Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tya Rachmawati
"Dalam menunjang kontinuitas dan kualitas supply air bersih ke konsumen saat terjadi gangguan (disruption) yang terjarli, PT. XYZ merencanakan akan menambah reservoar baru (reservoar development plan). Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan proyek dengan menggunakan metode NPV, IRR, PI, Payback Period dan Discount Payback Period dengan menggunakan scenario analysis dan sensitivity analysis. Skenario penelitian adalah waktu pengerjaan proyek yang terrnasuk di dalam project management (6,9, dan 12 bulan). Selanjutnya dari masing-masing skenario dilakukan perhitungan sensitivity analysis terhadap perubahan volume of sold dan non revenue water (NRW) dengan menggunakan skenario base, optimistic, dan pesimistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek pembangunan reservoar baru dalam skenario pengerjaan proyek baik selama 6, 9, dan 12 bulan dengan berbagai sensitifitas Iayak untuk dilakukan kecuali sensitifitas pesimistic. Skenario proyek terbaik adalah selama 6 bulan karena akan memperkecil risiko ketidakpastian proyek.

In supporting the continuity and quality of water supply to consumers during disruption that occur, PT. XYZ plans to add a new reservoar (reservoar development plan). This research project aims to determine feasibility of using the NPV, IRR, PI, Payback Period and Discount Payback Period using scenario analysis and sensitivity analysis. The scenario was the project completion time (6, 9, and 12 months). Furthermore, from each of the scenarios performed calculation based on the sensitivity analysis in changes of volume of sold and non revenue water (NRW) using base, optimistic, and pessimistic scenarios. Result of this research showed that the construction of new reservoar projects using project completion time scenario with a range of 6, 9, and 12 months are feasible to all of sensitivity that is used, except for pesimistic sensitivity. The best scenario is a project for 6 months because it will minimize the risk of uncertainty."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T44126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Halim
"Sebagaimana telah dideskripsikan dalam perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah investasi pembangunan pabrik baru yang dilakukan Firma Trico Paint Factory dapat memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan dengan melakukan penganggaran modal dan evaluasi keekonomian 4 metode yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) , Profitability Index (PI) dan Discounted Payback Period (DPP).
2. Menganalisis dampak ketidakpastian di masa mendatang terhadap kelayakan investasi dengan melakukan analisis risiko dengan simulasi Monte Carlo untuk proyek investasi pembangunan pabrik baru.
3. Menggunakan hasil dari analisis penganggaran modal dan analisis risiko dari investasi proyek untuk memberikan gambaran tentang pengaruh/dampak dari pembangunan pabrik baru terhadap perusahaan untuk pemilik FTPF sehingga bisa memberikan bantuan dalam memutuskan apakah proyek pembangunan pabrik baru perlu dijalankan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T40837
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Karjanto
"ABSTRAK
PT. XYZ adalah sebuah anak perusahaan dari suatu
kelompok usaha besar, yang bergerak dalam bidang produksi
dan pemasaran produk?produk pipa fiber semen dan bahan
bangunan (building product). Dengan adanya dorongan
eksternal dan internal, maka PT. XYZ melihat adanya suatu
peluang usaha yang cukup prospektif, yaitu merencanakan
untuk memproduksi bahan dinding rumah, yang dikenal
dengan nama Arcon Panel. Produk Arcon Panel ini
mempunyai kelebihan teknologi yang dapat dihandalkan,
yaitu ringan dan kuat, jika dibandingkan dengan produk
substitusi atau pesaingnya, seperti Hollow Concrete Block
atau bata batako. Teknologi yang digunakan berasal dari
perusahaan Raute?Streif OY, perusahaan campuran antara
Finlandia dan Jerman.
Sehubungan dengan proyek investasi produk Arcon
Panel, maka manajemen PT. XYZ telah melakukan analisis
penganggaran barang modal (capital budgeting) terhadap
rencana proyek investasi tersebut. Dalam analisis
tersebut, teIah direncanakan bahwa proporsi struktur
pembiayaan antara modal sendiri dengan pinjaman bank
adalah 15% : 85% dengan tingkat bunga pinjaman bank
sebesar 18% per tahun.
Adanya kebljaksanaan pemerintah Amerika Serikat
dengan menaikan tingkat suku bunga depositonya beberapa
waktu yang lalu mengakibatkan naiknya tingkat bunga
kredit (pinjaman bank), baik di dunia perbankan Indonesia
maupun di dunia Internasional pada akhir-akhir ini.
