Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Fanny Anindyka
"Dalam menurunkan pour point model crude oil yang tinggi akibat adanya agregasi molekul-molekul wax, dilakukan penambahan inhibitor wax . Inhibitor wax yang digunakan merupakan senyawa aktif alami yang terkandung di dalam buah lerak (Sapindus rarak DC), diekstraksi menggunakan pelarut toluena dan etil asetat. Didapatkan dua inhibitor yaitu fraksi toluena (FT) dan fraksi etil asetat (FEA) lalu dilakukan uji kualitatif fitokimia, kromatografi lapis tipis serta karakterisasi FTIR. Senyawa triterpenoid di dalam inhibitor FT mampu menurunkan pour point model crude oil dari 21°C hingga 12°C pada dosis penambahan 1000 ppm, sedangkan saponin di dalam FEA dengan dosis 3000 ppm. Uji viskositas dan WAT model crude oil menunjukkan adanya penurunan viskositas dari 80 mPa.s menjadi 15 mPa.s untuk FT dan menjadi 12.5 mPa.s pada penambahan FEA. WAT model crude oil mengalami penurunan dari 32.9°C menjadi 28°C. Dari hasil studi ini diketahui bahwa senyawa aktif triterpenoid di dalam fraksi toluena (FT) lebih baik menginhibisi wax di dalam model crude oil.

Reducing the high pour point of crude oil models due to aggregation of wax molecules is by adding wax inhibitor. Wax inhibitor that used in this research is natural active compounds that contained in Lerak fruit (Sapindus rarak DC), then extracted using toluene and ethyl acetate. It obtained two inhibitors, toluene fractions (FT) and ethyl acetate fraction (FEA), both fractions tested by phytochemical qualitative test, thin layer chromatography (TLC) and FTIR characterization. Triterpenoid compounds in the FT inhibitor capable to reduce the pour point of crude oil models from 21°C to 12°C at 1000 ppm dose addition, while saponin in the FEA at dose of 3000 ppm. Viscosity and WAT of crude oil models test showed a decrease in viscosity 80 mPa.s to 15 mPa.s for FT and to 12.5 mPa.s for FEA additions. WAT of crude oil model decreased from 32.9°C to 28°C. From this study, it is known that the triterpenoid in toluene fractions (FT) better to inhibit wax in crude oil model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana Sari
"Ibuprofen merupakan jenis obat pereda sakit yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah sekitar 11 ug/mL. Akibat kelarutan yang rendah dalam air, ibuprofen memiliki bioavabilitas yang rendah pula. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis mikroemulsi minyak dalam air M/A untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas ibuprofen. Saponin dari ekstrak buah lerak digunakan sebagai surfaktan, palm oil sebagai minyak dan span 20 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi optimum didapat dengan perbandingan Sm 9:1 Sm:oil 7:1 dengan ukuran droplet sekitar 3,6 nm ndash; 15,7 nm, tipe mikroemulsi minyak dalam air M.A . Mikroemulsi stabil dalam waktu penyimpanan selama 7 hari dan dalam larutan pH 1,2 sedangkan pada larutan pH 7,4 tidak stabil. Kelarutan ibuprofen dalam bentuk sediaan mikroemulsi meningkat menjadi 1,8 mg/mL dalam air. Studi interaksi ibuprofen dengan mikroemulsi dapat dilihat dengan FTIR. Ukuran mikroemulsi yang telah terloading ibuprofen juga meningkat menjadi 45,07 nm. Ibuprofen yang tersolubilisasi ke dalam mikroemulsi berada pada bagian mikroemulsi yang bersifat hidrofob. Persen disolusi ibuprofen pada larutan pH 1,2 suasana lambung sebanyak 4 selama 2 jam sedangkan, pada larutan pH 7,4 suasana usus sebanyak 82,6 selama 12 jam.

