Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 246583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusumajanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Teori Tema Fantasi dalam kaitannya dengan pemeliharaan hubungan antarpribadi dan kohesivitas kelompok. Penelitian ini mempergunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif interpretif. Penelitian ini menggunakan studi kasus purnawirawan yang tergabung dalam sebuah paguyuban. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengembangan Tema Fantasi mempertimbangkan faktor hubungan antarpribadi dan pemeliharaan kohesivitas kelompok. Pembentukan tema fantasi dapat dipergunakan untuk memelihara kohesivitas kelompok. Kohesivitas kelompok yang terpelihara memudahkan anggota kelompok membentuk tema fantasi dan mempererat jalinan hubungan antarpribadi. Jalinan hubungan antarpribadi memiliki keterkaitan dalam pembentukan tema fantasi dan pemeliharaan kohesivitas kelompok. Hubungan antarpribadi yang bernilai positif mampu membuat aktivitas komunikasi berjalan dengan efektif sehingga anggota kelompok memberi respon pada cerita atau fantasi yang sedang berkembang dalam kelompok.

This research aims to develop a theory of fantasy themes in relation to the maintenance of interpersonal relations and group cohesiveness. The study used the constructivist paradigm with qualitative interpretive approach. This study uses a case study of retired who are members of a community. Results of the study explained that the development of fantasy themes to consider the factor of interpersonal relations and the maintenance of group cohesiveness. The establishment of a fantasy theme can be used to maintain group cohesiveness. Group cohesiveness is maintained facilitate members of the group formed a fantasy theme and strengthen the fabric of interpersonal relationships. Interwoven interpersonal relationships have relevance in the establishment and maintenance of a fantasy theme group cohesiveness. Interpersonal relationship that is positive able to make communication activities run effectively so that members of the group to respond to the stories or fantasies emerging in groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2062
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Shabran Jamiila
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kohesivitas kelompok dengan tingkat social loafing pada mahasiswa. Studi-studi terdahulu tentang faktor yang mempengaruhi social loafing terbagi menjadi tiga, yaitu (1) studi-studi dengan fokus kohesi tugas; (2) studi-studi dengan fokus kohesi sosial; dan (3) studi-studi dengan focus kohesivitas kelompok. Social loafing dalam studi ini dilihat dari aspek sosial dan aspek tugas melalui kohesivitas kelompok. Dalam penelitian ini tingkat kohesivitas kelompok berupa individual attraction to group dan group integration akan dilihat hubungannya dengan tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan menggunakan survei kepada 148 mahasiswa D3/D4/S1 Universitas Indonesia Angkatan 2019-2022 serta menggunakan quota sampling. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara tingkat kohesivitas kelompok dengan tingkat social loafing. Kohesivitas kelompok berupa individual attraction to group dan group integration memiliki hubungan signifikan yang berkorelasi negatif dengan tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia. Korelasi negative ini menunjukan semakin tinggi tingkat kohesivitas kelompok yang dimiliki, maka semakin rendah tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia.

This study aims to analyze the relationship between the level of group cohesiveness and the level of social loafing among students. Previous studies on factors that influence social loafing are divided into three, namely (1) studies with a focus on task cohesion; (2) studies with a focus on social cohesion; and (3) studies with a focus on group cohesiveness. Social loafing in this study is seen from social aspects and task aspects through group cohesiveness. In this study the level of group cohesiveness in the form of individual attraction to group and group integration will be seen in relation to the level of social loafing of University of Indonesia students. This research was conducted using a survey of 148 D3/D4/S1 students at the University of Indonesia Class of 2019-2022 and using quota sampling. The results of this study indicate that there is a relationship between the level of group cohesiveness and the level of social loafing. Group cohesiveness in the form of individual attraction to group and group integration has a significant relationship that is negatively correlated with the level of social loafing of University of Indonesia students. This negative correlation shows that the higher the level of group cohesiveness, the lower the level of social loafing of University of Indonesia students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferona Rahmatya
"Kemiskinan sebagai masalah umum di antara negara-negara di dunia telah melahirkan fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang selama 24 jam sehari menghabiskan waktunya di jalan, berusaha bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Data BPS tahun 2000 menyatakan sekitar 31.000 anak jalanan tersebar di jalan-jalan Jakarta. Secara tidak sadar belajar berperilaku keras dalam usaha mempertahankan hidup. Mereka lupa akan kehangatan dan kasih sayang keluarga, dan tak jarang pula lupa akan jati diri.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya seorang biarawati mencoba mengumpulkan beberapa anak jalanan, memberikan rumah sebagai wadah anak-anak tersebut tumbuh kembang menjadi keluarga dan memberikan mereka pendidikan formal dan non formal dengan tujuan agar anak tersebut dapat merasakan kembali hal mereka yang telah hilang dan kelak menjadi mandiri.