Kenaikan tingkat bunga pinjaman bank tersebut menyebabkan
rencana proyek investasi produk Arcon Panel dipertanyakan
kembali kelayakannya, disamping untuk mengetahui apakah
dengan proporsi struktur pembiayaan yang direncanakan
semula telah memberikan hasil investasi yang optimal,
guna memaksimumkan nilai perusahaan.
Industri bahan bangunan, seperti usaha lainnya
termasuk usaha yang sangat dipengaruhi oleh daya beli
masyarakat/konsumen. untuk itu, diperlukan pemilihan
segmen pasar dan kebijakan harga jual produk yang tepat,
agar dapat diperoleh proyeksi volume penjualan produk,
yang selanjutnya akan menentukan pula kapasitas produksi
yang akan direncanakan. Berdasarkan proyeksi penjualan
di dalam negeri dan perencanaan kapasitas produksi
pabrik, maka diperkirakan bahwa dalam tempo lima tahun
PT. XYZ akan dapat memasarkan atau menjual 975.445 meter
persegi panel.
Untuk dapat mencapai hal tersebut di atas, maka
diperkirakan rencana proyek investasi produk Arcon panel
memerlukan dana investasi sebesar Rp. 7.926.340.000,
Direncanakan bahwa dana investasi tersebut akan dibiayai
dengan modal sendiri sebesar 15% atau Rp. 1.173.340.000,-
dan pinjaman bank sebesar 85% atau Rp. 6.753.000.000,-
dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 18% per tahun.
Dan rencana dana investasi tersebut di atas, sebesar
Rp. 5.644.500.000,? akan digunakan untuk pembelian aktiva
tetap (capital expenditure), sebesar Rp. 479.000.000,
dipergunakan untuk pengeluaran proyek (project expenses)
dan sebesar Rp. 1.802.150.000,? dipergunakan untuk modal
kerja (working capital).
Dalam analisis penganggaran barang modal proyek
investasi ini, diasumsikan bahwa besarnya biaya modal
sendiri harus lebih tinggi dari tingkat bunga pinjaman
yang diperkirakan akan berlaku selama periode investasi,
yaitu sebesar 24%. Hal ini didasarkan bahwa besarnya
biaya modal sendiri mencerminkan juga besarnya tingkat
pengembalian yang dipersyaratkan atas modal sendiri yang
digunakan untuk investasi. Selanjutnya, diasumsikan pula
bahwa risiko proyek sama dengan risiko perusahaan.
Berdasarkan besarnya tingkat bunga pinjaman, biaya modal
sendiri, tarif pajak pendapatan dan risiko proyek, maka
dapat ditentukan biaya modal (wACC) sebagai faktor
diskonto terhadap arus kas bersih tahunan proyek
investasi. Berdasarkan rencana investasi semula, maka
diperoleh WACC proyek investasi semula sebesar 13,55%.
Selanjutnya, dalam analisis ini, estimasi arus kas
dilakukan selama sepuluh tahun, di luar tahun nol
(periode konstruksi), mengingat umur mesin dan peralatan
secara ekonomis adalah sepuluh tahun. Kemudian,
berdasarkan estimasi arus kas bersih tahunan dan WACC
proyek investasi rencana semula diperoleh nilai sekarang
bersih (NPV) sebesar Rp. 3.999.645.515,. Dengan nilai
sekarang bersih (NPV) sebesar itu, maka proyek investasi
produk Arcon Panel layak untuk dlaksanakan.
Adanya perubahan eksternal dan dalam usaha untuk
memaksimumkan nilal perusahaan, maka hal tersebut secara
finansial dapat mempengaruhi kelayakan proyek investasi
produk Arcon Panel, terutama melalui mekanisme perubahan
tingkat bunga pinjaman dan proporsi struktur pembiayaan,
sehingga ekspektasi PT. XYZ terhadap proyek investasi
tersebut harus disesuaikan pula. Berdasarkan
sensitivitas terhadap tingkat bunga pinjaman dan proporsi
struktur pembiayaan, maka diperoleh nilai sekarang bersih
(NPV) terbesar pada tingkat bunga pinjaman 18% per tahun
dengan proporsi struktur pembiayaannya 10% : 90%, yaitu
sebesar Rp. 4.496.496.973, kemudian nilai sekarang
bersih (NPV) terkecil diperoleh pada tingkat bunga
pinjaman 23% per tahun serta dengan proporsi struktur
pembiayaannya 40%:60%, yaitu sebesar (Rp.139.352.757,-)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bila tingkat bunga
pinjaman yang disepakati antara PT. XYZ dengan pihak bank
sesuai dengan yang direncanakan semula, yaitu 18% per
tahun, maka PT. XYZ memiliki peluang untuk lebih
mengoptimalkan proporsi struktur pembiayaannya menjadi
10% : 90%, agar dapat memaksimalkan nilai perusahaannya.
