Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Mas Chemilo, auhtor
"Singkong dapat menjadi salah satu alternative dalam pengembangan bioethanol dan ekspor di Indonesia. Selain itu tanaman singkong hampir bisa kita jumpai dimana saja. Singkong yang sudah dikeringkan atau biasa di sebut gaplek memiliki nilai untuk di ekspor. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dari singkong untuk dijadikan referensi dalam perancangan rotary dryer dan juga untuk mengetahui pengaruh dari temperatur, aliran udara dan tebal singkong terhadap laju pengeringan singkong.
Dalam kasus ini singkong akan dipotong dengan ukuran 0,3cm, 0,5cm, 0,7cm. Singkong yang diletakkan didalam ruang pengering akan dialirkan udara dengan 3 variasi ketinggian manometer yaitu 10mm, 18mm, 28mm. Udara yang dialirkan juga akan divariasikan temperaturnya yaitu 100℃, 80℃, 60℃. Hasil penelitian menunjukkan bahwa equilibrium moisture content (xe), konstanta pengeringan (k) dan α saling berhubungan. Critical moisture content (xc) sangat dipengaruhi oleh ketebalan potongan singkong dan laju aliran udara pengering.

Cassava can be one of alternatives in developing bioethanol and export in Indonesia. Furthermore cassava can be found almost anywhere. Cassava which had been dried or commonly called gaplek have a sale value for export. This research is meant to observe the character of cassava to be made reference in designing a rotary dryer and also to ascertain the influence of temperature, air flow, and cassava thickness toward drying the cassava.
In this case the cassavas will be cut into pieces with measurement 0,3cm, 0,5cm, 0,7cm. Cassavas that placed in drying chamber will be air flowed with 3 height manometer variations which is 10mm, 18mm, 28mm. Air for flowing also will be variant, which is 100℃, 80℃, 60℃. Research outcome shows that equilibrium moisture content (xe), drying constants (k), and α are interrelated. Critical moisture content (xc) is greatly influenced by cassavas thickness and dryer air flow.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.L, Varian Pradipta
"Singkong memiliki potensi yang baik sebagai bahan baku etanol. Kelebihan singkong dibandingkan dengan tanaman lain adalah harganya yang ekonomis dan masa panen yang singkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta laju pengeringan (k) sebagai referensi untuk perancangan rotary dryer, juga untuk mengetahui pengaruh laju aliran, temperatur dan kelembaban udara terhadap laju pengeringan singkong.
Dalam penelitian ini singkong dikupas dan diiris dengan ketebalan 3mm, kemudian dikeringkan dengan variasi laju aliran udara 340 liter per menit dan 440 liter per menit. Udara yang dialirkan divariasikan pada temperatur heater 60°C, 80°C dan 100°C. Dengan menggunakan dehumidifier, kelembaban udara yang dialirkan juga divariasikan pada temperatur evaporator 10°C, 20°C dan tanpa dehumidifier.

Cassava has a good potential as a feedstock for ethanol. Cassava’s excess compared with the other crops are cheaper and has a short harvest period. The aim of this experimental study was to determine the drying rate constants (k) as a reference for the design of rotary dryer, also to determine the effects of flow rate, temperature and humidity to the cassava’s drying rate.
In this study cassava peeled and sliced to a thickness of 3mm, then dried with varied air flow rate of 340 liters per minute and 440 liters per minute. Flowed air temperature was varied at 60°C, 80°C and 100°C. By using a dehumidifier, flowed air humidity also varied at the evaporator temperature 10°C, 20°C and without a dehumidifier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Arysenna Samudera
"Singkong memiliki potensi yang baik sebagai sumber makanan pokok ataupun menjadi bahan baku etanol. Sebagai bahan baku etanol, singkong memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan tanaman pati lainnya. Kekurangan dari singkong yaitu terletak pada massa simpan yang relatif singkat sehingga perlu dilakukan suatu proses agar singkong memiliki massa simpan yang panjang. Proses yang dimaksud adalah pengeringan, dimana dengan proses ini diharapkan air yang terkandung dalam singkong hilang sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembang pada tanaman singkong. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui nilai konstanta laju pengeringan k dan energi aktivasi berdasarkan variasi temperatur pengeringan dan rasio A/V serta kelembaban udara pengering sebagai referensi untuk merancang alat pengering singkong massal yang efektif dan efiesien. Pada penelitian kali ini, pengeringan singkong dikupas dan dipotong menjadi bentuk silinder dengan ketebalan 2mm dan 4mm serta bentuk balok untuk pengeringan konveksi bebas dan konveksi paksa tanpa pengaturan kelembaban udara sedangkan pada konveksi paksa, sampel yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 30 mm dan ketebalan 2 mm. Sampel dikeringkan dengan variasi temperatur pengeringan, mulai dari 60oC-100oC. Penelitian pengeringan singkong konveksi bebas menggunakan moisture analyzer dan menggunakan pengering tipe batch dryer dengan kombinasi refrigerasi untuk pengeringan konveksi paksa. Nilai energi aktivasi minimum pengeringan singkong terjadi pada pengeringan konveksi paksa dengan nilai kelembaban 0.0072 kg/kg pada singkong silinder diameter 30 mm dengan tebal 2 mm yang menpunyai nilai sebesar 6.71 kJ/mol sedangkan nilai energi aktivasi maksimum terjadi pada pengeringan konveksi bebas dengan singkong silinder diameter 30 mm dengan tebal 4 mm yang mempunyai nilai sebesar 24.21 kJ/mol.

