Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Ayu Pradnyasari
"This study examined the relationship between father involvement and moral reasoning in middle adolescent. Father involvement is defined as the extent to which father participate or involved in various aspects of the child’s life, and father’s warmth and acceptance that felt by the child. Moral reasoning is defined as a judgment process about specific action, whether that action is considered as right or wrong. In this study, father involvement is measured by Nurturant Fathering and Father Involvement Scale from Finley and Schwartz (2004), and moral reasoning is measured by The Defining Issues Test which has been developed by Rest (1979). This study is conducted to high school students, age from 15 to 18 years old, in Jabodetabek (N=308). The result of this study showed that there is a significant relationship between father involvement and moral reasoning in middle adolescent (r=+0,154, p<0,01, two-tailed; r=+0,13, p<0,05, two-tailed.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan penalaran moral pada remaja madya. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai seberapa jauh ayah turut berpartisipasi atau terlibat dalam berbagai aspek-aspek kehidupan anak, serta kehangatan dan penerimaan yang diperoleh oleh anak dari ayahnya. Sedangkan penalaran moral didefinisikan sebagai sebuah proses pembuatan penilaian mengenai tindakan spesifik, apakah tindakan tersebut benar atau salah. Keterlibatan ayah diukur menggunakan alat ukur Nurturant Fathering and Father Involvement Scales dari Finley dan Schwartz (2004), sedangkan penalaran moral diukur menggunakan alat ukur The Defining Issues Test yang dikembangkan oleh Rest (1979). Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMA yang berusia 15 hingga 18 tahun di Jabodetabek (N=308). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan penalaran moral pada remaja madya (r=+0,154, p<0.01, two-tailed; r = +0,13, p < 0.05, two-tailed)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Amalina
"[ABSTRAKbr
Fenomena remaja melakukan perilaku agresif semakin banyak ditayangkan di media massa. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan perilaku agresif yaitu kurangnya stabilitas emosi, yang terbentuk dari keterlibatan ayah dalam kehidupan sang anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan perilaku agresif remaja diukur menggunakan Aggression Questionnaire yang disusun oleh Buss dan Perry (1992). Partisipan penelitian ini berjumlah 436 orang siswa-siswi SMA yang berusia 15-18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). Ditemukan pula adanya beberapa korelasi signifikan antara keterlibatan ayah dan dimensi-dimensi perilaku agresif. Terdapat hubungan signifikan negatif antara keterlibatan ayah dengan agresi fisik (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) dan sikap permusuhan (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); serta hasil signifikan positif antara keterlibatan ayah dengan agresi verbal (r=0,130; p<0,01; two-tailed).;Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed)., Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed).]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Damayanti
"Perilaku kekerasan dalam pacaran merupakan salah satu bentuk perilaku agresivitas yang sering dimunculkan oleh para remaja saat sedang mengalami konflik dengan pasangan sebagai bentuk penyelesaian masalah mereka. Namun, perilaku tersebut dapat dicegah dengan cara adanya peran dari keterlibatan orangtua seperti keterlibatan ayah. Studi korelasi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku kekerasan dalam pacaran pada remaja madya.
Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan menggunakan alat ukur Father Involvement Scale dan pengukuran perilaku kekerasan dalam pacaran dilakukan dengan menggunakan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale. Partisipan penelitian berjumlah 354 orang remaja berusia 14 ndash; 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah pada domain perilaku dan perilaku kekerasan dalam pacaran pada remaja madya r = -0.095.

Dating violence is a form of aggressive behavior that are often showed by adolescences while experiencing conflict with their partner as a form of problem solving. However, such behavior can be prevented by parent involvement role, such as father involvement. This correlation study was conducted to find out the relationship of father involvement and dating violence in middle adolescence.
Father involvement was measured using Father Involvement Scale and Dating violence behavior was measured using The Revised Conflict Tactics Scale. The participants of this study consisted of 354 adolescences aged 14 ndash 18 years old. The result showed that there is significant negative relationship between father involvement in behavioral domain and dating violence behavior in mid adolescence r 0.095."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Aulia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah, baik domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement), di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya. Keterlibatan ayah merupakan sejauh mana ayah ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). Sedangkan kesulitan pengambilan keputusan karir didefinisikan sebagai hal-hal yang menghambat seseorang di saat orang tersebut harus membuat keputusan akan karirnya, memiliki kesediaan untuk menentukan karir yang dijalani, dan mampu membuat keputusan tentang karir yang tepat bagi dirinya (Gati & Saka, 2001).
Pengukuran keterlibatan ayah menggunakan alat ukur The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004) dan untuk pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karir menggunakan alat ukur Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) dari Gati, Krauz, dan Osipow (1996). Partisipan berjumlah 412 siswa SMA dengan usia 15 sampai 18 tahun di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara keterlibatan ayah, baik pada domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement) di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Berdasarkan hasil yang didapat, diharapkan ayah dapat terlibat didalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka.

