Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mega Nisfa Makhroja
"[Penelitian ini bertujuan menganalisis interaksi antar aktor dalam pembangunan ekowisata di Indonesia sebagai bagian dari Agenda Pembangunan Global. Pembangunan ekowisata di Indonesia menjadi signifikan untuk mendorong pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang sejalan dengan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, masing-masing aktor memiliki kepentingan dan mempengaruhi proses pembangunan ekowisata yang belum sepenuhnya berjalan efektif. Berdasarkan analisis Teori Environment and Development dan Complex Interdependence, penelitian ini menemukan bahwa interaksi antar aktor bersifat kompleks, dan cukup rentan terjadinya konflik. Terdapat tiga pola interaksi yang terbentuk, yaitu kooperatif, dependen, dan bersifat konflik;This research aims to analyze interaction between actors in Indonesian ecotourism development as part of global development agenda. Ecotourism development in Indonesia becomes significant to improve economy, social, and environment development related to sustainable development. However, each actor has their own interest which influences ecotourism development process that has not effectively applied. Based on Environment & Development Theory and Complex Interdependence Theory, this research finds that interaction between actors is complex because each actor has their own interests and susceptible of conflict. Interaction between actors is divided into cooperation, dependence, and conflict, This research aims to analyze interaction between actors in Indonesian ecotourism development as part of global development agenda. Ecotourism development in Indonesia becomes significant to improve economy, social, and environment development related to sustainable development. However, each actor has their own interest which influences ecotourism development process that has not effectively applied. Based on Environment & Development Theory and Complex Interdependence Theory, this research finds that interaction between actors is complex because each actor has their own interests and susceptible of conflict. Interaction between actors is divided into cooperation, dependence, and conflict]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Kharismawati
"Ekowisata, menjadi salah satu produk atau jenis pariwisata dari pariwisata berkelanjutan, yang menerapkan nilai-nilai konservasi, ekonomi dan edukasi didalamnya. Munculnya tren ekowisata didasari oleh pertumbuhan pariwisata global dan menjadi instrumen yang efektif dalam pembangunan berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantaeng yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah representatif dalam pengembangan ekowisata sebagai konsep global pada skala lokal dalam menghimpun kolaborasi dengan aktor-aktor lainnya baik itu aktor negara maupun non-negara yang juga memiliki kepentingan dan pengaruh Penelitian ini menggunakan Evolutionary Model of Tourism Partnership (Selin dan Chavez, 1995) untuk menganalisa tahapan-tahapan yang telah dilalui dalam proses pengembangan ekowisata di Pantai Marina dan Hutan Lindung Campaga dengan semua aktor yang terlibat. Berdasarkan temuan penulis dalam penetian ini, yaitu pola relasi yang terjalin diantara para pemangku kepentingan dalam pengembangan ekowisata di Pantai Marina dan Hutan Lindung Campaga, berjalan dengan menekankan kekuatan pemerintah daerah, terutama Bupati Nurdin Abdullah dalam merancang pembangunan dan terlibat langsung dalam setiap tahapan Evolutionary Model of Tourism Partnership. Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada pelaku usaha atau investor swasta yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di Kabupaten Bantaeng yang berdampak dengan masih minimnya jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Kabupaten Bantaeng dan kurangnya pemanfaatan teknologi media sebagai sarana promosi dan pemasaran.

Ecotourism, as one of the products or types of tourism from sustainable tourism, which implements conservation, economic and educational values on it. The emergence of ecotourism trends is based on the growth of global tourism and is an effective instrument of sustainable development. The study was conducted in Bantaeng Regency, located in South Sulawesi Province, as a representative area that succeeded in developing ecotourism as a global concept at the local scale in gathering collaboration with other actors, both state and non-state actors who also had interests and influences. Evolutionary Model of Tourism Partnership (Selin and Chavez, 1995) to analyze the stages that have been traversed in the process of developing ecotourism in Marina Beach and Protected Forest Campaga with all actors involved. Based on the findings of the authors in this assessment, the pattern of relations that exists between stakeholders in the development of ecotourism at Marina Beach and Protected Forest Camp runs by emphasizing the strength of local government, especially Regent Nurdin Abdullah in designing development and being directly involved in each stage of the Evolutionary Model of Tourism Partnership . Research also shows that no business actor or private investor is involved in developing ecotourism in Bantaeng Regency which has an impact on the still small number of foreign tourists visiting Bantaeng Regency and the lack of utilization of media technology as a means of promotion and marketing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Vonika
"ABSTRAK
Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di
Cireundeu dipicu oleh wacana refungsi TPA Leuwi Gajah. Penolakan-penolakan
terhadap TPA telah dilakukan, namun belum cukup berhasil untuk meredam agar
TPA tidak aktif kembali. Dengan pendekatan kualitatif, tesis ini menggambarkan
proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata tersebut.
