Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryo Priyanggono
"Tulisan ini dimaksudkna untuk menunjukan beberapa ajaran kepemimpinan tradisional Jawa yang terdapat dalam beberapa karya sastra Jawa serta beberapa wejangan. Ajaran-ajaran tersebut pada umumnya menunjukkan berbagai ajaran moral, yaitu sikap baik dan kewajiban yang harus diikuti dan dilaksanakan, serta sikap yang harus dihindari oleh seorang pemimpin. Ajaran-ajaran tersebut juga mengarah pada paradigma keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan lahir dan batin. Filosofi kepemimpinan tersebut juga menunjukkan daya kodrati berupa daya cipta, rasa, karsa, dan karya. Selain itu, ajaran-ajaran tersebut menuntut agar seseorang pemimpin menajdi satria utama. Sifat satria utama dari seseorang pemimpin akan membawa pada jumbuhing kawula Gusti dalam konteks bersatunya pemimpin dan rakyat yang menjadi dasar dan tujuan dalam kekuasaan, kepemimpinan dan kerakyatan. Pemimpin yang berjiwa satria utama merupakan sarana untuk mengabdi dan berbakti kepada negara dan rakyat. Seorang pemipin yang bisa menjadi satria utama adalah yang mempunyai watak seperti dalam ungkapan narendragung binathara, baudhenda nyakrawati, berbudi bawaleksana, ambeg adil paramarta."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya DI Yokyakarta, 2015
JANTRA 10:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prabu Suryodilogo, Kanjeng Bendara Pangeran Haryo, 1962-
Yogyakarta: Perpustakaan Pura Pakualaman, 2012
303.34 PRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suyami
Yogyakarta: BPNB, 2013
899.222 UNS (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Nur Sakti
"Pengertian hidup manusia diartikan hidup dan mati, di mana setiap yang bernyawa pasti mati. Namun, dalam proses menjalani hidupnya manusia seringkali meninggalkan pengertiannya tentang asal hidupnya (Sangkan Paran Dumadi). Setiap budaya memiliki pandangan berbeda-beda mengenai definisi sangkan paran. Tujuan hidup dalam masyarakat Jawa merupakan suatu pencapaian hidup mengerti asal manusia, dan kembali manunggal dengan Sang Pencipta. Konsep tersebut terdapat dalam karya-karya sastra, seperti lagu Ngelmu Kyai Petruk. Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan pesan moral yang terdapat pada lirik lagu tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan mimetik dan dikaji dengan teori semiotik De Saussure. Berdasarkan pembahasan ditemukan ajaran moral untuk berperilaku yang baik, berkepribadian baik, hati suci, serta selalu berusaha untuk dekat juga manembah pada Gusti. Dengan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia yang telah mengenal asal hidup (sangkan paran) senantiasa memelihara cinta dan kasihnya terhadap sesama makhluk, dan kepada Tuhan. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan baru untuk masyarakat mengenai aspek-aspek kesempurnaan hidup dalam budaya Jawa.
The definition of human life is defined as life and death, where every living thing must die. However, in the process of living life humans often leave their understanding of the origin of their life (Sangkan Paran Dumadi). Every culture has different views on the definition of sangkan paran. The purpose of life in Javanese society is an achievement in life, understanding the origin of man, and returning to oneness with the Creator. This concept is found in literary works, such as the song Ngelmu Kyai Petruk. This research is shown to explain the message contained in the lyrics of the song. This study uses a qualitative method with a mimetic approach and is studied with De Saussure's semiotic theory. Based on the discussion, it was found that there are moral teachings for good behavior, good personality, pure heart, and always trying to be close and also worshiping Gusti. With these findings, it can be concluded that humans who have known the origin of life (sangkan paran) always maintain their love and affection for fellow creatures, and for God. It is hoped that this research can add new insights to the community regarding aspects of the perfection of life in Javanese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinda Ayu Kusumawardhini
"Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. untuk mempertegas keberadaan genre prosa, ia sering dipertentangkan dengan genre yang lain, karya sastra dapat mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, bukan dalam bentuk puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai margin kanan. Prosa dapat diartikan sebagai unit bahasa yang disediakan dalam tulisan atau lisan dengan urutan struktur tertentu untuk mengekspresikan makna secara kontekstual.