Namun hal tersebut tidak mudah. Ratusan anak sudah keluar masuk dari rumah yang diberi nama rumah Kasih Mandiri. Hanya sedikit yang mampu beradaptasi.salah satu penyebab yang dirasakan adalah anak merasa tidak kohesif dengan keluarga barunya. Hal ini dipengaruhi sikap yang terbentuk di jalan yakni curiga dengan pihak baru, sulit berkomunikasi dengan bahasa positif, sulit bersikap saling menghargai dan sering berperilaku agresif untuk menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, dilakukan intervensi dengan tujuan menciptakan anak yang selaras dengan norma YKM dengan salah satu tujuan kegiatan adalah meningkatkan kohesivitas melalui hubungan interpersonal. Menurut FIRO kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh kompatibilitas kebutuhan pada masing-masing anggota kelompok, Ada 3 jenis kebutuhan yakni kebutuhan untuk inklusi, kebutuhan untuk afeksi dan kebutuhan untuk kontrol. Kebutuhan ini akan diwujudkan melalui perilaku yang menginginkan dan yang mengekspresikan. Kelompok dikatakan kompatibel bila masing-masing anggota mendapat kepuasan atas pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kegiatan yang dilakukan berupa experiential learning di alam bebas dalam waktu 6 jam. Melibatkan 22 peserta dari YKM yang berusia 16-18 tahun. Kebutuhan dan perilaku diukur melalui kuesioner FIRO-B.
Berdasarkan hasil pretes dan postest diketahui bahwa dalam 6 jam waktu pelatihan ada peningkatan mean terhadap perilaku inklusi (yakni dari 10,45 menjadi 10,82) dan perilaku afeksi (yakni dari 8,64 menjadi 9,14). Ada penurunan mean terhadap perilaku to control (yakni dari 5,64 menjadi 5,59) dan mean yang tetap terhadap perilaku to be control (3,82). Penurunan mean terhadap perilaku to control dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan untuk mengkontrol pada hampir seluruh peserta 71%. Pada saat pelatihan mereka belajar untuk sating berbagi kontrol sehingga perilaku mengkontrol mereka berkurang. Sedangkan bila dibandingkan antar kelompok, ada 1 kelompok yang memiliki peningkatan pada keempat area kebutuhan dan 1 kelompok yang sama sekali tidak ada peningkatan pada keempat area kebutuhan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang mempengaruhi keberhasilan kelompok antara lain ada pembagian peran dalam kelompok yang baik, saling menerima dan mendukung, lalu membuka diri dan memiliki keinginan berkompetisi yang tinggi.

Poverty as major problems around countries in the world has establishing street child phenomena. Street child are children that spend 24 hours everyday in his/her life in the street, trying to make a living. Based on Central Statistic bureau, around 31,000 street children spread along Jakarta's main roads. Unconsciously, they were learning how to behave violence on way to survive. They can't remember about families warm, love and caring, and many of them, especially teenager having diffusion of their identity.
Lot of effort have been made, one of them are there is noun open her heart to gathered few street children, giving place to stay as home, so the children can growing up like other children. Giving them informal and formal education, for their right as a child and preparing them to become more independent.
