Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monika Nanda Ginagustin Wiseno
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-diabetes di PT. X pada tahun 2015. Penelitian pada pekerja penting untuk dilakukan mengingat masih sedikitnya penelitian terkait gizi kerja sementara kesehatan pekerja akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Perbandingan yang digunakan antara kasus dan kontrol adalah 1: 3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juli 2015 kepada 80 (20 kasus : 60 kontrol) orang pekerja pabrik. Pengolahan data menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, dislipidemia, indeks masa tubuh, asupan energi, dan asupan lemak dengan kejadian pre-diabetes. Pre-diabetes sebaiknya ditangani sebelum berkembang lebih lanjut menjadi diabetes mellitus. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat, menjaga berat badan ideal, aktif secara fisik, dan mengatur pola makan sesuai dengan gizi seimbang.

The purpose of this study is to determine association between pre-diabetes risk factors with pre-diabetes in factory workers. Since worker's health status has a strong correlation with work productivity, as one of health aspect, more research regarding nutrition in workers need to be done. Design of this study is quantitative with case control method. Comparison between case and control is 1 : 3 with 20 cases and 60 controls. This research was held between May - July 2015. Chi square was used to analyze association between dependent and independent variables.
The result of bivariate analysis found an association between age, body mass index, family history with type-2 diabetes, dyslipidemia, energy intake, and fat intake with pre-diabetes in factory workers. As an early state of diabetes mellitus type 2, pre-diabetes should be taking more seriously to prevent its developing into type 2 diabetes. Being physically active and applying balanced nutrition concept on daily basis could be the best way to prevent pre-diabetes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Katrin Yulia Lbn G
"Menurut beberapa studi penelitian yang dilakukan, kejadian hiperurisemia sering terjadi pada pekerja pabrik, terkhusus pekerja pabrik yang bekerja di lingkungan kerja panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, status gizi (IMT), asupan gizi (purin dan protein), merokok, konsumsi air putih, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, konsumsi soft drinks, dan suhu lingkungan kerja dengan kejadian hiperurisemia pada pekerja pabrik PT. X Cikarang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel yang diteliti adalah pekerja pabrik PT. X Cikarang dengan total 152 sampel. Data dikumpulkan dengan cara pengumpulan data rekam medis dan pencatatan suhu lingkungan kerja pabrik, serta pengisian kuesioner mandiri dan wawancara FFQ semikuantitatif. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT, asupan protein hewani dan konsumsi air putih dengan kejadian hiperurisemia (p-value< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat 23% pekerja pabrik mengalami hiperurisemia.

According to several researches, hyperuricemia frequently occur in factory workers, especially those working in high temperature. This research has purpose to know the association between age, Body Mass Index (BMI), nutrition intake (purine and protein), smoking, water intake, alcohol intake, coffe intake, softdrinks intake and working enviroment temperature with hyperuricemia on workers at PT. X Cikarang 2015. This research is using study methode cross sectional with simple random sampling. The samples are research are the workers at PT. X Cikarang with 152 samples. The data is collected with collecting medical record data and factory working enviromental temperature, also doing self quesioner and semiquantitative FFQ interviewing. Chi square test result is showing there are significant relation between BMI, animal protein intake and water intake with hyperuricemia (p value <0,05). It can be conclude that 23% factory workers has hyperuricemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Andriani
"Penerapan pedoman gizi kedalam menu sehari-hari merupakan tantangan bagi mayoritas pasien diabetes karena memerlukan penyesuaian dan kesukarelaan dari pasien untuk mengubah pola makan yang sudah lama terbentuk dan sering menimbulkan kejenuhan dan stress disebabkan pasien diabetes harus mengikuti program diet seumur hidupnya. Aktivitas self management serta respon psikologis memiliki pengaruh yang besar pada pasien diabetes melitus dalam melakukan usaha pengontrolan diet. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, RS Fatmawati dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo Jakarta dengan jumlah responden 260 orang pasien diabetes melitus tipe 2. Pengukuran respon psikologis menggunakan Problem Areas In Diabetes PAID, aktivitas self management diukur menggunakan Diabetes Self Management Questionare DMSQ yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta pengukuran asupan makanan melalui kuesioner food recall 1x24 jam dan status nutrisi dinilai dengan indeks massa tubuh IMT. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara respon psikologis dan status nutrisi p = 0,000, OR =4,944 , terdapat hubungan bermakna antara diabetes self management dengan status nutrisi p = 0,002, OR = 2,217 yang tidak dipengaruhi variabel perancu jenis OAD, asupan makanan, dan usia. Diperlukan penambahan materi konseling untuk memenuhi kebutuhan psikologis terkait diabetes serta penguatan edukasi secara berulang-ulang kepada pasien.

