sarjana dominan mencapai 54%, tingkat pekerjaan dominan adalah wiraswasta sebanyak 20% diikuti pegawai 19,5% dan mahasiswa 17,8%.
Dari pengolahan data didapatkan bahwa 63,8% pengunjung menyatakan bahwa lokasi klub kebugaran merupakan faktor yang penting, dan bahwa 54 % responden tinggal atau bekerja dalam critical time trade area kurang dari 15 menit ke klub tempat mereka berlatih, sementara 27 % berada dalam kisaran waktu 15-30 menit, dan hanya 18,4% lebih dari 30 menit.
Berdasarkan penggunaan alat sesuai dengan kelompok umur rnaka penggunaan alat disimpulkan bahwa pada kelompok usia lebih dari 45 tahun, 100%, adalah heavy user alat kardiovaskuler. Pengguna free weight atau beban bebas rnayoritas adalah heavy user dengan penonjolan pada kelompok usia lebih dari 45 tahun sebanyak 80%. Pada semua kelompok usia dengan rentang kisaran tiap kelompok antara 50-75% adalah heavy user. Pemakaian wet area atau area basah seperti sauna dan whirpool menunjukkan hal yang menarik bahwa heavy user hanya berkisar setengahnya (50%) atau bahkan di bawah pada semua kelompok usia kecuali kelompok usia 36-45 tahun yan mencakup 69,2 %. Pada semua kelompok usia sekitar 80% ke atas merupakan heavy user dari ruang mandi. Fasilitas belanja kantin kurang diminati, tampak bahwa yang paling menonjol sebagai heavy user adalah hanya kelompok usia 21-25 tahun dengan total heavy user hanya 58% di kelompoknya. Pada penggunaan locker, semua kelompok usia, sekitar 90%, adalah heavy user dari locker. Kelompok yang tampak menonjol dalam penggunaan lounge atau ruang tunggu adalah hanya kelompok dengan usia 21-25 tahun dimana 66,7% merupakan heavy user penggunaan lounge.
Pada penelitian ini segmentasi pasar yang dijumpai yaitu segmentasi berdasarkan manfaat terdiri dari Cluster 1 (15%) club goers, Cluster 2 ( 41%) fitness family oriented, Cluster 3 (9%) clean cardio clubbers, Cluster 4 (45%) Clean and Fit. Segmentasi berdasarkan motivasi terdiri dari dua cluster yakniCluster 1 (55,7%), muscle and fitness dan Cluster 2 (45,3%), slim and health . Pada segmentasi berdasarkan pola makan didapatkan 3 cluster yakni Cluster 1 (17,2%), potential healthy dieter, Cluster 2 (37,3%), Enlightened junkies, Cluster 3 (45,4%), no interest in diet
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mendirikan klub baru atau juga sebagai basis awal untuk menentukan retargeting konsumen di klub masingmasing bagi klub yang sudah eksis. Retargeting dimaksudkan untuk mengenali anggota yang saat ini sudah eksis dengan lebih mendalam agar dapat melayani anggota tersebut dengan baik guna meningkatkan tingkat retensi anggota dan memperkirakan perubahan yang akan terjadi baik dalam waktu singkat maupun waktu yang panjang di masa depan. Klub yang didirikan dertgan segmentasi berdasarkan hasil penelitian tersebut tersebut
sebaikuya dalant waktu dekat setelah klub dibuka melakukan retargeting agar profil member yang lebih akurat dapat diperoleh.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen, Cindy
"Skripsi ini berusaha mengkaji bagaimana respon manusia pada suatu ruang publik terkait dengan persepsi visual, respon manusia tersebut dilihat dan ditangkap dari stimulus-stimulus fisik yang berada pada lingkungan sekitar. Pengkajian persepsi visual manusia difokuskan kepada hukum ketertupan Gestalt dan juga teori transaksional-teori ekologi. Studi kasus pada skripsi ini difokuskan kepada ruang publik pada tiga fakultas di Universitas Indonesia. Penelitian pada skripsi ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif.