Ekowisata sebagai konsep wisata berkelanjutan merupakan konsep yang dipakai
dalam pengembangan desa wisata, dimana pentingnya memperhatikan konservasi
alam dan budaya, partisipasi penduduk lokal, transfer pengetahuan kepada
pengunjung dan bentuk wisata yang berukuran kecil dalam menjaga daya dukung
lingkungan. Masyarakat Cireundeu merupakan subjek dalam proses pemberdayaan
yang dilakukan dengan mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak.

ABSTRACT
The process of community empowerment through the development of rural
tourism in Cireundeu was triggered by plan to re-function the Leuwi Gajah
landfill. Objections to the plan have been done, but it was not successful to cancel
the plan. This thesis, with qualitative approach, has described the process of the
community empowerment through the development of rural tourism. Ecotourism
as a sustainable tourism concept is a concept used in the development of rural
tourism, where the importance of giving attention to the conservation of nature and
culture, the participation of local residents, transferring of knowledge to the
visitors and the form of a small scale tour in maintaining the carrying capacity of
the environment. Cireundeu society is the subject of the empowerment process that
has been done by taking inputs from various parties into account."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T38991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kekayaan sumberdaya alam Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan (archipelagic state) dengan jumlah pulau sebanyak 17.805 pulau sudah banyak dibicarakan dan dikaji...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haswan Yunaz
"Sektor pariwisata merupakan salahsatu aspek pembangunan nasional yang dapat diandalkan dalam proses pertumbuhan ekonomi termasuk didalamnya wisata alam. Pengembangan wisata alam diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian suatu kawasan sekaligus dapat memberikan nilai tambah terhadap akselerasi pembangunan di wilayah sekitar lokasi wisata alam umumnya dan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pada khususnya. Namun demikian disamping dampak positif wisata alam juga dapat memberikan dampak negatif terhadap suatu kawasan konservasi yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata seperti taman nasional Gunung Gede Panggrango (TNGP) yang terletak antara Bogor, Cianjur dan Sukabumi Jawa Barat. Pada prinsipnya pengembangan wisata alam disamping memberikan dampak ekonomis tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap kondisi alarn itu sendiri seperti pencemaran, kerusakan lingkungan, gangguan terhadap ekosistem dan atau menghilangkan daya tarik dari kawasan konservasi dimaksud.
Masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah sejauh mana dampak pengembangan wisata alam terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional Gunung Gede Panggrango Jawa Barat. Terdapat dua aspek penting didalam melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menjadi fokus penelitian ini yang pertama aspek peningkatan lapangan pekerjaan dan yang kedua aspek terhadap peningkatan pendapatan masyarakat."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T10270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haswan Yunaz
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan maupun di Iautan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya ekowisata seperti di kawasan Taman Nasional. Sebagai bentuk wisata yang berbasis alam, ekowisata benanggung jawab terhadap pelestarian alam serta memberikan keuntungai ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat Namun pemasalahannya banyak diantara Taman Nasional mengalami kerusakan yang tents menems terutama penurunan nilai ekologi dan nilai estetika dan memerlukan suatu pola pengembangan ekowisata berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan pennasalahan permintaan dan penawaran ekowisata, kondisi ekonomi masyarakat Iolral dan menyusun pola pengembangan ekowisata berkelanjutan. Metode penelitian dikembangkan unluk membuktikan hipotesis dan mengukur faktor-faktor ape saja yang mempengaruhi pola pengembangan ekovvista berkelanjutan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa faktor perilaku pengunjung yang tidak ramah Iingkungan, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan tingginya ganggum terhadap potensi ekologi dan estetika Taman Nasional telah memperlihatkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti benar. Pola yang dihasilkan memperlihatkan manfaat kegunaannya sebagai teori bagi pengembangan ekowisata dalam rangka mendukung pembangunan berkelenjutsm. Secara praktis hasil penelitian lni diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ekowisata berkelanjulan di kawasan Taman Nasional sekeligus sebagai bagian yang integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

Indonesia is one of the countries that have very high biodiversity like natural resources both terrestrial and marine. All the poluencies have to support to develop the tourism aspeclaly ecotourism like in the National Park. As a base natural resources tourism, ecotourism plays important rules to conserve the natural and to enhence economic, social and cultural benefit to local people. However the problem is many among National Parks damage especially degradation of ecology value and esthetics value and need a pattem of sustainable ecotourism development.
