Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisaa Amalia
"ABSTRAK
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Kanker membutuhkan
penanganan yang lama dan berkelanjutan. Terhadap kondisi tersebut, ketersediaan data dan
informasi bagi penyedia layanan dan pasien kanker membutuhkan penyelenggaraan rekam
medis. Kanker memelurkan manajemen data khusus selain yang sudah terdapat dalam rekam
medis. Sehingga, Rancangan Kesehatan Elektronik (RKE) Oncology menjadi salah satu
upaya untuk mengelola data kanker dan alur kerjanya. Penelitian ini menggunakan metode
penilaian sistem atau system assesment dengan teknik wawancara, observasi, dan telaah
dokumen untuk membuat rancangan rekam kesehatan elektronik pada pasien kanker di RS
Hermina Depok. Dari hasil pengumpulan data, dilakukan analisis sistem yang meliputi input,
proses, output, analisis kebutuhan sistem. Penelitian juga membuat rancangan prototipe
dalam bentuk antarmuka aplikasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya peluang
dalam rancangan kesehatan elektronik pada pasien kanker. Dengan prototipe Rancangan
Rekam Kesehatan Elektronik, proses pengumpulan data menjadi lebih cepat dan
menghasilkan informasi yang lebih berkualitas. Selain itu, diharapkan dapat menyediakan
data yang dibutuhkan untuk layanan kanker.
ABSTRACT
Cancer is a public health problem. Cancer treatment requires a long and sustained. Againts
these conditions, the availability of data and information for service providers and cancer
patients in need of medical record implementation. Cancer require specialized data
management beyond those already contained in the medical record. Thus, design of electronic
health record become one of the efforts to manage data of cancer and workflow too. This
study uses a method or system assessment by interview, observation, and document analysis
to makes design of electronic health record for cancer patient in Hermina Hospital Depok.
From the results of data collection, analysis system that includes input, process, output,
system requirements analysis. The research also makes design of a prototype application
interface. Results of the the study indicate that there are opportunities in the design of
electornic health record for cancer patient. With a prototype design of electronic health
record, data collection process becomes faster and produce higher quality information. In
addition, is expected to provide the data required for cancer services."
Universitas Indonesia, 2014
S61231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Mawardika
"ABSTRAK
Nama : Tina MawardikaProgram Studi : Magister Ilmu Keperawatan Universitas IndonesiaJudul :Perbedaan Kebutuhan Perawatan Suportif Pasien Kanker Ginekologi di Rawat Inap dan Rawat Jalan. Pelayanan kesehatan yang diterima di rawat inap dan rawat jalan dapat memunculkan perbedaan kebutuhan perawatan suportif. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan antara kebutuhan perawatan suportif pada pasien kanker ginekologi di rawat inap dan rawat jalan. Tehnik consecutive sampling diakukan untuk memilih 200 pasien kanker ginekologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 83 pasien di rawat inap memerlukan kebutuhan perawatan suportif terutama pada domain fisik 80 dan domain psikologi 84 dan 40 pasien di rawat jalan memerlukan kebutuha perawatan terutama pada domain sistem informasi kesehatan 78 . Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kebutuhan perawatan pada pasien kanker ginekologi di rawat inap dan rawat jalan ? value = 0,000 p le; 0,05 dan nilai OR 43,9, maka dapat disimpulkan pasien di rawat inap kebutuhan perawatan suportifnya meningkat 43,9 kali dibandingkan dengan pasien di rawat jalan. Penilaian kebutuhan perawatan suportif berguna untuk mengevaluasi kebutuhan perawatan suportif pasien kanker ginekologi di rawat inap maupun rawat jalan sehingga intervensi yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran. Kata Kunci: Kebutuhan perawatan suportif, status perawatan, kanker ginekologi.