The application of nutritional guidelines into the daily menu is a challenge for the majority of diabetic patients because it requires adjustment and volunteering of patients to change the long established diet and often leads to saturation and stress because diabetic patients should follow a diet plan for the rest of their lives. Self management activities as well as psychological responses have a great influence on diabetes mellitus patients in doing diet control efforts. This research use cross sectional design which done in Gatot Soebroto army hospital, Fatmawati Hospital and Dr. Cipto Mangunkusomo hospital Jakarta with the number of respondents 260 people with type 2 diabetes mellitus. Measurement of psychological response using Problem Areas In Diabetes PAID, self management activity is measured using Diabetes Self Management Questionare DMSQ which has tested the validity and reliability and measurement of food intake through food recall questionnaire 1x24 hours and nutritional status assessed with body mass index BMI. The result showed that there was a significant correlation between psychological response and nutritional status p 0,000, OR 4,944 , there was a significant correlation between diabetes self management with nutritional status p 0,002, OR 2,217 unaffected by confounder type OAD, intake food, and age. Required addition of counseling material to meet the psychological needs related to diabetes as well as the strengthening of education repeatedly to the patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Agung Handriawan
"Latar Belakang: Bekerja di lingkungan offshore berpotensi menimbulkan stres kerja. Menurut penelitian sebelumnya stres kerja dapat meningkatkan kadar glukosa darah, Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa tinggi dan DM dengan stres kerja serta faktor risiko lainnya pada pekerja offshore.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 156 orang responden. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, dislipidemia,tekanan darah, jabatan pekerjaan, masa kerja, dan stres kerja. Data diperoleh dari penilaian tingkat stress melalui Survei Diagnostik stres dan hasil medical check up tahun 2017. Analisis data menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Prevalensi glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus sebesar 12.2 . Berdasarkan uji Fisher terdapat hubungan yang bermakna antara usia, dislipidemia, jabatan pekerjaan dan masa kerja dengan kadar glukosa darah puasa tinggi dan Diabetes Mellitus , namun pada analisis multivariat hanya faktor jabatan pekerjaaan supervisor merupakan yang paling dominan mempengaruhi dgn OR=7,051 95 CI 1,963-25,325. Tidak ditemukan adanya hubungan antara hasil SDS dengan kadar glukosa darah tinggi dan DM.
Kesimpulan dan saran: Faktor risiko paling dominan terhadap glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus adalah faktor jabatan pekerjaan oleh karena itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu skrining hasil MCU untuk pekerja khususnya jabatan supervisor, melakukan pemeriksaan berkala kadar glukosa darah, memperbanyak aktivitas fisik ketika bekerja dilapangan serta program peningkatan kesadaran kesehatan, terutama mengenai pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

Background: Working in offshore environments where workers are placed in remote locations will potentially cause work stress. According to previous researches, work stress can increase blood glucose levels. This study aims to prove Relation of High Fasting Blood Glucose level and DM with Job Stress and Other Risk Factors In Offshore Workers.