Cassava has a good potential as a staple food source or a raw material of ethanol. As a raw material of ethanol, cassava has many advantages compared to other starch plants. The deficiency of cassava lies in a relatively short storage mass so an action is needed to make cassava have a long shelf mass. The process is drying, which by this process is expected that the water contained in cassava is lost so that microorganisms can not develop in cassava plants. The purpose of this research is to know the value of drying rate constant k and activation energy based on variation of drying temperature and A V ratio and drying air humidity as reference for designing effective and efficient cassava dryers. In this research, cassava drying is peeled and cut into cylindrical shape with thickness of 2mm and 4mm and beam shape for free convection drying and forced convection without air humidity regulation. While in forced convection, the sample used is cylindrical with diameter 30 mm and thickness 2 mm. Cassava samples were dried with variations of drying temperature, ranging from 60oC 100oC. Research on cassava cassava drying using free convection moisture analyzer and using batch dryer type dryer with combination of refrigeration for forced convection drying. The minimum activation energy value of cassava drying occurred at forced convection drying with humidity value 0.0072 kg kg on cylindrical diameter of 30 mm diameter with 2 mm thick which has a value of 6.71 kJ mol while maximum activation energy value occurred at free convection drying on diameter cylindrical cassava 30 mm with a thickness of 4 mm which has a value of 24.21 kJ mol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Tumpal Dwi Mario Ridwan
"Perkembangan infrastruktur, teknologi, transportasi dan sektor lain mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi global setiap tahunnya. Bioetanol adalah salah satu sumber energi terbarukan yang tidak merusak lingkungan dan kesehatan serta jumlahnya sangat banyak dan mudah didapatkan, salah satunya bahan bakunya adalah tanaman singkong gajah yang secara fisik memiliki ukuran lebih besar dari singkong lokal. Pembuatan gaplek singkong untuk pengolahan bioetanol membutuhkan waktu dan singkong harus dikeringkan terlebih dahulu untuk tujuan pengawetan dan menghindari pembusukan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan konstanta laju pengeringan k dan energi aktivasi dari singkong gajah untuk dijadikan referensi perancangan mesin pengering singkong gajah dalam skala besar yang optimal. Dengan menguji kepingan singkong gajah melalui 2 jenis pengeringan, yaitu jenis pengeringan natural convection menggunakan moisture analyzer dan jenis forced convection menggunakan sistem refrigerasi dan heater. Variasi yang dilakukan meliputi kombinasi temperatur pengeringan, aliran udara, dan segmen pemotongan. Nilai k, energi aktivasi, dan kondisi fisik spesimen setelah pengujian dari kedua jenis pengeringan dianalisis. Pengeringan jenis forced convection menghasilkan k yang lebih besar daripada pengeringan natural convection, dimana pada segmen yang sama, k bernilai 2-4 kali lebih tinggi daripada pengeringan natural convection, berbanding lurus dengan durasi pengeringan dari kedua jenis pengeringan. Nilai energi aktivasi pada pengujian forced convection lebih kecil daripada natural convection, karena nilai k yang lebih tinggi. Kondisi fisik hasil pengeringan forced convection lebih kering sempurna dibandingkan natural convection.