Akan tetapi, hal tersebut mengandung konsekuesi bahwa PT.
XYZ harus dapat mencapai tingkat kinerja seperti yang
dipersyaratkan dalam analisis penganggaran barang modal
proyek investasi produk Argon Panel, agar pendapatan yang
dfharapkan dapat tercapai dan biaya-biaya maupun seluruh
kewajibannya dapat dipenuhi demi kelancaran jalannya
usaha proyek investasi tersebut, disamping untuk menjaga
kredibilitas perusahaan di mata kreditur maupun di
masyarakat.
Bila tingkat bunga pinjaman yang disepakati berubah
dan menirigkat dari apa yang telah direncanakan semula,
maka proyek investasi produk Arcon Panel masih Ìayak
untuk dilaksanakan sampai pada proporsi struktur
pembiayaan 35% : 65% dengan tingkat bunga pinjaman
sebesar 23% per tahun. Bila melebihi proporsi struktur
pembiayaan tersebut di atas, misaInya 40% : 60%, maka
proyek investasi tersebut menjadi tidak layak untuk
dilaksanakan, mengingat nilai sekarang bersih (NPV)?nya
sudah berubah menjadi negatif.
"
1994
T3530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestyana Dyah Kuntari
"Para pengembang kembali bersemangat untuk membangun berbagai proyek properti, seperti perumahan, apartemen, dan pusat perbelanjaan (mal dan pusat perdagangan) sejak tahun 2000 setelah sektor properti di Indonesia sempat terpuruk akibat hempasan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998.
Jumlah pusat perbelanjaan (mal dan pusat perdagangan) yang dibangun para pengembang sejak tahun 2000 hingga saat ini selalu tumbuh. Selain dipicu kegairahan sektor konsumsi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir, hal ini juga disebabkan masih tingginya kepercayaan para pengembang terhadap prospek bisnis ritel di Indonesia. Bergairahnya bisnis properti tersebut tidak lepas pula dari dukungan pihak perbankan dalam membantu pendanaannya. Meskipun masih belum semudah sebelum masa krisis dalam mengucurkan bantuan, beberapa bank besar telah secara konsisten menyalurkan kreditnya ke sektor properti, terutama dalam bentuk kredit konstruksi dan kredit real estat untuk proyek-proyek yang dinilai prospektif.
Bertumbuhnya jumlah pusat perbelanjaan akibat ekspansi para pengembang ini secara umum akan menguntungkan konsumen karena dengan semakin banyaknya pusat perbelanjaan, konsumen akan dihadapkan pada semakin banyak pilihan tempat berbelanja. Persaingan yang semakin ketat antar pusat perbelanjaan dan juga antar pengecer akan menguntungkan konsumen, karena pusat-pusat belanja tersebut akan berusaha semakin keras untuk menarik konsumen dengan memberikan pelayanan yang lebih baik. Namun sebaliknya, dari sudut pandang pengembang, timbul kekuawatiran mengenai kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan pusat perbelanjaan (terutama pusat perdagangan).
Pesatnya pertumbuhan pembangunan pusat perbelanjaan tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga meluas ke wilayah-wilayah di sekitar Jakarta, terutama kawasan-kawasan permukiman yang merupakan kawasan yang berkembang seiring dengan perkembangan Jakarta. Depok, sebagai salah satu kawasan permukiman di selatan Jakarta dipandang sebagai ladang potensial pusat perbelanjaan. Berbagai pengembang mencurahkan sumber dayanya untuk membangun berbagai pusat perbelanjaan modem di Depok.