Method: This study used cross sectional design with total 156 respondents. The studied variables were age, body mass index, abdominal circumference, dyslipidemia, and blood pressure as well as job risk, job position, working period, and work stress. The tools used to evaluate the stress level were Stress Diagnostic Survey and results of periodic Medical Check up in 2017. The analysis of research data used univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
Study Results: The prevalence of high fasting blood glucose anad Diabetes Meliitus is 12,2 . Using Fisher statistic test, an association was found between age, dyslipidemia, job position,woking period and high fasting blood glucose or diabetes mellitus. But multivariate analyses showed that only job title supervisor is the most dominant influential factor Oradj 7,051 95 CI 1,963 25,325. There was no correlation between SDS results with high fasting blood glucose level and DM.
Conclusion and Suggestion: The employee's job function is the most dominant factor in high fasting blood glucose Diabetes Mellitus, therefore it is important to conduct several activities such as screening on MCU record, particularly on Supervisors conducting routing blood glucose check increasing physical activities at work and carrying out the health awareness program, especially awareness on DM prevention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Winindya Sari
"Sugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan minuman yang diberi tambahan gula sederhana yang menambah kandungan energi karena padat kalori dan tinggi gula, namun memiliki sedikit kandungan zat gizi lain sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi SSBs dengan berbagai faktor dan mengetahui faktor dominan konsumsi SSBs pada siswa SMAN 47 Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada bulan Maret – April 2022 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Data yang diambil adalah data primer dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil analisis univariat menunjukkan 90% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi. Hasil bivariat menunjukkan bahwa uang saku, paparan iklan dan media, serta ketersediaan SSBs di rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi gizi terkait dampak konsumsi SSBs berlebih, menyediakan tempat pengisian ulang air mineral, dan mengimbau orang tua siswa untuk menyediakan makanan sehat di rumah. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media intervensi, membatasi iklan minuman yang kurang sehat, dan menerapkan kebijakan pengenaan cukai SSBs.

Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks that are added with simple sugar which can increase the energy content because they are calorie-dense and high in sugar, but low in other nutrients. Excessive consumption of SSBs can cause nutritional problems such as increasing the risk of overweight and obesity. This study aims to determine the relationship between SSBs consumption and various factors, also determine the dominant factor of SSBs consumption among students of SMAN 47 Jakarta in 2022. This study used a cross sectional study design conducted in March – April 2022 with 120 respondents. The data taken is primary data using the questionnaires. The data obtained will then be analyzed by univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression). Based on the results of univariate analysis, it was found that 90% of respondents consumed high levels of SSBs. Bivariate results show that pocket money, advertising and media exposure, and the availability of SSBs at home have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with SSBs consumption were availability of SSBs at home. The school is advised to provide nutrition education especially the impact of excessive consumption of SSBs, provide mineral water refills, and encourage parents to provide healthy food at home. The government is advised to use social media as a medium for intervention, limit advertising of unhealthy drinks, and implement a policy of imposing excise tax on SSBs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Kumalasari
"Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek perkembangan penting bagi anak-anak karena melalui perkembangan motorik, anak mempelajari lingkungan dan memiliki pengalaman baru yang dapat menstimulasi hubungan di antara sel-sel saraf anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik serta faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik pada anak umur 7-36 bulan di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Desain penelitian yaitu desain studi cross sectional, dengan sampel 134 anak berumur 7-36 bulan yang terdapat di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara Bulan April-Mei 2014. Variabel yang diteliti meliputi stunting,wasting, asupan zat gizi (energi, protein, zat besi), ASI eksklusif, penyakit infeksi (diare dan ISPA), pengetahuan, serta stimulasi perkembangan sebagai variabel independen dan sebagai variabel dependen adalah perkembangan motorik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan formulir food recall 2x24 jam, pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan, serta penilaian perkembangan motorik dengan formulir Denver II. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berumur 7-36 bulan yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara berjumlah 17,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara severely stunting/ sangat pendek, wasting/ kurus, asupan energi, penyakit diare, serta stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik.
