Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rasyid Aulia Rachman
"ABSTRAK
DA Ci Liwung Hulu merupakan bagian dari kesatuan DA Ci Liwung yang memiliki peran sebagai zona produksi keluaran DAS, berupa debit dan sedimen. Sebagai zona yang memproduksi sedimen, DA Ci Liwung Hulu tentu berpengaruh terhadap tingginya laju sedimentasi yang terjadi di DA Ci Liwung. Penelitian dilakukan terhadap jenis sedimen melayang dengan mengamati karakteristik debit aliran di DA Ci Liwung Hulu sehingga didapatkan persamaan agar dapat melakukan estimasi besaran konsentrasi sedimen melayang berdasarkan besaran debit aliran di wilayah penelitian. Identifikasi terhadap faktor eksternal DAS dilakukan untuk menjelaskan karakteristik curah hujan di wilayah penelitian, baik secara spasial maupun temporal. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dan deskriptif komparasi spasial untuk menjelaskan pengaruh dari komponen curah hujan terkait dengan karakteristik kemiringan lereng dan penggunaan tanah wilayah penelitian. Hasil analisis menunjukan bahwa sekitar 71% variasi konsentrasi sedimen melayang dipengaruhi oleh debit aliran, sedangkan 29% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Identifikasi pada persebaran curah hujan menunjukan distribusi curah hujan lebih besar pada bagian tengah dan selatan wilayah penelitian, dimana komponen kemiringan lereng dan penggunaan tanah cenderung memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap komponen pola sedimen melayang. Sedangkan pada distribusi temporal curah hujan menunjukan bahwa durasi hujan berpengaruh terhadap variasi komponen konsentrasi sedimen melayang dan debit aliran di wilayah penelitian.
ABSTRACT
Ci Liwung Hulu Watershed is the uppermost part of Ci Liwung Watershed which role’s as the production zone for watershed outputs (water discharge and sediment). As the production zone of watershed, DA Ci Liwung Hulu would affect the high sedimentation rate phenomenon which happens at Ci Liwung Watershed. Research conducted on suspended type of sediment by observing water discharge characteristics to obtain the relationship equation, in order to estimate the amount of suspended sediment concentration based on the amount of water discharge rates at Ci Liwung Hulu Watershed. Identification on external factors conducted to explain influences rainfall characteristics on the site, spatially as well as temporally. Results of the analysis shows that approximately 71% of the variation of suspended sediment concentration is influenced by water discharge rate, while the other 29% of the variation is influenced by other factors. Identification on spatial rainfall distribution shows that the higher amount of rain fall on the center and southern parts of the site, where the slope and land use components tend to have a big impact to the suspended sediment relationship components. Apart from that, temporally rainfall distribution shows that the duration of rainfall affect the variation of suspended sediment concentration and water discharge on the watershed."
2014
S61400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahdi
"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat bervariasi terhadap ketinggian dalam distribusi spasial dan temporalnya. Distribusi curah hujan spasial dan temporal didapatkan dari radar cuaca dan stasiun observasi. Melalui pemetaan spasial dan temporal penelitian ini akan mengungkapkan perbandingan distribusi curah hujan antara radar cuaca dengan stasiun observasi curah hujan terhadap ketinggian.
Hasil pengolahan data menunjukan distribusi curah hujan terbanyak pada ketinggian 500-1.000 mdpl dimana semakin tinggi ketinggian tempat maka distribusi curah hujannya semakin menurun baik dari hasil radar cauca maupun stasiun observasi. Analisis temporal memberikan hasil kesamaan waktu kejadian curah hujan tertinggi dari radar cuaca dan stasiun observasi pada pukul 12:00 sampai 18:00.

Rainfall is one of the climate element that highly variable from elevation in spatial and temporal distribution. The spatial and temporal rainfall distribution obtained from weather radar and observation stations. This research will reveal rainfall distribution comparison between weather radar with rainfall observation station of elevation. Through spatial and temporal mapping of.