Objective of this research is to study condition and problems of supply and demand of ecotourism, condition of local people economics and to develop pattern of sustainable ecotourism. Research metgod developed to prove hypothesis and measure factors any kind of influencing pattem development of sutainable ecotourism.
Result of research found that behavioral factor of inhospitable visitor, low of prosperity of local people cause trouble height to ecology potency and National Park esthetics have showed that raised hypothesis proven of conectness. Ylelded pattem show the usefulness benefit of as theory for development of ecotorism for the sustainable development. Practically result of this research is expected can be made input for development of ecotourism In National Park area at the same time as integral part of local and national development.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D1542
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Hernarawati
"ABSTRAK
Dewasa ini sektor pariwisata di Indonesia sedang giat dikembangkan. Kepariwisataan merupakan kegiatan yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup seperti peninggalan kebudayaan dan iklim yang nyaman serta pemandangan alam yang indah.
Hal ini berarti bahwa dalam pengembangan kepariwisataan, keadaan alam dan lingkungan hidup serta budaya bangsa harus tetap diperhatikan, dan dijaga kelestariaannya agar tetap berkesinambungan (sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok: Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Dalam rangka tetap menjaga kestabilan lingkungan terhadap sumberdaya alam minyak yang masih terus dieksploitasi, maka salah satu usaha untuk tetap mensukseskan pembangunan adalah dengan meningkatkan pengembangan di sub sektor pariwisata.
Kepulauan Seribu merupakan kawasan kota perairan Jakarta, terdiri dari pulau-pulau kecil sebanyak 1.09 buah yang tercakup dalam satu kecamatan wilayah Jakarta Utara. Banyaknya pulau kecil yang memiliki kekayaan sumberdaya alam istimewa, keanekaragaman jenis flora dan fauna, jenis karang terindah, banyak ditemukan di sekitar pulau tersebut. Dengan keunikan dan keindahan yang dimiliki perairan laut Kepulauan Seribu dianggap sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai Daerah Tujuan Wisata Bahari.
Pembangunan pariwisata di Kepulauan Seribu selain bertujuan untuk meningkatkan devisa non migas, juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kerja kepada penduduk setempat terutama kepada nelayan, agar nelayan bisa memperoleh tambahan pendapatan selain dari hasil tangkapan ikannya.
Seperti yang tertera dalam GBHN bahwa pembangunan pariwisata perlu terus ditingkatkan, sehingga sektor ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber penghasil devisa non migas yang dapat diandalkan, memberikan kesempatan kerja pada penduduk setempat, dengan tetap terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian mutu lingkungan hidup.
Pada saat musim hujan tiba, angin dan ombak laut sangat besar. Para nelayan tidak bisa melaut, mereka hanya berdiam diri di rumah, tidak ada pekerjaan lain yang dikerjakan kecuali menganggur. Hal itu berlangsung selama tiga atau empat bulan bahkan bisa lebih, sehingga terjadi kekosongan waktu.
Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah para nelayan itu bisa mengisi kekosongan waktu mereka, memanfaatkan kehadiran pariwisata di Kepulauan Seribu tersebut yaitu dengan turut bekerja di bidang kepariwisataan guna menambah penghasilan dan memperbaiki keadaan sosial ekonomi mereka.
Lokasi penelitian di kelurahan Pulau Kelapa, sebagian besar penduduk terdiri dari nelayan berjumlah 1.388 orang. Berdasarkan stratified random sampling maka sampel yang ditarik adalah sebanyak 95 responden (7%). Dalam hal ini nelayan itu dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata disebut sebagai nelayan wisatawan bahari, sampel yang diambil sebanyak 30 responden. Nelayan yang tidak mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata disebut sebagai nelayan non wisatawan bahari, sampel diambil sebanyak 65 responden.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperolem dengan Sara wawancara berdasarkan kuesioner, ditambah wawancara mendalam dengan para pemuka/tokoh di Kelurahan Pulau Kelapa. Data sekunder diperoleh dari literatur dan Instansi yang terkait.
