Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Juli Siswantari
"Diare masih menjadi masalah di Indonesia dan merupakan penyebab kematian pertama pada kelompok umur balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kondisi sanitasi dan perilaku higiene ibu dengan kejadian diare balita di Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari studi EHRA Kabupaten Sukabumi tahun 2013. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan pemilihan sampel metode purposive sampling. Uji statistik menggunakan chi square dengan sistem regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian didapatkan 25% balita terkena diare. Dari analisis bivariat didapat variabel yang signifikan mempengaruhi diare balita adalah sarana air bersih (p value 0,002) dengan OR 2,669 (CI 95% 1,44-4,93) dan variabel jarak septik tank-sumur gali (p value 0,000) OR 4,84 (CI 95% 2,15- 10,93). Hasil multivariat menunjukkan bahwa jarak sumur gali-septik tank adalah yang utama mempengaruhi diare balita (p value 0,000) OR 5,22.
Kesimpulan: dalam penelitian ini jarak antara sumur gali-septik tank sangat berpengaruh besar terhadap kejadian diare balita. Balita dalam rumah tangga yang menggunakan sumur gali dengan jarak kurang dari 10 meter dari septic tank memiliki risiko 5,221 kali untuk menderita diare dibandingkan jika jarak ≥ 10 meter. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan atau sosialisasi tentang sarana sumur gali dengan septik tank yang memenuhi syarat. Jika kondisi lahan tidak memungkinkan maka perlu dikembangkan alternatif seperti septik tank komunal atau sistem IPAL terpusat oleh sektor terkait.

Diarrhea is still a problem in Indonesia and is the first cause of death in children group under five years. This study aimed was to analyze the relationship between the condition of sanitation and mother?s hygiene behaviors with toddler diarrhea in Sukabumi. This study was a further analysis of the study EHRA Sukabumi district in 2013. The sample was taken by purposive sampling and method used cross sectional design. Using the chi-square statistic test with multiple logistic regression on prediction model.
Research result shows diarrhea cases on toddler is only 25%. significant variable affecting toddler?s diarrhea is water facilities (p value 0.002) with OR 2.669 (95% CI 1.44 - 4.93) and a variable distance septic-dug wells (pvalue 0,000) OR 4.84 (95% CI 2.15 - 10.93). Multivariate results show that the distance dug well-septic tanks are the main influencing diarrhea on toddler (p value 0.000). While toddler from family which used dug well with a distance less than 10 m from septic tank have 5,221 times risk suffering diarrhea compared with a distance longer or same 10 m.
Conclusions: In this study the distance between septic tanks dug very big influence on the incidence of infant diarrhea. Based on research result, therefore the community need counseling or socialization of the means of wells with septic tanks are eligible. If conditions do not allow because very limited land, its should to be developed as an alternative communal septic tank or a centralized wastewater system by the related sector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
"Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rifdah
"Kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis lingkungan, meskipen tidak menjadi masalah kesehatan masymkat ditinjau dari tingkat penyebab kematian di halonesio, namun ditinjau dati tingginya prevalensi merupakan masalah besar.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim tropis, sarana air bemih dlU1 jamhan keluarga yang belum memadai, perllaku masyarakat yang bebun menempkan norma perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi sosial ekonomi yang belum mapan(Depkes, 2006).
Penelitian menggunakan disain Cross sectional yang betinjuan untuk memperoleh infonnasi tentang kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah responden 297 murid kelas satu sampai dengan kelas lima di enam sekolah dasar negeri. Variabel independen dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden dengan menggunakan kuisioner dan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya satu atau lebih telur cacing. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Dari 15 variabel independen ada 9 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri yaitu: Jenis SPAL (P=0,024; OR=1,738; 95%CI=1,04-2,90), Kebiasaan BAB (P=0,024; OR=6,88; 95%CI=0,892-5,318), Kebiasaan mencuci tangan (P=0,003l OR=3,378; 95%CI=1,375-8,300); Kebiasaan Bermain kontak tanah (P=0,022; OR=2,857; 95%CI=1,141-7,152), Kebiasaan menggunakan sandal (p=001; OR=2,857; 95%CI=1,700-4,945, Kebiasaan menghisap/menggigit jari (P=0,042; OR l,768; (P=0,03l; OR I,647; 95%Cl$l,006-2,694), Pengetahuan orangtua (P=O,Ol8; OR &I4; 95%CI=l,l74-3,413).
Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kahupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan (P=O,OOO; OR=3,3; 95%CI=I,858-S,817). Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.
Program Pengendalian kecacingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sehingga masyarakst mampu dan mandiri dalam meleksanukan pcnanggulangan kecacingan, berperilaku bidup bersih dan serta meningkalkan kesehatan perorangan, dan lingkungan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Putri Aulia
"Diare merupakan salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang menjadi peringkat kedua dalam penyebab kematian anak balita di dunia. Di Indonesia sendiri diare masih berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Berdasarkan data tahun 2023, Kabupaten Bogor memiliki prevalensi diare yang cukup tinggi dan berada diatas prevalensi nasional. Salah satu wilayahnya adalah wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng yang mengalami peningkatan kasus diare sebesar 318 kasus pada tahun 2023. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis faktor risiko (karakteristik balita, karakterstik ibu, dan sarana sanitasi) dengan kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng Kabupaten Bogor tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 103 responden. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara pendapatan keluarga (5,05; 1,10-23,20), perilaku pembuangan tinja balita (4,55; 1,81-11,42), sarana jamban sehat (4,35; 1,70-11,16), dan sarana air minum (3,49; 1,41-8,62). Variabel yang diprediksi paling berpengaruh terhadap kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng adalah variabel perilaku pembuangan tinja balita (8,81; 2,72-28,50). 

Diarrhea is one of the environmentally-based infectious diseases that ranks second in causing death among children under five worldwide. In Indonesia, diarrhea still has the potential to cause Outbreaks (KLB). According to data from 2023, Kabupaten Bogor has a fairly high prevalence of diarrhea, exceeding the national prevalence. One of its areas is the working area of the Puskesmas Leuwisadeng, which experienced an increase of 318 diarrhea cases in 2023. The purpose of this study is to analyze risk factors (toddler characteristics, maternal characteristics, and sanitation facilities) associated with the incidence of toddler diarrhea in the working area of Puskesmas Leuwisadeng Kabupaten Bogor in 2024. This study uses a cross-sectional design with a sample of 103 respondents. Analysis was conducted using chi-square tests and logistic regression predictive models. The results show a relationship between family income (5.05; 1.10-23.20), toddler feces disposal behavior (4.55; 1.81-11.42), healthy latrine facilities (4.35; 1.70-11.16), and drinking water facilities (3.49; 1.41-8.62). The variable predicted to have the most significant impact on the incidence of diarrhea in children under five in the working area of the Leuwisadeng Community Health Center is toddler feces disposal behavior (8.81; 2.72-28.50)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Naufal Azhari
"Setiap tahun penularan penyakit melalui jalur fecal-oral, termasuk diare telah menyebabkan banyak kematian, khususnya pada anak-anak di dunia. Pemeriksaan kualitas mikroba air dirasa tidak cukup untuk menggambarkan secara akurat tingkat risiko diare. Hal ini dikarenakan faktor sanitasi dan perilaku higiene juga berperan penting dalam rantai penularan penyakit diare. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran atau potret ketersediaan sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada masyarakat serta hubungannya dengan kejadian diare. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional).
Peneliti melakukan penilaian terhadap kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat dengan menggunakan data Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di 9 kelurahan di Kota Depok. Pada setiap kelurahan diambil 60 rumah tangga sebagai sampel sehingga jumlah responden yang digunakan adalah 540 rumah tangga. Kuesioner dan lembar observasi digunakan untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat serta kejadian diare.
Ditemukan hubungan bermakna antara pengolahan sampah rumah tangga [OR = 0,42 (95% confidence interval (CI), 0,23-0,76)], perilaku cuci tangan pakai sabun [OR = 4,93 (3,11-7,82)], dan perilaku buang air besar sembarangan [OR = 6,61 (2,03-21,58)] dengan kejadian diare. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kondisi fasilitas sanitasi (pengolahan sampah rumah tangga) dan kebiasaan higiene (cuci tangan pakai sabun dan buang air besar sembarangan) masyarakat memiliki hubungan dengan kejadian diare pada masyarakat.