Hasil dari observasi dan pengkajian teori yang dilakukan bertujuan untuk memberi masukan kepada perancang bahwa komponen-komponen fisik ruang dapat dipersepsikan dan diterjemahkan kembali menjadi suatu ruang baru sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan terjadi, maka penting bagi perancang untuk mampu menjawab kebutuhan manusia pada suatu area ruang publik kampus terutama kebutuhan utama mahasiswa di area publik kampus. Konteks dan kebiasaan dari pengguna juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang.

This thesis is trying to examine how the human response toward public spaces in associated with visual perception, human response is seen and captured from the physical stimuli that are available in our environment. The aassessment of human visual perception are focused on Gestalt law of closure and also Gibson ecological theory. The studies case in this thesis focused on public space on three faculty at the University of Indonesia. The rresearch in this thesis using a descriptive research method.
The purpose from observational and theoretical studies that has been done for this thesis is to give feedback to the architect that the components of physical space can be perceived and translated back by human into a new space in accordance with the expected demand, it is important for designers to be able to answer the needs of people in a public space area at campus, especially the main needs of students. The environment and the habits of the users are also become a factor that worth considered in designing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1198
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
"ABSTRAK
Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan.
Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test.
Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.

ABSTRACT
Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division.
Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method.
Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Imam Fauzan
"Kondisi fisik yang sehat dan tubuh yang bugar diperlukan manusia untuk dapat menunjang aktivitas sehari-hari. Umumnya, salah satu cara seseorang mencapai kebugaran fisiknya adalah dengan melalui olahraga di pusat kebugaran. IKIGAI Fitness hadir sebagai pusat kebugaran mega-gym di Kota Depok dan Bogor. IKIGAI Fitness sendiri belum mengadopsi teknologi untuk menunjang keseluruhan aktivitas bisnisnya. Melihat semakin banyaknya pusat kebugaran lain yang menawarkan teknologi lebih canggih serta harga membership yang lebih murah, hal tersebut menjadi peluang bagi IKIGAI Fitness untuk dapat bersaing dengan kompetitornya di era digital saat ini. Untuk dapat bersaing tersebut, dilakukan penelitian terlebih dahulu mengenai desain antarmuka aplikasi pusat kebugaran IKIGAI Fitness agar produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan user-centered design untuk memastikan produk memenuhi kebutuhan pengguna. Tahapan yang dilalui terdiri dari riset kebutuhan pengguna, merancang solusi desain aplikasi, serta melakukan evaluasi solusi desain dan perbaikan. Dihasilkan sebanyak 25 fitur untuk antarmuka member berbasis mobile, 17 fitur untuk antarmuka manajemen berbasis web, 20 fitur untuk antarmuka personal trainer berbasis mobile, dan 12 fitur untuk class instructor berbasis mobile. Desain yang telah dirancang kemudian dievaluasi dengan metode usability testing (UT), mayoritas skenario mendapatkan success rate sebesar 100% dengan nilai terkecil adalah 50%. Hasil skor System Usability Scale (SUS) secara keseluruhan rata-rata skor SUS adalah 81,485 yang termasuk kategori grade A, excellent, acceptable, dan promoter.

