Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridho Ernandi
"ABSTRAK
Pembakaran memiliki peranan yang vital dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada zaman sekarang ini. Pemanfaatan bahan bakar fosil tidak terlepas dari aktivitas masyarakat. Teknik pembakaran sendiri, memainkan peranan penting dalam mengefisiensikan pemakaian bahan bakar fosil yang digunakan. Peningkatan efisiensi pembakaran dapat dilakukan dengan peningkatan stabilitas nyala api. Stabilitas nyala api merupakan salah satu kajian penting dari teknik pembakaran yang memiliki aplikasi yang sangat luas, baik dari segi kebermanfaatan energi maupun keselamatan dari kebakaran.
Pada zaman sekarang, salah satu metode peningkatan daerah stabilitas nyala api adalah peningkatan homogenitas campuran udara dan bahan bakar. Peningkatan homogenitas campuran udara bahan bakar dilakukan dengan penambahkan alat pembangkit aliran pusar atau (swirling flow). Swirl flow yang dihasilkan dikuantifikasikan dengan bilangan tak berdimensi swirl number sesuai dengan peningkatan putaran. Variasi swirl number yang digunakan adalah 0.44, 0.86, 1.69, 2.17. Laju aliran LPG divariasikan pada 300cc, 400cc, 500cc, 600cc. Peningkatan stabilitas nyala api juga diteliti dengan menvariasikan panjang barel 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Eksperimen stabilitas nyala api dilakukan pada modifikasi Bunsen Burner dengan diameter luar barel 30 cm dengan modifikasi tambahan swirling fan dan bluff body pada ujung nosel sebagai anti-flashback.
Setelah dilakukan eksperimental ternyata, pemanfaatan efek aliran pusar menyebabkan terjadinya fenomena flashback (tanpa bluff body) dan lifted yang dihindari pada proses pembakaran. Oleh sebab itu, telah dilakukan analisis penyebab terjadinya fenomena flashback dan lifted dengan pendekatan secara numerik.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa tidak terjadinya fenomena lifted pada swirl number 0.44 atau fan dalam keadaan diam. Luas daerah stabilitas nyala api pada diagram Fuidge semakin meningkat seiring bertambahnya nilai swirl number. Panjang barrel pada penelitian ini, memiliki peranan penting dalam stabilitas nyala api. Hasil eksperimen menunjukkan luas daerah stabilitas nyala api semakin meningkat seiring berkurangnya ukuran panjang barel. Hasil analisis dengan pendekatan numerik adalah terjadinya penurunan kecepatan aksial aliran fluida seiring dengan peningkaran swirl number dan terjadinya peningkaran kecepatan tangensial aliran fluida seiring dengan peningkatan swirl number. Peningkatan kecepatan axial dan kecepatan tangensial merupakan salah satu faktor terjadinya fenomena flashback dan lifted flame.

ABSTRACT
Combustion has a vital role in everyday life, especially in this day and age. Utilization of fossil fuels is inseparable from community activities. Combustion techniques themselves, play an important role in the use of fossil fuels efficiently used. Improved combustion efficiency, improving flame stability. Flame stability is one of the important study of combustion techniques which have very broad application, both in terms of the usefulness of energy and fire safety.
In the current era, one method of increasing the stability of the flame area is to increase the homogeneity of the mixture of air and fuel. Improved homogeneity of the air fuel mixture is done with every additional flow generating device navel or (swirling flow). Swirl flow generated quantified by a dimensionless number swirl number in accordance with the increase of rotation. Variations swirl number used was 0,44, 0.86, 1.69, 2.17. LPG flow rate varied in the 300cc, 400cc, 500cc, 600cc. Improved flame stability is also examined vary the barrel length of 20 cm, 25 cm and 30 cm. Flame stability experiments carried out on a modified Bunsen Burner with an outer diameter of 30 cm barrel with additional modifications swirling fan and bluff body at the end of the nozzle as an anti-flashback.
After the experimental turns, the utilization of umbilical flow effect (swirling flow) causes the phenomenon of flashback and lifted that avoided the burning process. Therefore, we analyzed the causes of the phenomenon of flashback and lifted with a numerical approach.
