Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Iza Yurista
"[ABSTRAK
Tulisan ini membahas berbagai perspektif tentang hijab antara akademisi, masyarakat barat, feminis, politisi dan perempuan berhijab. Mereka memiliki interpretasi yang berbeda mengenai hijab. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis alasan perempuan Muslim menggunakan hijab yang bertolak belakang dengan penyataanpernyataan
dari orang-orang yang yang mendukung pelarangan penggunaan burqa. Penelitian ini diurai dengan
penjelasan singkat tentang hijab dan dilanjutkan dengan analisis tentang isu pelarangan penggunaan niqab atau
burqa dan alasan perempuan menggunakan hijab. Data diperoleh dari tinjauan pustaka dan video. Hasil dari
penelitian ini adalah perdebatan terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang Islam dari pihak-pihak yang
melarang penggunaan burqa dan mereka mengabaikan alasan perempuan-perempuan Muslim menggunakan hijab.
Perempuan Muslim di negara-negara barat melihat hijab sebagai bentuk kebebasan bagi mereka dan ekspresi diri
untuk mendekatkan kepada Sang Pencipta tanpa paksaan.;Muslim women who wear hijab.ABSTRACT All of them have their own interpretation regarding hijab. The purpose of this
research is to analyze Muslim women?s reasons in donning hijab which contradicts with the statements of people
whom support burqa ban. The research sets out with brief explanation of hijab, and then it is followed by an
analysis of niqab or burqa ban issue and women?s reasons of wearing hijab. Data are obtained from literature
reviews and watching videos. The result is the debate occurs because people, who support the burqa ban, have
poor knowledge about Islam and they ignore Muslim women?s reasons of wearing hijab. Muslim women in
Western countries find hijab as their liberation and their self-expressions in order to be closer to God without
being forced., Muslim women who wear hijab. All of them have their own interpretation regarding hijab. The purpose of this
research is to analyze Muslim women’s reasons in donning hijab which contradicts with the statements of people
whom support burqa ban. The research sets out with brief explanation of hijab, and then it is followed by an
analysis of niqab or burqa ban issue and women’s reasons of wearing hijab. Data are obtained from literature
reviews and watching videos. The result is the debate occurs because people, who support the burqa ban, have
poor knowledge about Islam and they ignore Muslim women’s reasons of wearing hijab. Muslim women in
Western countries find hijab as their liberation and their self-expressions in order to be closer to God without
being forced.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Maryam
"Penelitian ini membahas mengenai makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Fesyen atau busana merupakan sesuatu yang dipakai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Fesyen muslim adalah busana yang memiliki nilai-nilai spiritual bagi penggunanya. Pada masa pandemi Covid-19 ini, fesyen muslim tidak berhenti mengalami perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti melihat adanya kekhasan dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Kekhasan tersebut terlihat melalui tahapan fenomenologi hingga akhirnya terlihat makna budaya yang terdapat dalam fenomena perkembangan fesyen muslim di Indonesia dalam masa pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di masa pandemi Covid-19 di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat dua macam makna budaya pada perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19, yaitu makna spiritual dan makna estetika yang memengaruhi perkembangan fesyen muslim pada masa itu.

This study discusses the value of culture in the development of muslim fashion in Indonesia during the pandemic of Covid-19. Fashion or clothing is everything that is worn from head to toe. Muslim fashion is clothing that has spiritual values for its users. During the Covid-19 pandemic, Muslim fashion did not stop experiencing developments. This research uses qualitative method. The researcher saw a peculiarity in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This uniqueness can be seen through the phenomenological stages until finally the cultural meaning contained in the phenomenon of the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. The purpose of this research is to explain the meaning of culture in the development of Muslim fashion during the Covid-19 pandemic in Indonesia. The results of this study are that there are two kinds of cultural meaning in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic, namely spiritual meaning and aesthetic meaning that influenced the development of Muslim fashion at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saniyah Pertiwi
"Tak hanya berangkat dari nilai agama, pemaknaan jilbab saat ini berkembang hingga menjadi gaya hidup. Permasalahan jilbab di Indonesia berkembang mengikuti zaman sehingga memiliki kerumitan yang menarik untuk ditelusuri. Adanya kebiasaan masyarakat di Indonesia yang kerap mempertanyakan keputusan berjilbab atau tidak berjilbabnya seseorang menggambarkan bagaimana antara jilbab dan perempuan di Indonesia dipandang bukan sebagai hal yang privasi. Artikel ini hendak membahas bagaimana fenomena mempertanyakan keputusan berjilbab atau tidak berjilbab berdasarkan epistemologi ignorance, yakni menelusuri dan menjelaskan bagaimana ignorance terbentuk dan dipertahankan dalam fenomena tersebut. Pengungkapan kerumitan pengalaman perempuan mengenai jilbabnya menjadi bagian dari epistemologi ignorance. Artikel ini menggunakan metode studi pustaka untuk menyajikan data dan mendapatkan sumber, lalu metode refleksi kritis untuk menelusuri dan merefleksikan ignorance dalam fenomena penelitian. Artikel ini menyimpulkan bahwa menanyakan perihal berjilbab atau tidak berjilbab kepada perempuan adalah mengabaikan pengalaman subjektif perempuan dan mengganggu otonomi perempuan karena menimbulkan penilaian yang serba salah terhadap perempuan dan pelanggaran HAM.