The results of data processing shows rainfall distribution at an altitude 500-1.000 meters above sea level where the higher altitude of the distribution of rainfall decreases both from the weather radar and observation stations. Temporal analysis provides results in common occurrence time of the highest rainfall weather radar and weather observation station at 12:00 to 18:00.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pascalis Dwi Rosario Deno
"Curah hujan merupakan salah satu input data yang memiliki peranan penting dalam permodelan hidrologi. Data curah hujan biasanya diperoleh dari stasiun pencatat curah hujan yang tersebar menurut koordinatnya. Data curah hujan yang tersedia sering kali mengalami kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya sebaran dan jumlah stasiun pencatat hujan yang ada. Medan, bentuk topografi serta biaya besar juga mempengaruhi ketersediaan dari stasiun pencatat curah hujan itu sendiri. Alternatif lain untuk memperoleh data curah hujan salah satunya adalah satelit hujan. Dalam hal ini satelit hujan yang tersedia ada berbagai macam jenisnya dan memiliki kemampuan memperoleh gambaran spasial dengan resolusi yang berbeda-beda. Salah satu data curah hujan harian yang akan digunakanan pada penelitian ini bersumber dari CHIRPS. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah melakukan analisis perbandingan curah hujan satelit CHIRPS dengan data hujan yang terdapat pada stasiun hujan di DAS Ciliwung Hulu dan DAS Garang Hulu pada rentang waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan data curah hujan harian pada stasiun hujan di lokasi kedua DAS tersebut. Data yang dianalisis akan menentukan reliabilitas dari CHIRPS terhadap data hujan pada stasiun pencatat hujan. Data CHIRPS ini akan dianalisis lebih lanjut terkait persamaan dan perbedaannya dengan data stasiun hujan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa data CHIRPS tidak reliabel atau berkorelasi rendah terhadap data curah hujan harian stasiun pencatat hujan pada kedua DAS. Selisih antara hujan harian atau delta data dari kedua sumber data juga menunjukan bahwa data curah hujan harian cenderung berbeda antar kedua sumber data. Perbedaan-perbedaan ini dianalisis lebih lanjut untuk memperoleh jumlah data yang reliabel dengan melakuakan filter data menggunakan kriteria error berkisar antara nol hingga 0,4 persen. Hasil filter data menunjukan bahwa rata-rata data yang reliabel hanya sebesar 0,9 persen dari total data yang tersedia untuk masing-masing stasiun hujan pada DAS Ciliwung Hulu dan Garang Hulu. Perbedaan dan persamaan data ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti letak serta topografi lokasi kedua DAS dan cara kerja satelit hujan dalam memperoleh data melalui gelombang elektromagnetik yang sangat dipengaruhi oleh kondisi dari objek atau awan.

Rainfall is one of the input data that has an important role in hydrological modelling. Rainfall data is usually obtained from rainfall recording stations which are scattered according to their coordinates. Available rainfall data often suffers from deficiencies caused by the limited distribution and number of existing rain recording stations. Terrain, topography and high cost also affect the availability of the rainfall recording station itself. Another alternative to obtain rainfall data, one of which is a rain satellite. In this case there are various types of rain satellites available and have the ability to obtain spatial images with different resolutions. One of the daily rainfall data that will be used in this study comes from CHIRPS. The purpose of writing this thesis is to carry out a comparative analysis of CHIRPS satellite rainfall with rain data contained in rain stations in the Ciliwung Hulu watershed and Garang Hulu watershed at certain time intervals according to the availability of daily rainfall data at rain stations in the two watershed locations. The data analyzed will determine the reliability of CHIRPS against rain data at rain recording stations. The CHIRPS data will be analyzed further regarding the similarities and differences with the rain station data. The results obtained show that the CHIRPS data is not reliable or has a low correlation with the daily rainfall data of rain-recording stations in both watersheds. The difference between the daily rainfall or delta data from the two data sources also shows that the daily rainfall data tends to differ between the two data sources. These differences were further analyzed to obtain a reliable amount of data by filtering the data using error criteria ranging from zero to 0.4 percent. The results of the data filter show that the average reliable data is only 0.9 percent of the total available data for each rain station in the Upper Ciliwung and Garang Hulu watersheds. The differences and similarities in this data can be caused by several factors such as the location and topography of the two watersheds and the way the rain satellite works in obtaining data through electromagnetic waves which are strongly influenced by the conditions of objects or clouds.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Suyana
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala perkembangan pola penggunaan lahan di daerah hulu sungai sehubungan dengan perkembangan penduduk dan dinamika sosial ekonomi, dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi hidrologi.
Masalah pokok yang diteliti mencakup: (a) perkembangan pola penggunaan lahan dan dampaknya terhadap fluktuasi debit sungai, (b) korelasi antara peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan alihguna lahan tersebut menjadi pemukiman, dan (c) korelasi antara status pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan kondisi penggunaan lahan tersebut. Sehubungan dengan kemungkinan adanya korelasi-korelasi antara variabel-variabel tersebut, dirumuskan dua hipotesis sebagai berikut :
1) Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ada korelasinya dengan peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan tersebut, kalau peralihan hak itu terjadi dari penduduk lokal (desa) kepada penduduk kota.