Each year the transmission of disease through fecal-oral route, including diarrhea has caused many deaths, especially among children in the world. Examination of the microbial quality of water is not sufficient to accurately describe the level of risk of diarrhea . This is because the factors of sanitation and hygiene behavior also play an important role in the transmission of diarrheal diseases. Therefore it is necessary to do research on a picture or portrait of availability of sanitation facilities and hygienic behavior of healthy in society and its relationship with the incidence of diarrhea. We used cross-sectional study design.
We conducted an assessment of the condition of sanitation facilities and people's behavior by using Environmental Health Risk Assessment (EHRA) data in 9 villages in Depok. In each village 60 households taken as a sample so that the number of respondents used was 540 households. Questionnaires and observation sheets are used to determine the condition of sanitation facilities and people's behavior and the incidence of diarrhea.
We found a significant relationship between household sewage treatment [ OR = 0.42 (95 % confidence interval ( CI ), 0.23-0.76) ], the behavior of handwashing with soap [ OR = 4.93 (3.11 -7.82) ], and defecation behavior [ OR = 6.61 (2.03 to 21.58) ] with the incidence of diarrhea. From the result we can conclude that the condition of sanitation facilities ( household waste ) and hygiene habits (washing hands with soap and defecation ) people have a relationship with the incidence of diarrhea in the community .
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Indriani
"Kasus diare di Kabupaten Pandeglang masih cukup tinggi terutama di wilayah kerja Puskesmas Cibaliung, Labuan, dan Pagelaran dimana setengahnya terjadi pada balita. Kasus diare pada tahun 2012 di Puskesmas Cibaliung, Labuan, dan Pagelaran masing-masing yaitu 244, 1.440, dan 686. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi Escherichia coli dalam air minum dan faktor sanitasi lingkungan dengan kejadian diare akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cibaliung, Labuan, dan Pagelaran Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2013. Disain penelitian yang digunakan adalah case control. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung mengenai faktor risiko lingkungan dengan menggunakan kuesioner serta pengambilan sampel air minum dan usap alat minum balita.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kontaminasi Escherichia coli dalam air minum dan faktor sanitasi lingkungan dengan kejadian diare akut pada balita. Variabel yang memiliki hubungan dengan diare akut pada balita adalah status gizi, pengetahuan ibu/pengasuh, serta hygiene sanitasi makanan dan minuman. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare akut pada balita adalah pengetahuan ibu/pengasuh serta hygiene sanitasi makanan dan minuman.

Cases of diarrhea in Pandeglang district is still high especially in Region of Puskesmas Cibaliung, Labuan, and Pagelaran which is half of the cases happened to underfive years children. Cases of diarrhea (2012) in Puskesmas Cibaliung, Labuan, and Pagelaran are 244, 1.440, and 686. This study aims to analyze association between contamination of Escherichia coli in drinking water and factor of environmental sanitation with underfive years children acute diarrhea in region of Puskesmas Cibaliung, Labuan, and Pagelaran, Regency of Pandeglang Province of Banten in 2013. This study used case control design. The information collected by interview about environmental risk factor and laboratorium analyze of drinking water sample and tumbler swab.
Conclusion of this study is contamination of Escherichia coli in drinking water and factor of environmental sanitation have not association with underfive years children acute diarrhea. Whereas nutrition, knowledge of mother, and hygiene sanitation of food and water have association with underfive years children acute diarrhea. Main risk factor which causes underfive years children acute diarrhea are knowledge of mother and hygiene sanitation of food and water.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Arlinda
"Diare masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi, dimana delapan persen kematian pada anak disebabkan karena diare. Salah satu penyebab diare adalah sanitasi dan perilaku saniter. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perilaku sanitasi sesuai dengan lima pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM); buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dengan aman, mengelola limbah dengan aman dan mengelola sampah dengan benar dan pengaruhnya terhadap kejadian diare anak.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (crosssectional) dengan menggunakan data survey riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui nilai rasio odds kejadian diare berdasarkan perilaku sanitasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare rendah pada ibu yang berperilaku sanitasi. Pengelolaan air minum dan pengelolaan limbah rumah tangga merupakan pilar yang menentukan dalam kejadian diare anak. Ibu sebagai penentu kondisi kesehatan anak perlu meningkatkan meningkatkan pengetahuan agar hidup lebih higienis dan saniter agar anak tercegah dari kejadian diare.

