Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Geby Hasanah Jorgy
"Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada wanita dewasa di daerah perkotaan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa di daerah perkotaan yang tidak hamil dan memiliki kelengkapan data sebanyak 122.880 responden.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 2.2 % dan menemukan bahwa prevalensi DM tertinggi berada pada faktor risiko, seperti umur ≥ 45 tahun (5.2%), pendidikan rendah (3.1%), tidak bekerja (2.3%), status cerai (3.6%), aktfitas cukup (2.2%), mantan perokok (4%), jarang makan manis (3.8%) dan berlemak (2.3%), obesitas (2.9%), obesitas sentral (2.9%), dan hipertensi (7.6%). Faktor risiko DM yang memiliki hubungan paling dominan adalah umur ≥ 45 tahun (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), status cerai (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), dan hipertensi (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Untuk itu, perlu diadakan sosialisasi untuk program deteksi dini faktor risiko DM, serta perlunya kesadaran diri untuk cek gula darah secara teratur untuk wanita dewasa di daerah perkotaan.

Diabetes mellitus is a metabolic disease which is a collection of symptoms that occur due to an increase in blood sugar levels above normal. This study aims to determine the risk factors assosiated with type 2 diabetes mellitus in adult women in urban areas. This study used a data from Riskesdas 2013 and using cross sectional as design study. Samples were adult women above 18 living in urban areas who are nor pregnant and has complete data.
Result shows the prevalence of DM that based on diagnosis and symptoms is 2.2 % and the risk factors with highest prevalence of diabetes are age ≥ 45 (5.2%), low educated (3.1%), umemployed (2.3%), divorced (3.6%), enough activity (2.2%), former smokers (4%), rarely eat sweets (3.8%) and fatty foods (2.3%), obese (2.9%), central obese (2.9%), and hypertension (7.6%). The risk factors that highly associated are age ≥ 45 (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), divorce (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), and hypertension (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Therefor, screening for DM and self-awareness to check the blood sugar level are s strongly recommended among adult women in urban areas."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Siti Nurjanah
"Secara global setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian hampir sebanyak 1 juta pada anak usia dibawah 5 tahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun (Baduta). Period prevalence pneumonia pada anak Baduta berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 1,7%.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak baduta di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti, dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan berhubungan secara statistik dengan kejadian pneumonia pada baduta: umur 13-23 bulan berisiko 1,7 dibandingkan umur 0-12 bulan, tidak diberikan kolostrum (OR=1,742; 95% CI= 1,140-2,664), belum diberikan imunisasi campak karena umur anak (OR= 0,548; 95% CI= 0,388-0,773), tinggal di perdesaan (OR=1,448; 95% CI= 1,093-1,919), ada asap hasil pembakaran (OR=1,511; 95% CI= 1,142-1,998), ventilasi ruangan masak/dapur kurang (OR=1,829; 95% CI= 1,279-2,614), dan status sosial ekonomi rendah (OR=1,807). Belum dapat disimpulkan hubungan yang pasti bermakna secara statistik karena analisis dilakukan sampai bivariat, perlu dilakukan analisis multivariat.

Globally each year, pneumonia causes almost 1 million deaths in children under 5 years of age. Populations susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years. Period prevalence of pneumonia in children under two years based on data Riskesdas 2013 by 1.7%.
The aim of this study is to reveal the factors associated with the incidence of pneumonia in children under two years in Indonesia using data Riskesdas 2013. The study design was cross-sectional. Univariate analysis is used to describe each of the variables studied, and bivariate analysis is used to examine the relationship between the dependent and independent variables.