Grup ABC, salah satu pengembang properti yang telah memiliki sejarah keberhasilan dalam mengembangkan kompleks perumahan, mengembangkan sebuah kompleks hunian di daerah Sawangan, Depok yang berjarak kurang lebih 5 km dari Margonda Raya. Seperti halnya dengan kompleks hunian lain yang dikembangkannya, Grup ABC berencana untuk melengkapi kompleks hunian tersebut dengan berbagai fasilitas yang dianggap penting bagi penghuni. Salah satunya adalah fasilitas pusat belanja. Selain melengkapi kompleks perumahan yang dikembangkannya sehingga meningkatkan nilai kompleks tersebut, Grup ABC memandang bahwa lokasi yang cukup jauh dari pusat keramaian Depok masih memberikan peluang berkembangnya sebuah sebuah pusat belanja sehingga mereka mempertimbangkan untuk membangun trade center XYZ.
Untuk mengambil keputusan apakah harus membangun proyek pusat perdagangan tersebut atau tidak, Grup ABC harus menganalisa kelayakan proyek, terutama dari segi finansial, untuk mengetahui apakah proyek tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan, dan lebih jauh lagi apakah proyek yang direncanakan sejalan dengan strategi dan operasi perusahaan.
Penilaian kelayakan finansial investasi proyek XYZ dilakukan dengan capital budgeting. Seluruh informasi mengenai lingkungan bisnis perusahaan menjadi dasar pengambilan berbagai asumsi yang diperlukan dalam analisis. Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis capital budgeting adalah menentukan relevant cash flow, yaitu serangkaian arus kas tertentu yang harus dimasukkan ke dalam perhitungan untuk pertimbangan pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk merima atau menolak proyek tersebut, digunakan teknik discounted cash flow dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI), serta dengan dilengkapi dengan metode discounted payback period.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, proyek pembangunan trade center XYZ layak untuk dikerjakan oleh Grup ABC karena dari analisis tersebut diperoleh Net Present Value positif yang berarti bahwa proyek akan mampu meningkatkan nilai perusahaan, selain juga proyek mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dari biaya modal, serta pengembalian yang lebih pendek daripada umur produktif proyek.

Companies in property industry have started to develop aggressively various kinds of property products such as housing residents, apartments, office buildings, and shopping centers in 2000, after the fall of the industry all together with the economic crisis happened in 1997-1998.
The number of shopping centers developed has been increasing since the year of 2000. The trend is supported by the consumptions sector which has been the motor of economic development in last five years that is seen as a promising retail business future by developers_ Finance institutions also have an important role in financing the projects. Even though banks are still consistent in tight credit policy, several big banks have been continuously financing property industry through construction credit and real estate credit for prospective projects.
The increasing number of shopping centers will give benefit for the customers since they will have more choices. The more intense competition between shopping centers and between retailers requires the players to provide better services to attract customer. On the other side, the increasing number of shopping centers raises a concern of over supply.
The rapid growth of shopping centers development does not only happen in Jakarta but also in areas surrounding, i.e. the residential areas which develop simultaneously with the development of Jakarta. Depok, a residential area south to Jakarta is viewed as a potential location to develop shopping centers. Many property companies have started to invest their resources to build modem shopping centers in the area.
ABC Groups, a property company whose success history in developing housing residents, develop a housing complex in Sawangan, a 5 kilometers away from Margonda Raya, Depok The company planned to complete its housing complex with prominent facilities including a shopping center. They planned to develop XYZ trade center. More than just for completing the housing complex that will increase its value, ABC Group saw an opportunity to develop a shopping center for the location is far enough from other shopping centers.
Before deciding whether to go on with the project or not, ABC Group should analyze its feasibility, especially in financial term to determine whether the project will increase the firm's value and align with the company 's strategic and operation.
Feasibility analysis of investment on XYZ trade center is done by applying capital budgeting theories based on assumptions developed from all information about its business environment. First step in capital budgeting is to define relevant cash flow which is a series of cash flow which should be taken into account in decision making. The discounted cash flow method for Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Profitability Index (PI methods) completed with the discounted payback period method, are used as the basis to make a decision whether ABC Group should accept or reject the project.