Diarrhea is still a health problem is not resolved, where eight percent of deaths in children caused by diarrhea. One of the causes of diarrhea are sanitary and sanitary behavior. This study aimed to assess the sanitary behavior in accordance with the five pillars of community-based total sanitation; defecation, hand washing with soap, safe drinking water to manage, manage waste safely and correctly managing waste and its effects on the incidence of childhood diarrhea.
This study used a cross-sectional study design using survey data basic health research in 2013. The sample was mothers with toddlers. Logistic regression was used to determine the value of the odds ratio incidence of diarrhea by sanitation behavior.
The result showed that the incidence of diarrhea lower in women who behaved sanitation. Management of drinking water and household waste management are the pillars that determine the incidence of diarrhea in children. The mother as a determinant of child health conditions need to improve in order to improve knowledge of life more hygienic and sanitary so that children prevented from diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Higiene dan sanitasi dasar yang tidak memadai dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular lingkungan seperti diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di daerah pesisir seperti di Kelurahan Pulau Harapan. Selain higiene dan sanitasi, lantai yang merupakan bagian dari bangunan rumah, dapat menjadi faktor risiko lain dari penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah dengan kejadian diare di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta Desain studi yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah cross-sectional, dengan metode pengambilan data berupa wawancara menggunakan instrumen kuesioner dan observasi langsung pada kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah rumah tangga penduduk. Dari total 96 responden pada penelitian ini, ditemukan kasus kejadian diare dalam sebulan terakhir, sebanyak 25 orang dan yang tidak mengalami kasus kejadian diare sebanyak 71 orang. Dengan kelompok anak-anak (dibawah 17 tahun) menjadi yang terbanyak yaitu berjumlah 13 kasus. Hasil analisis uji chi square menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan pada variabel: jamban sehat (p-value 0,005), kualitas air (fisik) (p-value 0,005), dan fasilitas tempat sampah (p-value 0,019). Penentuan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare menggunakan uji regresi logistik didasarkan dari nilai Exp (B) atau Odds Ratio pada pemodelan multivariat akhir, yang terbesar adalah 6,389 pada variabel kondisi jamban (p-value 0,002), sehingga variabel kondisi jamban memiliki kecenderungan paling dominan yang berhubungan dengan penyakit diare. Dari penelitian ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk saling memperhatikan kebersihan lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kemudian, untuk penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam terkait variabel lain yang mungkin berhubungan dengan kejadian diare di pulau lainnya dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Inadequate basic hygiene and sanitation can be a risk factor for environmental infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the diseases most commonly found in coastal areas such as Pulau Harapan Village. Apart from hygiene and sanitation, the floor which is part of the house building, can be another risk factor for transmitting diarrheal diseases. This study aims to determine the relationship between basic hygiene and sanitation conditions and the condition of house floors with the incidence of diarrhea in Harapan Island Village, North Seribu Islands District, Seribu Islands Administrative Regency, DKI Jakarta Province. The study design used in this research is cross-sectional, with data collection methods in the form of interviews using questionnaire instruments and direct observation of basic hygiene and sanitation conditions as well as the condition of the floors of residents' households. The number of total respondent in this research (96), 25 people found cases of diarrhea in the last month and 71 people did not experience cases of diarrhea. Children (under 17 years) are the most group by age (13 cases) found cases of diarrhea. The research analysis with chi square test stated that there was a significant relationship with the variables: healthy latrines (p-value 0.005), water quality (physical) (p-value 0.005), and waste bin facilities (p-value 0.019). Determining the most dominant variable in the incidence of diarrhea using the logistic regression test was based on the Exp (B) or Odds Ratio score in the final multivariate modeling, the biggest score was 6.389 in the latrine condition variable (p-value 0.002), that conclude the latrine condition variable is the most dominant to the relationship of diarrhea case. From this research, hopefully the government and the people can collaborate to pay attention to environmental cleanliness to improve the level of public health in Kelurahan Pulau Harapan. Then, for further research, hopefully other researcher can dig deeper into other variables that may be related to the incidence of diarrhea on other islands in North Seribu Islands District"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernia Haris Himawati