Berdasarkan penelitian tersebut, setiap ibu balita serta anggota keluarga lainnya diharapkan dapat berperan mendukung tumbuh kembang anak dengan pemberian nutrisi, pemantauan status gizi, penerapan lingkungan sehat, dan pemberian stimulasi yang tepat. Selain itu, para petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan edukasi kepada keluarga, khususnya para ibu balita tentang pentingnya pemantauan status gizi dan pemberian stimulasi perkembangan untuk anak.

Motor development is one of the important aspect in children?s development. Through the attainment of motor skill, children start to explore their environment and engage with their new experiences that stimulate the neurogical synapses. This research purposed to analyze the relationship between stunting, wasting, nutition intake (energy, protein, iron), exclusive breastfeeding, infectious disease (diarrhea and acute respiratory infection), mother?s knowledge, and stimulation with motor development among children 7-36 months of age in Subdistrict of Pademangan Barat, North Jakarta.
This research used cross sectional study design with purposive sampling and 134 actual subjects in 7 maternal and children health care center in Subdistrict of Pademangan Barat, North Jakarta on April ? May 2014. The dependent variable is motor development and the independent variables are stunting, wasting, nutrition intake (energy, protein, iron), exclusive breastfeeding, infectious disease (diarrhea and acute respiratory infection), mother's knowledge, and stimulation. The data were collected through interview by using questionnaire and food recall sheet, anthropometric measurement (height and weight), and examine motor development by using Denver II sheet. Data analysis was performed using chi square test. The result showed that 17,2% of children have motor development delay.
The result of bivariate analysis showed that there was an association between severely stunting with children?s motor development. There were also significant association between wasting, energy intake, diarrhea, and stimulation with children?s motor development.
From this study, we suggest that mother and other family have to support the children?s development by providing adequate nutritious food, better stimulation, health environment, and maintaining nutritional status of the children. The health care workers are also required to provide and promote more information about children?s development for mother dan the family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Novita Dewi
"Prevalensi gizi lebih terus meningkat setiap tahunnya. Gizi lebih memiliki dampak serius bagi perkembangan penyakit tidak menular dan produktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi lebih dan faktor risiko dominan penyebab gizi lebih pada dewasa usia 20-59 tahun di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross-sectional pada 157 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2015 dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gizi lebih di lokasi penelitian sebesar 28%.
Dari hasil analisis bivariat diketahui adanya hubungan bermakna antara gizi lebih dengan jenis diet, usia, status pernikahan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, asupan energi dan asupan lemak (p value < 0,05). Walaupun tidak bermakna secara statistik, responden dengan status gizi lebih cenderung memiliki skor kualitas diet yang rendah. Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda, diketahui asupan energi merupakan faktor dominan gizi lebih (OR = 19,743) pada dewasa setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan kualitas diet. Perlu dilakukan intervensi kepada pihak terkait di lokasi penelitian untuk mengurangi dan mengatasi kejadian gizi lebih.

Prevalence of overnutrition increased over year. Overnutrition had serious impact to development of non communicable disease and decrease productivity. This purpose of this study was to describe the prevalence of overnutrition and to find which of the risk factor is the dominant factor that is related to overnutrition in adult 20-59 years old at Pusdiklat Buddhis Maitreyawira Jakarta. This study was conducted with cross-sectional study design with 157 respondents. The data were collected during April-May 2015 with purposive sampling method. The results showed that overnutrition prevalence was 28%. Although there was no significant relationship between diet quality and overnutrition, overweight/obese respondent tend to have lower diet quality score than another.
