Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ihya Ulumuddin
"Dengan mengkaji tentang reproduksi batik sebagai cultural goods, studi ini ingin menjelaskan komodifikasi yang dilakukan tokoh batik dengan dukungan media, dan sarana yang ada untuk menghasilkan produk batik dalam ranah industri budaya. Studi ini dilakukan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Industri budaya dalam penelitian ini dikaji dari beberapa hal, yaitu batik sebagai cultural goods, industri dan komodifikasi batik. Melalui pendekatan kualitatif, pertama reproduksi batik sebagai cultural goods terlihat bahwa telah terjadi transformasi terhadap makna, nilai, dan simbol yang ada dalam produk batik, termasuk dalam praktik pembatikannya, di sini terjadi perubahan dari use value menjadi exchange value. Selanjutnya industri dan komodifikasi batik menunjukkan bahwa kemampuan aktor yang terlibat dalam dunia batik dalam memanfaatkan media, dan sarana yang ada bukan saja menghasilkan produk batik yang sesuai selera pasar, tapi menimbulkan stratifikasi baru yang mewujud dalam batik yang uniqueness, bahkan muncul batik high culture dalam bentuk baru yang bukan dipakai oleh Sultan atau bangsawan, tapi lebih pada kelas tertentu yang orientasi produk nya adalah nilai tukar yang memiliki keuntungan. Secara teoritis, studi ini menunjukkan bahwa kerangka industri budaya mampu melihat secara kritis mengenai fenomena reproduksi batik yang berlangsung di Kota Pekalongan, hal ini mampu menjadi landasan penting dalam memahami permasalahan sebenarnya mengenai industri budaya batik yang sedang berlangsung.

By reviewing batik reproduction as cultural goods, this study wants to explain the commodification that has been done by batik figures to produce batik in the realm of cultural industry with the support from media and existing facilities. This study was conducted in Pekalongan, Central Java. Cultural industry of batik is examined from batik as cultural goods and an industry to batik commodification. Through a qualitative approach, the reproduction of batik as cultural goods has been experiencing a transformation of meaning, value, and symbols that exist in batik products including its processing practice. It has occurred a changing value from use value to exchange value. Furthermore, the industry and the commodification of batik shows that the ability of the actors involved in the world of batik to use media and existing facilities is not only produce market-tasted batik products but also create a new stratification embodied in batik uniqueness and emerge in the form of high culture batik. It is not used by the Sultan or the nobility but rather used by a specific class whom products orientation is the profit exchange value. Theoretically, this study shows that the cultural industry framework is able to look critically about batik reproduction phenomenon which takes place in Pekalongan. It provides an important foundation to understand the real issues of cultural industry of batik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Dwi Permatasari
"Ketika tahun 1960 industri batik tulis dan cap berkembang sangat pesat di Indonesia, khusunya di sentra batik Laweyan, Surakarta. Namun seiring berkembangnya zaman, teknologi dan perubahan kebijakan pemerintah, industri yang memiliki produk dengan nilai ekonomis dan kebudayaan yang tinggi ini keberadaannya semakin terancam karena banyak pengusaha batik tulis dan cap mengalami kerugian dan menutup usahanya akibat biaya produksi meningkat dan adanya batik printing yang semakin yang memperkecil pasar batik cap dan tulis.
Penelitian ini bertujuan untuk menghidupkan klaster industri batik tulis dan cap melalui model investasi usaha batik home industry tulis dan cap yang layak dijalankan menggunakan metode financial analysis, dan engineering economic analysis berdasarkan indicator profitabilitas yaitu NPV,IRR, Payback Period dan Benefit Cost Ratio(BCR) dan juga pemetaan kondisi lingkungan internal dan eksternal dari industri batik cap dan tulis Laweyan. Selanjutnya dilakukan analisa sensitivitas untuk faktor yang dominan terhadap usaha ini yaitu, penurunan harga jual, kenaikan harga bahan baku, kenaikan biaya tenaga kerja, dan utilisasi kapasitas produksi.
Hasil penelitian menunjukkan model usaha batik home industry ini layak dijalankan dengan nilai investasi Rp76,794,601, menghasilkan NPV Rp 82,956,978, IRR 33%, payback period 3,1 (3 tahun 2 bulan) dan BCR 2.1. Sedangkan untuk investasi 1 klaster dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 10,837,5425,000 dan alokasi biaya produksi tahunan senilai Rp 55,253,971,200 yang dapat memperkerjakan sebanyak 85.170 orang tenaga kerja dengan keuntungan bersih tahun pertama sebesar Rp 2,433,789,907. Pemetaan kondisi industri menunjukkan klaster industry batik Laweyan berada pada keadaan berkembang dan membangun.