It is not as simple as it thought. Hundred street children coming and go, but only few of them are able to adapt and living in this house. One of the reason are they are not feeling cohesive with their new family. This influence with the attitude built in the street, which is less trust with other people, lack of positive communications, hard to give respect to other and often give aggressive behavior to solve problems.
Due to that problem interventionist conducting intervention in order to reducing gap between children and YKM related with norms through interpersonal relation. According to FIRO, group cohesiveness influenced by compatibility of members need. There are 3 kind of need, need for inclusion, need for affection and need for control. These needs can be seen by members wanted and expressed behavior. Group compatible if each members satisfying by fulfilled their need.
Experiential learning in outdoor will be use as training method and participated by 22 children from YKM aged 16-18 years old and takes time around 6 hours training. FIRO- B questionnaire will be use to measure differences in need and behavior. Based on pretest and posttest result, there are increasing mean of inclusion behavior (pretest=10,45;posttest =10,82) and affection behavior (pretest=8,64; posttest=9,14). It is different with control. There is decrease mean in behavior to control (pretest-5,64; posttest-5,59) and no difference in mean of to be control behavior (3,82). Decreasing mean to control behavior happened influence by most of all participant have high need to control (71%), During training session they learn how to share control with other members.
Comparison among groups, I group has increased mean for all area and 1 group doesn't have any change in all area. Based on this training, group success influence by good role defined, respect and motivate each other, open self to other members, and having high competition need.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knapp, Mark L.
Boston: Allyn and Bacon, 1996
302 KNA i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wood, Julia T., 1950-
Singapore : Wadsworth and Cengage Learning, 2013
153.6 WOO i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wood, Julia T., 1950-
Jakarta: Salemba Humanika, 2013
158.2 WOO it
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizanna Rosemary
"Studi mengenai reduksi ketidakpastian dengan subjek pasangan warga Aceh dan non-Aceh ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mencoba menganalisa bagaimana suatu interaksi awal terjadi dalam konteks komunikasi antarpribadi. Sampel penelitian ini terdiri atas tujuh (7) pasang informan yang berada dan menetap di Jakarta, yang terbagi atas tiga (3) pasangan sahabat, dua (2) pasangan kekasih dan dua (2) pasangan suami-isteri yang masing-masing berlatar belakang kultur Aceh dan non-Aceh (Betawi, Sunda dan Jawa). Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi) serta wawancara mendalam (depth interview) terhadap masing-masing informan dengan tempat dan waktu lokasi wawancara yang berbeda-beda.
Melalui Teori Reduksi Ketidakpastian dari Charles R. Berger, telihat bahwa, interaksi awal yang terjadi antar individu yang berbeda latarbelakang kultural berlangsung tanpa adanya rintangan yang berarti bahkan secara mulus meningkat kepada hubungan yang lebih akrab, baik itu dalam bentuk hubungan suami-isteri, kekasih maupun hubungan persahabatan. Rintangan akan muncul, manakala individu yang bersangkutan berhadapan dengan kelompok yang diwarnai dengan berbagai stereotip sosial oleh kelompok yang satu terhadap yang lain secara timbal balik. Dalam kasus penelitian ini, penolakan secara kultural dialami oleh warga Aceh dari pihak lain, dan bukan oleh pasangannya.
Motivasi dan tujuan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak serta pengalaman dan perasaan yang sama sebagai 'pendatang' di Ibukota Jakarta, menjadikan masing-masing pasangan informan yang berbeda latar belakang kultur dengan tingkat pendidikan dan status sosial-ekonomi yang relatif sama, mampu beradaptasi secara cepat dengan kultur yang berbeda. Sehingga hubungan mereka yang pada saat interaksi awal sama sekali belum saling mengenal, dapat berlanjut menjadi hubungan yang lebih akrab. Dengan kata lain telah tercipta ekskalasi hubungan yang relatif lebih tinggi (dekat / intim). Hal ini sesuai dengan Teori Reduksi Ketidakpastian yang telah mengalami perluasan atau revisi, yaitu dimana teori ini tidak hanya mencakup hubungan pada interaksi awal saja, namun juga hubungan pada tingkat yang lebih lanjut (Berger, 1975; Berger & Bradac, 1982; Gudykunst, Yang & Nishida, 1985, Parks & Adelman, 1983).