A healthy physical condition and a fit body are needed by humans to be able to support their daily activities. In General, one of the ways for someone to achieve their physical fitness is through sports activity at the fitness center. IKIGAI Fitness exists as a mega-gym fitness center in Depok and Bogor. IKIGAI Fitness itself has not yet adopted technology to support its overall business activities. Seeing the increasing number of other fitness centers that offer more sophisticated technology and lower membership prices, this is an opportunity for IKIGAI Fitness to compete with its competitors in today's digital era. To be able to compete, research was carried out first regarding the interface design of the IKIGAI Fitness fitness center application so that the resulting product can meet user needs. In this study, a user-centered design approach is used to ensure the product meets the needs and preferences of the user. The stages passed consist of researching user needs, designing application design solutions, as well as evaluating design solutions and improvements. As many as 25 features were generated for the mobile-based member interface, 17 features for the web-based management interface, 20 features for the mobile-based personal trainer interface, and 12 features for the mobile-based class instructor interface. The designs that have been designed are then evaluated using the usability testing (UT) method, the majority of scenarios get a success rate of 100% with the smallest value being 50%. Overall the average System Usability Scales (SUS) score is 81,845 which is included in the grade A, excellent, acceptable, and promoter categories."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyaningrum
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan program pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular yang makin meningkat. Program ini dilakukan dengan upaya peningkatan perilaku hidup sehat, diantaranya peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik diharapkan dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan diharapkan dapat mengurangi faktor risiko kardiometabolik. Aktivitas fisik yang dilakukan sesuai kaidah kesehatan akan memberikan adaptasi metabolik, neuromuskuler dan kardiorespirasi yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang baik merupakan faktor protektif terhadap risiko kardiometabolik dan penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran aktivitas fisik, kebugaran, dan faktor risiko kardiometabolik dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani dan faktor risiko kardiometabolik di instansi pemerintah pada era GERMAS.
Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Aktivitas fisik dinilai dengan PAL Physical Activity Level, waktu sedentary. Penilaian kebugaran jasmani meliputi komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru. Faktor risiko kardiometabolik meliputi: tekanan darah, kadar kolesterol total, kadar gula darah sewaktu, dan HbA1C. Subjek penelitian adalah ASN di instansi X sebanyak 89 orang.
Hasil: Diperoleh data 23,6% subjek dengan tingkat aktivitas fisik ringan, rerata waktu sedentary 10,5 jam dan 95,5% subjek memiliki waktu sedentary ≥ 7 jam. 56,2% subjek obesitas, 87,6% fleksibilitas baik, 58,2% kekuatan otot kurang, serta 68,5% subjek memiliki daya tahan jantung paru kategori baik dan cukup. Prevalensi hipertensi 20,2%, hiperkolesterolemia 37,1%, pre diabetes 6,7% dan diabetes mellitus 1,1%. Didapati hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT dan faktor risiko kardiometabolik.
Kesimpulan Terdapat kecenderungan subjek dengan faktor risiko kardiometabolik, berat badan berlebih dan obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik.

Community Healthy Life Movemement or Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) is a government program to reduce risk factors of non-communicable diseases. This program is purposed to improve healthy living behaviors, including increased physical activity. The increasing of physical activity is expected to affect balance energy and to reduce cardiometabolic risk factors. Physical activity according to health principles will enhance metabolic, neuromuscular and cardiorespiratory adaptations that can improve physical fitness. Good level of fitness is a protective factor against cardiometabolic risk and non-communicable diseases. The purpose of this study is the description of physical activity, physical fitness, cardiometabolic risk factors and the relationship between physical activity and physical fitness and cardiometabolic risk factors in one of a Ministry in the GERMAS era.
Method: Cross-sectional study using primary data. Physical activity was assessed by the PAL Physical Activity Level, sedentary time. The assessment of physical fitness includes body composition, flexibility, muscle strength and cardiorespiratory fitness. Cardiometabolic risk factors include: blood pressure, total cholesterol levels, blood sugar levels, and HbA1C. The subjects of this research were worker in Ministry X approximately 89 people.
Results: 23.6% of subjects with mild physical activity, the mean sedentary time about 10.5 hours and 95.5% of subjects had a sedentary time of jam 7 hours. 56.2% of subjects were obese, 87.6% had good flexibility, 58.2% lacked muscle strength, and 68.5% of subjects had good and sufficient pulmonary heart endurance. The prevalence of hypertension is 20.2%, hypercholesterolemia 37.1%, pre-diabetes 6.7% and diabetes mellitus 1.1%. There was an association between physical activity and BMI and cardiometabolic risk factors.
Conclusion There is a tendency for subjects with cardiometabolic risk factors, overweight and obesity to have a better level of physical activity"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Septriana Rosady
"PENDAHULUAN: Petugas keamanan merupakan pekerjaan khusus yang membutuhkan kebugaran fisik yang baik. Upaya menjaga kebugaran fisik adalah dengan melakukan program latihan fisik secara terstruktur dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu dan jenisnya.