2) Kondisi penggunaan lahan pertanian yang dimiliki atau dikuasai oleh penduduk kota cenderung lebih jelek dari lahan pertanian yang dimiliki penduduk desa.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data perkembangan penggunaan lahan di daerah hulu Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Jawa Barat, yang meliputi kurun waktu 17 tahun {1969-1986).
Perkembangan pola penggunaan lahan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan hasil analisa peta-peta penggunaan lahan tahun 1969, 1978, dan 1983 serta data registrasi Kantor Kecamatan Cisarua tahun 1986. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara analisa statistik menggunakan 438 sampel persil tanah yang dipilih secara acak terlapis di 7 desa dalam wilayah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanian di daerah hulu Ciliwung mengalami perubahan yang cepat menjadi pemukiman, dan di samping itu ada kecenderungan alihguna sawah menjadi kebun campuran. Laju perluasan lahan pemukiman rata-rata 44 ha (5,8 %) per tahun. Akibat tekanan penduduk kota laju perluasan pemukiman lebih cepat daripada laju pertumbuhan penduduk lokal. Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ternyata mempunyai korelasi kuat dengan peralihan hak pemilikan atau penggunaan lahan tersebut dari penduduk lokal kepada penduduk kota. Walaupun di daerah ini terdapat kasus-kasus tanah terlantar yang dimiliki penduduk kota, namun ternyata tidak ada korelasi antara status pemilikan atau domisili pemilik lahan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut.
Perkembangan penggunaan lahan di daerah ini diduga telah mengakibatkan dampak negatif terhadap kondisi hidrologi berupa peningkatan.fluktuasi debit sungai akibat perluasan lahan pemukiman dan terutama akibat penggunaan lahan pertanian lahan kering yang kurang memperhatikan aspek konservasi tanah. Selain daripada itu peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan dari penduduk desa kepada penduduk kota diduga dapat menimbulkan dampak sosial berupa pelonjakan harga lahan pertanian, melemahnya fungsi sosial tanah di pedesaan, dan keresahan sosial.

This research aims to know phenomenon of land use pattern development in upstream area in connection with population growth and socio-economical dynamic and, to assess its impact on hydrological condition.
The main issues include: (a) the trend of land use changes and it's impact on fluctuation of river run off, (b) correlation between mutation of agricultural land ownership and it's land use conversion to settlement area, and (c) correlation between status of agricultural land ownership and condition of it's utilization. Two hypotheses concerning correlations between the mentioned variables are formulated:
1) Agricultural land use conversion into settlement area is having correlation with its mutation of land ownership, if the mutation happened from the rural to urban people;
2) Condition of the agricultural land utilization owned by the urban people tends worse than that owned by the rural people.
The research was carried out using land use development data in the Upper Ciliwung, Cisarua Sub district, West Java, covering 17 years period (1969-1986). The trend of land use changes during this period was analyzed based on land use maps of the 1969, 1978, and 1983 editions, and land registration data of the Cisarua Sub district Office in 1986. To prove the hypotheses, statistical analysis was applied using 438 stratified random samples of plot (land holding) taken from 7 villages in the study area.
Conclusions of this research are as follows: During the period of 1969-1986 agricultural land in Upper Ciliwung rapidly changed into settlement area and, there is also a tendency of conversion of rice field into mixed garden. Average extension rate of the settlement area was about 44 ha (5.8 %) per year. This rate was higher than the rate of local population growth due to urban population pressure. Conversion of agricultural land into settlement area evidently has strong correlation with mutation of land ownership from rural to urban people. Although there are some agricultural lands belong to urban people are poorly utilized, but there is no correlation between status of agricultural landowner ship and condition of its utilization.
Land use development in this area is predicted to bring about negative impact on hydrological condition i.e. the increase of river run off fluctuation caused by extension of settlement area and mainly due to utilization of agricultural land with less attention on land conservation aspect. It is predicted also that mutation of land ownership from the rural to urban people possibly causes social impacts such as rising of agricultural land price, weakening the social function of land in rural area, and social stress.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Daniswara Santoso
"Fenomena alih fungsi lahan dan kerusakan hutan telah menyebabkan erosi yang besar yang terjadi di bagian hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) . Erosi mengakibatkan lahan terdegradasi sehingga menurunkan daya dukung lingkungan. DA Ciwilung Hulu termasuk salah satu dari 13 DAS dalam kondisi sangat kritis. Pemilihan DA Ciliwung hulu sebagai wilayah penelitian dikarenakan fakta tren erosi dan lahan kritis yang terus meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sebaran erosi serta luasannya di DA Ciliwung Hulu, menganalisis produktivitas lahan DA Ciliwung Hulu, serta menganalisis hubungan antara erosi dan produktivitas lahan. 