The results showed statistically associated with the incidence of pneumonia in children under two years old: age 13-23 months of age at risk of 1.7 compared to 0-12 months, not given colostrum (OR = 1.742; 95% CI = 1.140 to 2.664), not given measles immunization for the child's age (OR = 0.548; 95% CI = .388 to .773), live in rural areas (OR = 1.448; 95% CI = 1.093 to 1.919), there was the smoke of burning (OR = 1.511; 95% CI = 1.142 -1.998), ventilate the room cookware / kitchen less (OR = 1.829; 95% CI = 1.279 to 2.614), and lower socioeconomic status (OR = 1.807). Can not be concluded definite relationship was statistically significant due to the bivariate analyzes were performed, multivariate analysis is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khusnul Ch
"Gangguan kesehatan mental yang merupakan gejala awal kesehatan jiwa khususnya depresi memberikan kontribusi yang besar bagi beban penyakit. Depresi menjadi beban penyakit nomor tiga di seluruh dunia, menempati urutan kedelapan di negara-negara berkembang, dan menempati urutan pertama pada negara dengan penghasilan menengah keatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada lansia Perdesaan di Indonesia. Design study yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data lanjutan dari hasil Riskesdas 2013 dengan sampel lansia berusia ≥60 tahun yang berada di wiayah Perdesaan di Indonesia dan memiliki data variabel lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 49246 sampel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur lansia ≥75 tahun berisiko 1.7 kali (95%CI=1.614- 1.809), perempuan berisiko 1.4 kali (95%CI=1.364-1.517), status perkawinan yang tidak menikah berisiko 1.7 kali (95%CI=1.370-2.201), pendidikan rendah berisiko 3.1 kali (95%CI=1.965-4.710), tidak bekerja berisiko 2.2 kali (95%CI=2.060-2.218), status sosial ekonomi terbawah berisiko 1.8 kali (95%CI=1.633-2.138), status gizi kurang berisiko 1.6 kali (95%CI=1.500-1.706), memiliki penyakit kronis berisiko 1.9 kali (95%CI=1.783-1.984), mengalami disabilitas berisiko 8 kali (95%CI=7.446-8.727), kurang aktifitas fisik perminggu berisiko 1.6 kali (95%CI=1.468-1.759), dan tidak merokok memproteksi 0.6 kali (95%CI =0.619-0.711) untuk mengalami gangguan mental emosional didaerah Perdesaan.
Kesimpulan, bagi lansia sebaiknya mempunyai aktifitas baik dirumah ataupun diluar rumah, menerapkan pola hidup sehat agar menurunkan faktor risiko gangguan mental emosional dan mendekatkan diri kepada Allah SWT agar hati dan jiwa tentram, serta berpikir positive.

Mental health disorders are early symptoms of mental health, especially depression that provide a major contribution to the burden of disease. Depression become number three worldwide burden of disease, number eight in developing country and become the first in developed country.
This study aims to determine the prevalence of and factors associated with emotional mental disorders on elderly in Indonesian rural areas. Design study is cross-sectional, use of advanced Riskesdas 2013 data with sample of elderly aged ≥60 years who are in rural area in Indonesia and variable data required in this study is 49.246 samples.
The results of this study indicate that the elderly ≥75 years of age at risk of 1.7 (95% CI = 1614-1809), women at risk of 1.4 (95% CI = 1364-1517), not married (marital status) at risk of 1.7 (95% CI = 1370-2201), low education risk 3.1 times (95% CI = 1965-4710), unemployee at risk of 2.2 (95% CI = 2060-2218), socioeconomic status, the lowest risk of 1.8 (95% CI = 1633-2138 ), nutritional status is less risk of 1.6 (95% CI = 1500-1706), had 1.9 times the risk of chronic disease (95% CI = 1783-1984), disability risk 8 times (95% CI = 7446-8727), less physical activity at risk of 1.6 (95% CI = 1468-1759), not eating fruit at risk 1.2 times (95% CI = 1191-1399), vegetable consume less risk 1.4 times (95% CI = 1389-1547) and not smoke protect 0.6 times (95% CI = 0619-0711) for mental emotional disorder in rural areas.
