Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martina Pinastika Daneswari
"Di Indonesia saat ini penyakit menular terutama Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah utama. Infeksi T. vaginalis melalui hubungan seksual terutama pada PSK yang berganti-ganti pasangan mempunyai angka yang tinggi dan saat ini pengobatan utama adalah dengan menggunakan amebisid metronidazole.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pengobatan dengan metronidazole pada waktu dan dosis yang sesuai masih bersifat amebisid yang ampuh terutama pada populasi PSK yang rentan koinfeksi.
Desain penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain satu grup pretest-post test dengan pengambilan data melalui sekret vagina PSK sebelum dan sesudah pengobatan metronidazole dan diwarnai larutan giemsa kemudian dilihat dibawah mikroskop.
Responden penelitian ini adalah PSK yang terinfeksi T. vaginalis sebanyak 100 orang di daerah Tangerang, Banten. Didapatkan sebelum pengobatan metronidazole terdapat 16 responden (16%) dengan infeksi kurang dari 10 T. vaginalis dan terdapat 84 responden (84%) dengan infeksi lebih dari 10 T. vaginalis.
Setelah pengobatan dengan metronidazole didapatkan 56 responden (56%) yang sudah tidak terinfeksi, 43 responden (43%) yang terinfeksi kurang dari 10 T. vaginalis, dan 1 responden (1%) dengan infeksi lebih dari 10 T. vaginalis. Dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa PSK dengan frekuensi berhubungan seksual sering sampai sangat sering masih efektif untuk diobati dengan metronidazole.

Infectious diseases, especially Sexually Transmitted Disease (STDs) is still one of the main health problem in Indonesia. There is a high prevalence rate for Trichomonas vaginalis infection through sexual intercourse, especially in commercial sex workers who have multiple sex partners. Amebisid Metronidazole is the drug of choice for this infection.
The goal of this research is to identify if metronidazole treatment is still effective especially in the commercial sex workers population, who is vulnerable to coinfection.
Experimental study design is used in this research, using pretestposttest method and data sampling from vaginal discharge before and after metronidazole treatment and then inspected using a microscope with giemsa staining.
Responden for this research is 100 commercial sex workers who is infected with Trichomonas vaginalis at Tangerang, Banten. Obtained before treatment metronidazole are 16 respondents (16%) with number of infection T. vaginalis is less than 10 and there are 84 respondents (84%) with number of infection more than 10 T. vaginalis.
After treatment with metronidazole obtained 56 respondents (56%) who are not infected, 43 respondents (43%) were infected with T. vaginalis is less than 10, and 1 respondent (1%) with number of infection more than 10 T. vaginalis. This findings shows that treatment with metronidazole is still effective in commercial sex workers with frequent sexual intercourse.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Pramudya
"Infeksi Trichomonas vaginalis merupakan salah penyakit Infeksi Menular Seksual IMS yang disebabkan oleh T. vaginalis. Parasit ini menyebabkan mikrotrauma pada saluran kelamin perempuan. Hal ini membuat koinfeksi dengan mikroba lainnya dapat terjadi sehingga bisa menyebabkan kondiloma yang umumnya terdapat pada Human Papillomavirus HPV. Penelitian ini dilakukan di Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang datanya berasal dari Indramayu, Jawa Barat.
Metode penelitian ini adalah cross sectional pada 214 Pekerja Seks Komersial PSK dengan menganalisis perbedaan proporsi kondiloma antara kelompok T. vaginalis positif dan negatif serta mengetahui faktor yang berhubungan.
Berdasarkan analisis chi square menunjukkan perbedaan proporsi infeksi kondiloma yang tidak bermakna p=0,356;p>0,05. Jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna denga koinfeksi tetapi tidak memiliki hubungan bermakna pada faktor status perkawinan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara koinfeksi T. vaginalis dan kondiloma pada PSK di Daerah Indramayu, Jawa Barat dan faktor yang memiliki hubungan bermakna adalah jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan.