From the analysis, XYZ trade center is feasible to be developed by ABC Group for the analysis resulted in positive Net Present Value. Positive Net Present Value means that the project will increase value of the firm. The conclusion is supported by the higher Internal Rate of Return of the project than its cost of capital, and the project's payback period is shorter than its economic life.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Kurniawan
"ABSTRAK
Keputusan investasi modal bagi setiap perusahaan merupakan suatu keputusan strategis yang sangat penting dan membutuhkan suatu analisa serta pertimbangan yang mendalam. Penilaian investasi modal dapat menggunakan metode-metode penganggaran modal seperti
NPV, IRR, Payback Period, Profitability Index, ARR, dan Sesitivity Analysis. Dalam karya akhir ini dikaji penerapan metode-metode penganggaran modal pada PT Jakarta Express Trans sebagai operator bis Transjakarta koridor I Blok M ? Kota yang tengah mempersiapkan rencana pengadaan bis Transjakarta. Rencana tersebut dilatarbelakangi oleh adanya permintaan BLU Transjakarata kepada PTJET agar melakukan investasi bis sendiri seperti yang dilakukan oleh operator koridor lainnya. Selain itu, rencana ini dibuat karena
adanya indikasi penurunan kinerja keuangan PTJET akibat belum memiliki bis sendiri. Dengan tidak memiliki bis sendiri maka produksi Km Tempuh menjadi tidak maksimal, Nilai fee lebih rendah daripada operator lain, dan jangka waktu perjanjian KPAD sangat singkat.
Kedua investasi menghasilkan positve NPV dengan nilai terbesar dihasilkan oleh investasi bis BBM. Begitu pula dengan metode lainnya IRR, Payback Period, Profitability Index dan ARR, nilai tertinggi juga dihasilkan bis BBM. Berdasarkan analisa sensitifitas, bis BBG menunjukan tingkat resiko yang lebih tinggi. Dengan demikian kesimpulan yang dibuat terhadap bis yang layak dipilih adalah bis BBM.
Kesimpulan tersebut dibuat hanya didasarkan pada analisa aspek-aspek keuangan saja. Namun demikian, bis Transjakarta merupakan sarana publik yang sangat erat kaitannya dengan aspek sosial atau aspek-aspek non keuangan lainnya, oleh karena itu disarankan kepada manajemen atau penulis selanjutnya untuk membuat analisa berdasarkan aspek-aspek non keuangan untuk mendukung aspek keuangan yang dihasilkan dalam karya akhir ini."
2007
T 23839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Victor Siaga
"Industri properti di Indonesia mulai mengalami kebangkitan kembali setelah mengalami keterpurukan yang cukup panih pada masa krisis ekonomi melanda Indonesia dan kawasan Asia. Pada saat ini, beberapa tahun setelah krisis berlangsung industri properti mulai bergerak naik kembali terutama disektor komersial dan sektor resedensial, hal ini tentu cukup menggembirakan bagi kondisi perkenomian di Indonesia, dikarenakan pertumbuhan pada sektor properti disuatu negara akan memacu pettumbuhan di sektor sektor lainnya.
PT. Duta Pertiwi, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada industry properti di Indonesia. Perusahaan yang tergabung dalam grup Sinar Mas ini telah mempunyai reputasi yang tinggi dalam perkembangan sektor properti di Indonesia. Perusahaan lebih dikenal karena lebih banyak membangun dan yang mempelopori konsep lTC sebagai pusat perbelanjaan/perdagangan di Jakarta dan yang menerapkan sistem strata title untuk setiap unit properti yang dijualnya.
Proyek "XYZ" adalah salah satu proyek properti diantara proyek proyek sejenis yang akan dilakukan oleh perusahaan didalam menjalankan usahanya didalam industri properti. Proyek yang berlokasi di Jakarta Selatan ini merupakan suatu poyek yang meliputi bidang retail komersial berupa pusat perbelanjaan dan RuKo serta resedensial yang berupa apartemen.
Pada karya akhir ini dihitung kelayakan finansial proyek "XYZ" tersebut, sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui riset kepustakaan dan riset lapangan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui besamya cash flow (in and out), yang kemudian dihitung kelayakan. proyek dengan metode capital budgeting.
Analisis kelayakan finansial proyek "XYZ" ini dilakukan berdasarkan tiga scenario kondisi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan, yaitu Kondisi Optimis, kondisi Normal dan kondisi Pesimis. Penggunaan skenario tersebut dimaksudkan agar perusahaan lebih fleksibel dan siap dalam menghadapi kondisi terbaik maupun terburuk di masa yang akan datang.