ABSTRACT
Name Tina MawardikaProgram Study Faculty Of Nursing Indonesia UniversityTittle The difference of Supportive Care Needs in inpatient and outpatient gynecologic cancer patient. Health services that performed at inpatient and outpatient care can cause different supportive care needs. This cross sectional study aims to identify the differences of supportive care needs in inpatient and outpatient gynecologic cancer patient. Consecutive sampling techniques were undertaken to select 200 gynecological cancer patients. The results showed that of patients undergoing hospitalization required supportive care needs, especially in the physical 80 and pshycologic domain 84 , 40 of patients who underwent outpatient care require treatment especially in the information system domain 78 . Acording to statistical result, there was a different between inpatients and outpatients supportive care needs value 0,000 p le 0.05 OR 43,9. It means that inpatient rsquo s supportive care needs increase 43,9 compared with outpatient supportive care needs. Assessment of care needs is useful to evaluate the supportive care needs of gynecological cancer patients not only inpatient but also outpatient. That rsquo s way the intervention is given efficient and on target. Key Words Supportive Care Needs, Care Status, Gynecology Cancer. "
2017
T47563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okki Kardian
"Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri kanker perlu dilakukan secara efektif sehingga dampak dari nyeri yang mungkin timbul dapat diatasi dengan tepat. Penanganan nyeri yang tepat pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan khususnya manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri kanker. Data dianalisis dengan menggunkan proporsi. Besar sampel pada penelitian ini sebesar 107 responden. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif Cross Sectional dari pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner Pain Treatment Satisfactoin Scale. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan manajemen nyeri kanker secara keseluruhan dengan presentase sebesar 79,4%. Hasil ini merekomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas pelayanan manajemen nyeri, dan menjadwalkan rutin evaluasi terhadap manajemen nyeri untuk meningkatan kepuasan pasien dan menjaga kualitas pelayanan.

Pain is one of the symptom that is most felt by cancer patients. Cancer pain needs to be manage effectively so that the cancer pain can be controlled. Adequate cancer pain management can increase the satisfaction of patient in nursing service. This study aimed to describe the patients satisfaction with cancer pain management. This study used a descriptive design, with 107 respondents from inpatients at the Dharmais Cancer Hospital. The questionnaire was used was Pain Treatment Satisfaction Scele. The result showed that most respondents were satisfied with the overall management of cancer pain by percentage 79,4%. This result recommends to maintain and to improve the quality of pain management services, and scheduling routine evaluations of pain management to improve patient satisfaction and maintain service quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Indreani Sari
"Saat ini profesi keperawatan mengalami peningkatan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan, salah satu peningkatan mutu tersebut dapat dilakukan oleh perawat spesialis khususnya dalam meningkatkan pelayanan bidang keperawatan medikal bedah onkologi. Penulisan KIAS bagi mahasiswa residensi peminatan keperawatan medikal bedah onkologi berisi tentang proses pengalaman selama menjalani praktik residensi. Pengalaman residensi ini terkait dengan pengelolaan kasus menggunakan teori peaceful end of life (PEOL), pembahasan yang dibuat yaitu 1 kasus utama dan 30 kasus resume. Kasus utama yang dibahas terkait dengan pemberian asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorektal metastasis paru dan otak menggunakan teori PEOL. Penerapan evidence based nursing chewing gum untuk meningkatkan waktu flatus dan defekasi pada pasien setelah pembedahan kolorektal. Pemberian chewing gum menggunakan jenis xylitol. Dalam pembuatan inovasi, kelompok memilih membuat video animasi edukasi pembedahan kolorektal dalam mengurangi kecemasan pasien. pemberian video edukasi ini diharaokan menjadi pengetahuan awal bagi pasien sebelum pembedahan kolorektal dan dapat meningkatkan kesehatan setelah operasi.