Ibuprofen is a type of painkiller that has a low solubility in water about 11 g mL. Due to low solubility in water, ibuprofen has a low bioavability as well. In this research will be synthesized microemulsion oil in water O W to increase solubility and bioavability of ibuprofen. Saponins from lerak fruit extracts are used as surfactants, palm oil as oil and span 20 as cosurfactants. The optimum microemulsion was obtained by Sm 9 1 Sm oil 7 1 with droplet size about 3.6 nm 15.7 nm and the type of microemulsion is oil in water O W . Microemulsions are stable for 7 days and in pH 1,2 was stable and unstable in pH 7.4. The solubility of ibuprofen in microemulsion increased to 1.8 mg mL in water. The interaction studies of ibuprofen with microemulsions characterizated with FTIR. The size of the microemulsion loaded ibuprofen also increased to 45.07 nm. Ibuprofen solubilized in hydrophobic part of microemulsion. The percentage dissolution of ibuprofen in pH 1,2 is 4 for 2 hours, in pH 7.4 is 82.6 for 12 hours. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Prasetyaningtyas
"Semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan minyak bumi, menuntut proses distribusi minyak bumi berlangsung secara mudah dan murah. Oleh karena itu,, dilakukan pendistribusian minyak bumi melalui pipa-pipa bawah tanah maupun bawah laut. Baja karbon merupakan material umum yang digunakan sebagai bahan konstruksi pipa dalam industri minyak. Namun, sifat baja karbon sangat rentan untuk terjadinya korosi. Penambahan inhibitor merupakan salah satu metode pengendalian korosi untuk pipa distribusi minyak. Inhibitor korosi dari senyawa bahan alam mempunyai banyak keunggulan, seperti ramah lingkungan, murah dan mudah diproduksi. Pada penelitian ini, diseleksi inhibitor korosi dari fraksi n-heksana (FH), fraksi metanol (FM) dan fraksi etil asetat (FEA) dari ekstrak buah lerak sebagai inhibitor korosi pada baja karbon berdasarkan metode weight loss. Karakterisasi lapisan yang terbentuk pada permukaan baja karbon diamati dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR), bentuk morfologi permukaan baja karbon dengan Scanning Electron Microscopy Energy Disspersive X-Ray (SEM EDS) dan mengetahui keberadaan Fe dan Fe2O3 dengan X-Ray Diffraction (XRD). Keberhasilan inhibitor korosi dalam melindungi baja karbon terlihat dari persen efisiensi inhibitor. Hasil seleksi didapatkan inhibitor terbaik adalah FM dengan % efisiensi inhibitor sebesar 95,71% pada konsentrasi 120 ppm dan suhu 30ᵒC dalam media HCl. Adsorpsi inhibitor korosi FM pada permukaan baja karbon mengikuti isoterm adsopsi Langmuir. Aplikasi inhibitor korosi FM dengan konsentrasi minimal 70 ppm pada temperatur 70ᵒC dengan waktu kontak 72 jam memberikan % efisiensi inhibitor di atas 90% pada larutan brine sintesis.