Analisis data untuk data sosial dilakukan secara kualitatif dengan analisis statistik deskriptif, sedangkan data ekonomi dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik beda dua rata-rata yaitu dengan Z test.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang Kepariwisataan (Nelayan Wisatawan Bahari) ternyata memang lebih baik daripada keadaan sosial ekonomi nelayan yang tidak mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata (Nelayan Non Wisatawan Bahari). Hal ini disebabkan nelayan wisatawan bahari lebih bisa memanfaatkan waktu lowongnya pada saat tidak melaut dengan bekerja tambahan di bidang kepariwisataan, sedangkan Nelayan Non Wisatawan bahari tidak bisa terserap di bidang kepariwisataan disebabkan rata-rata berpendidikan rendah, ketrampilan/pengetahuan tentang kepariwisataan sangat minim, sehingga tidak ada ketrampilan lain kecuali menangkap ikan.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa baru sekitar 297 Nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang kepariwisataan, sedangkan 71% dari nelayan tersebut masih belum bisa terserap di bidang kepariwisataan.
Dengan melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak pembangunan pariwisata di Kelurahan Pulau Kelapa ini telah menimbulkan dampak yang positif terhadap keadaan sosial ekonomi hanya untuk sebagian kecil nelayan setempat. Dengan kata lain pembangunan pariwisata di Kelurahan Pulau Kelapa nampaknya belum begitu berhasil.
Oleh sebab itu guna meningkatkan keadaan sosial ekonomi nelayan terutama nelayan non wisatawan bahari di kelurahan Pulau Kelapa, maka sumberdaya manusia perlu ditingkatkan. nelayan non wisatawan bahari perlu diberikan pembinaan mental agar bisa bersikap sadar wisata, bimbingan atau penyuluhan-penyuluhan melalui pembentukan suatu kelembagaan di bidang kepariwisataan, pertanian/perikanan, industri kecil dan lain-lainnya. Dengan demikian ketrampilan mereka akan bertambah sehingga bisa untuk menambah pendapatan dan peningkatan sosial ekonomi mereka.
Demikian Pula sarana/prasarana dan transportasi umum di Kepulauan Seribu perlu dilengkapi agar pulau tersebut mudah dicapai dan lebih berkembang."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
North Bennington : Ecotourism Society, 1993
910 ECO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dianiputri
"Indonesia memiliki potensi bahari yang besar, termasuk sektor wisata yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sayang peningkatan jumlah wisatawan tidak selalu berdampak bagus bagi lingkungan. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Karena itu diperlukan informasi bagaimana berwisata yang ramah lingkungan, yang dikenal dengan istilah ekowisata. Maka dibuatlah situs Ocean Peeps yangmenyediakan informasi tentang wisata dan pelestarian laut Indonesia.
MANFAAT DAN TUJUAN PENGEMBANGAN PROTOTIPE
- Manfaat bagi khalayak: mendapatkan informasi mengenai ekowisata bahari dan pelestarian laut
- Manfaat bagi pengelola: mempunyai wadah untuk menyebarkan informasi, ide dan pendangan mengenai laut Indonesia
- Tujuan: memberikan informasi tentang ekowisata bahari yang luas dan lengkap
PROTOTIPE YANG DIKEMBANGKAN
Situs Ocean Peeps adalah situs yang menyediakan informasi tentang ekowisata bahari dan pelestarian laut yang dikemas dengan multimedia serta menggunakan web 2.0 yang memungkinkan interaksi dengan pengunjung serta masuknya konten dari pengunjung.
Khalayak sasaran dari situs ini adalah mereka yang memiliki ketertarikan terhadap isu lingkungan dan gemar berlibur di pantai dan laut, berusia 18-35 tahun yang aktif berinternet, minimal menempuh pendidikan tinggi, dan berstatus sosial ekonomi A dan B.
EVALUASI
Pre-test dilakukan dengan metode focus group yang dilaksanakan sebulan sebelum situs diluncurkan. Anggota focus group adalah mereka yang sebelumnya pernah mengisi kuesioner riset khalayak.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode polling dan kotak kritik dan saran yang akan disediakan di situs Ocean Peeps. Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan cara mengirim link situs Ocean Peeps dan kuesioner online melalui email.