When this profession is experiencing quality improvement in providing nursing care, one of the quality improvements can be carried out by specialist nurses, especially in improving services in the field of oncology surgical medical expertise. Writing KIAS for residency students specializing in oncology medical-surgical fellowship contains the process of experience while undergoing residency practice. This residency experience is related to case management using the theory of peaceful end of life (PEOL), the discussion made is 1 main case and 30 resume cases. The main case that was bandaged was related to providing assistance to patients with metastatic colorectal cancer of the lung and brain using the PEOL theory. Application of nursing evidence-based chewing gum to improve flatus and defecation time in patients after colorectal rehabilitation. Giving gum using a type of xylitol. In making the innovation, the group chose to make an educational animated video on colorectal treatment in reducing patient anxiety. It is hoped that the provision of this educational video will become initial knowledge for patients before colorectal use and can improve health after surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gintang Prayogi
"Kanker kolorektal adalah penyakit neoplasma ganas yang tumbuh dan berkembang pada saluran usus besar dan atau rektum. Terapi anti EGFR menggunakan agen biologis antibodi monoklonal cetuximab dan panitumumab diketahui memberikan tingkat penyembuhan yang baik pada pasien kanker kolorektal. Pasien dengan mutasi pada gen NRAS dan KRAS cenderung resisten terhadap terapi anti EGFR, sehingga penting dilakukan pemeriksaan kedua gen tersebut sebelum pemberian terapi. Pemeriksaan gen NRAS belum tersedia di Indonesia karena minimnya data mengenai mutasi gen tersebut pada populasi Indonesia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui profil mutasi pasien gen NRAS pada 58 sampel pasien kanker kolorektal di Jakarta. Pemeriksaan mutasi dilakukan pada exon 2(codon 12 & 13) dan exon 3 (codon 61) gen NRAS menggunakan metode sekuensing. Analisis elektroferogram sekuensing menunjukan mutasi gen NRAS ditemukan pada 6,9% (n=58) sampel uji. Hasil uji statistik fischer exact test dua arah menunjukan tidak adanya asosiasi mutasi gen dengan kelompok usia pasien dan jenis kelamin. Gen NRAS ditemukan termutasi pada codon 12 (1,7 %) dan codon 61 (5.2%). Tidak ditemukan adanya mutasi pada codon 13 gen NRAS.

Colorectal cancer is a neoplasm disease that arise in inner lining of colon or rectum. Anti EGFR therapy such as cetuximab and panitumumab were widely used to suppress metastases colorectal cancer in patient and decided as gold standard therapy. Mutation either KRAS or NRAS gene will reduced effectifity of anti EGFR therapy, hence genotyping of KRAS and NRAS gene must be executed before. NRAS genotyping test not yet available in Indonesia due to lack of information about this gene. This study was subjected to understanding profile of NRAS gene mutation in Jakartans colorectal cancer patient. Mutation screening was perform by sequencing method, notably exon 2 (codon 12&13) and exon 3 (codon 61). Electropherograms analysis shows that NRAS mutation found in 6,9% samples (n=58). NRAS mutation found in codon 12 (1,7%), codon 61 (5,2%), and there was no mutation found in codon 13. Fischer exact test statistical analysis summarized that there was no significant association of NRAS mutation with both sex and age."
Universitas Indonesia, 2014
S55386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keitel, Merle A.
London: Sage, 2000
616.99 KEI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Arifianto Fajar Adi Kusuma
"ABSTRAK
Tujuan: Menilai masa pemulihan disfungsi saluran kemih setelah histerektomi radikal pada pasien kanker serviks di RSUPN Ciptomangunkusumo. Metode: Studi survei dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari September 2016 hingga Mei 2017. Subjek penelitian terdiri dari pasien kanker serviks stadium IA2 hingga IIA2 yang menjalani histerektomi radikal. Kateter suprapubik SPC digunakan sebagai alat untuk memantau produksi urin pasca operasi. Pasien diinstruksikan untuk mengikuti protokol bladder training yaitu melalui prosedur menutup dan membuka kateter. Rasa sensasi ingin berkemih dan berkemih spontan. Pengukuran residu volume urin pasca berkemih dibawah 100mL dianggap merupakan indikator pemulihan disfungsi saluran kemih. Rata-rata hari dari setiap fase kemudian dihitung. Hasil: Dua puluh sembilan subjek didapatkan selama penelitian. Namun, hanya 21 subjek yang dapat mengikuti protocol bladder traning dan dicatat perkembangan pemulihannya. Rata-rata hari yang diperlukan untuk merasakan sensasi berkemih dan berkemih spontan adalah 7,57 4.78 hari median 5 hari, minimum 3 hari, dan maksimum 22 hari dan 8 5.21 hari. median 6 hari, minimum 3 hari dan maksimum 23 hari Rata-rata hari untuk mencapai residu urin di bawah 100 mL adalah 21.42 18 median 18 hari, minimum 7 hari, dan maksimum 74 hari . Kesimpulan: Setelah prosedur histerektomi radikal, pencatatan masa pemulihan penting untuk dipantau untuk memastikan pemulihan lengkap. Rata-rata hari yang diperlukan untuk pemulihan adalah 21.42 18 hari median 18 hari, minimum 7 hari, dan maksimum 74 hari .