Metodologi penentuan tingkat bahaya erosi adalah Universal Soil Loss Equation (USLE) menggunakan ArcGIS 10.1. Selain itu dilakukan survei lapang untuk verifikasi data penggunaan lahan, pengelolaan lahan maupun produktivitas lahan. Tingkat erosi sangat tinggi ini berada wilayah topografi agak curam hingga sangat curam dengan erodibilitas tanah sangat tinggi dan didominasi oleh penggunaan lahan pemukiman. Sementara erosi tingkat berada di wilayah erodibilitas tanah sangat rendah dengan topografi datar. Penurunan ini diiringi dengan peningkatan luasan yang terjadi pada erosi tingkat sangat tinggi. Produktivitas lahan tanaman pangan sangat tinggi berada di sub DA Ciesek dan Ciliwung Hulu dengan hasil responden rata-rata 4,65 ton/ha/tahun. Sementara untuk produktivitas lahan holtikultura, tingkat tertinggi ada pada sub DA Ciseuseupan dan Cisukabirus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkatan erosi dengan produktivitas lahan holtikultura. 

The phenomenon of land use change and forest destruction has caused large erosion that occurs in the upper reaches of the watershed. Erosion causes degraded land to reduce the carrying capacity of the environment. The Upper Ciwilung Watershed is one of the 13 watersheds in very critical conditions. The selection of Upstream Ciliwung Watershed as a research area is due to the fact that erosion trends and critical land continue to increase. The purpose of this study was to analyze the distribution of erosion and its area at Upstream Ciliwung Watershed, analyze the productivity of Upstream Ciliwung Watershed land, and analyze the relationship between erosion and land productivity.
The methodology for determining the level of erosion is Universal Soil Loss Equation (USLE) using ArcGIS 10.1. In addition, a field survey was conducted to verify land use data, land management and land productivity. This very high level of erosion is in a rather steep to very steep topographic area with very high soil erodibility and is dominated by residential land use. While level erosion is in very low erodibility areas with flat topography. This decrease was accompanied by an increase in the area that occurred at very high levels of erosion. The productivity of land for food crops is very high in sub Watershed Ciesek and Ciliwung Hulu with respondent` average yield of 4.65 tons / ha / year. While for horticultural land productivity, the highest level is in sub watershed Ciseuseupan and Cisukabirus. The results showed that there is a relationship between the level of erosion and the productivity of horticultural land.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Hartono Halim
"Curah hujan merupakan salah satu parameter penting dalam proses hidrologi. Namun, variabilitas spasialnya tidak bisa diwakilkan oleh satu stasiun pengukur hujan. Variabilitas ini makin tidak merata pada area pegunungan. Salah satunya adalah DAS Ciliwung Hulu yang berada pada elevasi 297-2982 mpdl. Penggunaan radar cuaca dalam mengukur curah hujan mampu memberikan informasi detail mengenai variabilitas spasial. Namun, data curah hujan berbasis radar cuaca perlu diuji kesesuaiannya sebelum dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesesuaian curah hujan berbasis radar cuaca dengan curah hujan berdasarkan stasiun pengukur hujan di DAS Ciliwung Hulu. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data curah hujan dari stasiun pengukur hujan dan radar cuaca. Uji kesesuaian dilakukan menggunakan Nash Sutcliffe Efficiency (NSE). Data curah hujan harian berbasis stasiun pengukur hujan akan dibentuk dalam peta isohyet yang setiap pikselnya akan dibandingkan dengan data curah hujan dari radar cuaca yang telah diakumulasi menjadi hujan harian. Pengujian dilakukan pada setiap tanggal terpilih berdasarkan ketersediaan data. Perolehan NSE sebesar -0.56 hingga -∞ sehingga data curah hujan berbasis radar cuaca belum sesuai dengan stasiun pengukur hujan. Namun, data curah hujan yang telah dibentuk menjadi peta isohyet telah mengabaikan variabilitas spasial yang dapat digambarkan oleh hasil radar cuaca. Maka, penelitian dilanjutkan dengan membandingkan data curah hujan pada setiap lokasi stasiun pengukur hujan di DAS Ciliwung Hulu dan sekitarnya. Perolehan NSE masih bervariasi dari -64,09 hingga -275712,96 sehingga data curah hujan dari kedua metode masih belum sesuai. Terakhir, pengujian dilakukan kembali dengan penyesuaian rerata aritmatik. Hasil NSE ada pada 0,05 hingga -16314.61. Maka, metode rerata aritmatik belum dapat menyesuaikan data curah hujan dari kedua metode.