In 1960 traditional batik industry was growing very rapidly, especially in the center of batik industry Laweyan, Surakarta. However as times change, technology development and government policy bring traditional batik industry ,that has high economic value and culture, is threatened its existences. Many owner of batik traditional industry were lose out and close down their business because production costs rise and batik printing reduce increasingly market of traditional batik.
The main objective of the study is to revive traditional batik industry through investment model of traditional batik home industry that could make profit and feasible to run using financial analysis method and engineering economic analysis based on the profitability indicator NPV, IRR, Payback Period and Cost Benefit ratio (BCR) and also mapping of internal and external environmental conditions of traditional batik industry in Laweyan. Analysis was followed by sensitivity analysis for the dominant factor in traditional batik home industry such as selling price declining, raw material price increasing, labor costs increasing, and utilization of production capacity declining.
The results showed business model of batik home industry can be run with an investment worth Rp76, 794.601, yielding NPV Rp 82,956,978, IRR 33%, payback period is 3.1 (3 years 2 months) and BCR 2.1. Whereas the investment for a industry cluster required investment funds Rp 10,837,5425,000 and annual allocation cost Rp 55,253,971,200 which may employ 85,170 worker with the first year's net profit Rp 2,433,789,907. Mapping industrial conditions showed Laweyan batik industry cluster is at growth and build situation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Paramitha
"Tesis ini membahas perancangan strategi pengembangan industri batik di Kota Pekalongan dengan basis kompetensi inti. Pemilihan kompetensi inti batik di Kota Pekalongan berdasarkan dari tiga jenis alternatif industri batik yaitu batik tulis, batik cap, dan batik printing. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan kompetensi inti industri di Kota Pekalongan didapatkan yaitu jenis industri batik tulis, yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP . Implementasi strategi pengembangan kompetensi inti untuk industri batik tulis di Kota Pekalongan dibuat berdasarkan tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir.
Pada tahap awal dilakukan pada 2019-202, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan tahapan pengembangan awal. Pengembangan yang dilakukan terdiri dari pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan terhadap teknologi. Pada tahap inti dilakukan pada 2020-2022, strategi yang dilakukan pada tahap ini adalah perluasan area pemasaran batik, pengembangan media informasi batik Pekalongan, dan pembuatan perkumpulan asosiasi batik atau kampung batik. Pada tahap akhir dilakukan pada 2019-2023, strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah membuat pergerakan penjualan online, peningkatan pengembangan bahan baku dan hasil olahan batik, dan pendampingan usaha dari pihak pemerintah.

This thesis discusses the design of batik industry development strategy in Pekalongan City with core competency base. The selection of batik core competencies in Pekalongan City is based on three types of batik industry alternatives namely batik ldquo tulis rdquo , batik ldquo cap rdquo , and batik printing. This research is a qualitative research with descriptive design. The result of the research concludes the core competence of the industry in Pekalongan City is the type of batik industry, which has been obtained from the calculation with Analytical Hierarchy Process AHP method. the implementation of core competency development strategy for batik industry in Pekalongan City is made based on three stages namely the initial stage, the core stage, and the final stage.
In the early stages carried out in 2019 202, the activities undertaken at this stage is to conduct the initial development stage. The development consists of human resource development and technology development. At the core stage conducted in 2020 2022, the strategy undertaken at this stage is the expansion of batik marketing area, the development of information media Pekalongan batik, and making associations of batik or batik village. In the final stage done in 2019 2023, the development strategy that can be done is to make online sales movement, increase the development of raw materials and processed batik, and business assistance from the government.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifatun Nada Hassanal Fajriy
"Sense of place yakni sebuah ikatan antara manusia dengan tempat yang berdasarkan pengalaman inderawi, dapat ditemukan melalui perpaduan antara penataan fisik (physical setting), aktivitas (activity) dan makna (meaning). Sense of place dapat digunakan untuk melihat dan memahami suatu tempat secara holistik, terlebih terhadap tempat ataupun kawasan yang memiliki nilai sejarah atau budaya. Tradisi budaya batik sudah menjadi salah satu bagian budaya di Pekalongan bahkan di Indonesia. Dengan budaya yang sudah turun temurun dan berkembang, terbentuklah sebutan kampung batik untuk perkampungan dengan mayoritas warganya pengrajin batik. Salah satunya Kampung Batik Kauman Pekalongan. Kawasan Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan pusaka di Kota Pekalongan. Kawasan ini memiliki tradisi budaya batik yang kental dan masih meninggalkan bukti bangunan zaman Kolonial Belanda yang dahulu digunakan untuk produksi batik. Sebagai kampung wisata, Kampung Batik Kauman ini belum memiliki showroom batik bersama. Karena itu, Paguyuban Kampung Batik Kauman (PKBK) mengadaptasi salah satu bangunan kuno yaitu Omah Lawang Sanga yang difungsikan sebagai showroom batik bersama dan destinasi wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place dengan dipengaruhi budaya batik dalam adaptasi Omah Lawang Sanga di Kawasan Kampung Batik Kauman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disampaikan secara deskriptif naratif, yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail mengenai sense of place terhadap objek skripsi yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan proses kajian literature (studi pustaka), wawancara, pengamatan, dan observasi/penelusuran di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sense of place di Kampung Batik Kauman tergolong tinggi, dikarenakan identitas tempat dan identitas masyarakat sudah kuat dari sejarah leluhur akan budaya batik. Lalu karakteristik kawasan yang banyak ditemui bangunan zaman kolonial dengan sejarah sebagai rumah tinggal pengrajin batik. Dan hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan tradisi budaya batik sebagai dasar pengembangan kawasan.