ABSTRACT
Objectives To assess the length of recovery phase in urinary tract dysfunction following radical hysterectomy for cervical cancer patients in Ciptomangunkusumo Hospital. Methods This survey study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital from September 2016 to May 2017. Subjects were cervical cancer patients from stage IA2 to IIA2 underwent radical hysterectomy. Suprapubic catheter SPC was inserted to observe the urine production after procedure. Patients were then directed for bladder training protocol involving clamping and opening SPC. Sensation of bladder fullness followed by spontaneous micturition were recorded. Measurement of post voiding residual PVR urine volume after spontaneous micturition until less than 100 mL was considered as resolution of urinary tract dysfunction. The average days of every achieved phase were then calculated. Results Twenty nine subjects underwent radical hysterectomy during observation period. But only 21 subjects continued the bladder training protocol and recorded for the recovery phases. The average time needed to obtain sensation of bladder fullness and spontaneous micturition were 7.57 4.78 days median 5 days, minimum 3 days, maximum 22 days and 8 5.21 days median 6 days, minimum 3 days, maximum 23 days . The objective PVR urine became less than 100mL was obtained after 21.42 18 days median 18 days, minimum 7 days, maximum 74 days . Conslusion Following radical hysterectomy, recording the recovery phase of urinary tract dysfuction is essential to ensure complete resolution. Complete resolution of the urinary dysfunction is achieved after 21.4218 days in average median 18 days, minimum 7 days, maximum 74 days ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rinelly
"Kemoterapi merupakan salah satu penanganan untuk penyakit kanker. Namun, tingkat kepatuhan pasien terhadap kemoterapi di negara berkembang tergolong rendah. Rendahnya kepatuhan pasien dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai pengobatan kemoterapi dengan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan kemoterapi di Rumah Sakit. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 66 pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi intravena yang ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Leuven questionnaire on patient knowledge on chemoterapy untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang kemoterapi, dan lembar pengukuran kepatuhan. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan p=0,422; ?=0,05. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat pengaruh faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani kemoterapi.

Chemotherapy is one of the treatment for cancer. However, patient adherence rates for chemotherapy in developing countries are low. Low adherence rate may be due to knowledge factor. This analytical descriptive research was using cross sectional approach. The aim of this study was to know the relationship between chemotherapy knowledge level with patient adherence who rsquo s undergoing chemotherapy treatment. 66 cancer patients were selected using purposive sampling. Leuven questionnaire on patient knowledge on chemotherapy was used to identify the respondents 39 knowledge of chemotherapy, and the adherence measurement form was used to identify the adherence of respondents. The results of this study indicated that there was no significant relationship between knowledge level and adherence p 0,422 0,05. Further research on the effect of other factors beside knowledge on patient adherence in chemotherapy is suggested by the researchers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Indah Pertiwi
"Kanker payudara banyak diderita perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan pasien kanker payudara dengan desain penelitian deskriptif sederhana. Responden berjumlah 80 orang secara non probability convenience sampling. Mayoritas responden berpengetahuan baik tentang pengetahuan umum, faktor risiko, tanda gejala, skrining serta perawatan, sedangkan mengenai pengobatan masih kurang. Respon awal saat menyadari perubahan payudara diantaranya tidak bertindak, bercerita, mencari pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan alternatif, dan herbal. Keterlambatan pemeriksaan dialami sebagian besar responden. Suami menjadi pilihan terbanyak saat diskusi awal. Dokter bedah dan fasilitas kesehatan pemerintah menjadi pilihan terbanyak saat pemeriksaan awal. Perawat perlu meningkatkan edukasi kanker payudara pada perempuan dan pasien kanker payudara.