As increasing human need with petroleum, made petroleum distribution would be easier and cheaper. So, distribution was done by pipeline under land and under sea. Carbon steel was common material that used for pipeline construction of oil industry. But, properties of carbon steel caused corrosion. Adding inhibitor was one of method to restrain corrosion for oil distribution pipeline. Corrosion inhibitor from organic compound have some benefit, such as environmental friendly, cheap and easy to produce. In this research, corrosion inhibitor from n-hexane fraction (FH), methanol fraction (FM), and etyl acetate fraction (FEA) from lerak extract as corrosion inhibitor of carbon steel based on weight loss method. Characteristic of layer using FTR-IR spectrophotometer, surface morphological study was observed on SEM EDS and to identify Fe and Fe2O3 using XRD. The result showed that the best inhibitor was FM with % inhibitor efficiency was 95.71% with concetration of 120 ppm at 30ᵒC in clorida acid medium. Adsorption of FM corrosion inhibitor on carbon steel surface followed langmuir adsorption. Application of FM corrosion inhibitor at minimal concentration 70 ppm at 70ᵒC with 72 hours contact times gave % inhibitor efficiency more than 90% in synthetic brine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiarani
"Ibuprofen merupakan obat yang bersifat hidrofobik sehingga memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Kelarutan ibuprofen dalam air dapat ditingkatkan dengan menggunakan surfaktan. Pada penelitian ini, surfaktan yang digunakan adalah saponin yang berasal dari ektraksi buah lerak dengan menggunakan teknik maserasi. Senyawa metabolit sekunder dalam fraksi air dan fraksi eter diuji dengan uji fitokimia. Saponin yang berada pada fraksi air dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dan FTIR. Nilai Konsentrasi Misel Kritis KMK saponin ditentukan dari kurva antara tegangan permukaan yang diukur dengan Tensiometer Cincin Dounouy terhadap konsentrasi saponin dalam 3 media. Nilai KMK dari saponin dalam media air sebesar 500 ppm, pada pH 7,4 sebesar 600 ppm, dan pada pH 1,2 sebesar 300 ppm. Nilai solubilisasi ibuprofen diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dikarakterisasi menggunakan mikroskop. Kondisi optimum solubilisasi ibuprofen didapatkan pada konsentrasi 1000 ppm saponin, 0,2 mg/mL ibuprofen, dan pada waktu 6 jam dengan nilai solubilisasi sebesar 0,108 mg/mL. Nilai parameter solubilisasi yang didapatkan yaitu koefesien partisi molar misel-air Km sebesar 2,414 dan energi bebas Gibbs ?G0 sebesar -2,198 kJ/mol. Hasil uji disolusi secara in vitro selama 2 jam sebesar 99 dalam pH 7,4 dan 18 pada pH 1,2.

Ibuprofen is a hydrophobic drug, which has a low solubility in water. Solubility of ibuprofen in water could be improved with the use of surfactant. Surfactant by used in this research was saponin derived from the extraction of lerak fruit by using the maceration technique. Secondary metabolites in water fraction and ether fraction were tested with phytochemical test. Saponin that is presented in the water fraction was characterized by using UV Vis and FTIR. Critical Micelle Concentration CMC of saponin values were determined by curve of the surface tension which measured by using Tensiometer Cincin Dounouy towards the saponin concentration in 3 mediums. CMC values from saponin in the water medium were 500 ppm, 600 ppm in PH condition of 7.4, and 300 ppm in PH condition of 1.2. Solubility value of ibuprofein was measured by using UV Vis spectrofometer and characterized by using microscope. Solubility 39 s optimum condition of ibuprofen obtained in the concentration of saponin of 1000 ppm, 0,2 mg mL ibuprofen, and in 6 hours with the solubility value of 0,108 mg mL. The parameter of solubility that are obtained were 2,414 of molar micel water partition coefficient Km and 2,198 kJ mol of gibbs free energy G0 . The test of In Vitro dissolution result showed 99 under the condition of pH of 7,4, and 18 under the condition of pH of 1,2, both within the duration of 2 hours of work."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Avinda
"Pada penelitian ini, nanopartikel SiO2 yang disintesis dengan metode green synthesis dimodifikasi dengan saponin sebagai surfaktan alami menggunakan buah lerak (Sapindus rarak D.C.). Didapatkan hasil %Konsentrasi stok Ekstrak Buah Lerak (EBL) fraksi air sebesar 3,66% (w/v) dan %Rendemen EBL sebesar 7,317%. Metabolit sekunder dalam buah lerak berperan sebagai sumber basa untuk menghidrolisis dan sebagai capping agent untuk mencegah aglomerasi serta penstabil dalam pembentukan nanopartikel. Karakterisasi menggunakan FTIR terhadap nanopartikel SiO2 hasil green synthesis menunjukkan terdapat puncak serapan dari gugus Si-O-Si, Si-OH, dan Si-H2O. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa nanopartikel SiO2 hasil sintesis memiliki fasa amorf dengan adanya sedikit seed fasa kristalin dan karakterisasi SEM menunjukkan nanopartikel memiliki bentuk spherical. Kandungan saponin yang terdapat didalam buah lerak juga diekstraksi sebagai sumber surfaktan alami, dimana didapatkan hasil % konsentrasi stok dari saponin hasil ekstraksi yaitu sebesar 11,782%. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa larutan hasil ekstraksi dari buah lerak memiliki kandungan saponin didalamnya dan hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 216 nm menunjukkan adanya saponin. Larutan saponin hasil ekstraksi memiliki nilai CMC pada konsentrasi 227,963 ppm. Larutan nano koloid SiO2-surfaktan dikarakterisasi menggunakan FTIR yang dihasilkan bahwa nanopartikel SiO2 telah terdispersi pada larutan surfaktan saponin. Dilakukan pengukuran IFT (interfacial tension), uji kompatibilitas, dan uji kelakuan fasa pada larutan surfaktan dan nanopartikel hasil sintesis sebagai uji screening tahap awal sebelum dapat digunakan pada proses EOR lebih lanjut. Pengukuran IFT dilakukan dengan metode spinning drop, dimana dengan peningkatan konsentrasi surfaktan, nano koloid SiO2, maupun nano koloid SiO2-surfaktan, terjadi pengurangan nilai IFT antara air dan minyak. Hasil uji kompatibilitas menunjukkan pada surfaktan saponin hasil ekstraksi buah lerak konsentrasi 0,01 dan 0,05%, serta larutan nano koloid SiO2-surfaktan pada konsentrasi 0,01 dan 0,05% tetap menghasilkan larutan yang jernih dan larut sempurna. Untuk hasil uji kelakuan fasa pada larutan surfaktan saponin dan larutan nano koloid SiO2-surfaktan menunjukkan keduanya membentuk emulsi fasa tengah.

In this research, SiO2 nanoparticles were synthesized by the green synthesis method and were modified with saponins as natural surfactants using lerak fruit (Sapindus rarak D.C.). The results obtained from concentration stock of Lerak Fruit Extract (EBL) water fraction is 3.66% (w/v) and EBL yield is 7.317%. Secondary metabolites in lerak fruit act as a source of bases to hydrolyze and as a capping agent to prevent agglomeration and stabilize the formation of nanoparticles. FTIR characterization on SiO2 nanoparticles showed that there were absorption peaks from Si-O-Si, Si-OH, and Si-H2O groups. Characterization with XRD showed that the synthesized SiO2 nanoparticles had an amorphous phase with a small amount of crystalline phase seed and SEM characterization showed nanoparticle had spherical shape. The saponin content contained in lerak fruit was also extracted as a natural surfactant source, where the concentration of stock obtained from the extracted saponin was 11.782%. The results of FTIR characterization showed that the solution extracted from lerak fruit contained saponins in it and UV-Vis characterization showed a peak at 216 nm which indicated saponin’s presence. The extracted saponin solution has a CMC value at 227,963 ppm. Nano colloid SiO2-surfactant solutions were characterized using FTIR resulting that SiO2 nanoparticles were dispersed in saponin surfactant solution. IFT (interfacial tension) measurements, compatibility tests, and phase behavior tests on surfactant solutions and nanoparticles synthesized were done as an initial screening test for further EOR processes. IFT measurements were carried out using the spinning drop method, where with increased concentrations of surfactants, nano colloidal SiO2, and nano colloids SiO2-surfactants, there was a reduction in the value of IFT between water and oil. The compatibility test results showed that the saponin surfactant extracted from lerak fruit for concentrations of 0.01 and 0.05%, as well as the nano colloid SiO2-surfactant solution at concentrations 0.01 and 0.05% produce clear and completely soluble solutions. For the phase behavior test results on the saponin surfactant solution and the nano colloid SiO2-surfactant solution, they both form a middle phase emulsion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Dalam transportasi minyak mentah menggunakan pipa saluran bawah laut, sering terjadi terhambatnya aliran crude oil akibat pengendapan wax. Untuk mencegah terjadinya pengendapan wax dengan menambahkan aditif ke dalam crude oil. Dalam penelitian ini digunakan aditif alkil glukosida (AG) hasil sintesis dan komersial. Konsentrasi aditif divariasikan menjadi 1%, 2%, dan 3% dengan variasi volume (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, dan 2500 µL). Sintesis AG dilakukan variasi penambahan mol alkohol lemak, waktu reaksi, dan katalis. Hasil variasi terbaik didapatkan dengan 0,053 mol alkohol lemak, waktu reaksi 4 jam, dan katalis 2% w/t. Dilakukan uji pour point pada AG sintesis dan AG komersial. Dari hasil penelitian pada AG sintesis dan AG komersial mencapai penurunan pour point optimum sebesar 9°C dan 12°C. Hasil CPM menunjukkan adanya perubahan ukuran kristal dan hasil spektrum FTIR mendukung hasil tersebut dengan menunjukkan adanya interaksi antara aditif dengan wax. Dari studi tersebut diketahui bahwa aditif AG dapat digunakan sebagai inhibitor wax yang mampu menghambat pertumbuhan kristal wax pada model crude oil.