Dalam penelitian ini menggunakan teks CRS CRS sebagai sumber penelitian. Teks CRS bentuk prosa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur CRS dan menganalisis nilai moralitas pemimpin melalui perspektif Jawa yang terkandung dalam teks CRS. Teks CRS menceritakan tentang seorang Raja yang berasal dari Bangkok, Thailand bernama Raja Siyem yang sedang mengunjungi Tanah Batavia. Makalah ini mengasumsikan bahwa Kanjeng Raja Siyem memiliki chacarter kepemimpinan Jawa.

The literary world recognizes prose as one of the literary genres in addition to other genres. to emphasize the existence of the prose genre, it is often contrasted with other genres, literary works may include writings written in prose, not in poetry or drama, each line starting from the full left margin to the right margin. The text can be interpreted as a lingual unit that is provided in a writing or orally with a particular organizational order to express the meaning contextually.
In this study using the text of CRS CRS as the source of research. The text of CRS the form of prose. This study aims to analyze the structure of CRS and analyze the value of leader 39 s morality through Javanese perspective contained in the text of CRS. The text of CRS tells of a King who came from Bangkok, Thailand named Raja Siyem who was visiting the Land of Batavia. This paper assumes that Kanjeng Raja Siyem has a Javanese leadership chacarter.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki Maharani
"Film adalah satu di antara sekian rupa komunikasi visual yang dapat berisi beragam informasi. komponen seperti visual dan suara didasari dengan suatu cerita yang berisi suatu pesan yang akan disampaikan dari pembuat film bagi penontonnya. Pada zaman modern ini, film digunakan sebagai ajang kreatifitas hingga ajang pelestarian budaya. Salah satu rumah produksi film yang kerap kali mengangkat tema budaya Jawa dalam ceritanya, yakni Rumah Produksi Ravacana Films. Salah satu film mereka yang mengangkat kepercayaan dalam budaya Jawa, yaitu film pendek Danyang yang menjadi objek kajian pada penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat dua permasalahan yang dibahas, yakni 1.) Apa pesan moral yang terkandung dalam film pendek Danyang?; dan 2.) Apa pepatah Jawa yang sesuai dengan pesan moral tersebut?. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dalam menyimak suatu pesan moral dalam film pendek berbahasa Jawa dan dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian yang dibahas. Penelitian ini memakai metode pendekatan deskriptif kualitatif menurut Moleong (2005: 4) dengan mendasarkan konsep pesan moral menurut Nurgiyantoro (2013: 429). Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dengan dokumentasi data melalui pengambilan gambar berupa tangkapan layar dari beberapa cuplikan adegan dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film pendek Danyang karya Ravacana Films ini mengandung pesan moral melalui pepatah Jawa yakni Yitna Yuwana lena kêna dan ungkapan yang menunjukkan Ora Tanggap ing Sasmita. Hal penting yang ingin disampaikan melalui film pendek Danyang ini adalah ketidakhati-hatian dan ketidakpedulian manusia dapat menghadirkan dampak negatif, kepada bagi diri sendiri maupun orang lain.

Film is one of the many forms of visual communication that can contain a variety of information. Components such as visuals and sound are based on a story that contains a message that will be conveyed from the filmmaker to the audience. In modern times, films are used as a place for creativity to cultural preservation. One of the film production houses that often raises the theme of Javanese culture in their stories, is the Ravacana Films Production House. One of their films raises beliefs in Javanese culture, namely the short film Danyang which is the object of study in this study. In this study, there are two problems discussed, namely 1.) What is the moral message contained in the short film Danyang?; and 2.) What is the Javanese proverb that is by the moral message? This research aims to increase understanding in listening to a moral message in a Javanese short film and can provide answers to the research problems discussed. This study uses a qualitative descriptive approach method according to Moleong (2005: 4) based on the concept of moral messages according to Nurgiyantoro (2013: 429). The data collection technique for this study is data documentation by taking screenshots of several scenes in the film. The results of the study show that the short film Danyang by Ravacana Films contains a moral message through a Javanese proverb, namely Yitna Yuwana lena kêna and expressions that show Ora Tanggap ing Sasmita. The important thing that we want to convey through this short film is that human carelessness and indifference can have a negative impact, both for ourselves and others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Melinda Sarasswati
"Kriteria pemimpin ideal dalam budaya Jawa dikenal dalam Astha Brata yang berasal dari pemikiran budaya Jawa. Ajaran Astha Brata dalam Pakem Makutharama sebagai data penelitian merupakan representasi budaya Jawa yang dituliskan melalui kata-kata yang bermakna. Makna dari ajaran Astha Brata tersebut dikomunikasikan di tengah masyarakat Jawa melalui unen-unen yang merupakan ungkapan yang menyatakan tindakan seperti yang dimaksudkan dari unen-unen tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep pemimpin Jawa dalam Astha Brata, khususnya watak kisma lsquo;tanah rsquo;, serta keterkaitannya dengan unen-unen.