Rainfall is one of the most important parameters in hydrological processes. However, the spatial variability cannot be represented by a single rain gauge station. This variability is increasingly uneven in mountainous areas. One of the mountainous areas in Indonesia is the Upper Ciliwung Watershed which is at an elevation of 297-2982 msl. The use of weather radar in measuring rainfall is able to provide detailed information about spatial variability. However, weather radar-based rainfall data needs to be analyzed for suitability before it can be used. This study aims to examine the suitability of rainfall based on weather radar with rainfall based on rain gauge stations in the Upper Ciliwung watershed. The data used is rainfall data from rain gauge stations and weather radar. The suitability test was carried out using the Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE). Daily rainfall data based on rain gauge stations will be formed in isohyet maps where each pixel will be compared with rainfall data from weather radar that has been accumulated into daily rainfall. Tests are carried out on each selected date based on data availability. The NSE gain is -0.56 to -∞ so that the weather radar-based rainfall data is not compatible with the rain gauge. However, the rainfall data that has been formed into an isohyet map has neglected the spatial variability that can be described by weather radar. So, the research was continued by comparing rainfall data at each rain gauge station location in the Upper Ciliwung watershed and its surroundings. The NSE values are still varies from -64.09 to -275712.96 so that the rainfall data from the two methods are still not compatible. Finally, the test is carried out again by adjusting with the arithmetic mean method. The NSE result is between 0.05 and -16314.61. Thus, the arithmetic mean method cannot adjust the rainfall data from the weather radar to compatible with the rain gauge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusratmoko
"Karakteristik aliran Cliwung (233 km2) dalam kaitannya dengan distribusi curah hujan telah dikaji dalam upaya untuk melihat pengaruh struktur penggunaan lahan saat ini dalam proses hidrologi. Memanfaatkan data curah hujan dan aliran air untuk periode 5 tahun (1990 - 1994) diperlihatkan bahwa distribusi hujan selama musim angin timur (Juni - September) sampai dengan pancaroba akhir (Oktober - November), terutama didominasi dengan tipe hujan konvektif yang mempengaruhi perbedaan karakteristik aliran tahunan. Sementara distribusi hujan selama musim angin barat (Desember - Maret) memainkan peranan yang tidak signifikan. Hujan konvektif terutama yang terjadi di wilayah hilir mendorong kepada pembentukan aliran langsung yang besar. Struktur penggunaan lahan saat ini khususnya untuk wilayah bagian hilir, emaminkan peranan penting terhadap kejadi tersebut."
2001
JUGE-2-Juli2001-39
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwina Puspa
"Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana banjir berada di Pulau Jawa, salah satunya di Kabupaten Garut, yaitu di hulu DA Ci Manuk. Banjir di Ci Manuk sering terjadi karena debit banjir yang lebih besar daripada daya tampungnya. Terjadinya penggundulan hutan secara terus-menerus di bagian hulu Ci Manuk membuat kemampuan DAS menyimpan air menjadi berkurang, jika ditambah dengan curah hujan yang ekstrim,maka dapat memicu terjadinya banjir bandang.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kerentanan bahaya banjir bandang di Daerah Aliran Ci Manuk bagian hulu, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP, yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan memanfaatkan persepsi pakar atau informan yang dianggap ahli sebagai input utamanya sehingga diperoleh bobot dari masing-masing kriteria yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, penggunaan tanah permukiman, curah hujan, penduduk usia rentan, kualitas bangunan, sosialisasi mitigasi, dan kepadatan penduduk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah dengan kelas kerentanan: 1 rendah, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim < 10, dataran menengah-tinggi > 1000 mdpl, jumlah penduduk rentan < 20 dari jumlah penduduk yaitu berada di Kecamatan Samarang 2 sedang, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim 10 - 17, dataran menengah 500 ndash; 1000 mdpl, penduduk rentan 20 - 40 dari jumlah penduduk yaitu berada di Kecamatan Malangbong 3 tinggi, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim > 17, dataran rendah < 500 mdpl, dan penduduk rentan > 40 dari jumlah penduduk berada di Kecamatan Bayongbong di bagian selatan DA Ci Manuk bagian hulu.