This research was conducted to find the relationship between father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement, and career decision making difficulties in middle adolescent. Father involvement is the extent to which the father participated in various aspects of their children?s life (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). While career decision-making difficulties are defined as things that inhibit a person to make decisions on his career, have a willingness to determine his career, and able to make decisions about the right career for himself (Gati & Saka, 2001).
Measurement in this study is using an instrument named The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales which was developed by Finley and Schwartz (2004) and to measured career decision-making difficulties using an instrument named Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) from Gati, Krauz, dan Osipow (1996). The partisipants of this research were 412 high school students from age 15 to 18 years old in Greater Jakarta.
The main results of this research shows that father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement negatively correlated with career decision-making difficulties in middle adolescents (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Based on the results, it is expected that the father can be involved in various aspects of their children?s life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Beatric Rosiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Father Involvement Scale (FIS) dari Finley dan Schwartz (2004). Sementara instrumen untuk mengukur autonomy adalah Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) dari Noom, Dekovic dan Meeus (2001). Sampel penelitian ini berjumlah 109 orang yang berusia 17 - 21 tahun dan tinggal bersama dengan orangtua. Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05).

The purpose of this study is to examine and find out whether there is a relationship between father involvement and autonomy in late adolescent. This study used two measurement tools which are Nurturant Fathering Scale (NFS) and Father Involvement Scale (FIS) by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement and Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) by Noom, Dekovic and Meeus (2001) to measure autonomy. The subject of this research consisted of 109 student with age 17 - 21 years old and live together with their parents. The results of this study showed no significance relationship between father involvement and autonomy in late adolescent (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sa`adah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada remaja. Pengukuran keterlibatan ayah menggunakan The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospectivemeasures for adolescent and adult yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004. Sementara pengukuran efikasi diri pengambilan keputusan karier menggunakan Career Decision Self-Efficacy - Short Form yang dikembangkan Betz, Klein, dan Taylor 1996 . Partisipan penelitian berjumlah 120 orang remaja SMA yang berusia 15-17 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier r = 0.206 untuk Nurturant Father Involvement dan r=0.229 untuk Reported Father Involvement; p<0.05; two-tailed).

ABSTRACT
This study examined the relationship between father involvement with career decision making self efficacy in adolescent. This study used two instruments, The Father Involvement andNurturant Fathering Scales by Finley 2004 and college adjustment is using Career Decision Self Efficacy Short Form by Betz, Klein Taylor 1996 . Respondents of this study consists of 120 adolescent aged 15 17 years old. The results showed a significant relationship between father involvement with career decision making self efficacy in adolescent r 0.206 to Nurturant Father Involvement and r 0.229 for Reported Father Involvement; p<0.05; two-tailed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayuning Zaskya Nugrahani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah pada remaja Sekolah Menengah Pertama. Prestasi akademik diukur melalui nilai rapor semester I yang diperoleh responden dari sekolah, sedangkan pengukuran keterlibatan ayah dilakukan melalui the Father Involvement Scale (Reported) yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004). Responden pada penelitian ini berjumlah 263 remaja kelas VIII Sekolah Menengah Pertama yang berusia 13 hingga 15 tahun dan memiliki sosok ayah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah pada remaja Sekolah Menengah Pertama (r = -.026; n = 263; p > 0,05, two-tailed). Walau hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah, namun tidak berarti ayah tidak memiliki peran pada prestasi akademik anak remaja. Di masa tersebut remaja masih memerlukan keterlibatan ayah guna mendukung pencapaian prestasi akademik yang optimal di sekolah.

This study examined the relationship between academic achievement and father involvement among junior high school students. Academic achievement was measured by students’ official school records, whereas the father involvement was measured by the Father Involvement Scale (Reported) (Finley & Schwartz, 2004). The participants of this study were 263 8th grade junior high school students who have a father and encompassing the age between 13 and 15 years old.
The result of this study indicates that there is no significant relationship between academic achievement and father involvement among junior high school students (r = -.026; n = 263; p > 0,05, two-tailed). Furthermore, although the result of the study indicates no significant relationship between father involvement and academic achievement among junior high school students, but it does not mean that father does not have any role at all in student’s academic achievement, because during that period, adolescents still need father involvement in order to support the optimum academic achievement in their school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Ardiana Dwitya
"Kelahiran adik bayi dapat menjadi sumber stres yang cukup besar bagi anak pertama (Levy dan Winniecott dalam Teti, Sakin, Kucera, Corns, dan Eiden, 1996). Salah satunya adalah anak bisa menjadi lebih agresif terhadap adiknya (Teti et al, 1996). Perilaku agresi dapat dikurangi dengan mengembangkan perilaku prososial (Bushman dan Huesmann, 2010). Faktor keluarga adalah salah satu hal yang memengaruhi perkembangan perilaku prososial pada anak. Pada masa pasca kelahiran adik bayi, secara otomatis ibu akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bayi yang baru lahir sehingga diharapkan ayah dapat lebih terlibat dengan anak sulungnya (Volling, 2005). Dalam beberapa penelitian sebelumnya, keterlibatan ayah ditemukan memiliki hubungan dengan beberapa aspek perkembangan anak, seperti perkembangan perilaku prososial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku prososial pada anak sulung usia prasekolah terhadap adik bayi. Enam puluh lima orang ayah dan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini untuk melaporkan keterlibatan ayah dan perilaku prososial anak sulung. Keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan Paternal Index of Child Care Inventory (Nangle, Kelley, Fals-Stewart, dan Levant, 2003), sedangkan perilaku prososial diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku prososial anak sulung usia prasekolah terhadap adik bayi.