The experimental results showed that the occurrence of the phenomenon is not lifted at 0.44 swirl number or fan at rest. The area of flame stability at Fuidge diagram increases with increasing value swirl number. Barrel length in this study, have an important role in the stability of the flame. Experimental results showed the area of flame stability increases with decreasing length of the barrel. Results of analysis with numerical approach is the decline in the axial velocity of fluid flow along with peningkaran peningkaran swirl number and the tangential velocity of fluid flow along with increased swirl number. Increased axial velocity and tangential velocity is one factor in the phenomenon of flame flashback and lifted."
2015
T44179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Harris Firmansyah
"Penelitian tentang pembakaran yang hemat, bersih dan stabil berkembang ke dua arah yang berbeda yakni menjaga stabilitas nyala api dengan mengembalikan kondisi lift-off atau nyala api menjauhi ujung burner dan sebaliknya tetap menjaga kestabilan nyala jauh dari ujung burner. Penelitian yang akan dilakukan adalah pada arah menjaga kestabilan nyala jauh dari ujung burner dengan memasang ring. Sebelum nyala api berada pada ring timbul fenomena yang belum banyak diteliti yakni lift-up. Sehingga nyala api di ring pada jarak tertentu dari ujung burner dapat disebut flame lift-up. Fokus penelitian ini adalah kondisi nyala api sebelum dan setelah terjadinya lift-up atau flame lift-up ini.
Kestabilan nyala api premix diteliti dengan menggunakan alat ukur Flame Propagation dan Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551. Parameter yang diukur adalah laju bahan bakar dan udara pada saat terjadinya fenomena lift-up dan blowoff dan juga panjang nyala api premix. Panjang nyala api akan diukur dari mulut barrel dengan mistar baja secara visual.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi nilai burning load maka nilai AFR akan menurun. Penggunaan ring terbukti menambah kestabilan nyala api premix karena nilai AFR saat blow-off berada di atas nilai AFR tanpa penggunaan ring. Ring berdiameter dalam 10 mm menunjukkan kestabilan lebih baik daripada ring berdiameter dalam 7 mm dan 14 mm untuk jarak pasang rendah. Sedangkan untuk jarak pasang jauh ring berdiameter dalam 7 mm lebih stabil dari kedua ring lainnya. Semakin tinggi jarak pasang ring kestabilan nyala api premix semakin menurun kecuali ring berdiameter dalam 7 mm. Selain itu didapatkan hasil bahwa panjang nyala api premix dari mulut barrel semakin panjang seiring dengan bertambahnya jarak pasang ring. Sedangkan panjang nyala api premix dari atas ring semakin pendek dengan pertambahan jarak ring.

Research on economic, clean, and stable combustion has been developed to two different direction, keeping flame stability by return the lift-off condition or the flame moving away from burner tip and the other side keeping flame stability on some distance from burner tip. This experiment will do to keep flame stability on some distance from burner tip by using the ring. Before flame sits on the ring, the phenomenon that not much be investigated is appear and it is called lift-up. So the flame that sitting on the ring is called flame lift-up. The focus on this experiment is flame condition before and after the lift-up or flame lift-up appear.
Premix flame stability is investigated use Flame Propagation dan Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551. Measured parameter are fuel and air flow rate when lft-up and blow-off phenomenon appear and also premix flame lenght. Premix flame lenght is measured visually using a steel ruler.
This experiment result show that increase of burning load causes decrease of AFR. Using of ring was found can increases premix flame stability because its value of AFR is above the value of AFR without ring. The ring with 10 mm inner diameter show better stability than 7 mm and 14 mm inner ring diameter for the distance near barrel tip. Whereas for the distance far from barrel tip, the ring with inner diameter 7 mm more stable than two others. Results also show that premix flame stability decrease while the position of ring increase except for the ring with 7 mm inner diameter. Besides, the experiment also show that the higher position of ring can increase premix flame lenght from barrel tip while premix flame lenght from the top of ring decrease.