Apart from religious values, the meaning of hijab is currently developing into a lifestyle. The problem of the hijab in Indonesia evolves over times and it has a fascinating complexity to be examined. The cultural habit in Indonesian society who often questions the decision to wear a hijab or not to wear a hijab illustrates how the hijab and women in Indonesia are not considered as a matter of privacy. This article will discuss how the phenomenon of “questioning the decision to wear a hijab or not wear hijab” based on the epistemology of ignorance, which is to investigate and explain how ignorance is formed and preserved in this phenomenon. The revelation of the women’s complex experiences about their hijab is part of the epistemology of ignorance. This article uses the literature study method to present data and obtain sources, then the critical reflection method to explore and reflect on ignorance in the research phenomenon. At the end of the article, it will conclude that interfering in women’s decision about wearing or not wearing the hijab is a form of ignoring women's subjective experiences and irritate women's autonomy because it creates false judgement and human rights violations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Dewi
"Jilbab dalam perkembangannya ternyata tidak hanya dimaknai sebagai simbol kepatuhan umat Muslim terhadap tuntunan agama. Jilbab juga dimaknai secara berbeda, yaitu sebagai simbol fashion, khususnya oleh anggota komunitas Hijabers di Jakarta. Perkembangan fashion di bidang jilbab telah membuat komunitas ini menyebarkan pemaknaan simbol baru mengenai jilbab.

Veil in its development was not only meant as a symbol of Muslim adherence to their religious beliefs. Veil is also interpreted differently, specifically as a symbol of fashion, especially by members of the Hijabers Community in Jakarta. The developments of fashion in hijab has made this community spread the meaning of the new symbol of the veil.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Agustinus Alexander
"Sejarah panjang Islam dan budaya populer di Indonesia memunculkan fenomena baru yang disebut hijab cosplay pada awal tahun 2000. Diskursus mengenai apa itu hijab cosplay dan bagaimana hal tersebut mewakili identitas grup sebagai perempuan muslim dan pecinta J-Pop amsih menjadi perbincangan yang tabu dan kontroversial di kalangan publik. Bagaimana cosplayer menggunakan dan memodifikasi hijabnya agar sesuai dengan karakter yang diperankan bertentangan dengan autentisitas cosplay dan kesalehan perempuan muslim berhijab. Menggunakan metode penelitian etnografi, penelitian ini mengadakan FGD terhadap 10 cosplayer berhijab Indonesia yang didapat dari Facebook dan Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cosplayer berhijab mengartikan autentisitas dan persaingan identitas sebagai perempuan muslim yang berhijab dan sebagai cosplayers. Penelitian ini menunjukan bahwa autentistias hijab cosplay dapat diproduksi dan dinegosiasikan dengan mempertimbangkan konteks historitas dan budaya. Identitas mereka yang berkontestasi juga menempatkan mereka kedalam kategori “ruang antara” atau “ruang ketiga”, atau yang disebut dalam penelitian ini sebagai pertunjukan identitas yang “slippery” atau licin. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa identitas yang hijab cosplay yang “slippery” dapat dijelaskan menggunakan kerangka Pos-Islamisme dari Asef Bayat sebagai hasil dari negosiasi antara Islamisme dan modernitas dalam konteks Islam di Indoneisa.