In the transportation of crude oil using a subsea pipeline, often inhibition of the flow of crude oil due to deposition of wax. To prevent the deposition of wax by adding additives to the crude oil. In this study the use of additives alkyl glucoside (AG) results of synthesis and AG commercial. Additive concentration was varied to 1%, 2%, and 3% by volume variation (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, and 2500 mL). Synthesis AG performed variations addition mole fatty alcohol, reaction time, and catalyst. The best results obtained with a variation of 0.053 mol fatty alcohol, the reaction time of 4 hours, and the catalyst 2% w/t. Pour point test conducted on AG synthesis and AG commercial. From the results of AG synthesis and AG commercial reach optimum reduction in pour point of 9°C and 12°C. CPM results indicate a change in the size of the crystal and the results of spectra FTIR support these results by showing the interaction between additives with wax. From these studies it is known that AG additives can be used as a wax inhibitor capable of inhibiting the growth of wax crystals on the model of crude oil."
Universitas Indonesia, 2015
S59369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakimah Dharwisyah Ramli
"Penelitian ini didasarkan pada studi eksperimental yang menggunakan tanaman kapulaga sebagai item utama. Jenis tanaman kapulaga yang terpilih adalah dari Malaysia bernama Elettaria cardamomum. Pilihan tertentu dilakukan berdasarkan kriteria pilihan untuk mendapatkan kapulaga terbaik untuk digunakan dalam percobaan ini. Beberapa tes yang dilakukan pada ekstrak benih tanaman ini seperti alkaloid, uji saponin, kromatografi lapis tipis dan uji spektrofotometri. Uji coba dilakukan untuk membuktikan keyakinan kami bahwa kapulaga yang telah digunakan secara luas sebagai bumbu dalam makanan orang Asia juga dapat bermanfaat dalam pengobatan karena telah digunakan sebagai obat tradisional juga. Kami mencoba untuk memastikan adanya alkaloid, saponin dan minyak atsiri di kapulaga sebagai zat yang berharga dalam kedokteran modern.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa minyak atsiri ditemukan di Elettaria cardamomum berdasarkan uji spektrofotometri. Sebaliknya, semua tes lainnya tidak bisa menemukan jejak alkaloid atau saponin di Elettaria cardamomum. Berdasarkan pembahasan, uji alkaloid dan uji saponin dapat menjadi negatif karena faktor eksternal dan internal. Kami tidak bisa menyimpulkan bahwa unsur-unsur ini tidak terdapat dalam Elettaria cardamomum hanya dengan tes ini. Tes canggih lanjut dengan teknologi tinggi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya alkaloid dan saponin. Kami tidak bisa melanjutkan dengan tes lain karena kurangnya dana. Senyawa seperti Olleum foeniculli ditemukan di Elettaria cardamomum. Temuan ini mendukung saran bahwa Elettaria cardamomum mengandung minyak atsiri.