Development of infrastructure, technology, transportation and other sectors leads to an increase in global energy demand each year. Bioethanol is one source of renewable energy that does not damage the environment and health and the amount is very much and easily obtained, one of the raw material is elephant cassava plants that physically have a size larger than local cassava. Making dried cassava for bioethanol processing takes time and cassava must be dried first for preservation purpose and avoid decay. This research was conducted to obtain the constant rate of drying k and activation energy from elephant cassava to be used as reference for design of elephant cassava drying machine in optimal large scale. By testing the elephant cassava chip through 2 types of drying, the type of natural convection drying using moisture analyzer and forced convection type using refrigeration system and heater. Variations include the combination of drying temperature, air flow, and cutting segments. The value of k, activation energy, and physical condition of the specimen after testing of both types of drying were analyzed. The forced convection drying produces larger k than natural convection drying, where in the same segment k is 2 4 times higher than natural convection drying, proportional to the drying duration of both types of drying. The value of activation energy in forced convection is smaller than natural convection, because the value of k is higher. The physical drying result of forced convection better, and perfectly dried compared to the result of natural convection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Hutama Putera
"ABSTRAK
Pengeringan yang dilakukan ditujukan untuk mengeringkan kadar air
yang terdapat dalam gula aren, yang terdiri dari free waterbond dan
bondwater, tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan hasil
dari variasi temperature udara yang digunakan, ketebalan tumpukan
gula aren, dan temperatur udara yang digunakan. Tiga hal ini sangat
berpengaruh dalam proses pengeringan. Tujuan dari percobaan ini
sendiri untuk mendapatkan gula aren yang kering dan dapat tahan
lama tanpa harus menggunakan pengawet, karena bakteri
membutuhkan air untuk berkembang.

ABSTRACT
Drying which conducted is aimed to dry out the moisture content
contained in palm sugar, that consists of free water-bond and boundwater.
The purpose of this experiment is to obtain the result of
variations in air temperature that used, the thickness of the pile of
palm sugar, and the air temperature that used. These three things are
very influential in the drying process. The purpose of this experiment
itself to get a dry palm sugar and can last longer without any
preservatives needed, because the bacteria needs water to thrive."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Stefanus
"Kebutuhan konsumsi gula tebu masyarakat Indonesia yang lebih besar daripada produksi dalam negeri menyebabkan kekurangan produksi yang ditutupi dengan impor gula pasir yang memiliki harga lebih murah daripada produk lokal. Gula aren dapat menjadi jalan keluar dari masalah tersebut. Masa pembusukan gula aren terjadi dengan cepat sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan pengering untuk memperpanjang masa simpan produk pertanian agar tetap awet sampai ke konsumen.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh temperatur udara, aliran udara terhadap laju pengeringan serta mengetahui karakteristik pengeringan produk gula aren sebagai referensi perancangan pengering untuk gula aren dengan menggunakan batch dryer yang udara pengering suda melewati proses pendinginan dan pemanasan.
Hasil penelitian ini untuk mendapatkan nilai konstanta pengeringan yang berguna untuk perancangan alat pengering dengan variasi yang ditetapkan.

Cane sugar consumption requirements of Indonesian society are larger than domestic production caused a shortage of production are covered by the import of sugar which has a price cheaper than local products. Palm sugar can be the answer to the problem. Period palm sugar decay occurs rapidly. required to overcome the dryer to extend the shelf life of agricultural products to remain durable up to consumers.
This study aims to determine the effect of air temperature, air flow to the drying rate and to know the characteristics of the product drying palm sugar as a reference design for palm sugar dryer using dryer batch suda the air dryer through the process of cooling and heating.
The results of this study to obtain the value of the constant drying useful for designing a dryer with variations defined.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyawan Wibawa
"ABSTRAK
Proses dehumidifikasi udara merupakan proses yang sangat penting dengan aplikasi yang cukup beragam. Sebagai contoh, pemanfaatan udara kering sebagai hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada industri proses makanan. Di dalam industri tersebut, bahan makanan sebagai material basah dikeringkan menggunakan udara hasil dehumidifikasi, umumnya dengan tujuan pengawetan. Proses dehumidifikasi udara dapat dilakukan dengan banyak cara, dan pada skala industrial, salah satu cara yang cukup umum adalah dengan menggunakan material silica gel sebagai medium perpindahan air dari udara. Untuk alat yang digunakan pada skala industrial, salah satu tipe pengering yang cukup umum digunakan adalah packed bed dryer. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan bagaimana variasi pada laju aliran massa dan temperatur dari udara yang akan diproses dapat mempengaruhi laju pengeringan dari udara pada fase adsorpsi dari proses dehumidifikasi udara. Simulasi tersebut dilakukan melalui pendekatan numerik menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Data yang didapatkan berupa perubahan nilai setiap parameter keluaran terhadap waktu. Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa laju aliran massa dan temperatur udara masuk memiliki hubungan berbanding lurus dengan laju pengembunan.