Conclusion, for elderly women should have a good activity at home or outside the home, adopting a healthy lifestyle in order to lower the risk factors for mental disorders of emotional and pray a lot to Allah SWT to be the heart and soul at ease, as well as positive thinking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sufinah
"Stunting tidak hanya terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan, tetapi juga pada remaja yang merupakan periode tercepat kedua pertumbuhan setelah bayi. Bila remaja perempuan mengalami stunting kemungkinan akan melahirkan bayi dengan panjang lahir kurang dari normal, yang nanti akan menjadi remaja stunting juga. Kondisi ini berbahaya karena dapat terjadi stunting lintas generasi bila tidak dilakukan intervensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada remaja perempuan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 1.785 remaja perempuan berusia 10 ndash; 18 tahun di Indonesia yang menjadi sampel Riskesdas 2013 dengan memiliki data lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013 sebesar 31,4 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna nilai p le; 0,05 antara tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013. Perlunya upaya preventif primer dalam meningkatkan pengetahuan pada kelompok ibu tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan program SUN dalam intervensi sensitif.

Stunting not only occurs in the first 1000 days of life, also in adolescents which is the second fastest growing period after the baby. When a adolescent girls have stunting it is likely to give birth to a baby with less than normal birth length, which will later become a stunting adolescent as well. This condition is dangerous because stunting can occur across generations if not intervened.
The purpose of this study is to determine the factors associated with stunting incidence in adolescent girls in Indonesia in 2013. This study uses secondary data of Riskesdas 2013 with cross sectional design. The sample of this study is 1,785 adolescent women aged 10 18 years in Indonesia which become sample of Riskesdas 2013 with complete data.
The results of the study showed that stunting incidence in adolescent girls 10 18 years in Indonesia in 2013 was 31.4 percent. The results of bivariate analysis show a significant relationship p value
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S69094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Latar Belakang: Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun, ini sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional penyakit DM sebesar 1,1% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2,1%. Sedangkan aktivitas fisik sebagai salah satu faktor risiko Diabetes Melitus tipe 2 prevalensi mengalami penurunan yaitu dari 48,2% menjadi 26,1% (Litbangkes 2013). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan DM tipe 2 di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, Metode: Desain study cross sectional, dilaksanakan pada bulan bulan Mei-Juni tahun 2015, total sampel sebesar 22.779 orang, analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan Diabetes Melitus tipe 2 dengan uji statistik (OR=1,069: CI 95% : 0,978 – 1,167).

Background: The prevalence of DM in Indonesia is rising from year to year, this according to the results of Health Research (Riskesdas) in 2007 showed a national prevalence of 1.1% DM disease and by 2013 had increased to 2.1%. While physical activity as a risk factor for type 2 diabetes mellitus prevalence decreased from 48.2% to 26.1% (Research 2013). Objective: To determine the relationship between physical activity and type 2 diabetes in Indonesia based on data Riskesdas In 2013, Methods: cross sectional study, conducted in the month of May-June 2015, a total sample of 22 779 people, data analysis using logistic regression. Results: The study showed that there was no significant association between physical activity with diabetes mellitus type 2 with a statistical test (OR = 1.069: 95% CI: 0.978 to 1.167)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Febria
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah dari kondisi normal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan sosiodemografi, gaya hidup dan riwayat kesehatan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada penduduk di provinsi DI Yogyakarta tahun 2013.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan desain studi
cross sectional. Sampel adalah seluruh penduduk yang berada di Provinsi DIY umur ≥15
tahun yang memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi penelitian sebanyak 7.553 orang. Hasil:
Analisis data menunjukkan prevalensi DM terdiagnosis dan gejala di Provinsi DIY
sebesar 3,6%. Pada sosiodemografi, variabel yang berhubungan dengan kejadian DM
adalah umur ≥45 tahun, tidak bekerja dan bercerai. Pada gaya hidup, variabel yang
berhubungan dengan kejadian DM adalah aktivitas fisik kurang aktif dan mantan perokok
yang dahulu merokok tiap hari. Pada riwayat kesehatan, variabel yang berhubungan
dengan kejadian DM adalah IMT obesitas II, obesitas sentral, hipertensi dan stres. Faktor
risiko DM yang memiliki hubungan paling dominan adalah umur (POR: 6,042; 95% CI
4,319?8,452; p<0,001). Kesimpulan dan saran: Promosi kesehatan terkait gaya hidup
sehat perlu didukung semua pihak dan program pengecekkan gula darah secara teratur
sangat disarankan pada penduduk di Provinsi DIY.