Trichomonas vaginalis infections is a disease Sexually Transmitted Infections STI caused by T. vaginalis. This parasite causes mikrotrauma in the female genital tract. This makes co infection with other microbes may occur that could cause condyloma are generally present in the Human papillomavirus HPV. This research was held in the Department of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia whose data comes from Indramayu, West Java.
This research method is cross sectional at 214 Commercial Sex Workers CSWs with analyze proportion differences of condyloma between group T. vaginalis positive and negative and to identify factors associated to the co infection.
Based on the analysis of chi square is known revealed a significant association between T. vaginalis and condyloma p 0.356 p 0,05. Type contraception, national origin, and level of education have a significant relationship premises coinfection but do not have a significant relationship to the marital status factor.
The conclusion from this study is there is no significant association between co infection with T. vaginalis and condyloma at the CSW in the Region Indramayu, West Java and the factors that have a significant relationship was kind of contraception, region of origin, and education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efani Erfin
"Salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang banyak terjadi pada wanita termasuk pekerja seks komersial adalah Trikomoniasis yang disebabkan parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis memiliki berbagai macam variasi yang bergantung kepada populasinya yang menyebar atau menular melalui hubungan seksual. Pekerja seks komersial memiliki faktor resiko yang lebih besar untuk terkena infeksi T. vaginalis dibandingkan dengan orang yang tidak berganti pasangan dalam aktivitas seksualnya.
Salah satu hal yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini adalah mengenai frekuensi berhubungan seksual pada PSK yang cenderung lebih dari satu kali dalam sehari. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan PSK yang berlokalisasi pada wilayah Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode cross-sectional dengan sampel data sekunder yang diperoleh dari Departemen Parasitologi FKUI, dan dilaksanakan di Jakarta sejak bulan September 2014 hingga September 2015. Dalam penelitian ini, frekuensi berhubungan seksual dibagi dalam dua kategori; sedang (3-4 kali sehari) dan sering (lebih dari 5 kali sehari). Dari 155 sampel, dengan prevalensi infeksi T. vaginalis pada PSK adalah sebesar 62,6% (97 orang).
Nilai p yang didapatkan sebesar 0,029 yang menunjukkan hubungan yang bermakna antara infeksi T. vaginalis dengan frekuensi berhubungan seksual pada PSK di wilayah Tangerang. Hal ini membuktikan bahwa frekuensi berhubungan seksual yang sering dapat mempengaruhi infeksi T. vaginalis pada PSK.

One of the most common sexually transmitted disease in commercial sex workers is Trichomoniasis caused by parasite Trichomonas vaginalis. Trichomoniasis has many variants depend on its transmitted population by sexual intercourse. Commercial Sex Workers (CSW) have higher risk factor for being infected by T. vaginalis rather than settled couple in sexual activities.
A matter that will be further discussed is about the frequent of sexual intercourse in CSW, who do more than one time - sexual intercourse in a day. CSW taken as samples are located in Tangerang region. Cross sectional method is used with secondary data from Department of Parasitolgy Faculty of Medicine, Indonesia University. This research is done in Jakarta since September 2014 until September 2015. In this research, the frequency of sexual intercourse is divided in two groups; average (3-4 times a day) and frequently (more than 5 times a day).
P score data retrieved by researcher is P 0.029 which shown meaningful relation for the T. vaginalis infection with the frequent of sexual intercourse of the CSW in Tangerang region. It means that higer frequencies of sexual intercourse does become a risk factor of T. vaginalis infection in CSW in Tangerang, Banten.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Dewangga
"Infeksi Trichomonas vaginalis masih menjadi masalah pada wanita yang aktif secara seksual, terutama pada pekerja seks komersial yang sering berganti pasangan. Trichomoniasis yang bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis akan menambah beban penyakit dan menimbulkan komplikasi lebih banyak. Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah infeksi pada orang yang aktif secara seksual, terutama pekerja seks komersial masih menuai kontroversi mengenai keefektivitasannya.
Pada studi ini, peneliti meneliti perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif pada pekerja seks komersial di daerah Indramayu, Jawa Barat serta kaitannya dengan jenis kontrasepsi yang dipakai. Sebanyak 216 pekerja seks komersial di Indramayu pada data sekunder dari Departemen Parasitologi diteliti dengan desain studi cross-sectional.
Analisis uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis yang bermakna antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif p=0,484 . Jenis kontrasepsi juga tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap infeksi Trichomonas vaginalis p=0,653 , infeksi Chlamydia trahomatis p=0,195 , serta koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis p=0,213.
Dapat disimpulkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis pada pekerja seks komersial di Indramayu. Tidak ditemukan pula hubungan antara jenis kontrasepsi yang digunakan oleh pekerja seks komersial dengan infeksi Trichomonas vaginalis, Chlamydia trachomatis, dan koinfeksi kedua parasit tersebut.