ABSTRACT
Air dehumidification process is one of the very important processes with a wide range of application. For example, usage of dehumidified air is quite dominant in the food processing industry, in which food as a wet material is dried using dehumidified air for preservation purposes. Air dehumidification process can be achieved through many means, and in an industrial scale, one of the most common means is using silica gel as a water transfer medium. As for the drying system, one of the most commonly used dryer in an industrial scale is packed bed dryer. This research aims to simulate how varying mass flow rates and temperatures of inlet process air can affect the drying rate of the air during the adsorption phase in the air dehumidification process. The simulation is done through a numeric approach using Microsoft Excel. The acquired data are the change in values of output parameters with time. The results indicate that inlet air mass flow rate and temperature is directly proportional to the drying rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Donganta Pascal
"Adanya perkembangan teknologi dan infrastruktur maupun sektor lainnya menyebabkan menaiknya tingkat kebutuhan energi, terkhusus energi listrik. Salah satu sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi listrik adalah batubara. Indonesia termasuk negara penghasil batubara terbesar di dunia. Namun, pada umumnya batubara hasil tambang Indonesia adalah batubara dengan peringkat rendah atau dikenal sebagai batubara lignit. Batubara lignit baik digunakan sebagai bahan bakar dalam industri PLTU karena memiliki kandungan sulfur yang rendah sehingga dapat menghasilkan efisiensi pembakaran yang tinggi. Namun, sebelum dijadikan sumber bahan bakar untuk PLTU, batubara lignit harus melalui proses peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas yang dimaksud adalah dengan cara dikeringkan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang tinggi di dalam batubara lignit sekitar 40-70 dari massa aslinya. Penelitian pengeringan batubara lignite berlangsung menggunakan sistem refrigerasi dan pemanas heater serta desain ruang pemanas menggunakan tambahan desain Fixed-Bed Reactor. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan variasi humidity ratio dan suhu pemanas. Pada penelitian ini, data yang didapat kemudian diolah sehingga diketahui pengaruh humidity ratio dan suhu pemanas terhadap nilai k konstanta laju pengeringan. Nilai k akan digunakan untuk desain pengeringan batubara di masa yang akan datang.

The existence of technological and infrastructure developments increases energy needs, especially electrical energy. Commonly, electrical energy can be obtained from natural resources such as coal. Indonesia is one of the largest coal producers in the world. However, most of coal that Indonesia can produce are low rank coal. There are two types of low rank coal, they are sub bituminous and lignite coal. Lignite coal can be used as a fuel in Electric Steam Power Plant Industries because it has low sulfur content which can produce high combustion efficiency. On the other hand, lignite coal must be upgraded with a drying process to reduce its moisture content the lignite coals moisture is about 40 70 from its total mass. Lignite Coal drying enhances the heating value. In this study, the dryer uses a refrigeration system and heater. The drying chamber is designed with an additional Fixed Bed Reactor. Lignite Coal drying is operated in two variations of air condition. The variations are humidity ratio and heating temperature of dryers air condition. Based on this research, all the data resulted will be used to find the influence of humidity ratio and the heating temperature on the drying rate and activation energy of low rank. The drying rate constant and activation energy value will be used for future drainage design of low rank coal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Kholis
"Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara laju aliran udara dengan temperature pengeringan minimum pada pengering semprot di lab perpindahan massa departemen teknik mesin Universitas Indonesia. Variasi laju aliran udara sebesar 17.1; 24.2; 29.6; dan 35.1 [m³/jam] diujicobakan bersama dengan tekanan nozzle pneumatik 1 [bar] dan 2 [bar], laju aliran bahan 0.1986 [l/jam] dan 0.3973 [l/jam], kelembaban spesifik 0.0073536 [kg/kg dry air], sebanyak 16 proses air dan 16 proses untuk tomat.
Dari percobaan yang sudah dilakukan terhadap air, ternyata laju aliran udara mempengaruhi temperatur minimum pengeringan semakin besar laju aliran udara, maka semakin rendah temperatur pengeringan. Sedangkan percobaan pada sari buah tomat laju aliran udara masuk sedikit mempengaruhi temperatur pengeringan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang timbul.