ANGGARAN
Anggaran pembuatan prototipe: Rp 1.900.000
Investasi Awal : Rp 173.315.000
Total Pengeluaran Bulanan : Rp 92.100.000
Total Pengeluaran Per Tahun : Rp 1.113.500.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Pertama : Rp 614.550.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Kedua : Rp 1.632.000.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Ketiga : Rp 2.032.650.000
BEP akan dicapai pada tahun kedua bulan ketujuh.

SITUATION ANALYSIS
Indonesia has massive marine potential, that includes tourism sector which continues to improve year by year. Unfortunately, the increase of tourist’s number is not always benefiting the environment. Indonesian seem to haven’t fully understand the importance of enviromental preservation. That’s why we need information about how to vacation and still mind the environment, which known as eco-tourism. Thus, Ocean Peeps, website that provides tourism and conservation information in Indonesian ocean, is made.
BENEFITS AND OBJECTIVE
- Benefits for users: getting information about marine ecotourism and ocean conservation
- Benefits for developer: having a place to spread information, idea, and opinion about Indonesia’s ocean
- Objective: giving a broad and comprehensive information about marine ecotourism
PROTOTYPE
Ocean Peeps is a website that provides information about marine ecotourism in Indonesia. It’s a website 2.0 that use multimedia and interactivity. It’s possible for user to share their thoughts and contribute.
This website's target audiences are they who have interest in enviromental isues and love to go to beach and sea, millenials, at least go to collage and in A-B social economic status.
EVALUATION
Media pre test will be done by conducting focus group, which will be held a month before the website's launch.
Website's evaluation will be taken from polling in website and critics from users in critic box. There will also be online questionaire.
BUDGETING
Prototype establishing: Rp 1.900.000
Initial Investment : Rp 173.315.000
Total Monthly Expenditures : Rp 92.100.000
Total Annual Expenditures : Rp 1.113.500.000
Projected Income of The 1st Year : Rp 614.550.000
Projected Income of The 2nd Year: Rp 1.632.000.000
Projected Income of The 3rd Year: Rp 2.032.650.000
BEP is assumed to be obtained in second year (7th month)
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Kartika Widihastuti
"Pada tahun 1975 Gubernur KDKI Jakarta telah mengeluarkan SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 sebagai Penegasan Penetapan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur sebagai daerah buah-buahan. Penetapan ini dimaksudkan untuk memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan di kawasan Condet pada khususnya dan Jakarta pada umumnya.
Sejalan dengan perkembangan dan pembangunan kota Jakarta yang sangat pesat, dimana kebutuhan lahan atau tanah untuk pembangunan prasarana jalan, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi, perumahan dan lainnya tentu meningkat, maka konsekuensi yang terjadi adalah munculnya berbagai perubahan di kawasan Condet. Terjadinya perubahan pertumbuhan jumlah penduduk, adanya perubahan fungsi lahan yang menyebabkan jenis tanaman-tanaman khas seperti duku dan salak semakin berkurang kualitas dan kuantitasnya, juga adanya perubahan sosioekonomi dan budaya yang mempengaruhi pelestarian pertanian dan atau perkebunan di kawasan Condet. Masalah-masalah tersebut di atas menyebabkan kawasan Condet tidak dapat bertahan sebagai kawasan penghasil buah-buahan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada analisis aspek pengelolaan lingkungan kawasan Condet yang melibatkan peranserta masyarakat Betawi atau masyarakat lokal yang berdomisili di kawasan Condet. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah: peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet tidak signifikan atau buruk karena masyarakat tidak terlibat secara aktif.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) mengetahui sejauh mana peranserta masyarakat Betawi dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya lahan perkebunan di kawasan Condet (3) melihat kemungkinan pengembangan kawasan Condet sebagai kawasan wisata agro di DKI Jakarta.
Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu cara atau metode yang digunakan untuk manganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan apa adanya tentang data yang terkumpul, sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas: (a) Variabel bebas (independent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud di sini mencakup 7 (tujuh) aspek sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. (b) Variabel terikat (dependent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah peranserta.. Dalam hal ini peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas yaitu aspek-aspek pengelolaan dengan variabel terikat yaitu peranserta masyarakat, dilakukan dengan analisis korelasi menggunakan uji korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan adanya sikap responden yang positif mengenai pengembangan kawasan Condet ini, ada pula yang tidak. Sikap positif ini didapat karena responden merasa akan adanya peningkatan ekonomi mereka dengan adanya pengembangan kawasan. Selebihnya responden mempunyai pendapat bahwa kawasan Condet, tidak lagi dapat dipertahankan sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Kondisi lahan perkebunan di kawasan tersebut sudah tidak lagi memadai, karena semakin sempitnya lahan. Komposisi jumlah masyarakat Betawi juga menurun seiring dengan tingginya arus pendatang di kawasan Condet. Jumlah responden yang menyatakan setuju atas pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata agro ini 7 orang atau 28%, tidak setuju 13 orang atau 52 % dan ragu-ragu 5 orang atau 20%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) masyarakat tidak terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Penilaian aspek-aspek pengelolaan, baik secara deskriptif maupun analisis, menunjukkan nilai yang buruk. (2) faktor-faktor yang menyebabkan kawasan Condet tidak bertahan sebagai daerah penghasil buah-buahan disebabkan oleh, berkurangnya lahan akibat praktek jual beli dan pertumbuhan penduduk secara alami maupun akibat urbanisasi di kawasan tersebut.
Adapun dari kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah (1) Daerah penghasil buah-buahan harus mampu memberikan peluang bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat di dalam kawasan. (2) pelurusan persepsi mengenai kawasan "cagar budaya" Condet (3) sasaran dan tujuan pengembangan kawasan wisata agro harus jelas dan terarah sesuai konsep pelestarian, pemeliharaan dan pengembangan kawasan. (4) pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi mengenai tujuan pengembangan kawasan wisata agro.

Back in 1975 the governor of KDKI Jakarta has issued SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 to debelop several area in the East of Jakarta region to specialize in fruit agriculture. The scope of the SK included Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang of Kecamatan Kramat Jati. This recommendation aimed to preserve the environmental condition of Condet area, and Jakarta in general.
Further, with the development and expansion of Jakarta, the accelerating for transport, social, and economic facility has resulted several changes in Condet area. Changes in population trends reduced the quantity and quality of several native fruits, such as duku and salak. Shift of social, economical, and cultural values within the community has affected the agricultural preservation around Condet area. These problems have forced changes in the government policy in preserving Condet's fruit production.
The above problems had leaded this research to focus on the analysis of environmental development of Condet area to include participation of the Betawi community and other local community member. The case formulation that can be shown is: The participation of Betawi community in managing Condet Conservation has not significant value.
The purpose of the research are: (1) to explore the extend of Betawi community involvement in Condet environmental preservation. (2) identify several factors, which cause the declining of agricultural area in Condet. (3) to explore the possibility to develop Condet area as an agricultural-tourism in Jakarta.
The nature of this research was addressed by descriptive method. Descriptive method is a method, which is used to analize a certain data by describing the condition with certain variable, situation, and circumstances. This research contains both independent variable (x) and dependent variable (y). The independent variable in this case is the development as mention in Government Policy on Environmental Management W No. 2311997. Dependent variable of the research were the community involvement, in this case, to the environmental preservation of Condet area. To determine the relation between these independent variable and dependent variable, analytical test were conducted through Pearson Product Moment.
Field study has shown the positive and negative attitude of respondent toward preservation of Condet area. Respondent felt that Condet area is not suitable anymore to be preserving as a fruit-production areas. It is felt that the condition of land are incapable to support the agriculture plan because of the increasing available land. It was also found that composition of Betawi people within the community are declining as an effect of urbanization. Total respondent, which agree to the development of agriculture tourism in the are 7 respondent (28%), 13 respondent (52%) did not support the plan, and 5 respondent (20%) undecided.
This research has concluded that (1) community has not been actively involved in environmental preservation. (2) Condet area were unable to preserve its capacity as a fruit-production region because of the land trading practice and increase of population, which occurred through natural circumstances and urbanization.
From the conclusion drawn above, it is suggested that (1) fruit-production areas have to be able to allow local community to fulfill their needs. (2) shift perception of Condet preservation area. (3) clarity on the purpose and target of agricultural tourism in relation to preservation, conservation, and development of the area. (4) active government approach to socialize the purpose of agriculture-tourism within the particular area.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>