Sense of place, which is a relationship between humans and places based on sensory experience, can be found through a combination of physical settings (penataan fisik), activity (aktivitas) and meaning (makna). Sense of place can be used to see and understand a place holistically, especially to places or areas that have historical or cultural values. The cultural tradition of batik has become a part of the culture in Pekalongan and even in Indonesia. With a culture that has been passed down from generation to generation and developed, the term batik village was formed for a village where the majority of its citizens are batik craftsmen. One of them is Kauman Batik Village, Pekalongan. The Kauman Batik Village area is included in the heritage area in Pekalongan City. This area has a thick cultural tradition of batik and still leaves the Dutch Colonial era buildings used for batik production. As a tourist village, Kampung Batik Kauman does not yet have a joint batik showroom. Therefore, the Kauman Batik Village Association (PKBK) adapted one of the ancient buildings, namely Omah Lawang Sanga, which functioned as a joint batik showroom and tourist destination.
This study aims to determine how the sense of place with the influence of batik culture in the adaptation of Omah Lawang Sanga in the Kauman Batik Village area. This study uses a qualitative method that is delivered in a descriptive narrative, which is used to obtain a detailed description of the sense of place for the object of the thesis that is raised. Data was collected by means of a literature review process, interviews, observations, and searches in the field. Based on the results of the study, it shows that the sense of place in Kampung Batik Kauman is classified as high society, because the identity of the place and has been strong from the ancestral history of batik culture. Then the characteristics of the area where many colonial era buildings are found with a history as a residence for batik craftsmen. And what is no less important is the awareness and responsibility of the community for the batik cultural tradition as the basis for regional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anis Hadiyati
"ABSTRAK
Industri batik memiliki peran penting bagi perekonomian Kota Pekalongan. Industri yang berstruktur monopolistic competition seperti industri batik harus memiliki daya saing yang kuat agar dapat tetap eksis dalam era globalisasi seperti saat ini. Daya saing kuat dapat tercapai ketika perusahaan memiliki kemamapuan inovasi yang tinggi. Faktor utama yang mempengaruhi kemampuan inovasi adalah modal intelektual yang terdiri dari tiga komponen yaitu human capital, organizational/structural capital, dan social capital. Penelitian ini mengukur kemampuan inovasi dan komponen modal intelektual seperti apa yang mempengaruhi kemampuan inovasi Industri Batik Kota Pekalongan pada tahun 2012-2014. Data yang digunakan adalah data primer dari 75 sampel pengusaha batik. Berdasarkan hasil penelitian ini, organizational/structural capital dan social capital berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi, sedangkan human capital tidak berpengaruh. Sehingga, dalam rangka meningkatkan daya saing, perlu dilakukan revitalisasi paguyuban untuk memperkuat social capital dan edukasi tentang inovasi.

ABSTRACT
Batik industry has an important role in the economy of Pekalongan City Industry that has monopolistic competition structure such as in the batik industry has forced the industry to have a strong competitiveness in order to exist in the globalization era High competitiveness can be achived when the company has a strong innovation capability Intellectual capital that consist of human capital organizational structural capital and social capital is the main factor that affect innovation capability This study measures the innovation capability and how intellectual capital affect on Batik Micro and SME rsquo s of Pekalongan City during 2012 2014 It is used primary data from 75 samples of batik rsquo s enterpreneur The result find out that organizational structural capital and social capital have positive effect on innovation capability However human capital has no significant effect In order to increas competitiveness it nesessary to revitalize the industri association paguyuban to strengthen social capital and educate them about innovation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Laili Mastihoh Hamdiyah
"Artikel ini didarkan pada hasil penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan model discovery learning dalam proses pembelajaran untuk mengeksplorasi materi sejarah lokal tentang industri batik Kenongo di Madiun. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah industri batik Kenongo merupakan bagian dari sejarah lokal yang harus dieksplorasi dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu discovery learning. Selain untuk memperkenalkan batik kenongo pada siswa (khususnya di Madiun), eksplorasi Juga bisa meningkatkan kecintaan mereka terhadap kebudayaan lokal. Hal ini y=terlihat saat ada siswa melakukan penelitian di Desa Kenongorejo, Kabupaten Madiun yang merupakan tempat industri batik tersebut. eksplorasi sejarah industri batik Kenongo dalam pembelajaran sejrah melalui model discovery learning mampu membangkitkan antusiasme siswa terhadap informasi kesejarahan dari batik Kenongo. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa model discovery learning mampu memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahaman sejarah mereka terhadap sejarah industri batik Kenongo di Madiun"
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
974 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This research aims to know the strategies employed batik indistries amidst multiple crises,especially the economic crisis. This research uses the descriptive method and the phenomenological approach....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 3 (3-4) 2002
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>