"
2008
S37332
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarman
"Pengaruh penghalang benda padat (solid body) pada stabilisasi nyala premix dengan ruang pencampur (mixer chamber) aliran tangensial LPG dan udara diselidiki secara eksperimental. Kontur blow off dan flash back pada nyala premix bunsen ditentukan oleh variasi fraksi mole bahan bakar terhadap ruang pencampur tangensial dan ruang pencampur yang diberi penghalang benda padat sebagai parameter. Dari sini diperoleh suatu kenaikan daerah stabilitas nyala yang ditulis sebagai As = AB - AF sebagai selisih antara luas daerah blow-off AB dan luas daerah flash back AF pada daerah kurva stabilitas nyala antara rasio campuran (AFR) dan Beban Pembakar (BL = burner loading). Efisiensi stabilitas nyala didefinisikan sebagai ήs = 1-AF/AB. Rumusan sederhana dari N.A. Rokke Et. Al diketengahkan sebagai pembanding tinggi nyala. Secara fisik mekanisme stabilitas yang dibahas ada tiga buah parameter yakni beban pembakar, perbandingan campuran, dan tinggi nyala pada ruang pencampur aliran tangensial dan ruang pencampur aliran tangensial yang diberi penghalang benda padat.

Solid body blockage effect on flame stabilization in the tangential flow mixer chamber LPG and air is experimentally investigated. Flame blow off and flashback contour on the premix flame Bunsen Burner to be defined for fuel mole fraction variation versus tangential mixer chamber and tangential mixer chamber with solid body blockage as parameter. Therefore we obtain a increasing flame stability area to write as As = AB - AF defined as the difference between blow off area AB and flash back area AF on the flame stabilization curve between mixer ratio and burner loading curve area. Flame stability efficiency to defined as ήs = 1-AF/AB. Simple equation from N.A. Rokke Et. Al. to be presented as comparing flame height. Physically mechanism of flame stabilization are discussed in term of three parameters namely burner loading, air fuel ratio and flame height on tangential mixer chamber and tangential mixer chamber with solid body blockage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asryan Abrar Ramadhian
"Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengamati fenomena flashback flame yang terjadi pada pembakaran rendah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan berupa LPG produk swasta, dan proses pembakaran yang terjadi pada Bunsen burner yang telah dilengkapi rotating fan. Tabung burner dibuat dari bahan pyrex untuk mengamati kecepatan nyala flashback. Penelitian difokuskan terhadap variasi rasio udara-bahan bakar dan variasi putaran rotating fan serta variasi diameter burner. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju rambat nyala flashback akan cepat terjadi pada diameter burner 15 mm dibandingkan dengan diameter 20 mm dan 25 mm. Adanya putaran rotating fan memperlambat kecepatan nyala flashback dan memperbesar nilai rasio udara bahan bakar pada setiap diameter barrel.

This research intent to observe flame-flashback phenomenon on lean-fuel combustion. As primary fuel was used LPG and Bunsen burner who completed with rotating fan mixer. Burner tube was made from pyrex to observe and analyze flame-flashback velocity. Else, this experiment was conduct on variation of burner diameter and variation of rotation from rotating fan mixer. As the result, speed of flame flashback would be occurred on burner diameter of 15 mm than burner diameter 20 mm and 15 mm. Rotation of rotating fan mixer would be reduce flashback speed and also increasing the value of Air Fuel Ratio at each barrel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuel
"Pengertian Flashback yakni adalah fenomena api yang terjadi ketika nyala api merambat masuk ke dalam burner atau saluran pencampur bahan bakar. Dalam aplikasinya, fenomena ini sering terjadi pada saat aliran bahan bakar dari kompor gas ditutup. Hal itu dapat diketahui dari adanya suara letupan yang terdengar. Suara letupan tersebut berasal dari api yang menyambar balik setelah turun masuk ke dalam burner-nya. Titik permasalahannya yakni resiko bahaya ledakan yang dapat terjadi bila api yang mengalir masuk ini menyambar sumber penyimpanan bahan bakar sehingga fenomena ini perlu diketahui lebih rinci.
Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana perbedaan besar kecepatan api turun ke bawah pada saat fenomena Flashback terjadi yang diakibatkan dari perubahan variasi dari rasio aliran udara pembakarannya. Parameter yang dicari dalan kajian eksperimen ini adalah kecepatan api masuk ke dalam tabung pencampur (barrel) sedangkan variabel yang diubah yakni aliran debit (flowrate) udara sebagai indikator pengamatan bilamana terjadi perubahan fenomena nyala api Flashback tersebut. Variasi udara yang diambil yakni sebanyak 9 variasi pembacaan skala rotameter. Mulai dari 0 cm, 1 cm, 2 cm, dan seterusnya hingga 8 cm. Pengamatan juga dilakukan pada fenomena api yang terjadi pada kondisi aliran tertutup total / kondisi tanpa udara pembakaran. Semua pengamatan fenomena ini juga direkam di dalam kamera digital untuk mendapatkan foto nyala api jelasnya.
Hasil yang didapat berupa rekaman gambar-gambar nyala api akan diolah dengan bantuan program pengolahan gambar AdobePhotoshop CS3 dan untuk pengukuran gambar yaitu dengan ImageJ. Jarak maksimal Flashback yang terjadi berbeda-beda pada setiap variasi udara tertentu, juga dengan kecepatan yang juga berubah-ubah setiap waktunya.

Flashback is one of the fire phenomena which occur when the flame flows back into the burner tube or fuel mixing channel. Often, fire Flashback occurs when the flow of fuel from the gas stove is closed. The sign can be heard from the popping voice come from inside of the fuel line. This ?pop? sound is the sound occurs when fire from the inside is trying to blow back again into the outside after falling into the burner tube. Pointing the risk of explosion hazard problem that can occur when the fire was continuously flowing into the fuel source, for example, onto the gas tank, we need to investigate the flame characteristics of this phenomenon in more detail.
In this study, we will see how big the difference in the flame speed traveling down into the tube at the time when a Flashback phenomenon occurs as a result of changes in the variation of the combustion air flow rate. The parameter which is looked for in this experimental study is the flame speed traveling into the mixing tube (barrel) while the changed variable is the air flow rate as an indicator for the observation of flame Flashback. This observation uses nine variations of airflow in the flow meter scale reading. Starting from the 0 cm 1 cm, 2 cm, and so on up to 8 cm scale. In addition, the flame phenomenon when the air flow is totally shutoff or in condition without combustion air is also observed. All of these observations are recorded with the aid of digital high-resolution camera to gain better result of flame images.
The flame images recorded from the camera will be processed with the aid of an image processing program Adobe Photoshop CS3 and for the measurement of the image by using ImageJ software. Maximum Flashback distance occurs differently in each particular variation of the air, also at a pace that is also changing all the time.
"
2012
S43572
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rondonuwu, Irvan Raymon
"ABSTRAK
Flashback flame terjadi ketika nyala api masuk ke dalam burner. Hal ini tidak hanya mengganggu tetapi juga berbahaya bagi sistem. Proses dan kondisi terjadinya flashback diteliti secara eksperimen menggunakan bunsen burner dengan tabung pirex transparan. Fenomena ini didokumentasikan dengan video dan dianalisa dengan menggunakan pengolahan citra. Dengan diketahuinya kondisi flashback maka fenomena ini dapat dihindari dan lebih daripada itu juga harus dapat dicegah. Cara pencegahan dilakukan dengan pendekatan pencegahan reattachment flame atau pangkal nyala yang kembali ke ujung burner setelah terangkat.
Batang stainless steel dengan berbagai ukuran dan kawat jaring diletakkan pada jarak tertentu dari ujung burner. Reattachment dapat dicegah dan dengan menggunakan kawat jaring mesh #16 yang diletakkan sampai dengan 40mm dari ujung burner dan flashback dapat dicegah dengan menggunakan kawat jaring mesh #8 yang diletakkan tepat di ujung burner.