Infection caused by Trichomonas vaginalis is still an ongoing problem for sexually active women, especially female sex workers who change partners frequently. Trichomoniasis occurring simultaneously with the infection of Chlamydia trachomatis will further worsen the disease and cause many more complication to appear. The usage of contraception in order to prevent infection toward sexually active women is still controversial regarding its effectiveness.
This research aims to identify the difference in proportion of Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group on female sex workers in Indramayu, Jawa Barat and its relation with used contraception method. A cross sectional study is conducted using secondary data of 216 female sex workers in Indramayu, obtained from Department of Parasitology FMUI.
Chi square analysis suggests no significant proportion difference in Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group p 0,484. There are also no significant associations between used contraception method with Trichomonas vaginalis infection p 0,653 , Chlamydia trachomatis infection p 0,195 , and Trichomonas vaginalis with Chlamydia trachomatis coinfection p 0,213.
In conclusion, there is no significant association between Trichomonas vaginalis and Chlamydia trachomatis infection among female sex workers in Indramayu. Moreover, there is no significant association between contraception method used by female sex workers with Trichomonas vaginalis infection, Chlamydia trachomatis infection, and both of the parasite infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Syahriza
"Infeksi Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual tersering oleh parasit. Berbeda dengan infeksi Neisseria gonorrhoeae yang merupakan infeksi oleh bakteri. Namun, kedua infeksi ini diperkirakan dapat melakukan koinfeksi dan terjadi secara bersamaan pada satu individu. IMS itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki faktor risiko yang tinggi untuk mengalami IMS baik itu tunggal maupun lebih dari satu jenis IMS.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai IMS pada 265 PSK yang dikumpulkan di Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 27,5% subjek yang positif terinfeksi Trichomonas vaginalis dan juga Neisseria gonorrhoeae. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,727). Pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,022). Sedangkan, faktor tingkat pendidikan (p = 0,123) dan jenis kontrasepsi (p = 0,388) tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara infeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae didukung penelitian oleh Ginocchio et al (2012). Prevalensi koinfeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae ditemukan lebih banyak pada usia dibawah 30 tahun dari pada pada usia diatas 30 tahun.

Trichomonas vaginalis, a parasite, and Neisseria gonorrhoeae, a bacteri, are the most common kind of etiology that cause STD. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person, including coinfection between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae. STD can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. Female Sex Worwers (FSW) have high risk to be infected by single infection or multiple infections.
Therefore, this study aimed to understand the association between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among 265 FSW collected in Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 27,5% FSW were infected by Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae at the same time. The chi-square test claimed there was no significant association between this two infections (p=0,727) and also association with education (P=0,123) and contraception (P=0,388) used factor are no significant either. But, there is significant association between age and these coinfection by the result of the analize (P : 0,022).
This result have the same result as the research done by Ginocchio et al (2012) that there is low prevalence of coinfection between T. vaginalis and N. gonorrhoeae. We found that prevalence of coinfection of T. vaginalis and N. gonorrhoeae is higher in under 30 years old FSW than in over 30 years old FSW.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Sukmariana
"Stigma yang melekat pada perempuan pekerja seks dan perempuan yang dilacurkan tidak lepas dari norma yang ada di masyarakat patrarki yang menggunakan seksualitas sebagai alat dominasi dan kapitalisme yang seringkali mendorong perempuan pada prostitusi maupun menjadi korban trafficking Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan resistensi melawan stigma yang dilakukan melalui organisasi. Terdapat 3 (tiga) organisasi yang dijadikan studi kasus: OPSI, KPI, dan Yayasan Bandungwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumen. Teori feminis radikal dan feminis posmodern digunakan, dengan analisis feminis naratif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan dan stigma yang dialami pekerja seks menghasilkan upaya resistensi kolektif yang didasari atas kesadaran akan viktimisasi yang terjadi, hak asasi manusia, dan kesehatan reproduksi. Tiap organisasi yang hadir menjawab kebutuhan yang berbeda dari tiap kelompok perempuan pekerja seks dan pedila, dan didasari oleh perspektif terhadap prostitusi dan sex work yang berbeda. Bentuk resistensi organisasi tidak hanya didasari oleh perspektif yang mendasari, namun juga sumber daya dan jangkauan organisasi. Resistensi ini berdampak pada penyusunan kebijakan yang memihak, akses pelayanan kesehatan dan administratif, pendampingan hukum, dan pada stigma diri. Dengan demikian, perempuan pekerja seks dan pedila membangun kesadaran dan mengambilalih agensi diri sebagai kelompok terpenting dalam diskursus tentang prostitusi.