From bivariate analyses, there were significant relationship between overnutrition and vegetarian diet, age, marital status, physical activity, nutritional knowledge, energy intake, and fat intake (p value = 0,05). From multivariate analyses, we found that energy intake as a dominant factor which cause overnutrition in adult (OR = 19,743) after controlled with age, gender, marital status, physical activity, nutritional knowledge, carbohydrate intake, protein intake, fat intake and diet quality. Therefore, intervention to the related side at study location should be done to decrease and overcome overnutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tan Shot Yen
"Pola makan tinggi serat, khususnya asupan sayur hijau diketahui erat hubungannya dengan rendahnya risiko diabetes tipe 2 dan perbaikan kontrol glikemik, namun perubahan pola makan yang merupakan perubahan gaya hidup menuntut modifikasi perilaku. Model Pemberdayaan bagi petugas kesehatan yang terdiri dari keterampilan coaching berdasarkan metode motivasional Porter and Lawler, Kotter’s leadership model dan creative kitchen telah dikembangkan, dan telah diujicobakan dengan disain mix method. Efektivitas model ini dibuktikan dengan melakukan penelitian kualitatif sebagai embedded design dalam studi kuantitatif yang merupakan randomised controlled trial. Subyek penelitian adalah karyawan atau keluarga karyawan PT Telkom Indonesia. Sampel diambil secara randomisasi kluster, 84 subyek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dibagi menjadi 42 orang di kelompok intervensi dan 42 orang di kelompok kontrol. Selama 12 minggu subyek kelompok intervensi mendapat Model Pemberdayaan dalam pertemuan seminggu sekali dengan petugas kesehatan. Subyek kelompok kontrol mendapat konseling konvensional seminggu sekali. Di akhir penelitian, terdapat 3 subyek drop out, 2 orang dari kelompok intervensi dan 1 orang dari kelompok kontrol. Terdapat perbedaan bermakna peningkatan asupan sayur pada kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol (p<0.001). Demikian pula penurunan HbA1c pada kelompok intervensi berbeda bermakna dibanding kelompok kontrol (p=0.009). Di akhir penelitian terjadi perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol untuk penurunan kadar gula puasa (p=0.034), kadar gula darah 2 jam postprandial (p=0.006), dan penurunan lingkar pinggang (p=0.044). Studi kualitatif menunjukkan bahwa sikap petugas kesehatan yang positif menentukan sikap subjek sehingga menghasilkan sesi coaching dengan ciri-ciri: adanya dorongan dan penghargaan, hal-hal yang dipelajari oleh subjek, penghargaan atas proses, keterlibatan pasangan, rasa percaya diri, regulasi diri serta kemampuan untuk menjangkau keluar sebagai tokoh panutan agar orang lain terdorong ikut mengonsumsi sayur lebih banyak.

Dietary pattern high in fibre and green leafy vegetable in particular have shown inverse association with lower risks of Type 2 Diabetes Mellitus and improved glycemic control. However dietary change is also considered as lifestyle change that requires behaviour modifications. The Empowerment Model for health provider consisting of coaching skill based on Porter and Lawler motivational method, Kotter’s leadership model and creative kitchen has been developed, established and pre-tested using a mix method study design. Qualitative study was an embedded design within the quantitative study which was a randomised controlled trial. Subjects of the study were employees of PT Telkom Indonesia or their family members. 84 subjects who met the inclusion criteria working in 8 office groups following clustered random sampling were divided into intervention and control groups with 42 subjects each. Subjects of the intervention group received the Empowerment Model in weekly meeting with trained health providers for 12 weeks. Conventional counselling was applied on the control group weekly for 12 weeks. At the end of the study, there were 3 drop-out subjects, 2 subjects from the intervention group and 1 subject from the control group. There was significant difference in change of vegetable intake of the intervention group compared to the control group (p<0.001). HbA1c decreased significantly in the intervention group compared to the control group (p=0.009). At the end of the study, the significant differences shown in the intervention group compared to the control group were: decreased fasting blood glucose (p=0.034), postprandial blood glucose (p=0.006), and decreased waist circumference (p=0.044). Qualitative study demonstrated that health provider’s positive attitudes defined subject’s attitudes in creating adherence during coaching sessions with the presence of encouragement and acknowledgment, learned lessons, process honouring, buddy’s involvement, confidence and self regulation, also outreaching ability being role model to enrol others in consuming more vegetables. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggun Sayekti
"Diabetes mellitus merupakan salah satu bentuk penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain berdampak pada kualitas hidup individu dan keluarga, diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan utama karena berdampak pada banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas akibat penyakit.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada pekerja pria. Penelitian ini dilakukan di head office PT. X dengan melibatkan 64 pekerja pria sebagai responden dan dilakukan dari bulan Januari hingga Juni 2013. Variabel yang diteliti adalah umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat, berat badan berlebih, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia, durasi tidur, stres kerja, dan derajat merokok. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil analisis menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah umur, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, berat badan berlebih, obesitas sentral, dan hipertensi.