TUJUAN: Penelitian ini akan menganalisis pengaruh program latihan fisik terstruktur, faktor individu, dan faktor terkait pekerjaan terhadap kebugaran fisik petugas keamanan di PT. Kota X Bandung.
METODE: Desain penelitian one group pretest-posttest. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang meliputi data sosiodemografi, kebugaran fisik menggunakan metode Cooper Test, dan data faktor terkait pekerjaan (kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) dari 67 petugas keamanan di PT. Kota X Bandung. Data dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS. Tahap pertama dialkukan analisis bivariat terhadap perubahan kebugaaran fisik sebelum dan setelah program latihan fisik secara terstruktur. Analisis multivariat dilakukan pada variabel independen (usia, indeks massa tubuh, perilaku merokok, kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) terhadap vaariabel dependen (perubahan kebugaran fisik).
HASIL: Analisis menggunakan uji-t sampel berpasangan menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak tempuh pada Cooper Test sebelum dan sesudah mengikuti program latihan fisik terstruktur bagi pekerja (p < 0,001). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi ketaksaan peran (p=0,001), dimensi konflik peran (p=0,014), dimensi kelebihan beban kerja kuantitatif (p=<0,001), dimensi kelebihan beban kerja kualitatif (p=<0,001), pengembangan karir (p=0,001), dan dimensi tanggung jawab kepada orang lain (p=<0,001) dengan perubahan/perbedaan kebugaran fisik pekerja. Hasil independent t-test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan perubahan kebugaran jasmani pekerja (p=<0,001). Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R square) = 0,496 artinya variabel kelelahan kerja dan stres kerja dimensi konflik peran dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani Petugas Keamanan PT. X sebesar 49,6%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi kebugaran jasmani petugas adalah kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi konflik peran (p=0,036) dan kualitas tidur (p=0,015). Kelebihan penelitian ini menggunakan program latihan fisik sesuai dengan alat ukur kebugaran berupa lari selama 12 menit. Disamping itu penelitiian ini meneliti faktor individu dan faktir terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi hasil perubahan kebugaran fisik. Kekurangan penelitian ini belum mengkaji faktor lainnya seperti aktivitas fisik dan asupan nutrisi yang juga dapat mempengaruhi perubahan kebugaran fisik.
KESIMPULAN: Program latihan fisik pekerja yang terstruktur berpengaruh terhadap kebugaran fisik petugas kemanan di PT. Kota X Bandung. Cooper Test dapat digunakan sebagai modalitas, baik untuk uji latih maupun uji ukur untuk meningkatkan kebugaran fisik pekerja. Kelelahan kerja, stresor kerja – konflik peran, dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani. Perlu dilakukan upaya meningkatkan dan menjaga kebugaran fisik dengan cara mengembangkan kebijakan dan standar prosedur operasional terkait kebugaran fisik pekerja, mengupaykan jam kerja yang sesuai dengan regulasi, mengupayakan istirahat yang cukup, dan mengembangkan program bimbingan dan konseling bagi pekerja.

INTRODUCTION: Security officers are specialized jobs that require good physical fitness. The effort to maintain physical fitness is to carry out a structured physical exercise program by paying attention to the frequency, intensity, time and type.
AIM: This study will analyze the effect of a structured physical exercise program, individual factors, and work-related factors on the physical fitness of security officers at X Company Bandung City.
METHOD: One group pretest-posttest research design. The data used is secondary data which includes sociodemographic data, physical fitness using the Cooper Test method, and data on work-related factors (sleep quality, work stress, and work fatigue) from 67 security officers at X Company Bandung City. Data were analyzed using the SPSS application. The first stage was a bivariate analysis of changes in physical fitness before and after a structured physical exercise program. Multivariate analysis was performed on the independent variables (age, body mass index, smoking behavior, sleep quality, work stress, and work fatigue) on the dependent variable (changes in physical fitness).