Stigma forced upon female sex workers and the prostituted came from patriarchal societal norms that uses sexuality to dominate women and capitalism that often pushes women into prostitution and trafficking victims. This thesis aims to elaborate on their resistance to stigma through sex worker’s organization and prostitute-serving organization. 3 (three) organizations are studied: OPSI, KPI, and Yayasan Bandungwangi. This research uses in-depth interview, participatory observation, and document studies to gain relevant data. The radical and postmodern feminist theories are used along with a feminist narrative descriptive analysis technique. Results show that violence experienced by female sex workers and the prostituted resulted in resistance efforts, one of them is to organize, pushed by the consciousness of their victimization, human rights, and reproductive health. Each organizations address the different needs of different groups of female sex workers and the prostituted, based on their different perspectives on prostitution and sex work. Resistance strategies chosen are closely linked organization’s resources and reach. Resistance efforts have impacted regulations, healthcare and administrative services access, legal assistance, and self-stigma amongst sex workers and the prostituted. Therefore, female sex workers and the prostituted built their conscience and reclaimed their agency as the most integral group of prostitution discourse. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Fikri
"Pekerja seks komersial PSK merupakan masalah global yang terus meningkat setiap tahunnya, termasuk di Indonesia. PSK merupakan kelompok yang memiliki faktor risiko tinggi dalam penularan infeksi menular seksual IMS . Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui hubungan infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi kondom wanita dan IUD pada pekerja seks komersial di Daerah Indramayu, Jawa Barat. Dari 252 PSK, diperoleh 151 subjek positif terinfeksi T. vaginalis dengan proporsi subjek pengguna Intrauterina Device IUD 49 orang 38,8 dan pengguna kondom wanita 102 orang 80,9 . Pada uji chi-squares didapatkan hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi

Commercial Sex Workers CSW were global burdens and each year continues to increase, include in Indonesia. Commercial Sex Workers were the group that had a high risk of sexual transmitted disease STD . In analytical cross sectional study, this study examined associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java. Among the 252 sex workers enrolled, there were 151 positive infected by Commercial Sex Worker with the proportion of Intrauterina Device IUD usage was 49 commercial sex workers 38,8 and female condom usage was 102 sex workers 80,9 . In Chi Square test, there was a significant associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Jeany Chrestien
"Kejadian infeksi HIV semakin meluas secara globaL Di Indonesia, tren kasus HIV meningkat pada penularan meialui hubungan seks (Ditjen P2PI_., 2007). Pencegahan untuk hal tersebut adalah dengan menggunakan kondom secara benar dan konsisten. Namun berdasarkan Survei Surveilans Perilaku (SSP) HIV/AIDS tahun 2003, temyata penggunaan kondom pada populasi ri§iko tinggi seperti wanita penjaja seks masih rendah. Di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Ambon, penggmmaan kondom pada WPS bahkan lcurang dari 5%. Untuk mengubah perilaku ini, perlu diketahqi faktor-faktor yang merupakan determinan penggunaan kondom pada WPS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk xnengetahui dctcrminan pcnggunaan kondom pada WPS di Kota Ambon tahun 2005. Penelitian ini mengglmakan data SSP HIV/AIDS tahun 2005, dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah WPS yang diwawancarai dan datanya dapat dianalisis sebanyak 333 orang. Faktor-faktor yang diteliti dalam hubungannya dengan penggunaan kondom antara lain urnur, peudidikan, larna bekerja, jumlah pfilarlggarl, ketersediaan kondom, riwayat IMS, riwayat konsumsi alkohol/narkoba, dan keterpaqanan informasi tentang HIV/AIDS. Semua variabel ini dianalisis secara multivariat menggunakan analisis Cax Proportional Hazard Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa detenninan penggmmaan kondom pada WPS di kota Ambon adalah lama bekenja [PR=2.l7 (CI95%=I,25-3,'76)}, ketersediaan kondom [PR=4,ll (CI95%=1,66-l0.l9)], riwayat IMS [PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], dan keterpajanan informasi tentang HIV/AIDS [PR=3,38 (CI95%=1 ,64-7,01 )]. Berdasarkan hasil penelitian tersebut., maka saran yang dapat diberil-can adalah menetapkan perda yang mewajibkan ketersediaan kondom di tempat kerja WPS, mengembangkan metode diskusi serta pcmbcrian brosur dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan pemberian informasi dan edukasi yang intensif kepada WPS yang positif terkena IMS, serta mengembangkan kemampuan WPS dalam bemegosiasi penggunaan kondom dengan pelanggannya.