Diabetes mellitus is one of non communicable diseases which its having continuously increasing prevalence in South East Asia, including Indonesia. Besides its influences in quality of life of people and their family, diabetes mellitus also causes loss of productivity and increases health care cost.
This study was aimed to know the relationship between risk factors and diabetes mellitus type 2 in male employees. There were 64 head office male employees involved in this study which was held in January until June 2013. Variables of this research were age, family history, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, overweight and obese, abdominal obesity, hypertension, dyslipidemia, sleep duration, work related stress, and degree of smoking.This research used bivariate analysis with chi squa re test.
The result of this study showed that age, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, overweight and obese, abdominal obesity, and hypertension was significantly related to type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Parahita Handini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi belajar dengan beberapa faktor dan menemukan faktor paling dominan pada siswa SMAN 1 Jember. Pada penelitian ini, konsentrasi belajar adalah variabel dependen, sedangkan kebiasaan sarapan, asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, seng, vitamin B12, vitamin C), kualitas tidur, dan aktivitas fisik adalah variabel independen. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2021 kepada 200 siswa-siswi kelas X dan XI SMAN 1 Jember yang dipilih menggunakan metode quota sampling. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa 52,5% responden memiliki konsentrasi belajar tinggi. Hasil juga menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan, asupan energi, asupan karbohidrat, dan kualitas tidur berhubungan dengan konsentrasi belajar pada remaja. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan karbohidrat merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan konsentrasi belajar pada remaja. Peneliti menyarankan sekolah untuk menghimbau siswa melakukan sarapan sebelum sekolah, memberi edukasi kepada siswanya mengenai gizi seimbang terutama zat mikro, mengadakan program suplementasi zat mikro serta program sarapan bersama. Peneliti juga menyarankan pemerintah untuk membuat program kolaboratif dengan sekolah, puskesmas, dan komunitas mahasiswa gizi terkait edukasi gizi seimbang terutama zat mikro pada remaja sekolah menengah atas.

This study aims to determine the relationship between learning concentration and several factors and to find the most dominant factor in the students of SMAN 1 Jember. In this study, learning concentration was the dependent variable, while breakfast habits, nutrient intake (energy, carbohydrates, protein, fat, iron, zinc, vitamin B12, vitamin C), sleep quality, and physical activity were independent variables. This research is a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in June 2021 at SMAN 1 Jember with a total of 200 respondents who were selected using the quota sampling method. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were analyzed using univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 52.5% of the respondents had a high learning concentration. The results also show that breakfast habits, energy intake, carbohydrates intake, and sleep quality are related to learning concentration among adolescents. The results of multivariate analysis showed that carbohydrate intake was the dominant factor associated with learning concentration in adolescents. Researchers suggest schools to encourage students to have breakfast before school, provide education to students about balanced nutrition, especially micronutrients, conduct micronutrient supplementation programs and make a breakfast programs. Researchers also suggest the government to create collaborative programs with schools, health centers, and nutrition student communities related to balanced nutrition education, especially for high school teenagers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>