ABSTRACT
Background: Diabetes Melitus is a metabolic disease which is a collection of symptoms
that occur due to an increase in blood sugar levels above normal. Objective: This study
aims to determine correlation of sociodemographic, lifestyle and health status with Type
2 Diabetes Mellitus among people in DI Yogyakarta Province. Method: This study used
a data from Riskesdas 2013 and using cross sectional as design study. Samples were adult
above 15 living in DIY Province who has complete inclusion and exclusion criteria. Total
samples were 7.553. Result: Data analysis shows that the prevalence of DM that based
on diagnosis and symptoms is 3,6%. Age, unemployment and divorced have correlation
with DM on sociodemographic. Less activity and former daily smokers have correlation
with DM on lifestyle. BMI obese II, central obesity, hypertension and stress have
correlation with DM on health status. The risk factors that hightly associated is age POR:
6,042; 95% CI 4,319?8,452; p<0,001). Conclussion and recommendation: Therefore,
health promotion to promote healthy living have to be improved and screening for DM to
check the blood sugar level are strongly recommended among adult in DIY.;"
2016
S65562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Tuty Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian case control. Jumlah responden kelompok kasus adalah 23 orang dan kelompok kontrol 46 orang. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal tahap akhir adalah lama menderita DM (p = 0,028), kebiasaan merokok (p = 0,027), minum minuman beralkohol (p = 0,034), pola diit (p = 0,000), hipertensi ( p = 0,036 ). Pada analisis regresi logistik diketahui bahwa pola diit merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2 (p = 0.008). Diharapkan perawat perlu mengembangkan standar asuhan keperawatan yang berfokus pada upaya preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi terutama gagal ginjal tahap akhir.

This research aims to know the risk factors which related to end stage renal disease. Research design is analitic description with case control approaching. The number of case group respondent are 23 people and control group respondent are 46 people. Bivariat analysis showed that risk factors corellated with end stage renal disease is duration of DM suffered (p = 0.028), smoking habit (p = 0,027), drinking alcoholic (p = 0.034), diet pattern (p = 0.000), Hypertension (p = 0.036). In logistic regression analysis is known that diet pattern is the most influencing factor in end stage renal disease in type 2 DM patient ( p = 0,008). It's recommended that nurses develop a nursing care standardization focused on preventif effort to prevent complication, especially end stage renal disease.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Tiara
"Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia dan prevalensinya setiap tahun mengalami peningkatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 2,0% dan Provinsi Riau menjadi salah satu provinsi dengan peningkatan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 0,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Provinsi Riau berdasarkan data Riskesdas 2018. Variabel dependen penelitian ini adalah DM dan variabel independennya yaitu faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor gaya hidup (aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan manis, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok), dan faktor riwayat kesehatan (status IMT, obesitas sentral, hipertensi). Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 10.702 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 2,8% dan faktor yang berhubungan dengan kenaikan peluang mengalami DM adalah usia yang lebih tua (POR=48,59; 95% CI: 17,80-132,6, p value=0,000), status tidak bekerja (POR=1,53; 95% CI: 1,32-2,17, p value=0,000), aktivitas fisik yang kurang (POR=2,09; 95% CI: 1,63-2,68, p value=0,000), obesitas (POR=1,43; 95% CI: 1,08-1,89, p value=0,015), obesitas sentral (POR=2,70; 95% CI: 2,12-3,44, p value=0,000), dan hipertensi (POR=4,53; 95% CI: 3,58-5,74, p value=0,000). Selain itu terdapat faktor yang berhubungan dengan penurunan peluang mengalami DM yaitu tingkat pendidikan menengah (POR=0,60; 95% CI: 0,41-0,87, p value=0,009), konsumsi buah dan sayur yang kurang(POR=0,71; 95% CI: 0,53-0,95, p value=0,029), dan konsumsi makanan manis yang sering (POR=0,44; 95% CI: 0,34-0,55, p value=0,000), namun hal ini kurang dapat dipercaya karena adanya temporal ambiguity. Upaya untuk meningkatkan awareness dan kemauan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kejadian DM di Provinsi Riau perlu dilaksanakan dengan lebih baik lagi dan bekerjasama dengan lintas sektor/instansi maupun kelompok masyarakat.