HIV infections are considered spread worldwide. In Indonesia, trend of HIV cases increase at sexual transmitting (Ditjen P2PL, 2007). Prevention of the infection is the proper and consistent condom use. However, Behavioral Surveillance Survey of HIV/AIDS 2003 indicated that condom use among high-risk population, such as Female Sex Workers, was still low. Condom use among FSW in Jakarta, Bekasi, and Ambon was the lowest, less than tive percent. In order to modify this behavior, it requires factors that are considered as determinants of condom use among FSW.
The objective of the study is to identify detenninants of condom use among FSW in Ambon City 2005. This study use data horn HIV/AIDS Behavioral Surveillance Survey in 2005, with study design cross-sectional. Three hundred and thirty three FSWS are interviewed and their data can be analyzed. Factors that are studied, related to condom use, are age, education, time of work, number of clients, condom availability, history of Sexual Transmitted Infection (STI), history of alcohol and drug use, and exposure to infonnation about HIV/AIDS. All of these variables are multivariate analyzed using Cox Proportional Hazard Regression Analysis.
Result of this study shows that determinants of condom use among FSW in Ambon City are time of work [PR=2.l7 (Cl95%=l,25-3,76)], condom availability [PR=4,ll (CI95%=l,66-l0.l9)], history of STI (PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], and exposure to information about HIV/AIDS {PR=3,38 (CI95%=1,64-7,0l)]. Based on the results, suggestions given iiom this study are to establish regulation of condom availability at FSW’s workplace, develop promotion of HIV/AIDS prevention by discussion and brochure distribution, increase information and education intensively to FSW with STI, and develop FSW’s ability of condom negotiation with client.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34411
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan Hidayat
"Penelitian ini bertujuzm mengetahui gambaran pekerja seks yang memiliki suami rnelalui analisa Thematic Apperception T est (TAT). Penelitian ini 1nenggu.na.kan pendekatan kulitatif dengan metode analisis dokumen yang didapat dari laporau kepaniteraan mahasiswa klinis. Subjek terdiri dari 6 orang yang semuanya bekerja sebagai pekcrja seks dan memiliki suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya istri dalam Iingkungan pelacuran dikarenakan perasaan tertolak dan tidak mendapatkan perhatian dari sosok suami, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang merupakah kebutuham yang utama. Mereka cenderung merasa tidak mampu, menilai diri mereka Iemah dan juga kurang memiliki pengendalian dorongan yang baik. Konflik dominan yang dialami adalah kebutuhan untuk disayangi naman ternyata mereka ditinggalkan. Mereka memiliki keoemasan ditinggalkan, kehilangan kasih sayang dan menjadi tidak berdaya. “Hukuman” yang diberikan pun sering kali terlalu parah dan juga terlalu lembut serta tidak tepat. Hal ini yang dapat mernperkuat perilaku mereka untuk tetap melgiadi pekerja seks.

The aim of this research is to find out image of sex worker who has a husband with analysis of Thematic Apperception Test (TAT). This research use qualitative approach by analysis document method, which got from case report of clinical student. The subjects including six female seks worker who has a husband. From research using TAT as a instrument, indicating that a wife entry into prostitution because of feeling refused and attentionless from husband, this show that needs of love is the most dominant needs to all sex workers. They tend to feel disable, assessing their self weaks, and less control of drive. Dominant conflict which they experience is need to be loved but they get left by their couple. They feel anxious when they are dread len, loss of affection and become disable. A "Punishment" that they get is too hard as well as too bland and also incorrect. So they can’t learn &om the punisment that they got. This matter which can strengthen their behavior to remain to be worker seks."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Aria Aditia
"ABSTRACT
Infeksi Trichomonas vaginalis seringkali terjadi pada pekerja seks komersial PSK , menyebabkan mikrotrauma pada epitel saluran genital perempuan, dan menjadi portal masuk infeksi herpes genitalis; sehingga koinfeksi T. vaginalis dan herpes genitalis dapat terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada 212 PSK yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi infeksi herpes genitalis antara kelompok T. vaginalis positif dengan kelompok T. vaginalis negatif serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan. Analisis uji Chi-square menunjukkan perbedaan proporsi infeksi herpes genitalis yang bermakna p=0,027.

ABSTRACT
Trichomonas vaginalis infections are commonly found among female sex workers FSWs , causing microtrauma on the female genital epithelium, and predispose the entry of genital herpes infection thus co infection of T. vaginalis and genital herpes may occur. A cross sectional study was applied among 212 FSWs to analyze proportion differences of genital herpes infection between FSWs with T. vaginalis infection and FSWs without T. vaginalis infection, and to identify factors associated to the co infection. Analysis using Chi square revealed a significant association between T. vaginalis infection and genital herpes p 0,027."
2016
S70380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>