Dari enam teknik perhitungan dengan metode capital budgeting pada pembahasan kali ini hanya digunakan 4 metode saja yaitu Payback Period, Discounted Payback Period, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan dengan keempat metode tersebut menunjukkan hasil yang positif, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proyek "XYZ" layak untuk dibangun/dilaksanakan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Ardika
"Saat ini banyak perusahaan yang beralih ke berbagai pendekatan agar dapat meningkatkan efisiensi praktik manajemen proyek mereka. Perencanaan proyek yang tepat sangat penting dalam menentukan keberhasilan proyek informasi dan teknologi. penentuan cakupan proyek, perubahan permintaan proyek, dapat mempengaruhi jadwal proyek yang sudah direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab ketidaktepatan jadwal proyek yang akan diteliti berdasarkan lifecycle project. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada perusahaan konsultan teknologi dan informasi di Indonesia. Analisis penelitian ini berdasarkan lifecycle project dengan alat analisis Diagram Ishikawa dan Teorema Bayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan jadwal proyek pada perusahaan PT. XYZ diakibatkan permasalahan yang terjadi di berbagai fase, namun terutama disebabkan permasalahan yang terjadi pada fase pendefinisian ruang lingkup (scope) proyek. Hasil penelitian juga menunjukkan prioritas mitigasi yang perlu diterapkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku dalam industri konsultasi teknologi informasi dan bisnis lain untuk melakukan manajemen proyek yang lebih efektif.

With the widespread publication of project failure rates and associated cost overruns, many companies are now turning to various approaches to improve the efficiency of their project management practices. Proper project planning is essential in determining the success of an information and technology project. The information collection phase of the customer's business process is crucial, and inaccuracies in this phase can cause delays in the project schedule. The purpose of this study is to identify the causes of inaccurate collection of business process information. This research uses a case study in information and technology consulting company in Indonesia. The analysis of this study uses the Ishikawa Diagram analysis tool and the Bayes Theorem. The results showed that the inaccuracy of communication between business analysts and customers and the inability of business analysts to design applications were the leading causes of inaccuracies in gathering business processes and designing applications. The results also indicate mitigation priorities that need to be applied. The results of the research are expecting to help actors in the information technology consulting industry and other businesses to carry out more effective project management."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sofia Sartika
"Skripsi ini membahas mengenai penganggaran modal untuk proyek investasi langsung (FDI) yang dilaksanakan oleh perusahaan multinasional (MNC). Di dalamnya termasuk masalah-masalah yang berpengaruh terhadap penerimaan proyek sehubungan dengan adanya lingkungan internasional yang dihadapi MNC. FDI merupakan proyek strategis bagi MNC. Keberhasilannya akan menentukan posisi MNC terhadap para pesaingnya di pasaran dalam jangka panjang. Keterlibatan investasi MNC pada proyek FDI pada umumnya sangat besar, terutama jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain dari 'international market entry', seperti kegiatan ekspor ataupun penjualan lisensi/kontrak manajemen. Pada FDI, perubahan-perubahan situasi politik dan ekonomi di negara di mana proyek dilaksanakan dapat menimbulkan dampak yang berarti terhadap profitabilitas jangka panjangnya. Oleh karenanya, dalam proses penganggaran modal diperlukan analisa 'country risk'. Suatu analisa 'country risk' yang berguna bagi MNC haruslah dapat memberikan informasi yang mendukung pengambilan keputusan FDI. Pada kenyataannya, 'country risk' tidak memberikan dampak yang sama terhadap semua perusahaan yang beroperasi di suatu negara tertentu, dikarenakan adanya faktor-faktor yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lain, yaitu: jenis industri, 'size' perusahaan atau proyek, komposisi kepemilikan tingkatan teknologi yang dikuasai dan derajat keterintegrasian secara vertikal dengan subsidiari-subsidiari lain. Maka untuk kepentingan MNC, analisa 'country risk' harus memasukkan di dalamnya variabel-variabel mikro selain variabel-variabel makro. Pada akhirnya, hasil analisa 'country risk' harus dapat diintegrasikan ke dalam penganggaran modal. Pendekatan yang digunakan mendasarkan pada metode 'Adjusted Present Value' (APV) yang telah dikembangkan oleh Donald Lessard. Untuk menggambarkan secara umum bagaimana faktor-faktor sosialpolitik dan ekonomi memberi dampak terhadap 'country risk', penulis mengambil keadaan di Indonesia sebagai contob. Metode riset yang digunakan adalah studi perpustakaan, dengan mengacu pada hasil-hasil riset yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal ekonomi dan bisnis, serta ulasan-ulasan ekonomi yang dimuat dalam berbagai terbitan, dan buku-buku yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan topik skripsi, ditambah dengan hasil diskusi dan wawancara dengan praktisi/analis untuk memperluas wawasan penulis mengenai topik bahasan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>