Abstract
Flashback flame occurs when flame enters and propagate through the burner. It is not only a nuisance, but is a savety hazzard as well. The process and condition of flashback are experimentally investigated using bunsen burner with pirex tube documented with video and analized by using digital imaging.
Stainless steel rod with diameter variation and wire mesh are used as bluff body to occupy lift-up and reattachment. Reattachment can be prevented by using wire mesh #16 ini every position above burner and flashback can be prevented by wire mesh #8 that attached to burner tip."
2012
T31478
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitri Rulianto
"Telah dilakukan penelitian terhadap karakteristik stabilitas nyala api difusi, apabila bahan bakar gas LPG dipanaskan terlebih dahulu sebelum dibakar didalam burner. Secara teori dengan meningkatkan temperatur un-burn suatu bahan bakar, maka dapat menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat, kecepatan pembakaran menjadi lebih cepat, energi minimum menjadi lebih rendah dan starting point menjadi lebih rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan mencari stabilitas nyala api difusi melalui panjang nyala api dan jarak lifted flame yang terjadi akibat proses pemanasan bahan bakar gas LPG.
Hasil yang dapat diperoleh adalah temperature bahan bakar gas LPG yang dapat dicapai setelah dipanaskan adalah 37,5°C, 38,8°C, 39,8°C, 43,1°C dan 46,6°C. Lifted flame terjadi lebih awal dan panjang nyala api berkurang dengan meningkatnya temperature bahan bakar gas LPG. Stabilitas nyala api difusi terjadi saat bahan bakar gas LPG dipanaskan pada temperatur 80 _C dan 90°C.

This research is about the characteristic of the diffusion flame stability when LPG gases are being preheated before it burns in the burner. Theoretically by rising unburned temperature of a certain fuel can cause higher rate of reaction, higher burning velocity, lower minimum energy and lower starting point. This research will be approached on burning velocity by length of flame and length of lifted flame which occur because of heating LPG fuel gas.
The result show that LPG fuel gases burning temperature after heating could be reached 37,5°C; 38,8°C; 39,8°C; 43,1°C; 46,6°C. Lifted flame will occur earlier and length of flame will decrease equal to increasingly LPG fuel gas temperature. The diffusion flame stability will occur when the LPG fuel gases are being preheated at temperature 80°C and 90°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hashi Wiyantirta
"Penggunaan batu bara di Indonesia masih menjadi bahan bakar utama pada proses pembakaran. Hal ini dikarenakan kelangkaan dan mahalnya bahan bakar minyak. Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar juga digunakan pada Siklon Burner di P3TKEBTKE. Namun, batu bara pada Siklon Burner dihancurkan dan dihaluskan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk proses pembakaran hingga mecapai ukuran -30 mesh. Seiring perkembangannya Siklon Burner tersebut masih menimbulkan banyak masalah yaitu pembakaran yang tidak sempurna. Pengembangan dan Modifikasi telah dilakukan namun hanya untuk menambah kapasitas feeding rate sehingga power output yang dihasilkan lebih besar. Peningkatan feeding rate yaitu mencapai 4 - 2500 kg/jam. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan kajian karakteristik Sistem Siklon Burner dengan laju udara atau flow rate konstan yaitu 313.2 kg/jam dan 280.8 kg/jam. Pada penelitian ini pembakaran sempurna terjadi di nilai AFR 6.93. Pada flow rate 313.2 kg/jam pembakaran sempurna terdapat di nilai AFR 7.25 serta 6.69 dan flow rate 280.8 kg/jam di nilai AFR 6.5 dimana temperature tertinggi terjadi di nilai AFR tersebut.