The arrival of a baby sibling can be a major stressor for firtsborn children (Levy and Winniecott, in Teti, Sakin, Kucera, Corns, and Eiden, 1996). This event can increase children?s aggressiveness towards the baby (Teti et al, 1996). Aggressive behavior can be decresead by developing prosocial behavior (Bushman and Huesmann, 2010). Family is one of factors that can determined child?s prosocial behavior. After the arrival of a baby sibling, mother will automatically spend more time with the newborn, so father?s involvement with the firstborn is expected to be improved (Volling, 2005). In some previous studies, the father involvement was found to have correlation with some aspect of children?s development, such as the development of prosocial behavior. This study was conducted to measure the correlation between father involvement and prosocial behavior among preschool-age fistborns toward baby sibling. Sixty five fathers and mothers were participated in this study, reporting father involvement and firstborn?s prosocial behavior. Father involvement was measured using Paternal Index of Child Care Inventory (Nangle, Kelley, Fals- Stewart, dan Levant, 2003), while firstborn?s prosocial behavior was measured using instrument that was developed by researcher. The result of the study shows that there is no correlation between father involvement and prosocial behavior among preschool-age firstborns toward baby sibling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rahmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan psychological well-being pada wanita usia dewasa madya. Di usia
dewasa madya, wanita mengalami perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
kepuasan citra tubuhnya (Koch, Mansfield, Thurau, dan Carey, 2005). Walaupun
ketidakpuasan terhadap citra tubuh dapat mempengaruhi psychological well-being
secara negatif (Cash & Pruzinsky, 2002), wanita memiliki kegiatan-kegiatan
lainnya yang lebih diutamakannya yang bisa memperkaya hidupnya (Lachman,
2004). Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 61 wanita berusia dewasa madya
antara usia 40 hingga 64 yang berdomisili di Jabodetabek. Kepuasan citra tubuh
diukur dengan Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ),
sedangkan psychological well-being diukur dengan Psychological Well-Being
Scales (SPWB). Kesimpulan yang diperoleh adalah kepuasan citra tubuh
berhubungan positif secara signifikan dengan psychological well-being (r = 0,289;
p = 0,028, signifikan pada L.o.S. 0,05).

ABSTRACT
This study is aimed to investigate the correlation between body image
satisfaction and psychological well-being of middle-aged women. During midlife,
women experience physical changes that affect their body image satisfaction
(Koch, Mansfield, Thurau, dan Carey, 2005). Although body image dissatisfaction
can negatively affect psychological well-being (Cash & Pruzinsky, 2002), women
have other activities that have become their priorities that will further enrich their
lives (Lachman, 2004). This is a quantitative study of 61 middle-aged women
between the age of 40 and 64 who are living in Jabodetabek. Body image
satisfaction is measured using Multidimensional Body-Self Relations
Questionnaire (MBSRQ), whereas psychological well-being is measured using
Psychological Well-Being Scales (SPWB). This study concludes that there is a
significant positive correlation between body image satisfaction and psychological
well-being (r = 0,289; p = 0,028, significant at L.o.S. 0,05)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Latifa Chusna
"Penelitian ini melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult dalam hubungan berpacaran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult yang berpacaran. Sampel penelitian ini melibatkan 254 emerging adult yang berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan memiliki figur ayah. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Father Involvement Scale FIS dan Nurturant Fathering Scale NFS oleh Finley dan Schwartz 2004.
Pengukuran komitmen dilakukan dengan menggunakan Commitment Inventory CI oleh Arriaga dan Agnew 2001 yang diadaptasi oleh Wardani 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner luring dan daring kepada sampel penelitian berdasarkan ketersediaan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil analisis menggunakan teknik korelasi Pearson menunjukkan bahwa keterlibatan ayah memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen emerging adult yang sedang berpacaran r= 0.13, p

This study examined the correlation between father involvement and emerging adults rsquo commitment in dating relationship. The suggested hypothesis is that there is a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adults. The research sample involved 254 emerging adults aged between 18 25, who is in a dating relationship at the moment and have a father figure. Father involvement is measured with Father Involvement Scale FIS and Nurturant Fathering Scale by Finley and Schwartz 2004.
Commitment is measured with Commitment Inventory CI by Arriaga and Agnew 2001 and adapted by Wardani 2015. The data is collected using online and offline questionnaires distributed to the research sample based on their availability to participate in this research. The Pearson correlation analysis shows a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adult r 0.13, p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>