The rise of Hijab Cosplay since the early 2000s should be contextualized within the long history of Islam and and pop culture in Indonesia. The discourse about what Hijab Cosplay is and how it represents young muslim women’s identity as well as fans of J-Pop, remain taboo and controversial in public discussions. The way cosplayers use hijab and modify their costumes to fit into a character has also also been considered to be in contrast with the notion of authenticity of cosplay performance as well as the identity of pious hijabi muslim women. The main method of data collection is through ethnography, in which the researcher conducted FGDs with 10 Indonesian hijabi cosplayers from social media such as Facebook and Instagram. This study aims to understand how they define authenticity and what the Hijab Cosplay Community is trying to say about their contesting identity as young hijabi Muslim women and cosplayers. The study shows that the authenticity of hijab cosplay is produced and negotiated by considering the cultural and historical context. Their contesting identities also put them in an in-between or third space, which could also be read as “slippery” performance of identity. This study also shows that such Hijab Cosplay’s slippery identity could be explained through the framework of Asef Bayat’s Post-Islamism as the result of negotiation between Islamism and modernity in the context of Islam in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Citra Ilmy
"Fashion telah menjadi suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang dapat mencerminkan identitas diri. Saat ini, wanita Muslim memiliki kesadaran lebih terhadap citra diri dan identitas sosial mereka sehingga mempengaruhi konsumsi mereka salah satunya terhadap hijab fashion. Hijab fashion merepresentasikan citra dari wanita Muslim yang membawa pesan taat pada perintah agama namun juga terlihat fashionable. Disisi lain, ternyata konsumsi pakaian fashion juga memiliki tujuan tersirat untuk menunjukan status sosial seseorang karena dianggap sebagai barang konsumsi publik. Dengan demikian, hijab fashion berpotensi memiliki hubungan dengan materialisme dan konsumsi status. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran fashion (fashion consciousness) pada konsumsi hijab fashion dan hubungannya terhadap religiusitas,konsumsi status, dan materialisme. Sampel penelitian ini adalah wanita milenial berhijab di Indonesia. Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya berpakaian, motivasi fashion, sumber pengetahuan fashion, keunikan fashion, materialisme, dan konsumsi status secara positif mempengaruhi kesadaran fashion. Sementara religiusitas signifikan memoderasi pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran fashion terhadap kesadaran fashion secara keseluruhan, kecuali pada faktor materialisme dan sumber pengetahuan fashion. Sementara, kesadaran fashion secara positif mempengaruhi konsumsi hijab fashion. 

Fashion has become a lifestyle in appearance that can reflect self-identity. Nowadays, Muslim women having more conscious of their self-image and social identity, which affects their consumption, one of which is hijab fashion. Hijab fashion represents the image of Muslim women who carry a message obedient as religious orders but also looks fashionable. On the other hand, consumption of fashion clothing also has an implied purpose to show one's social status because it is considered as a public consumption good. Thus, hijab fashion has a potential relationship with materialism and status consumption. The purpose of this study is to determine factors that influencing fashion consciousness on hijab fashion consumption and its relationship to religiosity, status consumption, and materialism. The sample of this study consist of millennial women wearing hijab in Indonesia. This study using Structural Equation Modeling (SEM) for data processing methods. The results showed that dressing style, fashion motivation, sources of fashion knowledge, fashion uniqueness, materialism, and status consumption are positively influence fashion consciousness. While religiosity is significantly moderated the influence of a whole factor that effect fashion consciousness against fashion consciousness, except for materialism and the source of fashion knowledge factors. Meanwhile, fashion consciousness has positively affects the hijab fashion consumption.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Khairunnisa S.
"Berbagai alasan mengapa wanita di Indonesia menggunakan hijab saat ini, membuat
Penggunaan hijab sendiri memiliki berbagai makna dibalik penggunaan hijab. Sebagian wanita muslimah di Indonesia yang memakai jilbab mengartikan hijab itu bagian dari syariah, ketakwaan, identitas, penanda bagian, perlawanan, fashion, mengikuti modernitas, dan melindungi diri dari laki-laki. Proses berjilbab bagi wanita muslimah bukanlah tujuan, tetapi masih sebuah proses. Proses-proses ini ditinjau sehingga menimbulkan kebingungan dalam menafsirkan memakai hijab kembali. Hal ini menimbulkan fenomena baru yaitu trend melepas jilbab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mencari tahu mengapa melepas jilbab bisa dibentuk dan bagaimana wanita muslimah yang telah melepas hijab dalam memaknai hijab, serta bagaimana membentuk identitas identitas baru Wanita muslimah yang melepas jilbabnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
(FISIP UI) sebagai salah satu fakultas yang dikenal sebagai fakultas sekuler dengan dinamika yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar Wanita muslimah yang telah melepas jilbabnya, bagi para informan difokuskan pada pada perilaku lahiriah dan pemeliharaan aturan berpakaian tertentu, bukan pada makna praktik berkerudung. Karena itu, menjauhkan diri dari model ketakwaan seseorang wanita muslimah. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa melepas jilbab menanamkan hubungan baru dengan tubuhnya, terkait dengan bagian-bagian tubuhnya yang terlihat dengan dengan cara baru, membentuk kembali kepekaannya terhadap pandangan dunia luar di beberapa bagian tubuh yang sampai saat itu tetap tertutup, sebagai bagian dari 'privasi' pribadinya.