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak dan bersifat permanen. Penyebab stunting tidak hanya karena faktor gizi, tetapi beberapa faktor lain seperti riwayat kesehatan ibu dan anak, lingkungan dan sosio-ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hygiene dan sanitasi dengan kejadian stunting pada anak balita di Kabupaten Sampang. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan besar sampel sebanyak 207 balita di Sampang dengan pengambilan sampel total sampling. Data bersumber dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. Analisis data dengan regresi logistik multivariabel. Prevalensi stunting diperoleh sebanyak 49.2%. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hygiene dan sanitasi, yaitu variabel pengelolaan sampah (OR 2.005; 95%CI : 1.037-3.879) dan penggunaan jamban (OR 2.861; 95%CI : 0.973-8.417) Riwayat penyakit ISPA juga berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (OR 3.116; 95%CI : 1.071-9.062) Walaupun tidak signifikan, riwayat diare juga menunjukkan adanya risiko terhadap stunting pada balita (OR 1.953; 95% CI 0.694-5.495) Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi masyarakat Sampang untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kesehatan untuk ibu dan anak, serta peningkatan penyuluhan dan perbaikan sarana prasarana hygiene-sanitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang.

Stunting is a health problem which could affect the childs growth and development permanently. The cause of stunting is not only due to nutritional factors, but also several other factors such as maternal and child health history, environment and socio-economics. The purpose of this study was to determine the relationship of hygiene and sanitation with the incidence of stunting among under five age children in Sampang. This research was a cross sectional study with 207 samples in Sampang using a total sampling technique. Data was from the Riskesdas 2018 by the Indonesian Ministry of Healths Research and Development Agency. The results showed that there is a significant relationship between hygiene and sanitation, namely the variable of waste management (OR 2,005; 95% CI: 1,037-3,879) and the use of latrines (OR 2,861; 95% CI: 0.973-8,417). A history of Upper Respiratory Track Infection was also significantly related to the incidence of stunting (OR 3.116; 95% CI: 1.071-9.062). Even if theres no significant result for diarrhea, it showed that there was a risk by 1.9 times (OR 1.953; 95% CI 0.694-5.495) Based on the results of the study, its recommended to society improving their knowledge and quality of protection of Clean and Healthy Living, health for mothers and children, as well as improving the guidance and improvement of health-sanitation infrastructure by the Sampang District Health Office."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Purnama Sari
"Data Program Diare 5 tahun terakhir, angka kejadian diare di Kabupaten Bogor masuk dalam kategori tinggi yang dapat menyebabkan KLB. Kejadian KLB di tahun 2009 Kecamatan Cisarua masuk ke dalam 4 wilayah yang terkena KLB dengan jumlah kasus sebanyak 206 kasus. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cisarua yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden yang diwawancarai, observasi dan pengambilan sampel air bersih sebanyak 80 responden.
Hasil uji statistik diketahui bahwa dari delapan variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian diare yaitu higiene sanitasi makanan (nilai p=0,030) dengan Odds Ratio 0,274 pada 95% interval kepercayaan 0,086-0,874. Diikuti dengan kualitas bakteriologis air bersih (nilai p=0,008) dengan Odds Ratio 0,086 pada 95% interval kepercayaan 0,010-0,728.

Diarrhoea program 5 years latest, diarrhoea incident in Bogor county goes into high category which can cause outbreaks. Outbreaks that happened at 2009 in sub-district Cisarua comes to 4 district affected by the outbreaks with 206 cases. This research was held in Puskesmas Cisarua which to be in Bogor couty and use cross sectional study. 80 respondent was interviewed and withdrawal water removal.
The statistical result from the eight variable known that there are two variables studied variables showed a significant association with the incidence of diarrhoea is food sanitation hygiene (p = 0.030) with odds ratio 0.274 at 95% confidence interval 0.086 to 0.874. Followed by bacteriological quality of water (p = 0.008) odds ratio 0.086 at 95% confidence interval 0,010-0,728.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>