This research is based on experimental study that used cardamom plant as the main item. The type of cardamom plant chosen was from Malaysia named Elettaria Cardamomum. Specific selection was done based on our selection criteria to get the best cardamom to be used in this experiment. Few tests were conducted repeatedly on the plant such as alkaloid test, saponin test, thin layer chromatography and spectrophotometry test. The trials were done to prove our belief that cardamom which has been used widely as spices in food among Asians can also be beneficial in medicine since it has been used as traditional medicine too. We tried to ascertain the presence of alkaloid, saponin and volatile oil in cardamom as those substances are valuable in modern medicine.
The results obtained showed that the compound of volatile oil was found in Elettaria Cardamomum based on spectrophotometry test. On the contrary, all the other tests couldn`t find any traces of alkaloid nor saponin in Elettaria Cardamomum. Based on the discussion, alkaloid test and saponin test can be negative due to many external and internal factors. We can`t conclude that those elements are absent in Elettaria Cardamomum only by these tests. Further advanced tests with high technology should be done to confirm the absence of alkaloid and saponin. We could not proceed with other tests due to lack of funds. Few compounds of Olleum Foeniculli were found in Elettaria Cardamomum. These findings support the suggestion that Elettaria Cardamomum contains volatile oil.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yomi Fernando
"Pada penelitian ini diformulasikan demulsifier untuk destabilisasi emulsi crude oil Jatibarang, agar diperoleh nilai % basic sediment and water (%BS&W) kecil dari 0,5 %. Karakterisasi fisik (Densitas, Spesific gravity, API gravity, pour point, dan viskositas kinematik) menunjukkan bahwa crude oil Jatibarang adalah heavy crude oil. Karakterisasi kimia didapatkan asphaltene content adalah 10,263 % (w/w), nilai % BS&W 59,8 % dan emulsi yang sangat stabil dengan jenis emulsi air dalam minyak W/O. Seleksi demulsifier didapatkan 3 demulsifier terbaik yaitu, EO PO kopolimer blok RSN 15,5, triol Polyeter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 dan tetrol polyether EO PO kopolimer blok RSN 11. Campuran 2 demulsifier terbaik adalah triol polieter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 dan tetrol polieter EO PO kopolimer blok RSN 11. Campuran 3 demulsifier diperoleh formula Mix 29-3 dengan perbandingan komposisi 60:20:20 (triol polieter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 : tetrol polieter EO PO kopolimer blok RSN 11: EO PO kopolimer blok RSN 15,5), volume injeksi pada 60 μL/100 mL, suhu pemisahan optimal 80° C dengan toluen sebagai pelarut dan pada pH 7 sebagai kondisi optimal untuk memisahkan air dalam minyak hingga didapatkan nilai %BS&W 0,5 %. Pada beberapa formulasi ini bisa menurunkan nilai BS&W crude oil Jatibarang dari 59,8 % hingga 0,2 %.