The use of hijab itself has various meanings behind the use of hijab. Some Muslim women in Indonesia who wear the hijab interpret the hijab as part of sharia, piety, identity, part marker, resistance, fashion, following modernity, and protecting themselves from men. The process of veiling for Muslim women is not a goal, but still a process. These processes are reviewed so that it creates confusion in interpreting wearing the hijab again. This gives rise to a new phenomenon, namely the trend of removing the hijab. The purpose of this study is to examine and find out why removing the hijab can be formed and how Muslim women who have removed their hijab interpret the hijab, as well as how to form a new identity for Muslim women who take off their headscarves. This study uses an ethnographic method conducted at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia
(FISIP UI) as one of the faculties known as a secular faculty with very high dynamics. The results of this study indicate that the image of Muslim women who have removed their headscarves, for the informants, is focused on outward behavior and the maintenance of certain dress codes, not on the meaning of veiling practices. Therefore, stay away from the model of piety of a Muslim woman. This research then found that removing the hijab instilled a new relationship with her body, related to the parts of her body that were seen in new ways, reshaping her sensitivity to the view of the outside world in some parts of the body that until then had remained closed, as part of 'privacy'. personal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidyana Arifah
"Sebagaimana disebutkan di dalam Alquran kitab suci bagi umat Islam, bahwa seorang wanita Muslim diharuskan menggunakan jilbab atau hijab. Namun tidak semua wanita muslim menggunakannya. Pada tahun 1980-an penggunaan jilbab atau hijab mayoritas berada di lingkungan pesantren yang memiliki religiusitas tinggi. Namun beberapa tahun belakangan ini wanita Muslim pengguna hijab mengalami peningkatan yang sangat besar dalam aktivitasnya sehari-hari. Fenomena ini didukung oleh adanya berbagai modifikasi dalam hijab fashion. Hijab telah bertransformasi dari model-model tradisional menjadi terlihat lebih modern dan fashionable. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiositas, subjective norm SN dan perceived behavioral control PBC terhadap keputusan wanita muslim berhijab berdasarkan Theory of Planned Behavior TPB. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner dengan pertanyaan tertutup mengenai religiosity, subjective norms dan perceived behavioral control kepada lebih dari 200 wanita muslim di 3 provinsi di Indonesia. Analisis data menggunakan metode analisis faktor dan regresi logit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan berhijab. Religiosity berkorelasi positif dengan SN dan PBC. SN dan PBC berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan wanita berhijab. Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan informasi kepada produsen untuk memahami konsumennya.

As stated inside the Al Quran, the holy book for Muslims, a Muslim woman is obligated to wear jilbab a veil. In 1980s, the use of the veil or hijab located majority in the pesantren Islamic boarding school which relatively has a high religiosity. However, several years recently, the hijab users Muslim women experienced a significant increase. This phenomenon is supported by the various modifications in the fashion of hijab. Hijab has transformed from the traditional designs into the more modern and fashionable ones. Therefore, this research aims to observe the influence of religiosity, the Subjective Norm SN , and the Perceived Behavioral Control PBC against the decision of Muslim women to wear hijab according to the Theory of Planned Behavior TPB. This research is undertaken by spreading the questionnaires with closed questions about religiosity, SN, and PBC to 270 Muslim women in three provinces in Indonesia. Data analysis used factor analysis and logit regression. The outcome of this research illustrates that religiosity indirectly connected to the decision of wearing hijab. Religiosity has a positive correlation with SN and PBS. Furthermore, SN and PBC produce a significant impact to the decision of Muslim women to use hijab. This study also attempts to give information for hijab producers to understand their consumers."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayuni Setyabudi Enggardini
"Makalah ini membahas inovasi budaya yang dilakukan cosplayer berhijab masa kini. Pembahasan dalam makalah ini menggunakan teori inovasi budaya oleh Douglas Holt dan Douglas Cameron. Penelitian ini difokuskan pada cosplayer berhijab di Indonesia masa kini dengan menggunakan metode kualitatif. Hijab cosplay muncul di Indonesia dan menjadi suatu genre baru dalam dunia cosplay. Inovasi budaya yang dilakukan cosplayer berhijab membentuk karakter-karakter baru yang unik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu bentuk-bentuk inovasi budaya yang dilakukan cosplayer berhijab di Indonesia masa kini.