Metode penelitian kualitatif dengan Teori Segitiga Semiotik oleh Ogden dan Richards serta Teori Metafora oleh Lakoff dan Johnson 1987 digunakan untuk pemaparan Astha Brata, serta Teori Semantik Pragmatik untuk unen-unen. Hipotesis penelitian menyatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat utama layaknya kisma yaitu murah hati, mampu mengarahkan masyarakatnya, dan tidak berbelas kasih kepada rakyat yang malas, serta mampu melakukan tiga belas tindakan kepemimpinan yang terperinci seperti yang dinyatakan dalam unen-unen.

The ideal criteria of a leader on Javanese culture known as Astha Brata, that is originally from those culture itself. Astha Brata concepts that written on Pakem Makutharama as a research subject is representation of Javanese culture that written by meaningful words. The meaning of those Astha Brata concepts are communicated among the Javanese society through unen unen which consicts of metaphor that reflect the action like the meaning of unen unen. The purpose of the research is to explain Javanese leadership concept in Astha Brata, exspecially kisma character, and the corelation with unen unen.
Qualitative research method Semiotic Triangle by Ogden and Ricards also Theory of Methaphor by Lakoff and Jahnson that are used to explain Astha Brata and Theory of Semantic Pragmatic for the unen unen. The research hypotesis shows that a leader should have character like kisma which is generous, have ability to direct the society, not give a pity to the society that indolent and have ability to implement thirteen leadership action that are elaborated on the unen unen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Priantini
"Di dalam rangka melestarikan Kebudayaan Nusantara yang diwariskan oleh nenek moyang kita sebagai dokumen budaya baik yang tertulis maupun tidak tertulis agar tidak punah, maka diperlukan wadah untuk menyimpan serta memeliharanya dengan baik. Dokumen budaya dapat diwujudkan dalam bentuk abstrak dan konkrit. Di dalam bentuk konkrit dapat berupa seni sastra misalnya: buku dalam bentuk karya sastra, dluwang, rontal dan lain-lain, bisa pula berupa seni tari, semi suara. Sedangkan dalam bentuk abstrak berupa kepercayaan, tingkah laku, serta adat Istiadat. Semua itu sudah merupakan sebuah wadah untuk melestarikannya. Sebagai bukti untuk ikut meleatarikan dokumen budaya ini, misalnya pada nilai perkawinan di dalam tiga karya sastra ini dilukiskan dengan masih terikat pada konvensi budaya Jawa dan kode budaya Jawa.
Perkawinan merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia dan memiliki nilai yang suci. Perkawinan pun menjadi salah satu unsur dari kebudayaan. Kebiasaan di dalam penyelenggaraan perkawinan pada kehidupan orang Jawa khususnya pada tiga Rarya sastra yang menjadi pokok bahasan dalam analisis skripsi inipun merupakan suatu dokumen budaya. Untuk menuju ke arah perkawinan perlu satu kebiasaan memakai cara atau jalan di dalam menentukan teman hidup yang berpegang pada pedoman lama yaitu tiga kriteria nilai bobot, bibit, serta bebet yang merupakan suatu proses sebagai sesuatu yang bernilai. Khususnya di dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha mencoba untuk menggali dan mengungkapkan makna budava yang terkandung di dalam tiga karya sastra yaitu Serat Rijanto, Ngulandara dan Srikuning sabagai pokok bahasan dan usaha ikut melestarikan budaya bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>