This research was formulated some demulsifiers to destabilization emulsion of Jatibarang crude oil, a purpose to getting crude oil with %BS&W less than 0,5 %. Physics characterization (Density, Spesific gravity, API gravity, pour point, and kinematics viscosity) showed which Jatibarang crude oil is heavy crude oil. Chemistry characterization was getting 10, 263 % (w/w) the asphaltene content, % BS&W is 59,8 % and stabil emulsion which the kind of emulsion is water in oil W/O. Selection of demulsifiers showed three best demulsifiers, EO PO copolymer block RSN 15,5, triol Polyether EO PO copolymer block RSN 9,4 and tetrol polyether EO PO copolymer block RSN 9,4. Best mixture for two demulsifier is triol poliether EO PO copolymer block RSN 9,4 and tetrol polyether EO PO copolymer block RSN 11. Best mixture for three demulsifier is Mix 29-3, formula 60:20:20 (triol polyether EO PO copolymer block RSN 9,4 : tetrol polyether EO PO copolymer block RSN 11 : EO PO copolymer block RSN 15,5), injection concentration is 60 μL/100 mL, optimal temperature separation is 80° C with toluen as solvent delivery and pH 7 areoptimal conditional to separates water from crude oil till %BS&W less than 0,5%. Some formulation could decrease % BS&W Jatibarang crude oil from 59,8 % to 0,2 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1710
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rivalda Jhoneta
"Studi morfologi dan ukuran nanopartikel Cu2O menjadi topik menarik untuk diteliti karena memiliki pengaruh terhadap fungsi dan aplikasinya. Nanopartikel Cu2O berhasil disintesis dengan variasi konsentrasi saponin (100 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm), menggunakan NaOH sebagai sumber basa dan NH2OH.HCl sebagai agen pereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh biosrufaktan saponin ekstrak daun kembang sepatu (Hisbiscus rosa sinensis L) terhadap morfologi dan ukuran nanopartikel Cu2O. Sintesis nanopartikel Cu2O juga dilakukan tanpa penambahan esktrak saponin ditujukan sebagai pembanding. Hasil sintesis diarakterisasi menggunakan instrumentasi spektofotometer UV-Vis, XRD dan TEM. Hasil karakterisasi TEM menunjukkan bahwa nanopartikel Cu2O yang diperoleh memiliki morfologi seperti kubus, truncated octahedral serta truncated cubic dengan ukuran sekitar 121, 5 ± 27,9 nm hingga 455,9 ± 67,7 nm.

Morphological studies and sizes of Cu2O nanoparticles are interesting topics to be investigated because they influence their function and application. Cu2O nanoparticles were successfully synthesized with variations in the concentration of saponins (100 ppm, 500 ppm and 1000 ppm), using NaOH as a base source and NH2OH.HCl as a reducing agent. f this study aimed to examine the effect of saponin biosrufactant of hibiscus leaf extract (Hisbiscus rosa sinensis L) on the morphology and size of Cu2O nanoparticles. Synthesis of Cu2O nanoparticles was also carried out without the addition of saponin extracts intended as a comparison. The synthesis results were characterized using UV-Vis, XRD and TEM spectrophotometer instrumentation. TEM characterization results show that Cu2O nanoparticles obtained have morphology such as cubes, truncated octahedral and truncated cubic with sizes ranging from 121, 5 ± 27,9 nm to 455,9 ± 67,7 nm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyu Purwanto
"Model konfigurasi kilang dan jenis crude oil, keduanya merupakan variabel yang sangat menentukan pada nilai keekonomian dan investasi kilang. Oleh karena itu pemilihan model konfigurasi kilang dan jenis crude oil, merupakan pekerjaan yang sangat penting pada fasa studi kelayakan dari suatu proyek pembangunan kilang BBM.
Dalam Tesis ini dilakukan simulasi terhadap beberapa jenis model konfigurasi kilang dan crude oil. Jumlah model konfigurasi kilang yang disimulasikan adalah 6 buah, sedangkan jenis crude oil yang digunakan adalah arabian light, arabian heavy, kuwait, isthmus, minas dan breast. Dalam simulasi ini kapasitas kilang ditetapkan sebesar 200000 BPSD.
Dan analisis hasil simulasi terpilih 2 buah model konfigurasi kilang yang menguntungkan, yaitu Model 6 (Alur FCC - SDA) dan Model 3 (Alur HCU - VBU). Model 6 adalah model konfigurasi yang paling ekonomis untuk kilang yang produknya diarahkan kepada dominasi produk bensin, sedangkan Model 3 adalah model konfigurasi yang paling ekonomis untuk kilang yang produknya diarahkan kepada dominasi produk middle distillate (minyak tanah, jet-fuel dan solar).
Kuwait dan Isthmus crude merupakan jenis crude oil yang menghasilkan keuntungan (nilai keekonomian) paling tinggi dibanding dengan jenis crude oil lainnya. Namun ditinjau dari lokasinya yang lebih dekat maka Kuwait Crude merupakan pilihan yang lebih menarik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T5745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>