Breast cancer occurs to many women. This study aimed to describe the knowledge and health care seeking behavior of breast cancer patients with simple descriptive research design. The respondents were 80 who are chosen by non probability convenience sampling. Majority of respondents have good knowledge about the general knowledge, the risk factors, the signs and symptoms, the screening and nursing care, but they lack about the treatment. The initial responses when there were changes in their breast included no action, telling somebody, seeking health care, getting alternative medicine and herbal. The delayed diagnosis experienced by most of the respondents. The husband became the largest selected person for the initial discussion. The surgeons and the government?s health facilities were chosen by most respondents at the first examination. Nurses need to improve the education provision about breast cancer to women and the breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Syari
"Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terapi rivaroxabanmemiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan trombosis vena dalam deep vein thrombosis/DVT . Akan tetapi,masih sedikit dokter di RS Kanker Dharmais yang memberikan terapi rivaroxabanuntuk pengobatan DVT. Penelitian evaluasi ekonomi parsial ini bertujuan untukmenganalisis efektivitas/outcome dan besarnya biaya yang dibutuhkan dari perspektifrumah sakit antara pemberian terapi rivaroxaban dan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan DVT pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun2016 -; 2018.
Karena keterbatasan jumlah pasien yang mendapatkan terapi rivaroxabanselama 3 - 6 bulan, studi ini menganalisis biaya dan efektivitas/outcome dari pasienyang mendapatkan terapi selama 1 bulan. Efektivitas/outcome yang diukur adalahintermediate outcome, yang meliputi lama hari rawat, kesembuhan, dan kejadianperdarahan. Biaya dihitung berdasarkan biaya yang dibebankan kepada pasien charge ,yang meliputi biaya obat, pemeriksaan penunjang, tindakan, serta administrasi danakomodasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk efektivitas/outcome terapi rivaroxaban, sebagian besar pasien tidak mendapatkan perawatan rawat inap, 40 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi rivaroxaban hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 8.824.791,00. Untuk efektivitas/outcome terapi kombinasi UFH warfarin, sebagian besar pasien memiliki lama hari rawat antara 8 -; 14 hari, 46 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi kombinasi UFH warfarin hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 13.201.698,00.

Based on previous studies, rivaroxaban therapy has several advantages compared to combination therapy UFH warfarin for the treatment of deep vein thrombosis DVT. However, the use of rivaroxaban in Dharmais Cancer Hospital is still low. This partial economic evaluation study aims to analyze cost and consequence of rivaroxaban therapy and combination therapy UFH warfarin for DVT treatment in cancer patients at the Dharmais Cancer Hospital during 2016 - 2018. Data collection was done using cohort retrospective and individual unit of analysis.
Due to limited number ofpatient treated with rivaroxaban therapy within 3 - 6 months, we estimated the cost and consequence related to patients who were successfully treated in one month. The consequence was the intermediate outcome, i.e length of stay, recovery, and the occurrence of bleeding. The cost was calculated based on hospital perspective including drugs, laboratory tests, procedures, as well as the administrative and accommodation costs.
The results showed that patients with rivaroxaban therapy were not admitted to inpatient care, 40 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of rivaroxaban therapy to reach the expected outcome was Rp 8,824,791.00. The study also showed that the outcome of combination therapy UFH warfarin were length of stay between 8 to 14 days, 46 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of combination therapy UFH warfarin to reach the expected outcome was Rp 13,201,698.00.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>