Berbagai strategi dilakukan oleh masing-masing individu dalam rangka mencari informasi mengenai pasangannya, seperti strategi pasif, aktif dan interaktif. Strategi interaktif dengan teknik self disclosure (pengungkapan diri) lebih banyak diterapkan dalam pencarian informasi mengenai pasangannya, dibandingkan dengan strategi aktif dengan melibatkan pihak ketiga. Strategi aktif ternyata tidak digunakan, mengingat masing-masing pihak lebih memprioritaskan faktor 'kepercayaan' terhadap pasangannya masing-masing dibanding 'kepercayaan' terhadap pihak ketiga sebagai sumber informasi.
Terkait dengan kondisi konflik di Aceh terutama semenjak diberlakukannya Darurat Militer di Aceh Juni 2003 lalu, ternyata sama sekali tidak mempengaruhi hubungan yang telah terjalin antara masing-masing pasangan selama ini. Toleransi dan kepercayaan yang besar terhadap pasangannya, menjadi alasan utama untuk menghindari 'isu politik' dalam komunikasi antarpribadi mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Nurhayani
"Pernikahan merupakan salah satu tahap dalam siklus kehidupan. Keputusan memilih baik disengaja maupun tidak untuk menikah atau menundanya sementara waktu, tergantung pada bagaimana seseorang merespon alternatif yang ada dalam masyarakat. Yang jelas, apa pun keputusannya - menikah atau tidak - sebagian besar tergantung pada individu yang bersangkutan. Jika dulu masyarakat (khususnya orangtua) begitu anaknya dewasa sibuk mencarikan jodoh yang tepat, saat ini meskipun masih ada, kebiasaan itu memudar. Individu lebih bebas memilih pendampingnya. Salah satu alternatif untuk mencari teman dan kalau mungkin melanjutkannya ke jenjang pernikahan adalah melalui Rubrik Kontak SK Kompas. Dalam memahami konsep diri peminat & peserta Kontak, juga bagaimana mereka mempersepsi dirinya, penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan definisi konsep diri dari Adler & Towne, terutama bagaimana seseorang melihat dirinya dalam tiga dimensi dari diri, yaitu: perceived self, desired self, dan presenting self. Adler & Towne mendefinisikan konsep diri sebagai sekumpulan persepsi seseorang yang relatif stabil mengenai dirinya sendiri baik dari segi fisik, sosial maupun psikologisnya. Perubahan konsep diri dimungkinkan dengan adanya reflected appraisal & social comparison. Penilaian yang berbeda dari kenyataan yang sebenarnya disebabkan antara lain adanya obsolete information, distorted feedback, the myth of perception, dan social expectation. Penulis mengamati & mewawancarai tujuh informan berusia 32-45 tahun yang belum menikah, kemudian penulis uraikan gambaran diri dan pergaulan informan. Selanjutnya penulis analisa berdasarkan persepsi fisik, psikologis, & persepsi sosial informan. Kemudian penulis membandingkan antara gambaran diri informan yang bersifat pribadi (perceived self), dengan gambaran diri yang bersifat publik (presenting self) dan gambaran diri yang ideal (desired self).