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the top diseases that causes death globally and its prevalence increases every year. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas 2018) found that the prevalence of DM in Indonesia based on doctor's diagnosis in residents aged ≥15 years was 2.0% and Riau Province was one of the provinces with a high increase in prevalence around 0.9%. This study aims to determine the description and factors related to DM in Riau Province based on Riskesdas 2018. The dependent variable of this research is DM and the independent variables are sociodemographic factors (age, gender, education, occupation), lifestyle factors (physical activity, consumption of fruit and vegetables, consumption of fatty foods, consumption of sweet foods, alcohol consumption, smoking habits), and health history factors (BMI status, central obesity, hypertension). The study used cross-sectional design with bivariate and stratification analysis. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with 10,702 people as sample size. The results showed that the prevalence of DM was 2.8% and the factor associated with an increase in the occurrence of DM was older age (POR=48.59; 95% CI: 17.80-132.6, p value=0.000), nonworking status (POR=1.53; 95% CI: 1.32-2.17, p value=0.000), lack of physical activity (POR=2.09; 95% CI: 1.63-2.68 , p value=0.000), obesity (POR=1.43; 95% CI: 1.08-1.89, p value=0.015), central obesity (POR=2.70; 95% CI: 2.12- 3.44, p value=0.000), and hypertension (POR=4.53; 95% CI: 3.58-5.74, p value=0.000). Apart from that, there are factors that are associated with a reduced chance of experiencing DM, namely secondary education level (POR=0.60; 95% CI: 0.41-0.87, p value=0.009), insufficient consumption of fruit and vegetables (POR=0 .71; 95% CI: 0.53-0.95, p value=0.029), and frequent consumption of sweet foods (POR=0.44; 95% CI: 0.34-0.55, p value=0.000 ), but these results were less reliable because the chance of temporal ambiguity. Efforts to increase public awareness and willingness to prevent and overcome DM incidents in Riau Province need to be implemented better and collaboration with other sectors/agencies and community groups can be implemented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farastya Rahmawati
"ABSTRAK
Hingga saat ini diabetes melitus tipe 2 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya masih tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia. Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh pola hidup masyarakat saat ini yang cenderung tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola perilaku dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi buah dan/atau sayur, konsumsi makanan/minuman manis, konsumsi makanan berlemak, konsumsi minuman kopi, dan konsumsi minuman berkafein buatan bukan kopi. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor perilaku yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi minuman kopi. Sedangkan secara multivariat, ditemukan bahwa aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi makanan/minuman manis berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.

ABSTRACT
Until these days type 2 diabetes melitus still become a problem in society, because of high degree prevalence in many countries including Indonesia. This is because unhealthy life style. The objects of this research is to know the correlation between behaviour and type 2 diabetes melitus cases for 15 years old or older Indonesian people in 2013, furthermore this research is use data Riskesdas 2013. The variable observes in this research are physical activity, smoking behaviour, consumption of fruit and/or vegetables, consumption of food or beverages contain sweetener, consumption of fatty food, consumption of coffe, and consumption of non-coffe artificial caffeinated. This research finds that behaviour factor related to type 2 diabetes melitus are physical activity, smoking behaviour, consumption of food or beverages contain sweetener, and consumption of coffe. Furthermore, in multivariate model found that physical activity, smoking behaviour, and consumption of food or beverages contain sweetener related to type 2 diabetes melitus.
"
2015
S60387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>