This study reports about cultural innovations that hijab cosplayer made today. The study uses the theory of cultural innovation by Douglas Holt and Douglas Cameron. This research is focused on hijab cosplayer in Indonesia today by using qualitative method. Hijab cosplay appeared in Indonesia and became a new genre in the cosplay world. Cultural innovations by cosplayer form unique new characters. The purpose of this study is to find out the forms of cultural innovation made by hijab cosplayer in Indonesia today."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Agustin Nursyahbani
"Gaya hidup muslimah perkotaan melalui pilihan model berjilbabnya menjadi fokus kajian dari skripsi ini, khususnya yang dipraktekkan Hijabers Community, sebuah kelompok atau kumpulan muslimah muda berjilbab. Studi ini berupaya menggali bagaimana gaya berjilbab dan berbusana yang fashionable pada Hijabers Community dikonstruksikan dan kemudian digunakan sebagai simbol untuk merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan. Penelitan ini dilakukan di Jakarta dengan metode kualitatif (studi kasus), yang didukung dengan data survey guna menggambarkan karakteristik maupun aktivitas gaya hidup anggota HC yang berjumlah 31 orang. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di kalangan muslimah anggota komite HC terindikasi berkembang gaya hidup konsumtif yang melekat dengan budaya "leisure time‟ dilihat berdasar pilihan aktivitas, tempat dan strukturkonsumsinya. Kesamaan latar belakang sosial-ekonomi antar anggota komite HC berkontribusi pada kesamaan pilihan pola konsumsi, yang sekaligus jadi simbol status, serta gaya hidup anggota komite Hijabers Community. Pilihan ini juga berperan dalam pemaknaan anggota komite Hijabers Community terhadap gaya berbusana berjilbab yang fashionable, yang dibentuk oleh habitus prestise dan keislaman yang moderat. Nilai dan norma HC sebagai kelompok berperan dalam penanaman dan penyebarluasan nilai keislaman dalam berbusana, yang sekaligus menjadi modal simbolik Hijabers Community pada ranah kultur fashion muslimah perkotaan. Modal simbolik ini menjadi potensi berkembangnya modal ekonomi maupun sosial, bahkan kultural, karena gaya berjilbab dan berbusana HC yang fashionable dapat mengkonstruksi makna Islam dan Jilbab sekaligus merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan.

This study concerns the lifestyle of urban Muslim women shown by their style of veil, especially in Hijabers Community as a community for young Muslim women wearing veil. The purpose is to dig into styles of hijab and the fashionable clothings of the members used as a symbol to represent the lifestyle of urban Muslim women. This study conduct in Jakarta uses qualitative method and supported by survey data to describe lifestyle of 31 Hijabers Community‟s comittee. The data collected showed a consumptive lifestyle that comes along with "leisure time" culture of the Hijabers Community members, shown by activity choice, place dan consumption structure. Their homogeneous social-economic condition shapes a common selection of consumption among the committee members of Hijabers Community at the same time become a status symbol and lifestyle of Hijabers Community‟s comittee. This selections have a role in meanings of the committee members of Hijabers Community towards lifestyle and fashionable style ,were shaped by the habitus of prestige and moderate Islam. Group‟s values and norms takes a role at socializing Islamic values relating to clothing style and become symbolic capital for Hijabers Community in field of urban muslim women‟s fashion. This symbolic capital potentials to brings advantages to in accumulating their own social, economic even cultural capitals. Because Hijabers Community veiling style and fashionable clothings can constructs Islamic meaning and also represents urban Muslim women‟s lifestyles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>