RESULTS: Analysis using paired sample t-test showed that there was a relationship between distance on the Cooper Test before and after participating in a structured physical exercise program for workers (p <0.001). The results of the analysis showed that there was a relationship between work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of roel ambiguity (p=0.001), dimensions of role conflict (p=0.014), dimensions of quantitative work overload (p=<0.001), dimensions of qualitative work overload (p=<0.001), career development (p=0.001), and dimensions of responsibility to others (p=<0.001) with changes/differences in workers' physical fitness. The results of the independent t-test showed that there was a relationship between sleep quality and changes in workers' physical fitness (p=<0.001). The results of the analysis show that the coefficient of determination (R square) = 0.496 means that the variables of work fatigue and work stress dimensions of role conflict and sleep quality can affect changes in physical fitness of Security Officers of PT. X is 49.6%, the rest is influenced by other variables. The results of the multivariate analysis showed that the variables affecting the physical fitness of the officers were work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of role conflict (p=0.036) and sleep quality (p=0.015). The advantage of this study is using a physical exercise program in accordance with a fitness measurement tool in the form of running for 12 minutes. In addition, this study examines individual and work-related factors that can affect the results of changes in physical fitness. The weakness of this study has not examined other factors such as physical activity and nutritional intake which can also affect changes in physical fitness.
CONCLUSION: A structured worker physical exercise program affects the physical fitness of security officers at PT. City X Bandung. The Cooper Test can be used as a modality, both for practice test and measuring test to improve the physical fitness of workers. Work fatigue, work stressors – role conflict, and sleep quality can affect changes in physical fitness. Efforts need to be made to improve and maintain physical fitness by developing policies and standard operating procedures related to workers' physical fitness, paying for working hours according to regulations, seeking adequate rest, and developing guidance and counseling programs for workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Zahara
"Pendahuluan: Manufaktur telah menjadi suatu industri penting dalam mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Indonesia telah berhasil mencapai peringkat keempat dunia di bidang industri manufaktur dan akan terus meningkatkan prestasinya. Produktivitas merupakan hal yang perlu ditingkatkan untuk memenangkan persaingan dunia. Salah satu faktor manusia dalam mencapai produktivitas adalah kebugaran. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama yang dilakukan oleh Direktorat Bina K3 dengan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI di enam wilayah Indonesia dengan enam bidang industri manufaktur.
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kebugaran kardiorespirasi pada pekerja manufaktur di Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Metode: Desain potong lintang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui profil kebugaran pekerja manufaktur di enam wilayah Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh menggunakan uji jalan enam menit.
Hasil: Kebugaran kardiorespirasi pada 53,34% pekerja adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran adalah lama tidur. Lama tidur yang kurang dari delapan jam sehari berhubungan dengan kebugaran.
Kesimpulan: Kebugaran pekerja manufaktur adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Lama tidur kurang dari delapan jam sehari merupakan faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran. Tidak didapatkan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan kebugaran.

Background: Manufacture plays important role in Indonesian economic development. Indonesia had successfully achieved fourth rank in the world industrial manufacture and would always made improvement. Productivity must be encouraged to win the world competition. Physical fitness was one of the human factors that was needed to achieve productivity. This study is part of a joint study between Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ministry of Manpower Republic Indonesia and Occupational Medicine Specialist Program Faculty of Medicine Universitas Indonesia in six region of Indonesia with six different type of industrial manufacture.
Objective: This study was aimed to explore cardiorespiratory fitness among manufacture workers in Indonesia and its related factors.
Methods: A cross-sectional study design was conducted to 120 manufacture workers with heat stress hazard using six minute walking test and heat stress assessment in their workplace using heat stress monitor.
Results : The result showed that that physical fitness of 53,34% workers were above average. Individual factor that related to physical fitness of manufacture workers were sleep duration and age. Sleep duration that was less than eight hours a day and age more then 35 years-old was related to physical fitness.
Conclusions: The cardiorespiratory fitness of manufacture worker in Indonesia was average and above average. Sleep duration was related to physical fitness. There was no occupational factor related to physical fitness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>