Indonesia 39 s most flood prone areas are in Java, one of them in Garut Regency, namely in the Ci Manuk Upstream Watershed. Flooding in Ci Manuk often occurs due to flood discharge greater than its capacity. Continuous deforestation in the upstream Ci Manuk makes the ability of watersheds to decrease water, if added with extreme rainfall, it can trigger the occurrence of flash flood.
The purpose of this research is to analyze the vulnerability level of flash flood hazard in Ci Manuk Upstream Watershed, Garut District, West Java Province with Analytical Hierarchy Process AHP method, which is a decision making method by using expert perception or informant who considered expert as main input so as to obtain the weight of each criterion used in this research. Variables used in this study are elevation, land use settlement , rainfall, vulnerable population elderly, building quality, mitigation socialization, and population density.
The results showed that areas with vulnerability classes 1 low, are located in areas with extreme precipitation frequency 10, medium high plains 1000 masl, the vulnerable population 20 of the population is located in Samarang sub district 2 medium, are in areas with extreme precipitation frequency 10 17, middle plains 500 1000 masl, the vulnerable population 20 40 of the population is located in Malangbong sub district 3 high is in the region with extreme rainfall frequency 17, lowland 40 is in Bayongbong sub district in southern Ci Manuk Upstream Watershed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahdi
"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat bervariasi terhadap ketinggian dalam distribusi spasial dan temporalnya. Distribusi curah hujan spasial dan temporal didapatkan dari radar cuaca dan stasiun observasi. Melalui pemetaan spasial dan temporal penelitian ini akan mengungkapkan perbandingan distribusi curah hujan antara radar cuaca dengan stasiun observasi curah hujan terhadap ketinggian.
Hasil pengolahan data menunjukan distribusi curah hujan terbanyak pada ketinggian 500-1.000 mdpl dimana semakin tinggi ketinggian tempat maka distribusi curah hujannya semakin menurun baik dari hasil radar cauca maupun stasiun observasi. Analisis temporal memberikan hasil kesamaan waktu kejadian curah hujan tertinggi dari radar cuaca dan stasiun observasi pada pukul 12:00 sampai 18:00.

Rainfall is one of the climate element that highly variable from elevation in spatial and temporal distribution. The spatial and temporal rainfall distribution obtained from weather radar and observation stations. This research will reveal rainfall distribution comparison between weather radar with rainfall observation station of elevation. Through spatial and temporal mapping of.
The results of data processing shows rainfall distribution at an altitude 500-1.000 meters above sea level where the higher altitude of the distribution of rainfall decreases both from the weather radar and observation stations. Temporal analysis provides results in common occurrence time of the highest rainfall weather radar and weather observation station at 12:00 to 18:00.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S62163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasratul Hasfarila
"Air tanah merupakan sumber daya yang sangat penting. Pengukuran dan analisis mengenai kedalaman air tanah diperlukan untuk mengetahui ketersediaan air tanah di suatu daerah. Penelitian ini membahas mengenai fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 dan perubahan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu, Jawa Barat. Data fluktuasi diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Data fluktuasi tersebut kemudian dikaitkan dengan curah hujan, ketinggian, lereng, jenis batuan, dan penggunaan tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 secara temporal memiliki hubungan yang kuat dengan curah hujan dan secara spasial dipengaruhi oleh ketinggian, lereng, karakteristik batuan, dan penggunaan tanah. Disamping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa selama tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 telah terjadi perubahan fluktuasi permukaan air tanah sebesar 0,82 m dimana perubahan itu disebabkan oleh penambahan persentase pemukiman.
Groundwater is an important resource. Measurement and analysis of water table is required to determine the availability of groundwater. This study discusses about water table fluctuation in 2013-2014 and the changes of water table fluctuation in 1991-1992 until 2013-2014 in upstream area of Ci Leungsi Watershed, West Java. Water table fluctuation data used comes from the field survey. Water table fluctuation data that correlates with rainfall, altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. From analysis result showed that the water table fluctuation in 2013-2014 have a strong relationship with rainfall, temporally and spatially influenced by the altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. Besides that, from analysis result showed that in 1991-1992 until 2013-2014 have occurred changes water table fluctuation by 0,82 meter where that change was caused by addition of a percentage of settlements."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>