Tests conducted to determine the relationship between the air flow rate with minimum drying temperature on the spray drying in laboratory mass transfer department of mechanical engineering, University of Indonesia. Variation of air flow rate of 17.1; 24.2; 29.6; dan 35.1 [m³/hour] tested along with pressure pneumatic nozzle 1 [bar] and 2 [bar], 0.1986 fuel flow rate [l/hour] and 0.3973 [l/hour], humidity specific 0.0073536 [kg/kg dry air], 16 proces water and 16 proces for tomatoes.
From the experiments that have been carried out on the water, it turns the air flow rate affects the minimum temperature the greater the drying air flow rate, the lower the drying temperature. While experiments on tomato juice intake air flow rate slightly affects the drying temperature. This test aims to determine any issue that arises.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandirizki Naufal Winardi Abubakar
"Kehadiran globalisasi membawa pengaruh pada kehidupan kita khususnya pada teknologi. Teknologi akan terus berkembang seiring berjalan nya waktu. Salah satu contoh nya pada teknologi di bidang pengeringan. Proses pengeringan sangatlah diperlukan pada negara Indonesia karena merupakan negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi menyesuaikan pada dua musim yang ada di negara ini yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu dalam penelitian ini agar mengetahui bagaimana solusi yang diberikan agar udara yang lembab dapat dikonversikan menjadi udara yang kering agar dapat digunakan untuk proses pengeringan. Proses pengeringan yang ingin dikembangkan yaitu pada alat packed bed dryer menggunakan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant nya. Untuk mengetahui bagaimana sistem tersebut dapat berjalan dengan efisien maka dilakukan simulasi menggunakan software Ms. Excel. Dalam penelitian ini dilakukan variasi terhadap dimensi pada desiccant dan temperatur udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara, kelembaban udara relatif konstan pada setiap simulasi. Hasil yang didapat dalam total 40 variasi temperatur udara masuk (Tai) dan dimensi desiccant silica gel menghasilkan rata - rata kenaikan moisture content dan penurunan temperatur udara keluar (Tao) tiap diameter desiccant. Untuk Tai 27oC sebesar 1,07682 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,67806oC, Tai 28oC sebesar 1,11054 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,80604oC, Tai 29oC sebesar 1,14503 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,9342oC, Tai 30oC sebesar 1,18029 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,0626oC, Tai 31oC sebesar 1,2148 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,1910oC, Tai 32oC sebesar 1,25318 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,32oC, Tai 33oC sebesar 1,29082 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,4491oC, dan Tai 34oC sebesar 1,32927 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,5784oC per 1 milidetik sampai 10 detik.

The presence of globalization has an influence on our lives specifically in technology. Technology will continue to develop over time. One of the example of this technology is drying. The drying process is very necessary in Indonesia because Indonesia is a tropical country that has high humidity which is it will adjust based on the two seasons in this country such as rainy season and dry season. For this reason in this study to find out how the solution provided for moist air can be convered into dry air so it can be used for the drying process. The drying process to be developed in a packed bed dryer using an air dehumidification system using silica gel at its desiccant. To find out how the system can run efficiently, simulation is done using Ms. Excel. In this research, variations in the dimmension of desiccants and air inlet temperature are carried out by assuming the air mass flow velocity, relative humidity is assumed to be constant in each simulation. The results obtained in a total of 40 variations of inlet air temperature (Tai) and the dimensions of desiccant silica gel produce an average increase in moisture content and a decrease in outlet ait temperature (Tao) per desiccant diameter. For Tai 27oC, the average moisture content is 1,07682 x 10-8 kg/kg with Tao 29,67806oC, Tai 28oC, the average moisture content is 1,11054 x 10-8 kg/kg with Tao 29,80604oC, Tai 29oC the average moisture content is 1,14503 x 10-8 kg/kg with Tao 29,9342 oC, Tai 30oC the average moisture content is 1,18029 x 10-8 kg/kg with Tao 30,0626oC, Tai 31oC the average moisture content is 1,2148 x 10-8 kg/kg with Tao 30,1910oC, Tai 32oC the average moisture content is 1,25318 x 10-8 kg/kg with Tao 30,32oC, Tai 33oC the average moisture content is 1,29082 x 10-8 kg/kg with Tao Tao 30,4491oC, Tai 34oC the average moisture content is 1,32927 x 10-8 kg/kg with Tao 30,5784oC per one milisecond until ten seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>