Hasil penelitian sebagai berikut: terdapat kesesuaian antara beberapa elemen dari dimensi konsep diri beberapa informan, juga ketidaksesuaian antara beberapa dimensi konsep diri informan lainnya yang berkorelasi dengan keterlambatan para informan untuk menikah. Pada elemen fisik, untuk informan kedua, ketiga, keempat, kelima, dan ketujuh terdapat kesesuaian antara ketiga dimensi diri. Namun pada informan pertama, dan keenam hanya terdapat kesesuaian antara perceived self dengan presenting self. Pada elemen sosial, dikategorikan dalam kelompok : Pertama, berkaitan dengan persahabatan dan kekeluargaan, terdapat kesesuaian antara ketiga dimensi diri pada informan pertama, ketiga, keempat, kelima, & ketujuh. Sedangkan pada informan kedua, & keenam terdapat ketidak sesuaian antara ketiga dimensi tersebut. Kedua, berkaitan dengan penjajagan atau pergaulan dengan lawan jenis yang mengarah pada pernikahan. Pada keseluruhan informan, terdapat kesesuaian antara dimensi perceived self dengan desired self, namun bila dikaitkan dengan presenting self, terdapat ketidaksesuaian antara ketiganya. Semua elemen konsep diri baik fisik, psikologis maupun sosial berkaitan dengan belum menikahnya para informan sampai berusia 32-45 tahun, namun yang tampak dominan adalah elemen psikologis. Pada umumnya dalam elemen ini, terdapat kesesuaian antara perceived self dengan desired self, tetapi jika dihubungkan dengan presenting self, terdapat ketidaksesuaian antara ketiga dimensi tersebut. Ketidaksesuaian antara tiga dimensi tersebut disebabkan adanya obsolete information, distorted feedback, the myth of perfection, dan social expectations. Para informan menganggap pernikahan adalah hal yang sakral, karena itu sebaiknya menikah sekali seumur hidup. Semua informan berharap suatu saat akan bertemu dengan seseorang yang dapat dijadikan pendamping hidup. Lima informan belum menikah karena faktor ketidaksengajaan (choosing by default), dan dua informan memilih dengan sengaja (choosing by knowledgeably)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayip Fahmi Faturochman
"Studi ini memberikan pemahaman mengenai tujuan relasi antarpribadi mahasiswa/i pengguna Tinder dalam menggunakan Tinder. Penelitian ini juga memberikan pemahaman mengenai bagaimana mahasiswa/i pengguna Tinder menggunakan aplikasi ini dan sejauh mana mereka mengembangkan hubungan dengan match yang ditemukan. Penelitian dikembangkan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna Tinder yang diteliti memiliki tujuan relasi, penggunaan dan pengembangan hubungan dengan match yang bervariasi. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal, yang mampu membentuk penggunaan Tinder dan pengembangan hubungan pengguna Tinder dengan match yang ditemukan.

This study provides an understanding of the college students’ various interpersonal relational goals of using Tinder. This study provides insights on how college students use Tinder and how far they develop their relationship with a match. The study was developed with a qualitative approach with in-depth interviews as data collection technique. The results showed that college students that use Tinder have varied relational goals, usage and relationship development level. The study also indicates that there are several internal and external factors, that are able to establish the use of Tinder and the relationship development with match amongst college students’ users.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh IQ, tetapi juga
oleh kemampuannya membina relasi dengan orang lain (interpersonal skill).
Penulis mengamati bahwa interpersonal skill dari orang-orang yang sudah
menikah sering kali dipengaruhi oleh tingkat kecemasan terhadap pasangan
(anxiety) dan tingkat kejauhan hubungan dengan pasangan (avoidance).
Menurut penelitian terdahulu di bidang psikologi didapat bahwa anxiety dan
avoidance mempengaruhi tingkat keceriaan dan tingkat optimisme (general
mood).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola atau model hubungan
variabel anxiety, avoidance, general mood, dan pengaruhnya terhadap
interpersonal skill secara langsung maupun tak langsung dengan
menggunakan Structural Equation Model (SEM) untuk data yang telah
dikonversi menggunakan Successive Intervals. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anxiety dan avoidance tidak secara langsung mempengaruhi
interpersonal skill seseorang, tetapi secara langsung mempengaruhi general
mood; dan general mood mempengaruhi interpersonal skill. Sehingga dapat
disarankan untuk memperbaiki interpersonal skill dari seseorang yang sudah
menikah, seorang psikolog perlu meninjau faktor anxiety dan avoidance dari
orang tersebut, terutama faktor anxiety. Untuk memperbaiki faktor anxiety, psikolog tersebut disarankan untuk pertama kali meninjau dan memperbaiki
kecemasan terhadap hubungan dengan pasangan dari orang tersebut."
Universitas Indonesia, 2005
S27594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>