The use of coal in Indonesia still a major fuel in the combustion process. It because fuel oil are high cost and rare. The use of coal as a fuel is also used in the Cyclone Burner at P3TKEBTKE. However, coal is crushed and pulverized before being used for the combustion process to size of -30 mesh. Nowadays, Cyclone Burner have many problems because incomplete combustion. The development and modifications have been carried out but only to increase the capacity of feeding rate so that the power output generated is greater. Increased feeding rate reaching 4 - 2500 kg / hour. Therefore, in this research study characteristics Cyclone Burner with constant flow rate is 313.2 kg / h and 280.8 kg / h. In this study the complete combustion occurs in the value AFR 6.93. At the flow rate of 313.2 kg / h, complete combustion occurs in the value AFR 7.25 and 6.69 and a flow rate of 280.8 kg / h in the value AFR 6.5 which the highest temperature occurs in that AFR.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Setyo Wibowo
"Hampir semua aktifitas industri melibatkan proses pembakaran baik sebagai unit utama maupun sebagai bagian dari unit penyedia energi dalam sistem utilitasnya. Nyala difusi merupakan salah satu proses pembakaran yang memiliki aplikasi sangat luas. Tinggi lifted nyala api difusi sangat menentukan kualitas pembakaran. Laju alir semburan udara mempengaruhi tinggi lifted nyala api difusi.
Pada penelitian ini, dilakukan variasi laju alir semburan udara untuk mengetahui tinggi lifted nyala difusi. Pengaruh pemanasan awal bahan bakar LPG pada Bunsen Burner juga diamati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi laju alir semburan udara awal menyebabkan tinggi lifted flame akan mengalami penurunan akibat fenomena flame approach. Kecepatan pembakaran maksimum berada pada Q udara 0,25 L/s dan Q bahan bakar 0,0455 L/s yaitu dengan kecepatan pembakaran turbulen (ST) 19,15 m/s. Pemanasan awal menyebabkan tinggi lifted nyala api difusi mengalami penurunan.

Almost all industrial activity use combustion process as their energy system supply for utilities. Diffusion flame is one type of combustion widely used in industry. Lifted flame distance is one parameter contributing in combustion quality, influenced by air injection flowrate.
This research conduct air injection flowrate effect to lifted flame distance from diffusion type combustion. Fuel (LPG) treatment was carry out to find out heating effect on burning characteristics.
This research show that air injection flowrate cause lifted flame distance tends to decrease at the early combustion. Maximum burning velocity in the range of Qair 0.25 L/s and Qfuel 0.0455L/s, with turbulence burning velocity (ST) 19,15 m/s. Fuel preheating cause lifted flame of burning diffusion tends to decreased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41209
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitri Rulianto
"Telah dilakukan penelitian terhadap karakteristik stabilitas nyala api difusi, apabila bahan bakar gas LPG dipanaskan terlebih dahulu sebelum dibakar didalam bumer. Secara teori dengan meningkatkan temperatur un-burn suatu bahan bakar, maka dapat menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat, kecepatan pembakaran menjadi lebih cepat, energi minimum menjadi lebih rendah dan starting point menjadi lebih rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan mencari stabilitas nyala api difusi melalui panjang nyala api dan jarak lifted flame yang terjadi akibat proses pemanasan bahan bakar gas LPG. Hasil yang dapat diperoleh adalah temperature bahan bakar gas LPG yang dapat dicapai setelah dipanaskan adalah 37,5 °C, 38,8 °C, 39,8 °C, 43,1 °C dan 46,6 °C. Lifted flame terjadi lebih awal dan panjang nyala api berkurang dengan meningkatnya temperature bahan bakar gas LPG. Stabilitas nyala api difusi terjadi saat bahan bakar gas LPG dipanaskan pada temperatur 80 °C dan 90 °C.

This research is about the characteristic of the diffusion flame stability when LPG gases are being preheated before it bums in the bumer. Theoretically by rising unbumed temperature of a certain fuel can cause higher rate of reaction, higher buming velocity, lower minimum energy and lower starting point This research will be approached on buming velocity by length of flame and length of lifted flame which occur because of heaiing LPG fuel gas. The result show that LPG fuel gases buming temperature after heating could be reached 37,5 °C; 38,8 °C; 39,8 °C; 43,1 °C; 46,6 °C. Lifted flame will occur earlier and length of flame will decrease equal to increasingly LPG fuel gas temperature. The diflusion flame stability will occur when the LPG fuel gases are being preheated at temperature 80 °C and 90 °C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>